Disusun oleh :
1. Turaichan Ajhuri ( 18 )
2. R. Acmad Sutan Hamdany ( 15 )
3. Muhammad Akbar ( 12 )
4. Adi Sutrisno ( 01 )
5. Syaiful Bahri ( 17 )
6. Agus Supriono ( 02 )
7. Muhammad Hamzah A. ( 30 )
8. Moh. Rizky Firmansyah ( 28 )
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa sebagai agent of change dan social control dalam kehidupan
bermasyarakat menempatkan mahasiswa sebagai basis intelektual menuju perubahan yang
lebih baik dan dalam praktiknya dilakukan dengan membentuk suatu gerakan
mahasiswa. Gerakan mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun
di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan
kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya (wikipedia.com). Dalam
konteks transisi politik Indonesia, gerakan mahasiswa telah memainkan peranan yang secara
nyata mampu mendobrak rezim otoritarian (Prasetyantoko, 2001: 1). Ini dapat di lihat dari
pengalaman historis bangsa Indonesia bahwa mahasiswa selalu mendapat peranan penting
dalam setiap perjuangan bangsa Indonesia. Seperti pada masa kolonialisme Belanda di
Indonesia, kaum-kaum terpelajar atau mahasiswa Indonesia sejak tahun 1915 telah mengenal
nasionalisme dan memulai gerakan-gerakan mereka dengan mendirikan TRIKORO-DARMO
yang kemudian gerakan-gerakan mahasiswa tersebut terus berspora ke seluruh pelosok
Nusantara. Pada masa pendudukan Jepang muncul Gerakan Bawah Tanah (GBT) yang
dilakukan oleh pemuda-pemuda Indonesia yang bertujuan untuk secepatnya memerdekakan
diri tanpa bantuan Jepang.
Gerakan mahasiswa tidaklah berhenti sampai Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan. Gerakan mahasiswa masih berlanjut pada masa Orde Lama. Ini tentu mendapat
kritikan dari mahasiswa yang memiliki jiwa muda dan berintelektual sehingga mahasiswa tidak
segan-segan untuk menyuarakan tuntutannya dengan TRITURA yang berisi bubarkan PKI
beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet DWIKORA, dan turunkan harga dan perbaiki
sandang-pangan. Tuntutan mahasiswa tersebut berhasil menjatuhkan Soekarno atau rezim
Orde Lama dengan panglima politiknya.
Fenomena sejarah pun berulang pada rezim Soeharto tahun 1998. Gerakan mahasiswa
pun dapat membuat Soeharto mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai presiden.
Terutama peristiwa yang menjadi klimaks dari pengunduran diri Soeharto yaitu pada tanggal
12 Mei 1998 yang di kenal Tragedi Trisakti. Berdasarkan permasalahan diatas, maka kami akan
membahas mengenai “Peristiwa Trisakti Mei 1998 Sebagai Tonggak Perpindahan Kekuasaan
Dari Orde Baru Ke Reformasi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran diatas, terdapat masalah utama yang menjadi kajian
penulisan makalah ini, yaitu: “Bagaimana Gerakan Mahasiswa tahun 1998 yang
mengakibatkan keruntuhan Orde Baru?”. Untuk lebih memfokuskan masalah dari masalah
utama maka penulis membatasi permasalahan yang dirumuskan dalam beberapa pernyataan
sebagai berikut:
a. Bagaimana latar belakang peristiwa tragedi Trisakti Mei 1998?
b. Bagaimana proses terjadinya peristiwa tragedi Trisakti Mei 1998?
c. Bagaimana dampak dari peristiwa tragedi Trisakti Mei 1998?
Pukul 19.50 sebagai reaksi atas keterangan pers pimpinan DPR/MPR , Jenderal TNI Wiranto
menyampaikan pernyataan pers. Isinya antara lain:
“… Memahami bahwa pernyataan pimpinan DPR RI agar Presiden Soeharto mengundurkan
diri adalah sikap dan pendapat individual, meskipun disampaikan secara kolektif. Sesuai
dengan konstitusi, pendapat seperti itu tidak memiliki ketetapan hukum (Pambudi, 2009:15)”.
Sementara itu ribuan masa berhasil masuk Gedung DPR/MPR RI untuk melakukan
tekanan-tekanan terhadap MPR agar Soeharto turun dari jabatannya. Pendudukan gedung
MPR/DPR RI adalah peristiwa monumental dalam proses pelengseran Soeharto dari tampuk
kekuasaan Presiden dan tuntutan reformasi. Dalam peristiwa ini ribuan mahasiswa dari
berbagai kampus bergabung menduduki gedung MPR/DPR.
D. Selasa, 19 Mei 1998
Penjelasan Presiden Soeharto di depan pers disambut kekecewaan oleh para pejabat dan
Staf Wapres, bahkan asisten Wapres Ahmad Watik Pratinya mengatakan “Pak Harto telah
menghianati BJ. Habibie sekaligus mengabaikan berlakunya pasal 8 UUD 1945, karena tidak
mempercayai Wakil Presiden dan disampaikan secara terbuka kepada masyarakat bahwa
presiden sanksi apakah Wakil Presiden dapat melanjutkan tugas-tugasnya, apakah nanti tidak
menjadi sasaran demonstrasi, apakah nanti juga harus mengundurkan diri (Baharuddin,
2006:28)”.
E. Rabu, 20 Mei 1998
Berdasarkan pada buku Kontroversi Kudeta Prabowo halaman 21 setelah diskusi
hangat, maka pada pukul 22.45 WIB dicapai kesimpulan yaitu :
a. Susunan kabinet diterima sebagai kenyataan.
b. Menyetujui keputusan presiden ditandatangani Pak Harto.
c. Pelantikan dilaksanakan oleh Pak Habibie.
Untuk melaporkan hasil sidang ad Hoc itu, BJ Habibie mencoba menghubungi
Presiden Soeharto tetapi Presiden Soeharto tidak bersedia berbicara dengan BJ Habibie.
Presiden Soeharto malah menugaskan Mensesneg Saadillah Mursyid untuk menyampaikan
bahwa esok harinya (21 Mei 1998) pukul 10.00 WIB Pak Harto akan mengundurkan diri
sebagai Presiden. Sesuai UUD 45’ Presiden menyerahkan kekuasaan dan tanggung jawab
kepada wakil presiden di Istana Merdeka (Bahruddin, 2006:41).
F. Kamis, 21 Mei 1998
Susunan kabinet baru akan diumumkan esok harinya. Setelah upacara pelantikan,
Presiden BJ Habibie kembali ke kediamannya di Kuningan Jakarta untuk memantau
perkembangan situasi terbaru lewat internet. Pukul 22.00 diadakan pertemuan untuk
membentuk Kabinet reformasi pembangunan. Letjen Prabowo bersama Mayjen Muchdi PR
menghadap Habibie pukul 23.00 di Kuningan dengan membawa konsep susunan kabinet
Habibie yang disiapkan oleh Mayjen Kivlen Zen, Fadli Zon dan Din Samsuddin. Hal ini berani
dilakukan Letjen Prabowo karena kedekatannya dengan Habibie selama ini. Prabowo punya
andil mendukung Habibie menjadi Wakil Presiden (Zen, 2004:89-90). Akhirnya pada pukul
01.30 kabinet reformasi pembangunan terbentuk. Pukul 01.45 pertemuan ditutup (Pambudi,
2007:22).
Pada tahun 1998, Rezim Soeharto runtuh ditengah-tengah suasana yang mirip dengan
suasana kelahirannya di tahun 1965-1966, yaitu ditengah-tengah krisis ekonomi, kerusuhan,
dan pertumpahan darah dijalan (Ricklef, 2008:659). Soeharto telah mundur dari kursi presiden
RI. ABRI meminta para mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR RI untuk pulang dan
pada tanggal 23 Mei, para mahasiswa pun menuruti perintah itu (Ricklef, 2008:692).
2.3.2. Dampak Tragedi Trisakti Mei 1998 Terhadap Kampus Trisakti
Menurut penulis skripsi (Siti Jubaedah, 2006:130) Dampak gerakan mahasiswa Trisakti
pada Mei 1998 menyebabkan banyak persoalan bagi Universitas Trisakti. Selain harus
kehilangan empat mahasiswanya karena ditembaki aparat, pengusutan kasus penembakan
tersebut belum selesai hingga sekarang. Pernyataan yang paling penting adalah sebenarnya
siapakah yang paling harus bertanggung jawab atas peristiwa tersebut? namun jawaban itu
belum pasti karena pengusutannya pun belum tuntas hingga saat ini.
Majalah time edisi Asia juga termasuk yang secara detail menggambarkan suasana
penembakan mahasiswa Trisakti. Sejak awal majalah ini menuliskan bahwa para penembak
adalah satuan dari polisi. Time bahkan menyaksikan dua polisi yang menembak secara sporadis
sementara seorang dibelakangnya mengambil jaket-jaket peluru yang jatuh ke aspal (Zon,
2009:68).
Gedung M. Sjarief Thayeb kampus Universitas Trisakti, Jakarta menjadi saksi bisu,
bagaimana aparat keamanan melalui selongsongan peluru yang membubarkan barisan
mahasiswa, saat melakukan aksi mimbar bebas 12 Mei 1998 lalu. Peristiwa ini juga
mengakibatkan gedung-gedung maupun pertokoan rusak dan hancur oleh kekacauan amukan
mahasiswa yang demonstrasi pada pemerintahan. Begitu banyak korban yang harus dirawat di
Rumah Sakit. Polisi maupun Brimob yang mengurusi keamanan akhirnya tidak bisa
dikendalikan dengan baik yang kemudian terpaksa dengan menembaki mahasiswa dan
masyarakat.
Mahasiswa yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi
Trisakti adalah:
Elang Mulya Lesmana
Lahir 5 Juli 1978, anak kedua dari 3 bersaudara. Ia gemar melukis. Itulah yang
mendasarinya memilih jurusan arsitektur. Elang tercatat sebagai mahasiswa angkatan tahun
1996. Elang, yang tertembak dihalaman gedung Dr. Sjarief Thayeb, bukanlah aktivis dan tidak
aktif di senat mahasiswa (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
Hafidin Royan
Yang kerap dipanggil Idhin adalah mahasiswa jurusan Teknik Sipil, kelahiran Bandung
28 September 1976. Idhin yang dijuluki Ustad oleh teman-temannya, seorang aktivis yang
vocal. Beberapa hari sebelum berpulang, ibunya sempat bertanya kapan ia akan mudik ke
Bandung. Idhin menjawab, akan pulang Rabu, 13 Mei 1998. Dan ia memang pulang, tapi sudah
dalam keadaan terbujur kaku (wawancara John Mohammad/3/8/2010).
Hendriawan Sie
Mahasiswa jurusan Manajemen, perantau asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Hendri
adalah putra tunggal dari pasangan Hendrik Sie dan Karsiyah, kelahiran 3 Mei 1998. Kepada
kakeknya, ia selalu mengatakan akan selalu berada digaris depan dalam setiap aksi demonstrasi
(wawancara John Mohammad/3/8/2010).
Hery Hartanto
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Trisakti angkatan 1995. Ia dikenal dengan getol
berwirausaha. Sebelum nyawanya terenggut, Heri sempat mengajukan pinjaman kredit sebesar
Rp. 200 juta untuk usahanya. Sebagai usaha yang tak pernah ia wujudkan (wawancara John
Mohammad/3/8/2010).
Gerakan mahasiswa muncul ketika golongan terpelajar yang memiliki pemikiran jauh
kedepan melihat keadaan negara yang sedang kacau. Krisis multidimensi yang melanda
Indonesia menjadi penyebab inti timbulnya demontrasi besar-besaran hampir di seluruh
wilayah Indonesia yang dimulai oleh mahasiswa. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para
mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:
Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
Laksanakan amandemen UUD 1945,
Penghapusan Dwi Fungsi ABRI,
Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
Tegakkan supremasi hukum,
Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.
Dengan tuntutan-tuntutan diatas mahasiswa tidak hanya melakukan aksi di dalam
kampus tetapi juga turun ke jalan. Begitu juga dengan mahasiswa Trisakti. Mereka melakukan
aksi hingga terjadi bentrok dengan aparat keamanan dan terjadilah penembakan terhadap 4
mahasiswa Trisakti. Dengan adanya penembakan tersebut maka suasana hampir di seluruh
Indonesia mulai bergejolak. Terutama di Jakarta, mahasiswa semakin lantang menyuarakan
aspirasinya dan banyak terjadi bentrokan-bentrokan hingga ada juga oknum yang
memanfaatkan situasi tersebut dengan melakukan penjarahan ataupun perampokan.
Mahasiswa yang tergabung dalam Forkot (forum kota) berhasil menduduki gedung
DPR dan MPR dan dari sanalah berhasil mendesak Soeharto lengser dari kursi Presidennya.
Struktur dan tatanan pemerintah juga ikut berubah. Selain itu di masyarakat juga terjadi
perubahan sosial. Dimana masyarakat yang tadinya kurang memiliki kebebasan dalam
menyuarakan aspirasi akibat resresifnya pemerintah menjadi terbuka. Kemudian, mulai
dilindungi Hak Asasi Manusia menjadi salah satu indikator perubahan sosial di Indonesia
setelah jatuhnya Orde Baru. Satu catatan yang harus digaris bawahi dari peristiwa tersebut
bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan jangan hanya menyuarakan hal-hal yang berbau
politik saja tetapi sebaiknya juga memberikan porsi lebih untuk menyuarakan nasib
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
Adam, Asvi Warman. (2009). Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Pelaku dan Peristiwa.
Jakarta : Kompas
Baharudin, JH. (2006). Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju
Demokrasi. Jakarta: TCH Mandiri.
Pambudi, A. (2007). Kontroversi Kudeta Prabowo. Yogyakarta: Media Pressindo.
Poesponegoro, MD dan Nugroho Notosusanto. (1993). Seajarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta :
Balai Pustaka.
Prasetyantoko, A dan Ign. Wahyu Indriyo. (2001). Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di
Indonesia. Bandung: Yayasan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum.
Ricklef, MC. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : Serambi.
Zen, Kiplan. (2004). Konflik dan Integrasi TNI AD. Jakarta: Instute for Policy Studies.
Zon, Fadli. (2009). Politik Huru Hara Mei 1998. Jakarta : Instute for Policy Studies
Sumber Skripsi :
Jubaedah, S.(2010). Gerakan Mahasiswa: kajian tentang peranan mahasiswa universitas trisakti pada
mei 1998 dalam proses pergantian kekuasaan orde baru. Skripsi Sarjana pada Jurusan
pendidikan sejarah, fakultas pendidikan ilmu pengetahuan sosial, universitas pendidikan
indonesia Bandung : tidak diterbitkan.
Sumber Internet :
Dwisetiyono. (2011). Tragedi Trisakti dan Semanggi. [online] Tersedia dalam
:http://dwisetiyono23.blogspot.com/2011/02/tragedi-trisakti-semanggi-1-dan-2.html
[27 Oktober 2012.
Sejarah Indonesia (1996-1998), [online] Tersedia dalamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Orde_baru
[27 Oktober 2012].
Siaran Pers Senat Mahasiswa Trisakti dan Arsip berita Kompas 13 Mei 1998, [online] Tersedia
dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti [27 Oktober 2012].
Solikha, N. (2003). Kejatuhan Orde Baru. [online] Tersedia dalam
:http://semanggipeduli.com/Sejarah/frame/semanggi.html [27 Oktober 2012].