Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA

PADA ANAK SEKOLAH

DI RUANG KENANGA RSU DEPATI BAHRIN

DISUSUN OLEH :

1. CUT SILVIA 20010014

2. FRISMA MULYA 20010023

3.RESITA 20010040

4.LISNA SAPTARINA 20010030

5.VILMA YUDI SYAPUTRA 20010053

6.SUNDARI 20010050

7.ULFA NAZILAH 20010052

8.TAZKIA NURUL I 20010051

AKADEMI KEPERAWATAN KOTA PANGKALPINANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis yang terjadi pada anak, hal ini dikarenakan anak
dalam kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini membuat anak berusaha beradaptasi
dengan lingkungan yang baru yaitu lingkungan rumah sakit sehingga kondisi tersebut dapat
meningkatkan stressor yang menimbulkan kecemasan, marah, sedih, takut, dan merasa bersalah
(Hockenberry & Wilson, 2011). Menurut Hery (2017) dengan melakukan permainan anak dapat
terlepas dari ketegangan dan stress yang ditimbulkan selama proses hospitalisasi terjadi, dengan
bermain anak dapat mengalihkan rasa sakit dan cemasnya dengan permainan (distraksi).

Bermain merupakan kegiatan anak – anak yang dilakukan berdasarkan keinginan dari
anak untuk mengatasi kecemasan, stress, dan adaptasi baru di lingkungan yang baru. Fungsi dari
bermain adalah untuk perkembangan sensoris dan motorik, perkembangan intelektual,
perkembangan sosial, perkembangan kesadaran diri serta juga kreativitas dari anak (Wong dalam
Heri Saputro, 2017). Menurut Setiawati, dkk (2019) stress yang terjadi akibat proses hospitalisasi
pada anak usia prasekolah sangat berpengaruh pada perawatan dan proses penyembuhan pada
saat anak dirawat di rumah sakit. Menurut Suryanti (2011) tahapan kognitif pada anak usia
sekolah adalah memahami operasi logis dengan bantuan benda yang bersifat kongkrit.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Andy, dkk tahun 2014 yang
berjudul pengaruh stimulasi permainan ular tangga terhadap perubahan sikap siswa tentang
demam berdarah dengue, didapatkan hasil bahwa terrjadi peningkatan pengetahuan dengan
stimulasi yang diberikan menggunakan media permainan ular tangga sebanyak 50% dari yang
sebelumnya 5% dengan uji kemaknaan p=0,000. Menurut Dian (2017) bahwa terapi permainan
edukatif seperti ular tangga dapat meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah terhadap
sesuatu hal yang sifatnya positif dan dapat meningkatkan pola hidup yang baik kepada anak usia
sekolah Menurut data yang diambil dari KPPA RI (2018) bahwa anak yang menjalani rawat inap
di RS swasta adalah sebesar 46,92%. Di ruang anak rumah sakit Siloam Lippo Village
didapatkan bahwa pada tanggal 30 Oktober 2019 terdapat 30% anak usia sekolah dari 13 pasien.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2019 75% anak usia
sekolah tampak adanya kecemasan yang dibuktikan dengan tidak mau berinteraksi dengan
perawat atau petugas kesehatan selama dirawat di rumah sakit. Berdasarkan masalah dan teori
yang sudah dijelaskan di atas, tim penulis tertarik untuk melakukan terapi bermain dengan terapi
bermain dengan ular tangga.untuk menurunkan kecemasan, akibat hospitalisasi serta untuk
meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah tentang pola hidup sehat di ruangan anak kenanga
RSU DEPATI BAHRIN.

1.1 Teori permainan

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau
lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar
sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini
diciptakan pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga - setiap orang
dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan.

Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri
bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata
dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung
pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke
kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali
lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.

1.2 Tujuan Kegiatan :


Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain mewarnai selama 1x30 menit, anak diharapkan bisa merasa
tenang selama perawatan.

Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain mewarnai selama 1x30 menit diharapkan anak usia sekolah
dapat :
Anak mampu bersosialisasi dengan orang lain yang ada di rumah sakit.
 Anak menjadi tenang dan kooperatif
Anak mampu mengenal pola hidup sehat
Sasaran
Peserta Anak usia sekolah dengan rentang umur 6 – 12 tahun tidak mempunyai penyakit
menular dan bersedia ikut dalam terapi bermain ular tangga.

Media
Ular tangga edukatif yang sudah dimodifikasi sesuai dengan tema kesehatan untuk pola
hidup sehat.

1.4 WAKTU PELAKSANAAN


Hari/tanggal : Sabtu,18 Desember 2021

Waktu pelaksanaaan : 13.00 wib

Tempat : RUANG ANAK KENANGA RSU DEPATI BAHRIN


Sasaran : Pasien anak usia usia sekolah (6-12 tahun)

1.5 Metode

Permainan ular tangga edukatif


Jumlah Peserta : 3 Anak usia sekolah (6-12 tahun)
1.6 Tata letak
1.7 Tugas dan tanggung Jawab

Penanggung jawab

1. Vilma

Leader

1. Resita

Moderator

1. Frisma

Fasilitator

1. Cut silvia

2. Lisna septarina

Observer

1. Tazkia nurul imani


2. Ulfa nazilah
1.8 Susunan Acara Pelaksanaan dan Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan 13.00 – 13.40 wib

No Kegiatan Kontrak Respon


waktu
1 Orientasi : 10 menit Ruangan, alat, anak dan keluarga siap
a.menyiapkan ruangan
b.menyiapkan alat-alat
c.menyiapkan anak dan keluarga
2. Kerja : 20 menit Menjawab salam , memprkenalkan diri dan
a.Membuka proses terapi dengan memperhatikan
mengucapkan salam
b.Menjelaskan pada anak dan
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain, menjelaskan cara
bermain
c.mengajak anak bermain Bermain bersama dengan anak dan
d..mengevaluasi respon anak dan mengungkapkan perasaanya
keluarga

3. Terminasi : 5 menit Memperhatikan dan menjawab salam


Menutup dan mengucapkan salam
Pembagian reward

4. Evaluasi : 5 menit Mendengarkan dan memperhatikan dengan


Menyampaikan kesimpulan seksama.
permainan
1.9 Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a) 50% pasien anak usia sekolah 6-12 tahun mengikuti terapi bermain ular tangga

b) Terapi aktivitas diselenggarakan tepat waktu di kelas VIP ruang kenanga

2. Evaluasi Proses

a) Semua peserta mengikuti dari awal sampai akhir acara

b) Semua peserta aktif dan antusias bermain ular tangga

3. Evaluasi Hasil

a) 50% peserta menyelesaikan permainan ular tangga

b) 50% peserta anak mampu bersosialisasi dengan tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit

2.0 Dokumentasi
BAB II MATERI

2.1Usia Sekolah

Menurut Buku Data Penduduk yang diterbitkan oleh Kementria Kesehatan


Indonesia (2011) anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun (Depkes, 2011).
Menurut Wong (2009), anak usia sekolah atau anak yang sudah sekolah akan menjadi
pengalaman inti anak. Periode ini anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya dan orang lain. Usia sekolah
merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri
pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

Menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6 – 12 tahun, dimana anak
telah mampu mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar dengan
kemampuan intelektual maupun kemampuan kognitif seperti menulis, membaca dan berhitung.
Karakteristik anak usia sekolah yang sehat memiliki ciri-ciri banyak bermain diluar rumah,
melakukan aktivitas fisik yang tinggi, aktif bergerak, berlari, melompat dan berisiko terpapar
sumber penyakit dan perilaku hidup tidak sehat (Hardinsyah, 2016).

Perkembangan kognitif tiap individu berbeda-beda, ada yang cepat dan ada juga yang
lambat. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya yaitu
asupan gizi (Puspitasari, 2011 dalam Bujuri, 2018). Menurut teori kognitif Piaget, pemikiran
anak pada usia sekolah disebut pemikiran operasioal konkret, dimana anak-anak sudah dapat
memfungsikan akalnya untuk berpikir logis terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata

2.2 Bermain

Bermain merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia anak – anak, dunia
anak adalah dunia bermain, yakni dunia yang penuh spontanitas dan menyenangkan, sesuatu
yang dilakukan dengan penuh semangat karena merupakan hal yang menyenangkan. Arti kata
bermain menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah melakukan sesuatu untuk
bersenang – senang. Kegiatan bermain juga merupakan bagian dari proses belajar anak – anak,
dimana saat bermain aspek fisik, psikis, kognitif dan emosional turut dibentuk.

Sigmund Freud dengan teori psikoanalisis mengatakan bahwa bermain dapat


mengekspresikan dorongan impulsive sebagai cara mengurangi kecemasan (Mutiah, 2010). Bagi
anak – anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, bermain juga merupakan bagian
dari terapi sebab bermain memiliki nilai terapeutik. Anak – anak yang sedang menjalani
pengobatan di rumah sakit, cenderung mengalami perasaan takut, cemas, nyeri, bosan dan stress.

2.2.1Manfaat Bermain di Rumah Sakit


1) Membantu anak merasa lebih aman di lingkungan yang asing
2) Membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah
3) Alat untuk melepaskan ketegangan dan ungkapan perasaan
4) Meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain
5) Sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat
6) Sebagai alat untuk mencapai tujuan terapeutik
7) Menempatkan anak pada peran aktif dan memberi kesempatan pada anak untuk
menentukan pilihan.

2.2.2 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


Terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi
kesehatan anak. Beberapa prinsip permainan pada anak dirumah sakit yaitu:
1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan
pada anak.
2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
3) Pilihlah jenis permainan yang tidak melelahkan anak
4) Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak, pilih alat permainan yang
aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlarilari dan bergerak
secara berlebihan
5) Melibatkan orang tua saat anak bermain merupakan satu hal yang harus diingat.

2.3 Permainan Ular Tangga

Menurut Novarina dalam Wulanyani (2013) permainan ular tangga merupakan salah satu
mainan rekreasi ringan yang cukup populer di Indonesia di samping mainan papan lain seperti
monopoli, ludo, dam dan halma. Ular tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di
Indonesia meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan
tersebut. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan sangat interaktif jika
dimainkan bersama-sama. Suhermin dalam Wulanyani (2013) menyatakan bahwa permainan
ular tangga memiliki beberapa keunggulan yaitu:

1. Dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.


2. Lebih merangsang anak dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun
kelompok.
3. Struktur kognitif yang diperoleh anak sebagai hasil dari proses belajar akan stabil dan
tersusun secara relevan sehingga akan terjaga dalam ingatan. Hal ini akan
memudahkan anak untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya jika anak
dihadapkan pada suatu masalah.
4. Pengetahuan yang terdapat dalam ingatan (pikiran) dapat diperoleh kembali sewaktu-
waktu. Media pembelajaran permainan ular tangga dipilih karena relatif mudah, tidak
membutuhkan ruang yang luas, dan sangat memungkinkan untuk dimainkan oleh
lebih dari satu anak sehingga aspek sosial tetap dapat dipertahankan. Permainan ular
tangga dapat dimodifikasi sehingga memuat informasi kesehatan. Melalui permainan
ular tangga ini, anak dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana cara untuk
mengubah perilaku hidup sehatnya. Dengan kata lain proses pencapaian tujuan
belajar dan pengubahan perilaku dilakukan dalam bentuk informal.

REFERENSI

Bujuri, Dian Andesta. (2018). Analisis Perkembagan Kognitif Anak Usia Dasar
dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jurnal LITERASI, Vol IX, No.1
Hartono, S. H. (2017). 6 Cara Mengajarkan Prasekolah Mengenal Pola Maka Sehat.
https://nakita.grid.id/read/0212506/6-cara-mengajarkan-prasekolah-mengenal-
pola makan-sehat?page=all diakses Oktober 2019 Hardinsyah & Supariasa. (2016). Ilmu
Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC Heri, S (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak
Sakit,

http://ners.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku-Ajar-
TerapiBermain-Anak.pdf. Diakses Oktober 2019. Setiawati, A . dkk. (2014).

http://www.Lp2m.Unpkediri.ac.id. Diakses Oktober 2019. Wulanyani, Ni Made


S. (2013).

Anda mungkin juga menyukai