DISUSUN OLEH :
3.RESITA 20010040
6.SUNDARI 20010050
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis yang terjadi pada anak, hal ini dikarenakan anak
dalam kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini membuat anak berusaha beradaptasi
dengan lingkungan yang baru yaitu lingkungan rumah sakit sehingga kondisi tersebut dapat
meningkatkan stressor yang menimbulkan kecemasan, marah, sedih, takut, dan merasa bersalah
(Hockenberry & Wilson, 2011). Menurut Hery (2017) dengan melakukan permainan anak dapat
terlepas dari ketegangan dan stress yang ditimbulkan selama proses hospitalisasi terjadi, dengan
bermain anak dapat mengalihkan rasa sakit dan cemasnya dengan permainan (distraksi).
Bermain merupakan kegiatan anak – anak yang dilakukan berdasarkan keinginan dari
anak untuk mengatasi kecemasan, stress, dan adaptasi baru di lingkungan yang baru. Fungsi dari
bermain adalah untuk perkembangan sensoris dan motorik, perkembangan intelektual,
perkembangan sosial, perkembangan kesadaran diri serta juga kreativitas dari anak (Wong dalam
Heri Saputro, 2017). Menurut Setiawati, dkk (2019) stress yang terjadi akibat proses hospitalisasi
pada anak usia prasekolah sangat berpengaruh pada perawatan dan proses penyembuhan pada
saat anak dirawat di rumah sakit. Menurut Suryanti (2011) tahapan kognitif pada anak usia
sekolah adalah memahami operasi logis dengan bantuan benda yang bersifat kongkrit.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Andy, dkk tahun 2014 yang
berjudul pengaruh stimulasi permainan ular tangga terhadap perubahan sikap siswa tentang
demam berdarah dengue, didapatkan hasil bahwa terrjadi peningkatan pengetahuan dengan
stimulasi yang diberikan menggunakan media permainan ular tangga sebanyak 50% dari yang
sebelumnya 5% dengan uji kemaknaan p=0,000. Menurut Dian (2017) bahwa terapi permainan
edukatif seperti ular tangga dapat meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah terhadap
sesuatu hal yang sifatnya positif dan dapat meningkatkan pola hidup yang baik kepada anak usia
sekolah Menurut data yang diambil dari KPPA RI (2018) bahwa anak yang menjalani rawat inap
di RS swasta adalah sebesar 46,92%. Di ruang anak rumah sakit Siloam Lippo Village
didapatkan bahwa pada tanggal 30 Oktober 2019 terdapat 30% anak usia sekolah dari 13 pasien.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2019 75% anak usia
sekolah tampak adanya kecemasan yang dibuktikan dengan tidak mau berinteraksi dengan
perawat atau petugas kesehatan selama dirawat di rumah sakit. Berdasarkan masalah dan teori
yang sudah dijelaskan di atas, tim penulis tertarik untuk melakukan terapi bermain dengan terapi
bermain dengan ular tangga.untuk menurunkan kecemasan, akibat hospitalisasi serta untuk
meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah tentang pola hidup sehat di ruangan anak kenanga
RSU DEPATI BAHRIN.
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau
lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar
sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini
diciptakan pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga - setiap orang
dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri
bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata
dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung
pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke
kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali
lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain mewarnai selama 1x30 menit diharapkan anak usia sekolah
dapat :
Anak mampu bersosialisasi dengan orang lain yang ada di rumah sakit.
Anak menjadi tenang dan kooperatif
Anak mampu mengenal pola hidup sehat
Sasaran
Peserta Anak usia sekolah dengan rentang umur 6 – 12 tahun tidak mempunyai penyakit
menular dan bersedia ikut dalam terapi bermain ular tangga.
Media
Ular tangga edukatif yang sudah dimodifikasi sesuai dengan tema kesehatan untuk pola
hidup sehat.
1.5 Metode
Penanggung jawab
1. Vilma
Leader
1. Resita
Moderator
1. Frisma
Fasilitator
1. Cut silvia
2. Lisna septarina
Observer
1. Evaluasi struktur
a) 50% pasien anak usia sekolah 6-12 tahun mengikuti terapi bermain ular tangga
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
b) 50% peserta anak mampu bersosialisasi dengan tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
2.0 Dokumentasi
BAB II MATERI
2.1Usia Sekolah
Menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6 – 12 tahun, dimana anak
telah mampu mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar dengan
kemampuan intelektual maupun kemampuan kognitif seperti menulis, membaca dan berhitung.
Karakteristik anak usia sekolah yang sehat memiliki ciri-ciri banyak bermain diluar rumah,
melakukan aktivitas fisik yang tinggi, aktif bergerak, berlari, melompat dan berisiko terpapar
sumber penyakit dan perilaku hidup tidak sehat (Hardinsyah, 2016).
Perkembangan kognitif tiap individu berbeda-beda, ada yang cepat dan ada juga yang
lambat. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya yaitu
asupan gizi (Puspitasari, 2011 dalam Bujuri, 2018). Menurut teori kognitif Piaget, pemikiran
anak pada usia sekolah disebut pemikiran operasioal konkret, dimana anak-anak sudah dapat
memfungsikan akalnya untuk berpikir logis terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata
2.2 Bermain
Bermain merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia anak – anak, dunia
anak adalah dunia bermain, yakni dunia yang penuh spontanitas dan menyenangkan, sesuatu
yang dilakukan dengan penuh semangat karena merupakan hal yang menyenangkan. Arti kata
bermain menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah melakukan sesuatu untuk
bersenang – senang. Kegiatan bermain juga merupakan bagian dari proses belajar anak – anak,
dimana saat bermain aspek fisik, psikis, kognitif dan emosional turut dibentuk.
Menurut Novarina dalam Wulanyani (2013) permainan ular tangga merupakan salah satu
mainan rekreasi ringan yang cukup populer di Indonesia di samping mainan papan lain seperti
monopoli, ludo, dam dan halma. Ular tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di
Indonesia meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan
tersebut. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan sangat interaktif jika
dimainkan bersama-sama. Suhermin dalam Wulanyani (2013) menyatakan bahwa permainan
ular tangga memiliki beberapa keunggulan yaitu:
REFERENSI
Bujuri, Dian Andesta. (2018). Analisis Perkembagan Kognitif Anak Usia Dasar
dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jurnal LITERASI, Vol IX, No.1
Hartono, S. H. (2017). 6 Cara Mengajarkan Prasekolah Mengenal Pola Maka Sehat.
https://nakita.grid.id/read/0212506/6-cara-mengajarkan-prasekolah-mengenal-
pola makan-sehat?page=all diakses Oktober 2019 Hardinsyah & Supariasa. (2016). Ilmu
Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC Heri, S (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak
Sakit,
http://ners.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku-Ajar-
TerapiBermain-Anak.pdf. Diakses Oktober 2019. Setiawati, A . dkk. (2014).