Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

Konsep Medis dan Konsep Keperawatan

“Penyakit Asma Bronkial”

Dosen Pembimbing : Ns. Jamal Bahua, M.Kep

Semester/Kelas: 3/B

Disusun Oleh : Kelompok 2

Ferdiyanto Hendra 841420055


Fahrul Bimansyah Abdul Salam 841420058
Novita Sania Tinaweng 841420059
Deliyana Usman 841420094
Nur fatiya Atuna 841420092
Mahdalia Salsabila Yusuf 841420083
Ivana A. Moha 841420086
Reyta Safitri Baginda 841420090
Padila Njulu 841420088
Sri Fajriani Tahir 841420067
Ni Made Dwi Santika Putri 841420061
Nur Nadila Alamri 841420065
Fadliah Aulia Husain 841420060
Denadi Nur Nabila 841420076
Adrianto Lasulika 841420068
Via Selvina 841420170

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,

taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul Asuhan

Keperawatan Penyakit Asma Bronkial. laporan ini terwujud berkat partisispasi berbagai pihak.

Oleh Karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kami menyadari laporan ini masih jauh dari harapan, yang mana di dalamnya masih

terdapat berbagai kesalahan baik dari segi penyusunan bahasanya, sistem penulisan maupun

isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

sehingga dalam laporan berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya. Adapun

harapan kami semoga laporan ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita

semua dan semoga Allah SWT meridhai kami.Aamiin.

Gorontalo, 1 Oktober 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I Konsep Medis ............................................................................................ 1

A. Definisi....................................................................................................... 1
B. Etiologi....................................................................................................... 1
C. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 1
D. Patofisiologi/Patomekanisme ...................................................................... 2
E. Klasifikasi .................................................................................................. 2
F. Prognosis .................................................................................................... 2
G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 3
H. Penatalaksanaan.......................................................................................... 5
I. Komplikasi ................................................................................................. 6
J. Pencegahan................................................................................................. 6

BAB II Konsep Keperawatan .............................................................................. 7

A. Pengkajian .................................................................................................. 7
B. Pathway...................................................................................................... 12
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 13
D. Rencana Intervensi Keperawatan ................................................................ 14
E. Implementasi Keperawatan ......................................................................... 31
F. Evaluasi ..................................................................................................... 32
G. Dokumentasi .............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

ii
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi Asma Bronkial


Asma Bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di
dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan
atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa
gejala tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai
berat bahkan dapat menimbulkan kematian (Nugroho.T, 2016).

B. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun suatu hal yang
sering kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivis bronchus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsang imunologi maupun non imunologi.
Karea sifat tersebut, maka serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsang baik fisik,
metabolisme, kimia, allergen, infeksi dan sebagainya. Faktor penyebab yang sering
menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Faktor-faktor
tersebut adalah (Ghofur, A. 2008) :
1. Alergen utama : debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan
2. Iritan dengan asap, bau-bauan, dan polutan
3. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
4. Perubahan cuaca yang ekstrem
5. Aktivitas fisik yang berlebih
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Emosi
9. Lain-lain : seperti refluks gastro esofagus

C. Manifestasi Klinis
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

1
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik (Halim Danukusumo, 2000, hal
218-229)

D. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca,
kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperraktivitas bronkus dalam saluran
pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imunoglobin E (IgE). IgE
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast, kemudian sel mast tersensitasi.
Sel mast tersensitasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi
akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa,
peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan
menyebabkan proliferasi akibat terjadinya sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas
sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi.
Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang
akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO 2 dalam kapiler
(hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu
membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun
dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana
oksigenasi ke jaringan tidak memadai sehingga terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis (Nugroho, T. 2016).

E. Klasifikasi
1. Asma alergik / ekstrinsik
Asma alergik disebabkan oleh allergen terhadap bulu binatang, debu, ketombe, tepung
sari, makanan, dan lain – lain.
2. Idiopatic atau nonallergic asthma / intrinsic
Merupakan jenis asma yang disebabkan olh faktor – faktor seperti common cold, infeksi
saluran nafas atas, aktivitas, emosi dan polusi lingkungan dapat menimbulkan serangan
asma.
3. Asma campuran
Merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan. Dikarakteristikkan dengan
bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau non-alergik.

F. Prognosis
Prognosis Asma Bronkial dikatakan baik bila asma bronkial terkontrol dengan baik
secara khas mempunyai gejala serangan yang bisa dibalik, yang dapat dikendalikan dengan
pengobatan, sering pada pasien rawat jalan. Dikatakan prognosisnya buruk bila pasien yang

2
tidak beraksi terhadap pengobatan atau yang menggunakan pengobatan yang tidak sesuai
bisa terjadi kematian selama serangan asma.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Pada
penderita dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut :
a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltraste paru
d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru
e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru
2. Uji Kulit
Tujuan dari uji kulit ini adalah untuk menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik
dalam tubuh. Uji alergen positif tidak selalu merupakan penyebab asma, jadi uji
tersebut hanya sebagai penyokong anamnesis.
3. Elektrokardiografi (EKG)
a) Terjadi right axis deviation
b) Adanya hipertropo otot jantung right bundle branch bock
c) Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES atau terjadi depresi segmen
ST negatif
4. Scanning Paru
Melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma
bronkial tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Pemeriksaan spirometri dugunakan untuk mengukur faal paru, menilai beratnya
obstruksi, dan efek pengobatan. Pada asma kegunaan spirometri disamakan dengan
tensimeter pada penatalaksanaan hipertensi atau glukometer pada diabetes melitus.
Pemeriksaan siprometri penting dalam menegakkan diagnosis karena banyak pasien
asma tanpa keluhan, tetapi pemeriksaan spirometri menunjukkan obstruksi. Hal tersebut
mengakibatkan pasien mudah mengalami serangan asma dan bila berlangsung lama
dapat berlanjut menjadi penyakit paru obstruksi kronik.
Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
hirup (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik beta. Diagnosis asma ditunjukkan
dengan adanya peningkatan VEP1 sebanyak > 12% atau > 200 mL. Tetapi respon yang
kurang dari 12% atau kurang dari 200 mL tidak berarti bukan asma. Hal tersebut dapat
terjadi pada pasien yang sudah normal atau mendekati normal. Respon terhadap
bronkodilator juga tidak dijumpai pada obstruksi saluran nafas yang berat, karena obat
tunggal bronkodilator tidak cukup kuat memberikan efek yang diharapkan.

3
Kemungkinan diperlukan kombinasi obat golongan adrenergik beta, teofilin, dan
kortikosteroid dalam jangka waktu pengobatan 2-3 minggu untuk melihat reversibilitas
pada hal yang disebutkan di atas. Reversibilitas dapat terjadi tanpa pengobatan dan dapat
dilihat dari hasil pemeriksaan spirometri yang dilakukan pada saat yang berbeda,
misalnya beberapa hari atau beberapa bulan kemudian.
6. Foto Dada
Tujuan dari foto dada adalah untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi
saluran nafas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru.
7. Pemeriksaan Kadar IgE Total dan IgE Spesifik dalam Sputum
Pemeriksaan IgE total hanya berguna untuk menyokong adanya atopi.
Pemeriksaan IgE spesifik lebih bermakna dilakukan apabila uji kulit tidak dapat
dilakukan atau hasilnya kurang meyakinkan.
8. Uji Provokasi Bronkus
Apabila pemeriksaan spirometri normal, dapat dilakukan uji provokasi bronkus
untuk menunjukkan adanya hiperaktivitas bronkus. Beberapa cara untuk melakukan uji
provokasi bronkus meliputi uji provokasi dengan histamin, metakolin, kegiatan jasmani,
udara dingin, larutan garam hipertonik, dan dengan aqua destilata. Penurunan VEP1 >
20% dianggap bermakna. Uji dengan kegiatan jasmani dilakukan dengan menyuruh
pasien berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80%-90% dari
maksimum. Dianggap bermakna apabila penurunan APE (Arua Puncak Ekspirasi) >
10%.
Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitivitas tinggi tetapi
spesifitas rendah, yang berarti hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma
persisten, namun hasil positif tidak selalu berarti pasien menderita asma. Hasil positif
dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis alergi dan gangguan dengan penyempitan
saluran nafas seperti PPOK, bronkiektasis, dan fibrosis kistik.
9. Analisis Gas Darah
Analisis gas darah hanya dilakukan pada asma berat. Pada fase awal serangan
terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2 < 35 mmHg), lalu pada stadium yang lebih
berat PaCO2 mendekati normal hingga normo-kapnia. Kemudian pada asma yang sangat
berat terjadi hiperkapnia (PaCO2 > 45 mmHg), hipoksemia, dan asidosis respiratorik.
10. Pemeriksaan Sputum
Sputum eosinofil sangat dominan pada asma, sedangkan pada bronkitis kronis
sputum yang dominan adalah neutrofil.
11. Pemeriksaan Eosinofil Total
Pada pasien asma jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat. Hal
tersebut dapat membantu untuk membedakan asma dengan bronkitis kronis. Pemeriksaan
eosinofil total juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan dosis kortikosteroid
yang dibutuhkan oleh pasien asma.

4
H. Penatalaksanaan
 Non Farmakologi
1. Edukasi Pasien
Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar bekerja
sama dalam melakukan penatalaksanaan terhadap pasien asma. Hal ini
bertujuan untuk:
 Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum
dan pola penyakit asma sendiri)
 Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam menangani asma
secara mandiri)
 Meningkatkan kepuasan
 Meningkatkan rasa percaya diri
 Meningkatkan kepatuhan dan penanganan mandiri
 Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan
mengontrol asma
2. Pengukuran Peak Flow Meter
Pengukuran ini dengan peak flow meter ini adalah untuk mengukur Arus
Puncak Ekspirasi yang bertujuan untuk :
 Mengetahui apa yang membuat asma memburuk
 Memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan
berjalan baik
 Memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan
atau penghentian obat
 Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis/dokter/IGD
3. Identifikasi dan pengendalian faktor pencetus
4. Pemberian oksigen
5. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat, dapat dilakukan dengan :
 Berhenti merokok
 Menghindari obesitas
 Kegiatan fisik misalnya senam asma
8. Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan
batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural
drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang
banyak.

5
I. Komplikasi
Komplikasi adalah akibat asma yang tidak terkendali antara lain :
1. Tidur yang terganggu, dengan akibat gangguan konsentrasi pada jam pelajaran sekolah
atau pekerjaan. Seringnya angka absensi, tidak naik kelas, atau terhambatnya promosi
2. Fungsi paru-paru yang terganggu menghalangi aktivitas fisik atau olahraga,
meningkatknya resiko penyakit jantung
3. Peradangan menahun pada saluran pernapasan bisa mengakibatkan kerusakan
permanen pada paru
4. Peningkatan risiko kematian karena serangan asma yang parah (Sunarti, 2011).

J. Pencegahan Asma Bronkial


Beberapa langkah pencegahan asma yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Hindari pemicunya
2. Menggunakan pengobatan pencegah penyakit asma
3. Bawa obat kemanapun anda pergi
4. Pakai pelembap udara (humidifer)
5. Berolahraga dengan tepat dan tidak berlebihan
6. Pakai masker mulut
7. Imunoterapi
8. Atur pola makan
9. Sering cek fungsi paru
10. Biasakan bernafas lewat hidung
11. Bersihkan tempat tidur secara rutin
12. Cuci bantal guling dengan air panas
13. Pakai bantal tinggi
14. Peka terhadap perubahan cuaca
15. Mengelola stress dengan baik

6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan bersinambungan. Sebenarnya, pengkajian adalah proses
bersinambungan yang dilakukanpada semua fase proses keperawatan. Misalnya, pada
fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk melakukan hasil strategi keperawatan dan
mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan bergantung pada
pengumpulan data yang akurat dan lengkap (Kozier, Berman, & Snyder, 2011).
1. Identitas Klien
a. Usia: asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai
pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga
kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
b. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang
kemudian sama pada usia 30 tahun. (Soemantri, 2009)
c. Tempat tinggal dan jenis pekerjaan: lingkungan kerja diperkirakan
merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2- 15% klien dengan asma
bronkial (Muttaqin, 2012). Kondisi rumah, pajanan alergen hewan di dalam
rumah, pajanan asaprokok tembakau, kelembapan, dan pemanasan (Francis,
2011).
2. Keluhan Utama
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah dispneu
(bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (Soemantri,
2009).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu pasien
mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pasien yang sudah menderita
penyakit asma, bahkan keluarga yang sudah menderita penyakit asma/faktor
genetik (Ghofur A, 2008).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran
nafas bagian bawah (Soemantri, 2009).

7
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Klien dengan asma bronkial sering kali
didapatkan adanya riwayat penyait keturunan, tetapi pada beberapa klien
lainnya tidak ditemukan penyakit yang sama pada anggota keluarganya
(Soemantri, 2009).
e. Pola Hidup : Perempuan lebih rentan terhadap laki-laki. Risiko akan bertam-
bah pada perempuan yang merokok atau tinggal pada daerah yang padat
polusi dan tercemar (Mumpuni & Wulandari, 2013).
f. Faktor Sosial Ekonomi : Pengkajian terhadap faktor-faktor sosial/ekonomi
yang berdampak pada kesehatan (Marrelli, 2008).
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Nutrisi
Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari
hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah (Padila,
2012).
b. Eliminasi
Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air kecil.
Kebiasaan menahan buang air besar akan menyebabkan feses menghasilkan
radikal bebas yang bersifat meracuni tubuh, menyebabkan sembelit, dan
semakin mempersulit pernafasan(Mumpuni & Wulandari, 2013).
c. Aktivitas
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
(Wijaya & Putri, 2013).
1) Istirahat/tidur
Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
(Mumpuni & Wulandari, 2013). Ketidakmampuan untuk tidur, perlu
tidur dalam posisi duduk tinggi (Wijaya & Putri, 2013).
2) Aktivitas
a) Pekerjaan: lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor
pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan asma
bronkial (Muttaqin, 2012).
b) ADL
Perasaan selalu merasa lesu dan lelah akibat kurangnya
pasokan O2ke seluruh tubuh (Mumpuni & Wulandari, 2013).
c) Pemeriksaan ekstermitas (atas dan bawah)
Perasaan selalau merasa lesu dan lelah akibat kurangnya

8
pasokan O2 ke seluruh tubuh (Mumpuni & Wulandari, 2013).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Klien
Keadaan umumpada pasien asma yaitu compas metis, lemah, dansesak nafas.
b. Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi : pemerataan rambut, berubah/tidak, simetris, bentukwajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema.
c. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan. Palpasi : tidak ada
nyeri tekan.
d. Pemeriksaan mata
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, konjungtivaanemis,
reflek cahaya normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
e. Pemeriksaan mulut dan farink
Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut, biasanya
ada kesulitan dalam menelan.
Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembesarankelenjar
tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
g. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi : ketiak tumbuh rambut/tidak, kebersihan ketiak, ada lesi/tidak,ada
benjolan/tidak.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
h. Pemeriksaan thorak
1) Pemeriksaan paru
Inspeksi : batuk produktif/nonproduktif, terdapat sputum yang kental
dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot tambahan,
sianosis (Somantri, 2009). Mekanika bernafas,pernafasan cuping
hidung, penggunaan oksigen,dan sulit bicara karena sesak nafas
(Marelli, 2008).

9
Palpasi : bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan
(Somantri, 2009). Takikardi akan timbul diawal serangan, kemudian
diikuti sianosis sentral (Djojodibroto, 2016).
Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi (kowalak, Welsh,
& Mayer, 2012).
Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing)
pada fase respirasi semakin menonjol (Somantri, 2019).
2) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri. Perkusi :
pekak.
Auskultasi : BJ 1dan BJ 2 terdengar tunggal, ada suara
tambaha/tidak.
i. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk tidak simetris.
Auskultasi : bising usus normal (5-30x/menit). Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tympani.
j. Pemeriksaan integumen
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak adaoedema.
Palpasi : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan.
k. Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)
Inspeksi : otot simetri, tidak ada fraktur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
l. Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut pubis merata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
b. Tes Provokasi Bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev sebesar20% atau

10
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum
dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 105 atau lebih.
c. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup): hanya dilakukan pada serangan
asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis
respiratorik.
2) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang
menyebabkan trensudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah
sekelompok sel-sel epitelnya dari perlekatannya. Pewarnaan gram
penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudiandiikuti
kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik.
3) Sel eosinofil: pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai
1000-1500/mm3 baik asma instrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan
hitung sel eosinosil normal antara 100-200/mm3.
4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang lebihdari
15.000/mm3terjadi karena adanya infeksi SGOT dan SGPT
meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia dan
hiperkapnea.
e. Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien asma bronkial
biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi
asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis.
(Muttaqin, 2012)

11
B. PATHWAY

Alergen Stress Cuaca Genetik

Merangsang reaksi hiperaktivitas bronkus

Merangsang sel plasma menghasilkan IgE

Menempel pada reseptor sel mast

Sel mast mengalami degranulasi

Pelepasan mediator : histamin, bradikinin dan substansi lambat

Vasodilatasi Kontraksi otot polos Sekresi sel Goblet Merangsang nonsiseptor


saluran nafas

Permeabilitas kapiler Dihantar ke serabut


Bronkospasme ( Spasme Hipersekresi perifer
otot bronkus)
Edema saluran nafas
Mukus berlebih Medula Spinalis
(Edema dinding bronkiolus)

Sistem aktivasi retikular

Spasme jalan nafas -Batuk


Persepsi Nyeri
6 - Mengi/ Wheezing
Dx : -Sesak nafas
Risiko Obstruksi jalan nafas
defisit Nyeri dada
nutrisi 1 Dx: Bersihan jalan nafas
Sulit menelan Dispnea
tidak efektif 4
3
Dx : Nyeri
Dx : Akut
G3 Hipoksemia Tekanan partial O2 di Alveoli
Pertuk
aran
gas Hipoksia Peningkatan kerja oto bantu pernafasan

2
Jaringan kekurangan O2 uribe metabolisme DX : Pola nafas tidak efektif

Respirasi anaerob 12
5

Penimbunan Asam laktat DX : Intoleransi Aktivitas


C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D. 0001)


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
2. Pola napas tidak efektif (D. 0005)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
3. Gangguan pertukaran gas (D. 0003)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
4. Nyeri akut (D. 0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
5. Intoleransi aktivitas (D. 0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
6. Resiko defisit nutrisi (D. 0032)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan

13
D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Intervensi
NO Hasil Rasional
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif Observasi
Efektif (D. 0001) (L.01001) (I.01006) - Untuk mengetahui kemampuan batuk
- Untuk mengetahui adanya retensi
Definisi Setelah di lakukan tindakan Observasi sputum
Ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi kemampuan - Untuk mengetahui tanda dan gejala
membersihkan secret atau jam diharapkan batuk infeksi saluran napas
obstruksi jalan napas untuk kemampuan membersihkan - Monitor adanya retensi - Untuk mengetahui input dan output
mempertahankan jalan napas secret atau obstuksi jalan sputum cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)
tetap paten. napas untuk - Monitar tanda dan gejala Terapeutik
Penyebab mempertahankan jalan infeksi saluran napas - Untuk mengetahui posisi semi-Fowler
Fisiologis napas tetap paten. - Monitor input dan output atau Fowler
1. Spasme jalan napas cairan (mis. Jumlah dan - Untuk mengetahui pemasangan perlak
2. Hipersekresi jalan Dengan kriteria hasil : karakteristik) dan bengkok di pangkuan pasien
napas - Batuk efektif Terapeutik - Untuk mengetahui bagaimana cara
3. Disfungsi meningkat - Atur posisi semi-Fowler pembuangan secret pada tempat sputum
neuromuscular - Produksi sputum atau Fowler Edukasi
4. Benda asing dalam menurun - Pasang perlak dan - Untuk mengetahui tujuan dan prosedur
jalan napas - Mengi menurun bengkok di pangkuan batuk efektif
5. Adanya jalan napas - Wheezing menurun pasien - Untuk memberikan cara tarik napas
buatan - Mekonium (pada - Buang secret pada tempat dalam melalui hidung selama 4 detik,
6. Sekresi yang tertahan neonatus) menurun sputum ditahan selama 2 detik, kemudian
7. Hiperplasia dinding - Dispnea menurun Edukasi keluarkan dari mulut dengan bibir
jalan napas - Ortopnea menurun mencucu (dibulatkan) selama 8 detik

14
8. Proses infeksi - Sulit bicara - jelaskan tujuan dan - Untuk memberikan cara mengulangi
9. Respon alergi menurun prosedur batuk efektif tarik napas sebanyak tiga kali
10. Efek agen farmakologis - Sianosis menurun - anjurkan tarik napas - Untuk memberikan cara batuk dengan
(mis. Anastesi) - Gelisah menurun dalam melalui hidung kuat langsung setelah tarik napas dalam
Situasional - Frekuensi napas selama 4 detik, ditahan yang ke-3
1. Merokok aktif membaik selama 2 detik, kemudian Kolaborasi
2. Merokok pasif - Pola napas keluarkan dari mulut - Untuk berkolaborasi pemberian
3. Terpajan polutan membaik dengan bibir mencucu mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor (dibulatkan) selama 8
Subjektif detik
(tidak tersedia) - anjurkan mengulangi tarik
Objektif napas sebanyak tiga kali
1. Batuk tidak efektif - anjurkan batuk dengan
2. Tidak mampu batuk kuat langsung setelah tarik
3. Sputum berlebih napas dalam yang ke-3
4. Mengi, wheezing Kolaborasi
dan/atau ronkhi kering - kolaborasi pemberian
5. Mekonium di jalan mukolitik atau
napas (pada neonatus) ekspektoran, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Sinosis
3. Bunyi napas menurun

15
4. Frekuensi napas
berubah
5. Pola napas berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre syndrome
2. Sklerosis multepel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostic
(mis. Bronkoskopi,
transesophageal
echocardiography[TEE
])
5. Depresi system saraf
pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi
mekonium
10. Infeksi saluran napas
Pola napas tidak efektif (D. Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas Observasi
2. 0005) (I.01011) - untuk mengetahui pola napas
Setelah di lakukan tindakan (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Definisi keperawatan selama 3x24 Observasi - untuk mengetahui bunyi napas
Inspirasi dan/atau ekspirasi jam diharapkan inspirasi - monitor pola napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
yang tidak memberikan dan/atau ekspirasi yang (frekuensi, kedalaman, wheezing, ronkhi kering)
ventilasi yang adekuat memberikan ventilasi yang usaha napas) - untuk mengetahui jumlah warna, aroma
Penyebab adekuat sputum

16
1. Depresi pusat - monitor bunyi napas
pernapasan Kriteria Hasil: tambahan (mis. Gurgling, Terapeutik
2. Hambatan upaya napas - Dispnea menurun mengi, wheezing, ronkhi - untuk mempertahankan kepatenan
(mis. Nyeri saat - Penggunaan otot kering) jalan napas dengan head-titt dan chin-
bernapas, kelemahan bantu napas - monitor sputum (jumlah, litt (jaw-thrust jika curiga trauma
otot pernapasan) menurun warna, aroma) servikal)
3. Deformitas dinding - Pemanjangan fase - untuk memposisikan pasien semi-
dada ekspirasi menurun Terapeutik Fowler atau Fowler
4. Deformitas tulang dada - Ortopnea menurun - pertahankan - memberikan minuman hangat agar
5. Gangguan - Pernapasan pursed- kepatenan jalan membersihkan sputum yang ada di
neuromuscular lip menurun napas dengan head- tenggorakan
6. Gangguan neurologis - Pernapasan cuping titt dan chin-litt (jaw- - melakukan fisioterapi dada, jika perlu
(mis. hidung menurun thrust jika curiga - melakukan penghisapan lender kurang
Elektroensefalogram - Frekuensi napas trauma servikal) dari 15 detik
[EEG] positif, cedera membaik - posisikan semi- - melakukan hiperoksigenasi sebelum
kepala, gangguan - Kedalaman napas Fowler atau Fowler penghisapan endotrakeal
kejang) membaik - berikan minum - mengeluarkan sumbatan benda padat
7. Imaturitas neurologis - Ekskursi dada hangat dengan forsep McGill
8. Penurunan energy membaik - lakukan fisioterapi - berikan oksigen, jika perlu
9. Obesitas - Ventilasi semenit dada, jika perlu Edukasi
10. Posisi tubuh yang membaik - lakukan penghisapan - menganjurkan asupan cairan 2000
menghambat ekspansi - Kapasitas vital lender kurang dari 15 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
paru membaik detik - ajarkan teknik batuk efektif
11. Sindrom hipoventilasi - Diameter thoraks - lakukan Kolaborasi
12. Kerusakan inervasi anterior-posterior hiperoksigenasi berkolaborasi pemberian bronkodilator,
diafragma (kerusakan membaik sebelum ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
saraf C5 keatas) - Tekanan ekspirasi penghisapan
membaik endotrakeal

17
13. Cedera pada medulla Tekanan inspirasi membaik - keluarkan sumbatan
spinalis benda padat dengan
14. Efek agen farmakologis forsep McGill
15. Kecemasan - berikan oksigen, jika
Gejala dan tanda Mayor perlu
Subjektif Edukasi
1. Dispnea - anjurkan asupan
Objektif cairan 2000 ml/hari,
1. Penggunaan otot bantu jika tidak
pernapasan kontraindikasi
2. Fase ekspirasi - ajarkan teknik batuk
memanjang efektif
3. Pola napas abnormal Kolaborasi
(mis. Takipnea, - kolaborasi
bradipnea, pemberian
hiperventilasi, bronkodilator,
kussmaul, cheyne- ekspektoran,
stokes) mukolitik, jika perlu.
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat

18
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Depresi system saraf
pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre
syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
3. Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi Observasi
(D. 0003) (I.01014) - untuk mengetahui frekuensi,
Setelah di lakukan tindakan irama, kedalaman, dan upaya
Definisi keperawatan selama 3x24 Observasi napas
Kelebihan atau kekurangan jam diharapkan oksigenasi - monitor frekuensi, - untuk mengetahui pola napas
oksigenasi dan/atau eliminasi dan/atau eliminasi irama, kedalaman, (seperti bradipnea, takipnea,
karbondioksida pada dan upaya napas

19
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler - monitor pola napas hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
membrane alveolus-kapiler dalam batas normal (seperti bradipnea, Stokes, Biot, ataksik)
Penyebab takipnea, - untuk melihat kemampuan batuk
1. Ketidakseimbangan Dengan Kriteria Hasil: hiperventilasi, efektif
ventilasi-perfusi - Tingkat kesadaran kussmaul, Cheyne- - untuk melihat adanya produksi
2. Perubahan membrane meningkat Stokes, Biot, ataksik) sputum
alveolus-kapiler - Dispnea menurun - monitor kemampuan - untuk melihat adanya sumbatan
Gejala dan Tanda Mayor - Bunyi napas batuk efektif jalan napas
Subjektif tambahan menurun - monitor adanya - untuk melakukan palpasi
1. Dispnea - Takikardi menurun produksi sputum kesimetrisan ekspansi paru
Objektif - Pusing menurun - monitor adanya - untuk mengauskultasi bunyi napas
1. PCO2 - Penglihatan kabur sumbatan jalan napas - unruk melihat saturasi oksigen
meningkat/menurun menurun - palpasi kesimetrisan - untuk melihat nilai AGD
2. PO2 menurun - Diaphoresis ekspansi paru - untuk memeriksa hasil x-ray
3. Takikardi menurun - auskultasi bunyi toraks
4. pH arteri - Gelisah menurun napas Terapeutik
meningkat/menurun - Napas cuping - monitor saturasi - untuk mengatur interval
5. bunyi napas tambahan hidung menurun oksigen pemantauan respirasi sesuai
Gejala dan Tanda Minor - PCO2 membaik - monitor nilai AGD kondisi pasien
Subjektif - PO2 membaik - monitor hasil x-ray - untuk mendokumentasi hasil
1. pusing - pH arteri membaik toraks pemantauan
2. penglihatan kabur - sianosis membaik Terapeutik Edukasi
objektif - pola napas membaik - atur interval - jelaskan tujuan dan prosedur
1. sianosis - warna kulit pemantauan respirasi pemantauan
2. diaphoresis membaik sesuai kondisi pasien - informasikan hasil pemantauan,
3. gelisah - dokumentasi hasil jika perlu
4. napas cuping hidung pemantauan
Edukasi

20
5. pola napas abnormal - jelaskan tujuan dan
(cepat/lambat, prosedur
regular/ireguler, pemantauan
dalam/dangkal) - informasikan hasil
6. warna kulit abnormal pemantauan, jika
(mis. Pucat, kebiruan) perlu
7. kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit Paru
Obstruktid Kronis
(PPOK)
2. Gagal jantung
kongestif
3. Asma
4. Pneumonia
5. Tuberculosis paru
6. Penyakit membrane
hialin
7. Asfiksia
8. Persistent pulmonary
hypertension of
newborn (PPHN)
9. Prematuritas
10. Infeksi saluran napas
4. Nyeri akut (D. 0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Observasi:
Nyeri(I.08238)
1. untuk mengetahui lokasi,
Definisi Setelah di lakukan tindakan Definisi :
karakteristik, durasi,
keperawatan selama 3x24

21
Pengalaman sensorik atau jam diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas
Mengidentifikasi dan
emosional yang berkaitan Pengalaman sensorik atau nyeri.
meng elola pengalaman
dengan kerusakan jaringan emosional yang berkaitan
sensori atau emosional 2. untuk mengetahui skala nyeri
aktual atau fungsional, dengan dengan kerusakan jaringan
yang berkaitan dengan
onset mendadak atau lambat aktual atau fungsional, 3. Untuk mengetahui respon
kerusakan jaringan atau
dan berintensitas ringan hingga dengan onset mendadak nyeri dan non verbal
fungsional dengan onset
berat yang berlangsung kurang atau lambat dan 4. Untuk mengetahui faktor yang
mendadak atau lambat dan
dari 3 bulan. berintensitas ringan hingga memperberat dan
berintensitas ringan
Penyebab berat dan konstan memperingan nyeri
hingga berat dan konstan
1. Agen pencedera
Tindakan: 5. Untuk memberikan
fisiologis (mis. Dengan Kriteria Hasil:
Observasi: pengetahuan dan keyakinan
Inflamasi, iskemia, - kemampuan
neoplasma) menuntaskan 1. Identifikasi lokasi, tentang nyeri
2. Agen pencedera aktivitas meningkat karakteristik, 6. Untuk memberikan pengaruh
kimiawi (mis. - keluhan nyeri durasi, frekuensi, budaya terhadap respon nyeri
Terbakar, bahan kimia menurun kualitas, intensitas
nyeri. 7. Untuk memberikan pengaruh
iritan) - meringis menurun
nyeri pada kualitas hidup
3. Agen pencedera fisik - sikap protektif 2. Identifikasi skala
(mis. Abses, amputasi, menurun nyeri 8. Monitor keberhasilan terapi
terbakar, terpotong, - gelisah menurun komplementer yang sudah
mengangkat berat, - kesulitan tidur 3. Identifikasi respon diberikan
prosedur operasi, nyeri dan non
menurun
verbal 9. Monitor efek samping
trauma, latihan fisik - menarik diri penggunaan analgetik
berlebih) menurun 4. Identifikasi faktor Terapeutik:
Gejala dan Tanda Mayor - berfokus pada diri yang memperberat 1. Berikan tehnik non farmakologis
Subjektif sendiri menurun dan memperingan untuk mengurangi rasa nyeri
1. Mengeluh nyeri - diaphoresis nyeri (mis, TENS, hipnosis,
Objektif menurun

22
1. Tampak meringis - perasaan depresi akupresure, terapi music,
5. identifikasi
2. Bersikap protektif (mis. (tertekan) menurun biofeedback, terapi
pengetahuan dan
Waspada, menghindari - perasaan takut pijat,aromaterapi, teknik
keyakinan tentang
posisi nyeri) mengalami cedera imajinasi terbimbing,kompres
nyeri
3. Gelisah berulang menurun hangat/dingin,terapi bermain)
4. Frekuensi nadi - anoreksi menurun 6. Identifikasi 2. Untuk melihat lingkungan yang
meningkat - perineum terasa pengaruh budaya memperberat rasa nyeri
5. Sulit tidur tertekan menurun terhadap respon (mis.suhu ruangan,
Gejala dan Tanda Minor - uterus teraba nyeri pencahayaan, kebisingan)
Subjektif nenbulat menurun 7. Identifikasi 3. Untuk memberikan Fasilitas
(tidak tersedia) - ketegangan otot pengaruh nyeri istrahat dan tidur
Objektif menurun pada kualitas hidup 4. Untuk memberikan jenis dan
1. Tekanan darah - pupil dilatasi sumber nyeri dalam pemilihan
meningkat menurun 8. monitor trategi meredakannyeri
2. Pola napas berubah keberhasilan terapi Edukasi
- mual menurun
nafsu makan berubah komplementer
- muntah menurun 1. Memberikan penjelasan penyebab,
3. Proses berpikir yang sudah
- frekuensi nadi periode danpemicu nyeri
terganggu diberikan
membaik
4. Menarik diri - pola napas membaik 9. Monitor efek 2. Memberikan penjelasan strategi
5. Berfokus pada diri - tekanan darah samping meredakan nyeri
sendiri membaik penggunaan 3. Untuk memonitor nyeri secara
6. Diaphoresis - proses berpikir analgetik mandiri
Kondisi Klinis Terkait membaik Terapeutik:
1. Cedera pembedahan 4. Untuk menganjurkan
- fokus membaik 1. Berikan tehnik non
2. Cedera traumatis menggunakan analgetik secara
- fungsi berkemih farmakologis
3. Infeksi tepat
membaik untuk mengurangi
4. Sindrom koroner akut - perilaku membaik rasa nyeri (mis, 5. Untuk mengajarkan teknik
5. Glaukoma TENS, hipnosis, nonfarmakologi untuk mengurangi

23
- nafsu makan akupresure, terapi rasa nyeri
membaik music,
- pola tidur membaik biofeedback, terapi Kolaborasi:
pijat, aromaterapi, 1. melakukan pemberian analgetik
teknik imajinasi jika perlu
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol
lingkungan yang
memperrberat rasa
nyeri (mis.suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istrahat
dan tidur
4. Mempertimbangka
n jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri

24
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu

5. Intoleransi aktivitas (D. Toleransi Aktivitas Manajemen Energi Observasi


0056) (L.05047) (I.05178) - Untuk mengetahui gangguan
fungsi tubuh yang mengakibatkan
Definisi Setelah di lakukan tindakan Observasi kelelahan
Ketidakcukupan energy untuk keperawatan selama 3x24 - Identifikasi - Untuk melihat kelelahan fisik dan
melakukan aktivitas sehari-hari jam diharapkan respon gangguan fungsi pola dan jam tidur
Penyebab fisiologis terhadap aktivitas tubuh yang - Untuk melihat lokasi dan
1. ketidakseimbangan yang membutuhkan tenaga mengakibatkan ketidaknyamanan selama
antara suplai dan kelelahan melakukan aktivitas
kebutuhan oksigen Kriteria Hasil: Terapeutik

25
2. tirah baring - kemudahan - Monitor kelelahan - Untuk menyediakan lingkungan
3. kelemahan melakukan aktivitas fisik dan nyaman dan rendah stimulus (mis.
4. imobilitas sehari-hari - Monitor pola dan Cahaya, suara, kunjungan)
5. gaya hidup monoton meningkat jam tidur - Untuk melakukan latihan rentang
Gejala dan Tanda Mayor - kecepatan berjala - Monitor lokasi dan gerak pasif dan/atau aktif
Subjektif meningkat ketidaknyamanan - Untuk memberikan aktivitas
1. mengeluh lelah - jarak berjalan selama melakukan distraksi yang menenangkan
objektif meningkat aktivitas - Untuk memberiakan fasilitasi
1. frekuensi jantung - kekuatan tubuh Terapeutik duduk disisi tempat tidur, jika
meningkat >20% dari bagian atas - Sediakan lingkungan tidak dapat berpidah atau berjalan
kondisi istirahat meningkat nyaman dan rendah Edukasi
Gejala dan Tanda Minor - kekuatan tubuh stimulus (mis. - Untuk menganjurkan tirah baring
Subjektif bagian bawah Cahaya, suara, - Untuk menganjurkan melakukan
1. dispnea saat/setelah meningkat kunjungan) aktivitas secara bertahap
aktivitas - toleransi menaiki - Lakukan latihan - Untuk menganjurkan
2. merasa tidak nyaman tangga meningkat rentang gerak pasif menghubungi perawat jika tanda
setelah aktivitas - keluhan lelah dan/atau aktif dan gejala kelelahan tidak
3. merasa lemah menurun - Berikan aktivitas berkurang
objektif - dispnea saat distraksi yang - Untuk mengajarkan strategi
1. tekanan darah berubah aktivitas menurun menenangkan koping untuk mengurangi
>20 % dari kondisi - dispnea setelah - Fasilitasi duduk kelelahan
istirahat aktivitas menurun disisi tempat tidur, Kolaborasi
2. gambaran EKG - sianosis menurun jika tidak dapat -untuk melakukan kolaborasi dengan ahli
menunjukan aritmia - perasaan lemah berpidah atau gizi tentang cara meningkatkan asupan
saat/setelah aktivitas menurun berjalan makanan
3. gambaran EKG - frekuensi nadi Edukasi
menunjukan iskemia membaik - Anjurkan tirah
4. sianosis baring

26
Kondisi Klinis Terkait - warna kulit - Anjurkan melakukan
1. anemia membaik aktivitas secara
2. gagal jantung kongestif - tekanan darah bertahap
3. penyakit jantung membaik - Anjurkan
koroner - saturasi oksigen menghubungi
4. penyakit katup jantung membaik perawat jika tanda
5. aritmia - frekuensi napas dan gejala kelelahan
6. penyakit paru membaik tidak berkurang
obstruktif kronis EKG iskemia membaik - Ajarkan strategi
(PPOK) koping untuk
7. gangguan metabolic mengurangi
8. gangguan kelelahan
muskuloskeletal Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
6. Resiko defisit nutrisi (D. Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Gangguan Observasi :
0032) Napas 1. Untuk mengetahui asupan dan
Setelah di lakukan tindakan Observasi : keluarnya makanan dan cairan serta
Definisi keperawatan selama 3x24 1. Monitor asupan dan kebutuhan kalori pasien
Beresiko mengalami asupan jam diharapkan keluarnya makanan dan
nutrisi tidak cukup untuk keadekuatan asupan nutrisi cairan serta kebutuhan Terapeutik :
memenuhi kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan kalori 1. Untuk mengetahui berat badan
metabolism metabolism pasien
Faktor Resiko Terapeutik : 2. Agar pasien merasa dihargai
1. ketidakmampuan Kriteria Hasil: 1. Timbang berat badan 3. Agar pasien dapat melakukan
menelan makanan secara rutin pengobatan secara mandiri di rumah
2. Berikan penguatan

27
2. ketidakmampuan - Porsi makan yang posisif terhadap Edukasi :
mencerna makanan dihabiskan keberhasilan target dan 1. Agar perawat dapat mengetahui
3. ketidakmampuan meningkat perubahan perilaku pemicu pengeluaran makanan dari
mengabsorbsi nutrient - Kekuatan otot 3. Rencanakan program pasien
4. peningkatan kebutuhan pengunyah pengobatan untuk 2. Agar pasien dapat menyelesaikan
metabolism meningkat perawatan di rumah masalah sesuai dengan kopingnya
5. faktor ekonomi (mis. - Kekuatan otot (mis. medis, konseling)
Financial tidak menelan meningkat Kolaborasi :
mencukupi) - Serum albumin Edukasi : Metode makan dan kebutuhan kalori
6. faktor psikologis (mis. meningkat 1. Anjurkan membuat didasarkan pada situasi kebutuhan
Stress, keengganan - Verbalisasi catatan harian tentang individu untuk memberikan nutrisi
untuk makan) keinginan untuk perasaan dan situasi maksimal dengan upaya minimal pasien
Kondisi Klinis Terkait meningkatkan pemicu pengeluaran
1. stroke nutrisi meningkat makanan (mis.
2. Parkinson - Pengetahuan pengeluaran yang
3. Mobius syndrome tentang pilihan disengaja, muntah,
4. Cerebral parsy makanan yang sehat aktivitas berlebihan)
5. Cleft lip meningkat 2. Ajarkan keterampilan
6. Cleft palate - Pengetahuan koping untuk
7. Amyotropic lateral tentang pilihan menyelesaikan masalah
sclerosis minuman yang perilaku makan
8. Kerusakan sehat meningkat
neuromuscular - Pengetahuan Kolaborasi :
9. Luka bakar tentang standar Kolaborasi dengan ahli gizi
10. Kanker asupan nutrisi yang tentang target berat badan,
11. Infeksi tepat meningkat kebutuhan kalori dan pilihan
12. AIDS - Penyiapan dan makanan
13. Penyakit Crohn’s penyimpanan

28
14. Enterokolitis makanan yang aman
15. Fibrosis kistik meningkat
- Penyiapan dan
penyimpanan
minuman yang
aman meningkat
- Sikap terhadap
makanan/minuman
sesuai dengan
tujuan kesehatan
meningkat
- Perasaan cepat
kenyang menurun
- Nyeri abdomen
menurun
- Sariawan menurun
- Rambut rontok
menurun
- Diare menurun
- Berat badan
membaik
- Indek Massa Tubuh
(IMT) membaik
- Frekuensi makan
membaik
- Nafsu makan
membaik

29
- Bising usus
membaik
- Tebal lipatan kulit
trisep membaik

30
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
A. Implementasi
Hari /
No. NDx Jam Implementasi
tanggal
Bersihan Jalan Nafas - Mengidentifikasi kemampuan batuk
Tidak Efektif - Memonitor adanya retensi sputum
(D.0001) - Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- Mengatur posisi semi – Fowler atau Fowler
- Membuang sekret pada tempat sputum
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Mengajurkan tarik nafas dalam selama 3 kali
- Mengajurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ketiga

Pola Nafas Tidak - Memonitor pola napas (frekwensi, kedalaman, usaha napas)
Efektif - Memonitor bunti napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
(D.0005) - Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Memberikan oksigen
- Mengajarkan teknik batuk efektif
Gangguan - Memonitor frekwensi, irama kedalaman dan upaya napas
Pertukaran Gas - Memonitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,hiperfentilasi, kussmaul, sheyne –
(D.0003) stokes, biot, ataksik)
- Memonitor kemampuan batuk efektif
- Memonitor adanya produksi sputum dengan hasil sebelumnya
- Memonitor adanya sumbatan jalan napas
- Mengauskultasi bunti napas
- Memonitor saturasi oksigen

31
- Memonitor nilai AGD Mendokumentasikan hasil pemantauan

Nyeri Akut (D.0077) - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,durasi,frekwensi, kualitas,intensitas nyeri


- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperringan nyeri
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Berkolaborasi pemberian analgetik

Inteleransi Aktivitas - Memonitor asupa dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
(D.0056) - Merencanakan program pengobatan untuk perawatan drirumah (mis. medis, konseling)
- Menganjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktifitas berlebihan)
- Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

Resiko Devisit - Memonitor asupa dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Nutrisi - Merencanakan program pengobatan untuk perawatan drirumah (mis. medis, konseling)
(D.0032) - Menganjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktifitas berlebihan)
- Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

32
E. Evaluasi
S : Ungkapan perasaan keluhan yang dikeluhkan secara subjek oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

F. Dokumentasi

33
DAFTAR PUSTAKA

Dayu, A. 2011. Asma Pada Balita. Jogjakarta : Javalitera

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC

Nurarif. A. H. Dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Klinik Citama. 2011. Standar Kompetensi Dan Pelayanan Medic Klinik Citama. Jakarta :
Klinik dan RB Citama

Putri, H dan Soemarno. S. 2013. Perbedaan PosturalDrainage dan Latihan Batuk Efektif pada
Intervensi Nebulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk pada Asma Bronchial Anak
Usia 3-5 tahun. Jurnal Fisioterapi. Volume 13. Nomor 1, April 2013. Hal : 7

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2017. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Jogjakarta : Nuha Medika

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1528e39fecb8852f233cd5
915c6f220c.pdf
http://eprints.undip.ac.id/50879/3/Yustina_Wahyuningtiyas_22010112120013_La
p.KTI_Bab2.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1050/5/BAB%20II.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/PENGERTIAN%20ASMA%20BRONKIAL.p
df
http://repository.unimus.ac.id/1504/3/BAB%20II.pdf
https://eprints.umm.ac.id/50025/3/BAB%202.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai