VESIKOLITIASIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Bedah RSUD H. M. Rabain Muara Enim
Oleh:
Pembimbing:
dr. Ali Hanafiah, Sp.B
Laporan Kasus
VESIKOLITIASIS
Oleh:
Laporan kasus ini telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian / Departemen Bedah RSUD H. M. Rabain Muara Enim dan
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode 29 Juli – 7 Oktober 2019.
ii
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan karena penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul ”Vesikolitiasis”.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Ali Hanafiah, Sp.B
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
laporan kasus ini.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Bedah RSUD H. M. Rabain Muara Enim dan RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Batu saluran kemih merupakan masa keras yang terbentuk
di sepanjang saluran kemih (ginjal,ureter,kandung kemih, maupun uretra) akibat pengkristalan
dalam urin. Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis dan sering dipermasalahkan baik
dari segi kejadian (insidens), etiologi, pathogenesis maupun dari segi pengobatan. Peningkatan
prevalensi batu saluran kemih menimbulkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) serta
beban ekonomi.
Hampir semua kepustakaan yang membahas batu saluran kemih menunjukkan bahwa
penderita batu saluran kemih paling banyak diderita oleh pria dibandingkan dengan wanita
dengan perbandingan 3 sampai 4 : 1, dan komposisi batu terbanyak adalah batu kalsium
oksalat, pada usia rata-rata 40 sampai 60 tahun. Penyakit batu saluran kemih merupakan
penyakit yang bisa mengalami kekambuhan, rata- rata kekambuhan terjadi 50% dalam 5 tahun
dan 70% dalam 10 tahun. Data kandungan/komposisi zat yang terdapat di batu sangat penting
untuk upaya pencegahan kemungkinan timbulnya kekambuhan penyakit ini.
Vesikolitiasis merupakan kondisi dimana terdapat batu atau material kalsifikasi di dalam
buli-buli. Gangguan tersebut dapat terjadi akibat stasis urin tanpa kelainan anatomi, striktur,
infeksi ataupun adanya benda asing di dalam urin. Adanya batu pada traktus urinarius bagian
atas tidak menjadi factor predisposisi terbentuknya batu buli-buli. Vesikolitiasis bukan
merupakan penyebab umum penyakit tetapi vesikolitiasis dapat memberikan suatu kondisi
tidak nyaman dan gejala spesifik. Pada umumnya komposisi batu terdiri dari batu infeksi
(struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Penderita biasanya mengeluh dysuria,
nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-tiba.
1
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny. N
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Umur : 86 tahun
4. Alamat : Muara Enim
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Tanggal MRS : Selasa, 10 September 2019
B. ANAMNESIS
Keluhan utama: Penderita mengeluh sulit BAK
Keluhan Tambahan: Nyeri saat BAK
Riwayat perjalanan penyakit:
Sejak ± 3 bulan SMRS, penderita mengeluh kencingnya tidak puas dan perlu mengedan
saat buang air kecil disertai nyeri di daerah suprapubik. Pada saat buang air kecil
awalnya lancar kemudian pancaran menjadi lemah dan terputus-putus. Pada akhir
buang air kecil pasien merasa tidak puas, masih ada yang tersisa. Selain itu penderita
juga sering mengeluh nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan terus menerus dan
semakin hebat saat diakhir buang air kecil. Penderita mengaku sering bolak balik ke
WC.BAK berdarah (-). Penderita tidak mengeluh nyeri pinggang. Tidak pernah merasa
panas atau terbakar pada alat kelamin saat buang air kecil. Penderita juga menyangkal
pernah buang air kecil berpasir. Penderita menyangkal sulit menahan berkemih.
Menyangkal riwayat trauma di perut bagian bawah,panggul ataupun di alat kelamin
Penderita berobat ke RS Rabain Muara Enim.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat batu saluran kemih : disangkal
Riwayat operasi Rahim 1 tahun yang lalu.
Riwayat keluarga: Dikeluarga tidak ada yang pernah mengalami sakit seperti ini.
2
Riwayat pengobatan: Pasien belum pernah melakukan pengobatan terkait nyeri dan
kesulitan buang air kecil.
Riwayat kebiasaan: Pasien mengaku jarang minum air.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Tekanan darah : 110/80 mmHg
c. Nadi : 88 kali/menit reguler, isi dan tegangan cukup
d. Laju pernapasan : 19 kali/menit
e. Suhu : 36,4oC
2. Status Lokalis
a. Kepala
1. Mata : Dalam batas normal
2. Mulut : Mukosa bibir kering
3. Telinga : Fungsi pendengaran baik
b. Leher :Pembesaran KGB (-)
c. Thoraks
Paru
Inspeksi : Statis kanan = kiri simetris
Dinamis kanan = kiri simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri normal
Perkusi : Sonor (+/+) Batas paru-hepar normal
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, irama regular
3
d. Abdomen
Inspeksi : Datar, skar operasi (-)
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
Ballotement ginjal (-,-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+), normal
f. Regio Flank
Dekstra
Inspeksi : datar, bulging (-)
Palpasi: Nyeri tekan (-), Nyeri ketok sudut costoverterbrae (-)
Sinistra
Inspeksi: Datar, bulging (-)
Palpasi: Nyeri tekan (-), Nyeri ketok sudut costovertebrae tidak ada (-)
g. Genitalia dan anus : Tidak terpasang kateter
h. Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), CRT <2 detik
Diff Count :
NEUT% 45,5 50-70 %
LYMPH% 29.7 20-40 %
MONO% 10,5 2-8 %
4
EO% 14,0 1-3 %
BASO 0,3 %
E. DIAGNOSIS KERJA
Vesikolitiasis
5
F. TATALAKSANA
1. Diberikan edukasi terhadap pasien bahwa terapi definitif vesikolitiasis adalah
dengan tindakan bedah yang harus dilakukan secepatnya dengan tujuan untuk
menghilangkan batu dan menghindari komplikasi yang bisa terjadi.
2. Informed consent untuk dilakukan tindakan pembedahan pasien setuju
persiapan operasi.
3. Rencana operasi
Persiapan
a. Pemeriksaan laboraturium darah rutin
b. Rontgen thoraks
c. EKG
d. Konsul PDL dan anestesi
4. Rawat inap di rumah sakit
- Puasa pre-operasi
- IVFD xx gtt /menit
- Injeksi Antibiotik 2 x 1(IV)
-Injeksi Analgektik 2 x 1 (IV)
5. Operasi Vesikolitotomi
6. Perawatan post-operasi:
- IVFD xx gtt/ menit
- Injeksi Antibiotik 2 x 1 (IV)
- Injeksi Analgektik 2 x 1 (IV)
- Mobilisasi yang benar
7. Kontrol rawat jalan: 1 minggu setelah dipulangkan dari rumah sakit untuk
mengevaluasi luka operasi dan nyeri post operasi.
G. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : bonam
b. Quo ad functionam : bonam
c. Quo ad sanationam : bonam
Follow Up
12 September 2019 (06.30)
S: nyeri di daerah luka operasi
6
O:
Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 85 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,4°C
Status Lokalis Regio Suprapubis
- Inspeksi : Tampak luka operasi tertutup kassa kering, terpasang drain
tampak darah 10 c.c
- Palpasi : Nyeri tekan (+)
A: Vesikolitiasis Post Op Vesikolitotomi hari-1
P:
IVFD xx gtt/menit
Injeksi Antibiotik 2 x 1 (IV)
Injeksi Analgetik 2 x 1 (IV)
7
Injeksi Antibiotik 2 x 1 (IV)
Injeksi Analgetik 2 x 1 (IV)
H. EDUKASI
1. Jaga kebersihan luka operasi yang benar
2. Makan makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka operasi.
3. Mobilisasi yang benar
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI VESIKA URINARIA
Vesika urinaria atau kandung kemih merupakan reservoir. Terdapat variasi dalam
ukuran, bentuk, posisi dan hubungan, tergantung kandungan isi dan organ sekitarnya. Ketika
kosong, terletak lebih rendah dari pelvis tetapi jika distensi akan mengembang
anterosuperior ke dalam rongga perut. Ketika kosong, bentuknya agak tetrahedral dan
memiliki basis (fundus), leher, puncak, unggul dan dua permukaan inferolateral.
Dasar (fundus) dari kandung kemih berbentuk segitiga dan terletak posteroinferior.
Pada wanita berkaitan erat dengan dinding vagina anterior, pada laki-laki berhubungan
dengan rektum meskipun dipisahkan dari rektum oleh kantong rectovesical dan batas bawah
dibatasi oleh vesikel seminalis dan vas deferens di setiap sisi. Di daerah segitiga antara vas
deferens, kandung kemih dan rektum dipisahkan hanya oleh fasia rectovesical, umumnya
dikenal sebagai fasia Denonvillier.
Leher buli-buli adalah wilayah terendah dan juga yang paling tak berubah. Tempatnya
sekitar 3-4 cm di belakang simphisis pubis bagian bawah. Leher buli-buli adalah orifisium
uretra interna dan dapat berubah posisinya dengan berbagai kondisi kandung kemih dan
rektum. Pada laki-laki leher bersandar dan dalam kontinuitas langsung dengan dasar prostat,
pada wanita berhubungan dengan fasia pelvis, yang mengelilingi uretra bagian atas.
9
Apex buli-buli pada kedua jenis kelamin berhadapan langsung dengan simfisis pubis.
Ligamentum umbilikalis median naik ke arah dinding perut anterior dari apex buli-buli ke
umbilikus, tertutup oleh peritoneum untuk membentuk lipatan umbilikalis median.
Permukaan superior segitiga dibatasi oleh batas lateral dari apex buli-buli ke pintu
masuk ureter dan dengan batas posterior, yang bergabung menjadi satu. Pada laki-laki
permukaan superior benar-benar tertutup oleh peritoneum, jika terjadi ekstensi akan sedikit
ke pangkalan dan terus ke arah posterior ke dalam kantong rectovesical dan anterior ke
dalam lipatan umbilical median. Hal ini berhubungan dengan kolon sigmoid dan gulungan
ileum terminal. Pada wanita permukaan superior sebagian besar tertutup oleh peritoneum,
yang tercermin posterior ke uterus pada tingkatan os interna (yaitu persimpangan badan
rahim dan leher rahim), untuk membentuk kantong vesikouterina. Bagian posterior dari
permukaan superior, tanpa peritoneum, dipisahkan dari serviks supravaginal oleh jaringan
fibroareolar.
10
urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa
sekitar 300 – 450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut formula Koff adalah:
11
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan
parasimpatis.Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor,n.splanchnicus imus,
dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2.Adapun persarafan parasimpatis melalui
n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
DEFINISI
Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone, bladder stone. Batu
buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang berbentuk kristal yang terbentuk atas material
mineral dan protein yang terdapat pada urin. Batu saluran kemih pada dasarnya dapat
terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih banyak pada saluran penampung terakhir. Pada
orang dewasa batu saluran kencing banyak mengenai sistem bagian atas (ginjal, pyelum)
sedang pada anak-anak sering pada sistem bagian bawah (buli-buli). Komponen yang
terbanyak penyusun batu buli-buli adalah garam calsium. Pada awalnya merupakan bentuk
yang sebesar biji padi tetapi kemudian dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih besar.
Kadangkala juga merupakan batu yang mulitipel.
EPIDEMIOLOGI
Banyak terjadi pada laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 3:1. Batu saluran
kencing mempunyai kecenderungan untuk kambuh lebih besar, oleh karena itu penting
memeriksa secermat mungkin agar diketahui penyebab dan jenis batunya untuk menentukan
pencegahan selanjutnya.
Kasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5% dan terutama
diderita oleh pria, sedangkan pada anak-anak insidensinya sekitar 2-3%. Beberapa faktor
12
risiko terjadinya batu kandung kemih: obstruksi infravesika, neurogenic bladder, infeksi
saluran kemih (urea-splitting bacteria), adanya benda asing, divertikel kandung kemih. Di
Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya beberapa daerah yang
termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu endemik yang disebabkan diet
rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik.
ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).3,4
a. Faktor Intrinsik
Herediter (keturunan) Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diwariskan. Untuk
jenis batu umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki
risiko dua kali lipat lebih tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi
mungkin karena kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang
sama (misalnya, diet). Meskipun beberapa faktor genetik telah jelas berhubungan
dengan bentuk yang jarang dari nefrolisiasis, (misalnya, cystinuria), informasi masih
terbatas pada gen yang berkontribusi terhadap risiko bentuk umum dari penyakit batu.
Umur Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk pria,
insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60 tahun. Untuk wanita,
tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia 50, sisa yang relatif
konstan selama beberapa dekade berikutnya.
Jenis Kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan
b. Faktor Ekstrinsik
Geografi Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit
batu saluran kemih.
Iklim dan temperatur
13
Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
Pekerjaan Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan kurang
aktifitas atau sedentary life
PATOFISIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu
yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika
sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar
sehingga membentuk batu. Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di
saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori:
B. Teori matrix
Matrix organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin memberikan
kemungkinan pengendapan kristal.
C. Teori inhibitor kristalisasi
14
Beberapa substansi dalam urin menghambat terjadi kristalisasi, konsentrasi
yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi. Ion
magnesium (Mg2+) dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan
dengan oksalat akan membentuk garam magnesiun oksalat sehingga jumlah oksalat
yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) membentuk kalsium oksalat menurun
D. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu
jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada
lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan
mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan
kalsium.
E. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
Komposisi Batu:
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat dan
kalsium fosfat (75%), magnesium-amonium-fosfat (MAP) 15%, asam urat (7%), sistin
(2%) dan lainnya (silikat, xanthin) 1%.
A. Batu Kalsium
Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran
kedua unsur tersebut. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
Hiperkalsiuri
Kadar kalsium dalam urin >250-300 mg/24 jam. Penyebab terjadinya
hiperkalsiuri antara lain:
Hiperkalsiuri absorbtif terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium
melalui usus.
Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi
kalsium melalui tubulus ginjal.
Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi tulang.
Hiperoksaluri
Ekskresi oksalat urin melebihi 45 gram per hari. Keadaan ini banyak dijumpai
pada pasien yang mengalami gangguan pada usus setelah menjalani
15
pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya
akan oksalat, seperti: teh, kopi, soft drink, kokoa, arbei, sayuran berwarna hijau
terutama bayam
Hipositraturia
Di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat.
Hipomagnesuria
Di dalam urin, magnesium bereaksi dengan oksalat atau fosfat sehingga
menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat.
16
membentuk batu. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan pasien sebagai
keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS)
yang terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritasi.
Hesitansi Frekuensi
Pancaran miksi Nokturi
Intermitensi Urgensi
Miksi tidak puas Disuri
Menetes setelah miksi
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada inspeksi, adanya
nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya urin yang banyak (bulging),
hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual. Pada pemeriksaan buli-buli
diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di
suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli
atau karena buli-buli yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi
dapat ditentukan batas atas buli-buli.
b. Pemeriksaan Penunjang
17
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk
batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu
asam urat.
b. Sedimen: sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi
infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c. Biakan Urin: Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
3. Radiologis
Melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Urutan radio-opasitas beberapa jenis batu
saluran kemih:
BNO
Melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Urutan radio-opasitas
beberapa jenis batu saluran kemih.
18
Gambar. A. Foto polos abdomen menunjukan adanya batu vesika. B. Batu vesika setelah
diangkat.
• IVP
Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak terlihat di BNO,
menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi divertikel, indentasi prostat.
USG
Menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (echoic shadow), hidronefrosis, pembesaran
prostat.
19
PENATALAKSANAAN
Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5mm, karena diharapkan batu
dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi
air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi menghilang
dengan pemberian simpatolitik dan berolahraga secara teratur. Adanya batu struvite
menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan antibiotic. Batu struvit
tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan
pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti Acetohdiroxamic acid. Ini untuk
menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium urin. Pengobatan yang elektif
untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi
supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila PH urin
menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus
disertai makanan alkaslis, batu asam urat diharapakan larut. Potassium sitrat (polycitra K,
Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi
pilihan. Atau dengan usaha menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan
bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300mg per
hari, baik diberikan setelah makan.
Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi dengan
kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk batu
kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau
dengan memakai gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya
gelombang kejut (ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat
memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui
air dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan
keluar bersama kemih.
20
Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang kejut atau
bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus memerlukan suatu
indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang
hebat sehingga perlu diadakan tindakan pengeluarannya.
21
Gambar 5: Suprapubic Cystostomy
BAB IV
ANALISIS KASUS
22
Berdasarkan hasil anamnesis penderita mengeluh sulit buang air kecil dan mengedan
saat buang air kecil dan pasien harus mengedan saat buang air kecil disertai nyeri di daerah
suprapubik 3 bulan SMRS. Pada saat buang air kecil awalnya lancar kemudian pancaran
menjadi lemah dan terputus-putus. Pada akhir buang air kecil pasien merasa tidak puas,
masih ada yang tersisa. Selain itu penderita juga sering mengeluh nyeri saat buang air kecil.
Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin hebat saat diakhir buang air kecil. Penderita
mengaku sering bolak balik ke WC.
Dari hasil anamnesis diatas, menandakan adanya masalah pada traktus urinarius pasien
kemungkinan pada kandung kemih yang dapat menyebabkan sumbatan atau trauma pada
mukosa saluran kemih antara lain adalah batu,tumor, infeksi, atau trauma. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan dari bulging pada regio suprapubik dan terdapat nyeri tekan suprapubik. Dari
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi BNO didapatkan Sugestif vesikolithiasis
ukuran ± 2 x 1,5 cm.
Menurut teori gejala khas pada batu buli-buli adalah Pasien dengan batu vesika kadang
bersifat asimptomatik, tetapi gejala khas batu buli adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti dan
menetes dengan disertai rasa sakit yang menjalar ke ujung penis, skrotum, perineum, pinggang
sampai kaki kemudian urine dapat keluar lagi pada perubahan posisi; perasaan tidak enak
sewaktu berkemih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan vesika urinaria tampak
penuh pada inspeksi, adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya urin
yang banyak (bulging), hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual. Dari teori
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis dapat didukung bahwa pasien
menderita Vesikolitiasis dan terapi definitif adalah dengan operasi vesikolitotomi yaitu
pengangkatan batu buli-buli dengan operasi.
23
KESIMPULAN
Ny.N usia 86 tahun mengalami vesikolitiasis dan ditatalaksana melalui tindakan
pembedahan yaitu vesikolitotomi dengan tujuan untuk membuang batu di buli-buli serta
meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ratu, G., Badji, A., Hardjoeno. Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Laboratorium
Patologi Klinis. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory
12(3): 114 117. 2006
2. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi: 3. Malang: Sagung Seto, 2011.
85-99.
3. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :3. Jakarta: EGC.
2008. 872-879
4. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
5. Sabiston, David C, dr. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC. 1995
6. Staf pengajar ilmu bedah UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.2010.
7. Purnomo, B.B. 2011. Dasar-dasar Urologi; Edisi Ketiga, Jakarta: Sagung Seto.
8. SjamsuHidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
9. Charles, F, et al . Schwart’z Manual of Surgery. Eight Edition. USA. Medical
Publishing Division. Mc Graw-Hill, 2006.
10. Reksoprodjo, Soelarto, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara, 1995.
11. Saladin. Anatomy Physiology the Unity of Form and Function. Philladelpia:
McGrawhill. 2003. 879-908.
12. Waugh A, Grant A. Anatomy and Physiology in Health and Illnes. Churcill
Livingstone. London 2002. 339-358.
25