Anda di halaman 1dari 3

Penelitian randomized-controled trial yang dilakukan oleh Yavuzer et al (2008) melaporkan

bahwa ada peningkatan perbaikan motorik dan kemampuan fungsional tangan pada pasien stroke
pertama pada fase sub-akut (sampai pada 12 bulan pasca-stroke) setelah 4 minggu terapi cermin (20
sesi terapi). Dalam crossover acak dari 9 pasien stroke kronis, Altschuler et al (1999) melaporkan
bahwa rentang gerakan (ROM), kecepatan, dan akurasi gerakan lengan meningkat setelah 15 menit
terapi cermin, 2 kali per hari, 6 hari seminggu , selama 4 minggu. Studi oleh Stevens dan Stoykov16
(pra dan pasca desain) pada 2 pasien dengan stroke kronis (14 bulan setelah stroke) menunjukkan
peningkatan dalam skor Fugl Meyer, rentang gerak sendi yang aktif, kecepatan, dan ketangkasan
tangan setelah 1 jam terapi cermin, 3 kali seminggu, selama 4 minggu. Penelitian ini juga melaporkan
kenaikan signifikan dalam skor rata-rata perawatan diri FIM pada kedua kelompok perlakuan pada
intervensi minggu ke-3. Hasil ini sesuai dengan Lydia et al (2011) yang melaporkan bahwa ada
peningkatan fungsi tangan setelah 5 minggu terapi okupasi standar dan terapi cermin. Studi oleh
Yavuzer et al (2008) menunjukkan peningkatan skor perawatan diri FIM sebesar 8,3 poin setelah 4
minggu terapi cermin.

Jorgensen et al (1995) melaporkan bahwa pemulihan fungsional untuk aktivitas kehidupan


sehari-hari (ADL) pada sebagian besar pasien terjadi dalam 13 minggu setelah onset. Setelah waktu
ini, rehabilitasi tidak mengubah fungsi ADL ke tingkat yang signifikan. Meskipun demikian 80% dari
pasien telah mencapai fungsi ADL terbaik mereka dalam 6 minggu setelah onset. Hasil ini konsisten
dengan proses pemulihan motor yang terjadi terutama dalam 3 bulan pertama. Hal ini disebabkan
karena target untuk program rehabilitasi rawat inap, seperti lama tinggal dan kegiatan yang diukur
oleh FIM, memerlukan peningkatan cepat dalam independensi fungsional. Untuk alasan ini,
rehabilitasi tungkai atas setelah stroke sering terfokus pada strategi di mana tungkai atas yang utuh
mengkompensasi tungkai atas yang terganggu.

Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan yang signifikan pada
mean skor Fugl Meyer di antara kedua kelompoknya (p=0,08), meskipun secara klinis kelompok terapi
cermin memiliki skor yang lebih tinggi. (20.5±8.03) dibandingkan dengan kelompok plasibo
(13.75±6.56) (Tabel 4, 5). Hasil-hasil ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakuakn Dohle et al (2008)
di Jerman. Dohle meneliti efek dari terapi cermin pada 36 pasien dengan hemiparesis pasca
serangangan stroke iskemik pertama dengan onset kurang dari 8 minggu. Mereka melaporkan bahwa
Fugl Meyer dan Action Reported Arm Test (ARAT) skor tidak berbeda secara signifikan pada kedua
kelompok. Skor rata-rata Fugl Meyer meningkat 4,4 (95% CI = 2,4 - 6,4) pada kelompok cermin dan 1,5
(95% CI = -0,6 3,6) pada kelompok pura-pura, tetapi secara klinis ada tren peningkatan skor yang lebih
tinggi pada kelompok cermin. . Intervensi pengobatan serupa pada kedua kelompok dalam hal desain
dan frekuensi latihan, hanya berbeda dalam jenis umpan balik visual, di mana pasien dalam kelompok
cermin melihat refleksi gerakan tangan yang tidak terpengaruh di cermin, sementara pasien dalam
kelompok pura-pura memiliki pandangan langsung dari tangan yang tidak terpengaruh. Metode ini
mirip dengan penelitian kami. Dalam penelitian Dohle, 20 dari 24 pasien tangan kanan yang memiliki
lesi di belahan kanan mengalami hemineglect. Ini mungkin mengapa peningkatan skor Fugl Meyer
dalam studi Dohle lebih rendah daripada dalam penelitian kami, di mana hemineglect adalah kriteria
eksklusi.

Lee et al di Korea (2012), melakukan penelitian pada 26 pasien stroke dengan onset kurang
dari 6 bulan. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kedua kelompok diberi program rehabilitasi standar,
kemudian kelompok perlakuan diberi program terapi cermin tambahan selama 25 menit, 2 kali sehari,
5 kali seminggu, selama 4 minggu. Pada parameter hasil yang diukur dengan Penilaian Fugl Meyer, ada
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok, yaitu bahu (9,54; 4,61), pergelangan tangan (2,76;
1,07) dan lengan (4,43; 1,46). Perbedaan yang signifikan kemungkinan karena fakta bahwa intervensi
pengobatan dari kedua kelompok tidak sebanding. Subjek dalam kelompok cermin menerima terapi
cermin tambahan selama 2x25 menit / hari, 5 kali per minggu selama 4 minggu, sedangkan kelompok
kontrol hanya menerima terapi okupasi standar.

Michielsen et al (2012) di Belanda, melakukan penelitian pada 38 pasien dengan hemiparesis


kronis pasca stroke (rata-rata onset 3,9 tahun). Sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama
menerima terapi cermin 1x/minggu di bawah pengawasan terapis dan 5x/minggu pelatihan sendiri
selama 60 menit. Kelompok kedua diberikan pelatihan yang sama tnapa cermin dan dapat melihat
langusng pergerakan tangan yang sehat. Hasilnya menunjukan peningkatan skor Fugl Meyer yang
signifikan antara kedua kelompok ( mean 3.6±1.5, p<0.05). sedangakan pada parameter lain seperti
daya menggenggam, kekakuan, nyeri, ketangkasan gerak tangan, dan kualitas hidup tidak terdapat
perbedaan signifikan. Peningkatan skor Fugl Meyer dalam penelitian Michielsen lebih rendah
dibandingkan peningkatan skor dalam penelitian kami. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena subjek
pada penelitian Michelsen adalah individu yang mengalami stroke kronis dengan onset lebig dari 6
bulan, dimana perbaikan neurologis tidak progresif lagi.

Lydia et al (2011) di rumah sakit Dr Soetomo, Surabaya, melakukan penelitian tentang terapi
cermin pada 18 pasien stroke dalam fase sub-akut. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, di mana
kelompok intervensi diberikan 20 menit terapi cermin, 2x / minggu, selama 5 minggu, di samping
program terapi okupasi standar untuk pasien stroke. Sementara subjek dalam kelompok kontrol hanya
menerima terapi okupasi konvensional. Setelah 10 sesi terapi terdapat perbedaan dalam peningkatan
rata-rata variabel Brunnstrom dan skor perawatan diri FIM antara kedua kelompok. Skor Brunnstrom
meningkat 2,13 poin pada kelompok cermin, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang meningkat
1,22 poin (p <0,01). Skor perawatan diri FIM meningkat 7,75 poin pada kelompok cermin,
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang meningkat 4,89 poin (p <0,01).

Berbeda dari penelitian kami, di mana perbaikan motorik yang dinilai antara kedua kelompok
penelitian menggunakan skor penilaian Fugl Meyer tidak menunjukan perbedaan yang signifikan
secara statistic, meskipun secara klinis subjek pada kelompok tes terapi cermin memiliki score yang
lebih tinggi. Perbedaan ini terjadi mungkin dikarenakan penggunaan metode dan parameter hasil yang
berbeda pada penelitian kami. Pada penelitian kami ini, pada kedua kelompok pembelajaran protokol
perawatan tidak dibedakan dalam performa motorik, hanya jenis umpan balik visual yang dibedakan.
Sedangakan dalam penelitian oleh Lydia, kelompok control hanya mendapatkan terapi okupasi
standar. Lagipula Lydia menggunakan metode pengukuran dengan skala variabel Brunnstromis. Skala
variabel ini bukan data koantitatif sehingga tidak dapat dihitung mean-nya, tetapi hanya dapat
membangingkan persentase subyek yang mengalami peningkatan skor. Hal ini dapat menyebabkan
bias pada analisis statistik. Sementara dalam penelitian kami, kami menggunakan assessment Fugl
Meyer sebagai parameter hasil terapi, yang merupakan variabel numerik, sehingga dapat mengukur
pemulihan motor pasca stroke dengan lebih mendetail daripada variabel Brunnstrom.

Keterbatasan penelitian ini

(1) Generalisasi akan hasil dari penelitian ini terbatas, karena sampel dalam penelitian ini
terbatas pada pasien stroke dalam fase sub-akut, dengan fungsi kognitif yang baik dan tanpa
hemineglect, (2) sampel berukuran terlalu kecil sehingga dapat mengurangi daya, (3) desain double
blinded tidak memungkinkan karena sifat pengobatan, hal ini dapat menyebabkan bias, dan (4)
adanya faktor perancu yang tidak dapat dikendalikan seperti motivasi subjek, status sosial ekonomi,
dan latihan lain yang telah mereka lakukan di rumah.
KESIMPULAN

Ada pemulihan gerak motorik dan kemampuan fungsional tangan pada kedua kelompok
setelah enam minggu menjalankan terapi sebagaimana dinilai oleh Fugl Meyer Assessment dan
instrumen perawatan diri FIM. Pemulihan motorik dan kemampuan fungsional tangan lebih
meningkat pada kelompok cermin dibandingkan dengan terapi plasibo, meskipun tidak signifikan
secara statistik.

Anda mungkin juga menyukai