Anda di halaman 1dari 21

Departemen Obsetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

LAPORAN KASUS

EKLAMPSIA

OLEH:
Hidro Muhammad Perdana
NIM: 70700119026

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua

bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “Eklampsia” dalam rangka

tugas kepaniteraan klinik Departemen Obsetri dan Ginekologi, Program Pendidikan

Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,

serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis

sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat

ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan

penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang

terhormat:

1. dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Kes selaku supervisor pembimbing.

2. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu.

Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya

bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan

hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari

semua pihak.

Makassar, 3 Februari 2021

Hidro Muhammad Perdana

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus
“Eklampsia”
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal…………….
Oleh:

Supervisor Pembimbing

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Kes

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin Sp,OG, M.Kes


NIP: 198409052009012011

ii
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
PENGESAHAN LAPORAN KASUS .......................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS .......................................................................... 3
A. Identitas Pasien ............................................................................. 3
B. Anamnesis ................................................................................... 3
C. Pemeriksaan Fisis ......................................................................... 6
D. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 7
E. Resume ......................................................................................... 7
F. Diagnosis ...................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan ........................................................................... 8
H. Komplikasi ................................................................................... 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… . 9
BAB IV DISKUSI ………………………………………… ...................... 14
Daftar Pustaka …………………………………………………… ............. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering

muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3%

kehamilan. Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5-15%, dan merupakan

satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping

infeksi dan perdarahan.1

Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan

otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat

pengobatan yang memadai.2

Menurut National High Blood Pressure Education Program Working

Group on High Blood Pressure in Pregnancy, terdapat 4 jenis hipertensi dalam

kehamilan. Keempat jenis hipertensi dalam kehamilan tersebut antara lain

hipertensi gestasional, preeklampsia dan eklampsia, superimposed

preeklampsia pada hipertensi kronik, dan hipertensi kronik.3,4,5

Eklampsia didefinisikan sebagai kejadian kejang pada wanita dengan

preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi yang tiba-tiba, proteinuria dan

edema yang bukan disebabkan oleh adanya koinsidensi penyakit neurologi

lain.6 Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, bersalin atau

nifas yang ditandai dengan timbunya kejang atau koma, yang sebelumnya telah

menunjukan gejala-gejala preeklampsia.7 Eklampsia berasal dari bahasa


Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah

gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-

tanda lain. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang

yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada

multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia

gravidarum (eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia

intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum).8

Laporan kasus ini menjelaskan seorang wanita primigravida usia 20

tahun, usia kehamilan 37 minggu, dengan keluhan utama ingin melahirkan

yang disertai dengan kejang.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

- Nama : Ny G

- Usia : 20 Tahun

- Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 1 Januari 2001

- Status Menikah : Menikah

- Agama : Islam

- Riwayat Pendidikan : SMA

- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

- Suku : Lampung/Indonesia

B. Anamnesis

• Keluhan Utama

Ingin melahirkan yang disertai dengan kejang kurang lebih 10 jam

SMRS.

• Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien G1P0A0 hamil aterm mau melahirkan disertai kejang kurang

lebih 10 jam SMRS yang diawali dengan sakit kepala, kejang

berlangsung selama sekitar 15 menit, 5 kali sejak 12 jam sebelum

masuk rumah sakit, pasien tidak sadar setelah kejang, terdapat riwayat

perut mulas yang menjalar ke pinggang, semakin lama semakin sering

dan kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak 2 jam yang lalu.

Pasien mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dapat

dirasakan.

C. Pemeriksaan Fisis

• Tanda-Tanda Vital

3
- Tekanan Darah : 170/110 mmHg

- Nadi : 100x/menit

- Pernafasan : 20x/menit

• Status Generalis

- Keadaan Umum : Sakit Berat

- Kesadaran : Delirium

• Status Lokalis

- Kepala dan wajah

Bentuk kepala normosefal, lesi pada permukaan kulit kepala (-),

ekspresi wajah tampak tenang, simetris antara kiri dan kanan.

- Mata

Melalui Inspeksi bentuk luar kedua mata, tampak simetris.

Konjungtiva anemis (-/-) dan sklera ikterik (-/-). Pupil bulat

isokor, reaktif terhadap cahaya dan simetris.

- Telinga Hidung Tenggorokan

Bentuk dan ukuran telinga normal, posisinya simetris dan sejajar.

Pasien menyatakan tidak ada gangguan pendengaran. Bentuk

hidung tampak simetris, proporsional, terletak pada garis tengah.

Pasien mengatakan tidak ada gangguan penciuman. Rongga

mulut tidak disertai sariawan, mukosa bibir lembab dan tampak

sedikit pucat. Lidah tidak kotor dan tidak ada deviasi. Faring

hiperemis (-), keadaan tonsil tenang T1/T1.

- Leher

Bentuk leher secara umum simetris, sejajar, dan sesuai dengan

posisi kepala. Pembesaran kelenjar getah bening (-).

- Thorax
Bentuk normal dengan posisi simetris dan sejajar, tidak

menunjukkan adanya kelainan bentuk dada. Penilaian diameter

anteroposterior : diameter transversal = 1:2 = Normal. Retraksi

iga saat inspirasi (-). Perkembangan dada pergerakan nafas kedua

sisi simetris.

- Mammae

Simetris, tidak teraba benjolan. Areola mammae pigmentasi

normal. Colostrum (+)

- Paru-paru

Taktil fremitus, getaran terasa sama di kedua lapang paru. Hasil

perkusi sonor pada kedua lapang paru. Bunyi nafas vesikuler,

bunyi nafas tambahan (-).

- Jantung

Bunyi jantung murni, S1 dan S2 reguler. Bunyi jantung

tambahan, Murmur dan Gallop (-).

- Abdomen

• Inspeksi :Bentuk datar tidak terdapat distended

abdomen

• Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal

• Perkusi : Dalam Batas Normal

• Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, pembesaran hepar

dan limpa tidak ditemukan

- Ekstremitas

• Ekstremitas Bawah : Didapatkan edema pretibial

• Status Obsetri

- Pemeriksaan Luar

5
• Tinggi Fundus Uteri : 2 jari dibawah processus xiphoideus

(30 cm)

• Denyut Jantung Janin : DJJ 190x/menit, DJJ II: 186 x/menit,

DJJ III: 185 x/menit

• Letak : Memanjang

• HIS : 2x/10’/25”

• Taksiran Berat Janin : + 2635 gram

• Palpasi :

• Leopold I : teraba bagian yang lunak di bagian bawah,

kesan bokong.

• Leopold II : teraba bagian yang tidak bergelombang dan

panjang seperti papan di bagian dekstra, kesan punggung

(PUKA) dan teraba bagian-bagian yang kecil di bagian

sinistra, kesan ekstremitas

• Leopold III : teraba bagian yang bulat, keras, dan

balotemen (+), kesan kepala

• Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk

pintu atas panggul, 4/5 bagian

- Pemeriksaan Dalam

• Pembukaan serviks : 1 cm

• Penipisan / effacement : 30%

• Konsistensi serviks : Lunak

• Posisi uterus : Posterior

• Penurunan :HI

• Selaput Ketuban : Utuh

• Posisi janin : Posisi terbawah kepala


D. Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Laboratorium :

- Hb : 11,2 gr/dl

- Leukosit : 23.000/ul

- Trombosit : 321.000/mm3

- SGOT : 35U/L

- SGPT : 16U/L

- LDH : 574

- Ureum : 19mg/dl

- Kreatinin : 0,8 mg/dl

- Proteinuria : +3

• Pemeriksaan USG

Kesan hamil 37 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala

E. Resume

Pasien G1P0A0 hamil aterm mau melahirkan disertai kejang kurang lebih

10 jam SMRS yang diawali dengan sakit kepala, kejang berlangsung

selama sekitar 15 menit, 5 kali sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit,

pasien tidak sadar setelah kejang, terdapat riwayat perut mulas yang

menjalar ke pinggang, semakin lama semakin sering dan kuat, terdapat

riwayat keluar darah lendir sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengaku hamil

cukup bulan dan gerakan anak masih dapat dirasakan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan TTV didapatkan tekanan darah 170/110

mmHg, pasien mengalami delirium, status generalis dalam batas normal,

status obstetric TFU 30 cm, TBJ + 2635 gram dan DJJ 190x/menit, DJJ II

186x/menit, dan DJJ III 185x/menit. Dari inspekulo, pembukaan serviks 1

cm teraba lunak, selaput ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan H I.

7
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, peningkatan

kadar LDH, dan proteinuria + 3. Pada pemeriksaan penunjang seperti USG

kesan hamil 37 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala.

F. Diagnosis

G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten dengan eklampsia

antepartum Janin Tunggal Hidup presentasi kepala + gawat janin

G. Penatalaksanaan

• Informed consent terkait keadaan ibu dan rencana penanganannya,

dilakukan stabilisasi selama 6 jam

• Oksigenasi 5 liter/menit

• IVFD Ringer Laktat dengan tetesan 25 tetes/menit untuk menghindari

pemberian cairan yang berlebih

• Magnesium sulfat 20% sebanyak 4 gram melalui intravena dan diikuti

dengan 6 gram dalam infus

• Antihipertensi berupa nifedipin 3x10 mg per oral

• Dilakukan terminasi kehamilan dengan seksio sesaria bila kondisi

hemodinamik pasien telah stabil 4-8 jam setelah satu atau lebih

keadaan setelah pemeberian obat anti kejang terakhir, setelah kejang

terakhir, setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir dan

penderita mulai sadar (responsif dan orientasi).

H. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kasus persalinan dengan

eklampsia antara lain solusio plasenta 10%, defisit neurologis 7%,

pneumonia aspirasi 7%, edema paru 5%, henti jantung 4%, gagal ginjal

akut 4 %, kematian maternal 1% dan sindroma HELLP.

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering

muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3%

kehamilan. Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5-15%, dan merupakan

satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping

infeksi dan perdarahan.1

Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan

otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat

pengobatan yang memadai.2

Menurut National High Blood Pressure Education Program Working

Group on High Blood Pressure in Pregnancy, terdapat 4 jenis hipertensi dalam

kehamilan. Keempat jenis hipertensi dalam kehamilan tersebut antara lain

hipertensi gestasional, preeklampsia dan eklampsia, superimposed

preeklampsia pada hipertensi kronik, dan hipertensi kronik.3,4,5

Hipertensi gestasional yaitu hipertensi tanpa proteinuria yang timbul

setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah persalinan. Diagnosis

ditegakkan bila ditemukan tekanan darah ≥140/90 mmHg, tidak ada riwayat

hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan <12 minggu,

tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin), dapat disertai tanda dan

gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati dan trombositopenia, dan diagnosis

9
pasti ditegakkan pasca persalinan.7,8

Preeklamsia terdiri dari preeklampsia ringan dimana ditemukan

tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, dan tes celup

urin menunjukkan proteinuria +1 atau pemeriksaan protein kuantitatif

menunjukkan hasil >300 mg/24 jam, preeklampsia berat dimana terdapat

tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, tes celup

urin menunjukkan proteinuria ≥+2 atau pemeriksaan protein kuantitatif

menunjukkan hasil >5 g/24 jam, atau disertai keterlibatan organ lain seperti

trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati, peningkatan

SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas, sakit kepala, skotoma

penglihatan, pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, edema paru

dan/atau gagal jantung kongestif, oliguria (<500 ml/24 jam), kreatinin >1,2

mg/dl, dan eklampsia dimana terdapat kejang umum dan/atau koma, terdapat

tanda dan gejala preeklampsia, tidak ada kemungkinan penyebab lain

(misalnya epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan meningitis).7,8

Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik yaitu ibu dengan

riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu). Tes

celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit. <100.000 sel/uL pada

usia kehamilan >20 minggu.8

Hipertensi kronis merupakan hipertensi tanpa proteinuria yang timbul

dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan. Penyakit ini ditandai

dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg, terdapat riwayat hipertensi sebelum

hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu Tidak

ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin), dapat disertai keterlibatan

organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal.8

Eklampsia didefinisikan sebagai kejadian kejang pada wanita dengan

10
preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi yang tiba-tiba, proteinuria dan

edema yang bukan disebabkan oleh adanya koinsidensi penyakit neurologi

lain.6 Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, bersalin atau

nifas yang ditandai dengan timbunya kejang atau koma, yang sebelumnya telah

menunjukan gejala-gejala preeklampsia.7 Eklampsia berasal dari bahasa

Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah

gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-

tanda lain. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang

yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada

multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia

gravidarum (eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia

intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum).8

Etiologi eklampsia hingga saat ini masih belum diketahui. Adapun

faktor risiko terjadinya preeklampsia yang mendahului eklampsia adalah

primigravida, hiperplasentosis, seperti mola hidatidosa, kehamilan multiple,

diabetes mellitus, hydrops fetalis dan bayi besar, umur yang terlalu muda atau

terlalu tua untuk kehamilan ada riwayat dalam keluarga yang pernah

preeklamsia/eklamsia, ada penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah

ada sebelum kehamilan, dan obesitas.8

Kejang pada eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu tingkat awal

atau aura, tingkat kejangan tonik, tingkat kejangan klonik, dan tingkat koma.

Tingkat awal atau aura berlangsung sekitar 30 detik. Mata penderita terbuka

tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar dan kepala diputar kekanan

atau kekiri. Tingkat kejangan tonik berlangsung 30 detik. Pada tingkat ini

seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam dan

kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, wajah menjadi sianotik dan lidah

11
dapat tergigit. Stadium ini akan disusul oleh tingkat kejangan klonik yang

berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik menghilang, semua otot

berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan

menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar

lidah yang berbusa, wajah menunjukkan kongesti dan sianotis. Setelah kejang

terhenti, pasien bernafas dengan mendengkur. Pada tingkat koma, lamanya

ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan penderita biasa menjadi

sadar lagi.6

Prinsip dasar dalam pengelolaan eklampsia antara lain terapi suportif

untuk stabilisasi penderita, selalu diingat masalah airway, breathing,

circulation, monitoring kesadaran dan dalamnya koma dengan “Glasgow-

Pittsburg Coma Scale”. Kontrol kejang dengan pemberian magnesium sulfat

intravena dipilih karena kerjanya di perifer tidak menimbulkan depresi pusat

pernapasan diberikan sampai 24 jam paska persalinan atau 24 jam bebas

kejang. Dilakukan pemberian obat antihipertensi secara intermitten, sebagai

obat pilihan adalah nifedipin. Pada pasien eklampsia juga dilakukan koreksi

hipoksemia dan asidosis, hindari penggunaan diuretik kecuali jika ada edema

paru, gagal jantung kongestif dan edema anasarka, batasi pemberian cairan

intravena kecuali pada kasus kehilangan cairan berat seperti muntah ataupun

diare yang berlebihan, hindari penggunaan cairan hiperosmotik, dan segera

dilakukan terminasi kehamilan.8

Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi pada

kehamilan antara lain: kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh

darah, gangguan ginjal, gangguan hematologis, gangguan kardiovaskular,

gangguan hati, gangguan pernafasan, sindrom HELLP (hemolysis, elevated

liver enzymes, low platelet count), serta gangguan pada janin seperti

12
pertumbuhan terhambat, prematuritas hingga kematian dalam rahim.

Hipertensi pada kehamilan juga dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan

eklamsia yang dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun janin.7

13
BAB IV

DISKUSI

Penegakkan diagnosis pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan penunjang. Didapatkan dari

alloanamnesis dengan suami pasien, kurang lebih 10 jam SMRS, pasien

kejang-kejang yang diawali sakit kepala, kejang berlangsung selama ±15

menit, ±5 kali dari pukul 10 pagi sampai pukul 5 sore. Pasien tidak sadar setelah

kejang, terdapat riwayat perut mulas yang menjalar ke pinggang, semakin lama

semakin sering dan kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak 2 jam yang

lalu. Suami pasien mengaku pasien tidak pernah memeriksakan kandungan ke

bidan/dokter, suami pasien mengatakan pasien tidak punya riwayat darah

tinggi sebelum hamil. Pasien mengatakan hamil cukup bulan karena terakhir

periksa di bidan pasien sudah masuk 9 bulan namun pasien lupa tanggal HPHT.

Gerakan anak masih dapat dirasakan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat dengan

kesadaran delirium, gelisah. Tekanan darah pasien tinggi 170/110 mmHg, nadi
0
100 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,4 C. Edema pretibial (+), status obstetri

didapatkan dari Pemeriksaan luar FUT 2 jari dibawah processus xiphoideus (30

cm), memanjang, punggung kanan, his (+) 2x/10’/25”, kepala, penurunan 4/5,

DJJ 190x/mnt, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III: 185 x/menit, TBJ: ± 2635 gram.

Dari Pemeriksaan dalam dengan vaginal toucher: Portio lunak, posisi posterior,

eff 30%, Ø 1 cm, ketuban (+), terbawah kepala, HI, penunjuk belum bisa

dinilai.

Pemeriksaan penunjang didapatkan darah rutin dan kimia darah: Hb:


3
11,2 gr/dl, Leukosit: 23000/ul, Trombosit: 321.000/mm , SGOT: 35U/L,

SGPT: 16U/L, LDH : 574, Ureum: 19mg/dl, Kreatinin: 0,8 mg/dl, USG

14
konfirnasi didapatkan kesan hamil 37 minggu jth preskep. Proteinuria +3

dengan hasil indeks gestosis berjumlah 8.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang telah

dilakukan pada Ny. FIC mengarah pada diagnosis eklampsia (+) gawat janin

jadi diagnosis Ny. FIC ini sudah tepat yaitu G1P0A0 hamil aterm inpartu kala

I fase laten dengan eklampsia antepartum JTH preskep + gawat janin.

Pasien merupakan seorang wanita muda yang masih berusia 20 tahun

yang datang dengan eklampsia antepartum. Eklampsia antepartum sering kali

terjadi pada wanita muda yang baru pertama kali hamil. Berhan dan Endeshaw

telah mendemonstrasikan analisis yang menunjukkan bahwa eklampsia

prepartum atau yang dalam artikel ini disebut eklampsia antepartum lebih

sering terkena pada wanita nulipara dan wanita muda. Sedangkan pada wanita

dewasa dan multipara lebih sering terjadi eklampsia postpartum.

Pada kasus pasien diberikan tatalaksanan berupa informed consent

terkait keadaan ibu dan rencana penanganannya, dilakukan stabilisasi selama 6

jam, oksigenasi 5 liter/menit, injeksi magnesium sulfat 20% 4 gram intravena

diikuti 6g dalam infus, nifedipin per oral 3x10 mg dan dilakukan terminasi

kehamilan dengan seksio sesaria.

Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat sesuai dengan tahapan

diatas yaitu diberikan magnesium sulfat 20% sebanyak 4 gram melalui

intravena dan diikuti dengan 6 gram dalam infus. Diberikan antihipertensi

berupa nifedipin 3x10 mg per oral. Antihipertensi yang dipilih adalah

nifedipin, karena nifedipin merupakan obat antihipertensi yang paling aman


15
untuk janin dan tidak menyebabkan penurunan aliran darah dalam rahim.

Tidak diberikan diuretik karena tidak ada edema paru, gagal jantung kongestif

15
dan edema ansarka, serta diberikan cairan Ringer laktat dengan tetesan 25

tetes/menit untuk menghindari pemberian cairan yang berlebih.

Terminasi kehamilan merupakan satu- satunya terapi definitif untuk

eclampsia. Terminasi kehamilan dilakukan bila telah dilakukan stabilisasi

(pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu 4-8 jam setelah satu

atau lebih keadaan setelah pemeberian obat anti kejang terakhir, setelah kejang

terakhir, setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir dan penderita

mulai sadar (responsif dan orientasi), cara terminasi kehamilan disesuaikan

dengan keadaan ibu saat masuk. Seksio sesaria dapat dipertimbangkan bila

anak hidup atau bila ada indikasi

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sirait AM. Prevalensi hipertensi pada kehamilan di Indonesia dan berbagai
faktor yang berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007). Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan. 2012; 15(2):103-9
2. Pusat Data dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl. Hipertensi. Jakarta:
Infodatin Pusat Data dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl; 2014.
3. Mochtar R. Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC; 2012.
4. Kattah AG, Garovic VD. The management of hypertension in pregnancy. Adv
Chronic Kidney Dis. 2013; 20(3):229-39.
5. Scantlebury DC, Schwartz GL, Acquah LA, White WM. The treatment of
hypertension during pregnancy: when should blood pressure medications be
started?. Curr Cardiol Rep. 2013; 15(11):1-17.
6. Chacravarty A, Chakrabarti S. The neurology of eclampsia. Neurol India. 2002;
50:128-35.
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ. Obstetri williams.
Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2013.
8. Rachimhadhi S, Wiknjasastro T. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam:
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai