Oleh :
Diyah S. Kurnia, S.ked
105505420017
Pembimbing :
dr. Hj. Andi Fatimah Arsyad, Sp.OG (K)
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu obstetric dan ginekologi)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 105505420017
Penulis
ANAMNESIS
Anamnesis : Pasien datang ke RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan diagnosis
G1P0A0 Gravid 38 minggu 1 hari inpartu kala 1 fase laten + hipertensi. Pasien datang
dengan keluhan nyeri perut tembus belakang yang dirasakan sejak tadi malam pukul
23.00. Riwayat pelepasan darah (+), lender (+), air (-) yang keluar dari jalan lahir. Pasien
juga mengeluh pusing (+), penglihatan kadang kabur (+). Keluhan lainnya seperti sakit
kepala (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 18x/menit
Suhu : 36,6’C
Berat badan :
Tinggi badan :
Kepala : Normocephal, Deformitas (-)
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Dada : Paru : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : BJ1 dan BJ2 normal, murmul (-), gallop (-)
Ekstremitas Atas : Edema tungkai (-/-), Akral hangat (-/-)
Ekstremitas Bawah : Edema (+/+), Akral hangat (+/+)
Status Obstetri
Abdomen :
Inspeksi : perut membuncit
Palpasi :
- Leopold 1 : TFU 36 cm, LP 90 cm. Teraba bagian lunak bundar dengan
ballottement menempati fundus uteri.
- Leopold II : Teraba bagian punggung janin pada sisi kanan ibu
- Leopold III : Teraba bagian keras dan bulat tidak dapat digerakkan di Pintu
atas panggul
- Leopold IV : Teraba 4/5
His : 3x10 (20-25 dtk)
TBJ : 3240 gram
DJJ : 141x/I
Genitalia :
Pemeriksaan dalam vagina : Diameter 3 cm, ketuban (+), kepala berada di hodge 1,
pelepasan lender + darah.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium ( 19 /08/19 ) 12:12
WBC : +15.1x103 /uL
RBC : 4.44x106/uL
HGB : 12.0g/dL
HCT : 37.0%
MCV : 83,3 fL
PLT : 270x103 /uL
HBSAG : Non reaktif
Pemeriksaan Lain : Protein Urin (+++)
RESUME
Pasien datang ke RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan diagnosis G1P0A0 Gravid 38
minggu 1 hari inpartu kala 1 fase laten + hipertensi. Pasien datang dengan keluhan nyeri
perut tembus belakang yang dirasakan sejak tadi malam pukul 23.00. Riwayat pelepasan
darah (+), lender (+), air (-) yang keluar dari jalan lahir. Pasien juga mengeluh pusing
(+), penglihatan kadang kabur (+). Keluhan lainnya seperti sakit kepala (-), mual (-),
muntah (-), nyeri ulu hati (-). Gerakan janin masih dirasakan pasien. Menurut pasien
tekanan darah mulai meningkat saat usia kehamilan 30 minggu (160/100 mmHg) dan
terus menetap seperti itu hingga diperiksa di IRD Maternal.
Pada pemeriksaan status generalis tampak sakit sedang, compos mentis, TD :
160/100 mmHg, Nadi : 80x/I, Pernapasan 18x/I, Suhu 36,6ºC. Ekstremitas bawah edema
+/+.
Pada pemeriksaan status obstetric. TFU 36 cm, LP 90 cm, TBJ 3240 gr. His 3x10 (20-25
dtk), DJJ 141x/i. Pemeriksaan dalam vagina diameter 3 cm, ketuban (+), kepala berada di
Hodge 1, pelepasan lender + darah. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis
dan pemeriksaan Urin : Protein (+++).
Diagnosa
Diagnosa masuk : G1P0A0 Gravid 38 minggu 2 hari + inpartu kala 1 fase laten + PEB +
Oligohidramnion.
A. Definisi
Preeklampsia adalah penyakit hipertensi khusus kehamilan dengan keterlibatan
multisistem. biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan, paling sering dalam waktu
dekat, dan dapat menjadi superimposed hypertensive disorder lainnya. Preeklampsia,
bentuk paling umum pada tekanan darah tinggi yang mempersulit kehamilan, terutama
ditentukan oleh terjadinya hipertensi onset baru ditambah proteinuria onset baru. Namun,
meskipun kedua kriteria ini dianggap sebagai definisi klasik preeklampsia, beberapa
wanita datang dengan hipertensi dan tanda-tanda multisistemik yang biasanya
menunjukkan keparahan penyakit tanpa adanya proteinuria. Dengan tidak adanya
proteinuria, preeklampsia didiagnosis sebagai hipertensi dalam hubungannya dengan
trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000 / mikroliter), gangguan fungsi
hati (peningkatan kadar transaminase hati dalam darah menjadi dua kali konsentrasi
normal), perkembangan baru dari kekurangan ginjal (peningkatan kreatinin serum tanpa
adanya penyakit ginjal lainnya), edema paru, atau gangguan otak baru atau gangguan
visual.3
Oligohidramnion adalah suatu keadaan abnormal dimana volume cairan amnion
kurang dari normal. Volume ketuban normal seharusnya mencapai 300-500 ml, tetapi
pada kasus oligohidramnion volume air ketuban kurang dari normal. (Linda K.Brown
dan V. Ruth Bennett) Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 500 cc atau setengah liter. 11
Pada suatu keadaan tertentu banyaknya air ketuban berkurang dari normal. Bila
sampai kurang dari 500 cc maka akan disebut sebagai oligohidramnion. Biasanya
cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan.3 Oligohidramnion merujuk
pada jumlah cairan amnion yang lebih sedikit (kurang dari 400ml).12
B. Etiologi
Fisiologi normal
AFV (Amniotic Fluid Volume) meningkat secara bertahap pada kehamilan
dengan volume sekitar 30 ml pada kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya sekitar
1L pada kehamilan 34-36 minggu. AFV menurun pada akhir trimester pertama dengan
volume sekitar 800 ml pada minggu ke-40. Berkurang lagi menjadi 350 ml pada
kehamilan 42 minggu dan 250 ml pada kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar
150 ml/minggu pada kehamilan 38-43 minggu. Mekanisme perubahan tingkat produksi
AFV belum diketahui dengan pasti meskipun diketahui berhubungan dengan aliran
keluar-masuk cairan amnion pada proses aktif. Cairan amnion mengalami sirkulasi
dengan tingkat pertukaran sekitar 3600 ml/jam.
Faktor utama yang mempengaruhi AFV:
1. Pengaturan fisiologis aliran oleh fetus
2. Pergerakan air dan larutan di dalam dan yang melintasi membran
3. Pengaruh maternal pada pergerakan cairan transplasenta
Selaput amnion yang meliputi permukaan plasenta akan mendapatkan difusi dari
pembuluh darah korion di permukaan. Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-
rata ialah 800 ml, cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,008. Setelah 20
minggu produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelumnya cairan amnion juga banyak
berasal dari rembesan kulit, selaput amnion, dan plasenta. Janin juga meminum cairan
amnion (diperkirakan 500ml/hari). Selain itu, cairan ada yang masuk ke parusehingga
penting untuk perkembangan.11
F. Klasifikasi Preeklampsia
Preeklampsia didefinisikan sebagai sindrom spesifik kehamilan yang
diamati setelah minggu ke 20 kehamilan dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg disertai dengan proteinuria yang signifikan
(yaitu, ekskresi urin sebesar ≥ 0,3 g protein dalam 24 jam). Pada wanita dengan
preeklampsia, tekanan darah biasanya kembali ke garis dasar dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu setelah melahirkan.6
Eklampsia adalah kejadian, pada wanita dengan preeklampsia yakni
kejang yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain.
Hipertensi gestasional didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang terdeteksi untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan dan dibedakan
dari preeklampsia dengan tidak adanya proteinuria. Hipertensi gestasional adalah
diagnosis yang berfungsi hanya selama kehamilan. Jika proteinuria berkembang dan
hipertensi membaik setelah kehamilan, diagnosis diubah menjadi preeklampsia. Jika
tekanan darah tinggi terus berlanjut, didiagnosis hipertensi kronis. Dengan tidak
adanya faktor lain, diagnosis disebut hipertensi transien kehamilan.6
Hipertensi kronis mengacu pada peningkatan tekanan darah pada ibu yang
terjadi sebelum kehamilan. Ini juga dapat didiagnosis secara retrospeksi ketika
preeklampsia atau hipertensi gestasional yang gagal untuk dinormalisasi setelah
melahirkan. Dengan demikian, hipertensi yang belum dinormalisasi setelah 12
minggu postpartum dianggap hipertensi kronis.6
Subklasifikasi lebih lanjut. Meskipun mempertimbangkan preeklamsia
berbeda dari hipertensi yang sudah ada sebelumnya adalah sangat penting, subdivisi
lebih lanjut juga dapat berguna. Dalam klasifikasi National High Blood Pressure
Education Program, hipertensi transien kehamilan didefinisikan sebagai hipertensi
gestasional tanpa proteinuria dan disajikan sebagai entitas terpisah dari preeklampsia.
Ini cukup penting karena penilaian laboratorium dan tindak lanjut epidemiologis
menunjukkan bahwa hipertensi gestasional dengan proteinuria dan hipertensi
gestasional saja merupakan kelainan yang berbeda. Di masa lalu, banyak penelitian
tentang nutrisi tidak secara ketat memisahkan gangguan. Dalam 10 tahun terakhir,
sebagian besar penyelidikan preeklampsia membutuhkan proteinuria sebagai bagian
dari definisi, yang telah membantu pemahaman tentang gangguan ini. Meskipun
demikian, temuan klinis menunjukkan bahwa bahkan hipertensi dengan proteinuria
selama kehamilan menentukan kelompok perempuan yang heterogen.6
G. Penatalaksanaan
Skema klasifikasi kelainan hipertensi pada kehamilan secara umum dan
definisi preeklampsia khususnya telah bervariasi dalam beberapa tahun terakhir.
Sistem klasifikasi yang terkenal diadopsi oleh National High Blood Pressure
Education Program (NHBPEP) pada tahun 1990 dan kemudian disahkan. oleh 46
organisasi medis. Versi yang diperbarui pada tahun 2000 telah menjadi standar yang
diikuti oleh American College of Obstetrics and Gynaecology (ACOG). Sejak
laporan asli NHBPEP, pedoman dari masyarakat internasional telah muncul, masing-
masing dengan bukti sendiri, meskipun banyak dengan rekomendasi yang serupa.7
Tujuan pengobatan untuk tekanan darah, berikut adalah rangkuman tujuan
pengobatan:7
Supaya volume cairan ketuban kembali normal, pada umumnya akan dianjurkan
ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan makanan dengan asupan
gizi berimbang. Pendapat bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban
adalah dengan memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah salah. Dan tidak benar
bahwa kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir normal sehingga harus
dioperasi atau perabdominam. Bagaimanapun juga, persalinan perabdominam merupakan
pilihan terakhir pada kasus oligohidramnion.11
Ibu hamil juga direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan USG setiap
minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan ketuban terus
berkurang atau tidak. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus menerus
berlangsung, disarankan supaya persalinan dilakukan lebih awal dengan bantuan induksi
untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan kelahiran.11
H. Diagnosis
Kecurigaan terjadinya oligohidramnion dari pemeriuksaan fisik adalah bila tinggi
fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan atau dari usia kehamilan yang
seharusnya. Pada pemeriksaan Ultrasonografi ditemukan:1,2
Jumlah cairan amnion < 300 ml
Ukuran kantung amnion vertikal ≥ 2 cm tidak ada
AFI < 95 persentile untuk usia kehamilan tertentu
Pada kehamilan aterm AFI < 5 cm
AFI adalah jumlah dari kantung amnion vertikal maksimum dalam cm pada
masing-masing empat kuadran uterus. AFI normal pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu: 5 – 20 cm. Mulai dari awal bulan kelima, janin menelan cairan amnionnya sendiri
dan diperkirakan janin meminum cairan amnionnya 400 ml/hari yaitu sekitar separuh dari
jumlah totalnya. Urin janin masuk ke dalam cairan amnion setiap hari pada bulan kelima,
tetapi urin ini sebagian besar adalah air, karena plasenta saat itu berfungsi sebagai tempat
pertukaran sisa-sisa metabolisme. Pada saat lahir, membran amniokorion membentuk gaya
hidrostatik yang akan membantu melebarkan saluran leher rahim.
I. Komplikasi
Survey di India pada tahun 2012 sebanyak 349 wanita hamil dengan
preeklamsia berat dipelajari. Karakteristik ibu dirangkum dan sebagian besar
kelompok usia ibu berada dalam kelompok 18-35 tahun (80,2%) usia kehamilan
lebih besar atau sama dengan 35 minggu dan dalam nulipara (59,6%). Persalinan
pervaginam pada 120 kasus (34/4%) dan sectio caesarea pada 229 kasus (65/6%).
Tidak ada angka kematian ibu dan koma dalam penelitian tersebut. Sebagian besar
komplikasi ibu terkait dengan preeklamsia berat adalah koagulopati (37 kasus) dan
solusio plasenta (27 kasus). Satu kasus didiagnosis sebagai sindrom HELLP yang
nulliparus, pada kelompok usia 18-35 tahun dan usia kehamilan 28-37 minggu. Dari
22 kasus eklampsia, 2 kasus berusia lebih dari 35 tahun (9,1%), 3 kasus berusia
kurang dari 18 tahun (13,6%) dan yang lainnya (17 kasus) berusia antara 18 dan 35
tahun. Semua kejang eklampsia terjadi pada periode sebelum persalinan.12
Dari 17 kasus dengan komplikasi hati saja, 1 kasus (0/3%) didiagnosis
dengan hematoma. Dari 13 kasus dengan gangguan Visual, 5 kasus (1/4%)
melibatkan retinopati grade II dan III dan sisanya telah mengalami penurunan
visual.12
Dari metaanalisis 4 penelitian menunjukkan wanita dengan preeklampsia
memiliki risiko stroke sebesar 1,81 (95% CI 1,45 – 2,27) dan DVT (RR 1,19; 95%
CI 1,37 – 2,33) dibandingkan kontrol. Empat penelitian menunjukkan risiko relatif
menderita kanker payudara pada wanita dengan riwayat preeklampsia adalah 1,04
(95 % CI 0,78 – 1,39), sedangkan kejadian kanker lain adalah 0,96 (95% CI 0,73 –
1,27), namun hal ini tidak berbeda bermakna. Dari empat penelitian menunjukkan
wanita dengan preeklampsia memiliki peningkatan risiko kematian oleh sebab
apapun dibandingkan kontrol (RR 1,49; 95% CI 1,05 – 2,14), dimana preeklampsia <
37 minggu memliki risiko relatif yang lebih tinggi 2,71 (95% CI 1,99 – 3,68).12
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan
adanya sindroma potter, dimana keadaan tersebut merupakan suatu keadaan kompleks
yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion. Oligohidroamnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap
dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas
(wajah Potter). Selain itu karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
akan menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidroamnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru (hipoplasia paru)
sehingga pada saat lahir paruu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma
potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan baik karena kegagalan
pembentukan ginjal atau yang disebut agenesis ginjal bilateral ataupun karena penyakit
ginjal lainnya yang akan menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan normal,
ginjal membentuk cairan amnion sebagai urin dan dengan tidak adanya cairan amnion
menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma potter.15
Gejala sindrom Potter berupa:
1. 1Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus,
pangkalhidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke
belakang)
2. Urin tidak terproduksi
3. Gawat pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
1. Bilano, Ver L, Ota Erika, Ganchimeg Togoobatar, Mori Rintaro,Souza, Joao P.
Risk Factors of Pre-Eclampsia/Eclampsia and Its Adverse Outcomes in Low-
and Middle-Income Countries: A WHO Secondary Analysis. Department of
Global Health Policy Graduate School of Medicine The University of Tokyo.
2014. Volume 9 : 1-9 p
2. Uzan Jennifer, Carbonnel Marie, Piconne Olivier, Asmar Roland, Ayoubi, Jean
M. Pre-eclampsia: pathophysiology, diagnosis, and management. Department of
Gynecology and Obstetrics Hôpital Foch. France. 2011. 467-474.
3. American College of Obstetricians and Gynecologists. Hypertension in
Pregnancy. Washington. 2013 : 13-15 p
4. Gupte Sanjay, Girija Wagh. Preeclampsia–Eclampsia. The Journal of Obstetrics
and Gynecology of India. January–February 2014. 64(1):4–13.
5. Turner, Judi A. Diagnosis and management of pre-eclampsia: an update.
International Journal of Women’s Health. California. 2010 : 327 – 337 p.
6. James M. Roberts, Judith L. Balk, Lisa M. Bodnar, Jose M. Beliza, Eduardo
Bergely Anibal Martinezy Bawazier. Nutrient Involvement in Preeclampsia.
American Society for Nutritional Sciences. Pittsburgh. 2003 : 1684 – 1692 p.
7. Elizabeth Phipps, Devika Prasanna, Wunnie Brima, Belinda Jim. Preeclampsia:
Updates in Pathogenesis, Definitions, and Guidelines. American Society of
Nephrology. 2016. Volume 11 : 1102 – 1113 p.
8. Nankali A, Malek-khosravi Sh, Zangeneh M, Rezaei M, Hemati Z, Kohzadi
M. Maternal Complications Associated with Severe Preeclampsia. The Journal
of Obstetrics and Gynecology of India. March-April 2013. 63(2):112–115.
9. P Gathiram, J Moodley. Pre-eclampsia: its pathogenesis and pathophysiolgy.
Cardiovascular Journal of Africa. March/April 2016. Vol 27 : 71 – 78 p.
10. Leanne Bellamy JPC, Aroon D Hingorani, David J Williams. Preeclampsia and
risk of cardiovascular disease and cancer in later life: systematic review and
meta-analysis. bmjcom.
11. Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
12. Sadler, TW. 2000. Selaput Janin dan Plasenta; dalam buku: Embriologi
Kedokteran LANGMAN. Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC; p 101-121.
13. Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Plasenta dan Likuor Amnii; dalam buku: Ilmu
Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; p
66-76.