Anda di halaman 1dari 28

Case

ABORTUS IMMINENS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang

Oleh:

Aprita Nurkarima, S.Ked 04054821820117


Azora Khairani Kartika, S.Ked 04054821820119
Ira Yunita, S.Ked 04054821820016
M. Aufar Isytahar, S.Ked 04054821820138
Siti Thania Luthfyah, S.Ked 04054821820029
Tesar Arafat, S.Ked 04054821820147

Pembimbing:
dr. H. Iskandar Zulqarnain, Sp.OG(K)

BAGIAN OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
1
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Case
ABORTUS IMMINENS

Oleh
Aprita Nurkarima, S.Ked 04054821820117
Azora Khairani Kartika, S.Ked 04054821820119
Ira Yunita, S.Ked 04054821820016
M. Aufar Isytahar, S.Ked 04054821820138
Siti Thania Luthfyah, S.Ked 04054821820029
Tesar Arafat, S.Ked 04054821820147

Pembimbing
dr. H. Iskandar Zulqarnain, Sp.OG(K)

Case ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetrik dan Ginekologi Rumah Sakit Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
periode 2 September – 11 November 2019.

Palembang, September 2019


Pembimbing

dr. H. Iskandar Zulqarnain, Sp.OG(K)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan case yang berjudul “Abortus Imminens”. Case ini disusun sebagai
salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetrik dan Ginekologi RSMH
Palembang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. H. Iskandar Zulqarnain, Sp.OG(K), selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan case ini, serta semua
pihak yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
case ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari seluruh pihak agar tulisan ini menjadi lebih baik. Semoga case
ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi penulis dan
pembaca.

Palembang, Sepember 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................5
BAB II STATUS PASIEN...................................................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................15
BAB IV ANALISIS KASUS..............................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

4
BAB I
PENDAHULUAN

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Abortus ini dibedakan antara lain abortus imminens,
abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit, selain itu juga dikenal
adanya abortus habitualis, missed abortion dan abortus infeksious selama
kehamilan.1
WHO memperkirakan di Indonesia terdapat sebesar 126 kematian ibu
setiap 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah total kematian ibu sebesar 6400
pada tahun 2015. Angka ini sudah terjadi penurunan dari angka kematian ibu
menurut SDKI 2012 yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Frekuensi
abortus spontan di Indonesia adalah 10%-15% dari 5 juta kehamilan setiap
tahunnya atau 500.000-750.000. Sedangkan abortus buatan sekitar 750.000-1.5
juta setiap tahunnya. Frekuensi ini dapat mencapai 50% bila diperhitungkan
mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari sehingga wanita itu
sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Angka kematian karena abortus
mencapai 2500 setiap tahunnya.2
Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan
menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah
(BBLR), kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini
(KPD), namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. 3,4 Diagnosis
abortus imminens ditentukan karena terjadi perdarahan pada awal kehamilan
melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau tidak sama sekali,
serviks tertutup, dan janin masih hidup.5

5
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Ny. H Binti M
b. Umur : 23 tahun
c. Tanggal lahir : 16 Oktober 1995
d. Alamat : Palembang
e. Suku, Bangsa : Sumatera, Indonesia
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : IRT
i. MRS : 14 September 2019 pukul 17.00
j. DPJP : dr. Peby Maulina Lestari, Sp.OG(K)

II. ANAMNESIS (Tanggal 16 September 2019, pukul 07.00 WIB)


Keluhan Utama
Hamil muda dengan keluar flek darah dari kemaluan.
Riwayat Perjalanan Penyakit
+ 2 minggu SMRS pasien mengeluh perut bagian bawah pegal dan mulas,
pasien juga mengeluh keluar flek darah dari kemaluan, bayaknya 1 kali ganti
pembalut, warna merah kecoklatan, pasien belum berobat karena keesokan
harinya tidak muncul flek darah dari kemaluan lagi.
+ 1 hari SMRS pasien mengeluh keluar flek darah dari kemaluan, lebih
banyak dari sebelumnya, warna merah kecoklatan. Keluar jaringan seperti ati
ayam (-), keluar jaringan seperti mata ikan (-). Riwayat keluar gumpalan darah
seperti daging (-), riwayat trauma (-), riwayat perut diurut-urut (-), riwayat minum
obat peluruh (-), riwayat post coital (-), riwayat keputihan (-), riwayat merokok
dan mengonsumsi alkohol (-), namun pasien merupakan perokok pasif karena
suaminya yang merokok di dalam rumah ± 5 batang rokok/hari, riwayat terlambat

6
haid (+), riwayat mual muntah (+), riwayat mulas (+), riwayat payudara tegang
(+). Pasien mengaku hamil 8 minggu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Darah Tinggi : disangkal
Riwayat Kencing Manis : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Sedang
Riwayat Perkawinan
Sudah menikah, 1 kali, lamanya 3 bulan.
Riwayat Ginekologi
Menarche usia 13 tahun, siklus haid 28 hari, teratur, lamanya 4-7 hari.
HPHT 23 Juni 2019.
Riwayat Obstetri
Status Persalinan:
1. Hamil ini.
Riwayat Pengobatan
Riwayat minum jamu dan obat-obatan disangkal
ANC dengan bidan 1x selama kehamilan
Riwayat operasi disangkal

7
III. PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76x/ menit, isi/kualitas cukup, reguler
Respirasi : 20x/menit, reguler

Suhu : 36,7oC
BB : 51 kg
TB : 155 cm

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
palpebra (-/-), pupil isokor 3mm, refleks cahaya
(+/+)
Hidung : Sekret (-), perdarahan (-)
Telinga : Liang telinga lapang
Mulut : Mukosa mulut dan bibir pucat (-), perdarahan di
gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan bibir kering
(-), fisura (-), cheilitis (-)
Lidah : Atropi papil (-), lidah kotor (-)
Faring/Tonsil : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-
T1, tonsil tidak hiperemis, detritus (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

8
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, tidak ada thrill
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen (Lihat pemeriksaan obstetrik)
Ekstremitas
Atas : Akral dingin (-), pucat (-), koilonikia (-)
Bawah : Akral dingin (-), pucat (-), edema pretibial (-/-)

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Perut tampak datar, lemas, simetris, striae gravidarum (-), linea
nigra (-), luka bekas SC (-)
Palpasi : Fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan (-), massa (-), tanda cairan
bebas (-)
Pemeriksaan Genitalia
Inspekulo : Portio livide, OUE tertutup, fluor(-), fluxus (-)
Vaginal Toucher : Portio lunak, OUE tertutup, AP kanan kiri lemas.

IV. Pemeriksaan Penunjang


USG IRD
- Uterus membesar dengan kantong gestasi, didalamnya berisi:
o Yolk sac (+) ukuran 0,39 cm x 0,40 cm
o CRL (+) ukuran 2,01 cm 8w4d
o Pulsasi (+)
- Kontraksi (+)
- Tampak perdarahan subchorionic 1,45 x 1,34 cm
Kesan : Hamil 8 minggu JTH Intrauterine Subchorionic Bleeding

9
Laboratorium IRD
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 13,5 mg/dl 11,4-15,0 mg/dl
RBC 4,94 juta/m3 4,0-5,7 juta/m3
WBC 10,31 x 103/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 39% 35-45 %
Trombosit 386 x 103/m3 189-436 x 103/m3
MCV 78,1 fL 85-95 fL
MCH 27 pg 28-32 pg
MCHC 35 g/dL 33-35 g/dL
Basofil 0% 0-1%
Eosinofil 3% 1-6%
Neutrofil 54% 50-70%
Limfosit 34% 20-40%
Monosit 9% 2-8%
HbsAg Negatif Negatif
Anti HIV Nonreaktif Nonreaktif

V. Diagnosis Kerja
G1P0A0 hamil 8 minggu dengan abortus imminens JTH intrauterine
10
VI. Tatalaksana
Observasi TTV dan tanda perdarahan
IVFD RL gtt XX/m
Bedrest total
Abstinensia
Cygest 1 x 400 mg (PR)
Hystolan 2 x 1/2 tab (PO)
Rencana pemeriksaan USG ulang

VII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

11
VIII. Follow Up
17 September 2019
S Perut mulas (-)
Keluar flek darikemaluan (-)
O Sens : Kompos mentis
TD : 110/70mmHg
HR : 85x/m
RR : 20x/m
T : 36,7oC

PL : Abdomen datar, lemas, simetris, fundus uteri tidak


teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tada cairan bebas (-)
A G1P0A0 hamil 8 minggu dengan abortus imminens JTH,
intrauterine
P - Observasi TTV, perdarahan
- IVFD RL gtt XX/m
- Cygest 1 x 400 mg (PR)
- Hystolan 2 x 1/2 tab (PO)
- Abstinensia
- Bedrest total
- Rencana USG konfirmasi

18 September 2019
S Perut mulas (-)
Keluar flek darikemaluan (-)
O Sens : Kompos mentis
TD : 110/70mmHg
HR : 80x/m
RR : 20x/m
T : 36,5oC

12
PL : Abdomen datar, lemas, simetris, fundus uteri tidak
teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tada cairan bebas (-)

USG Konfirmasi :

 Tampak JTH intrauterine


 CRL (+) ukuran 2,26 cm 9w
 Tampak perdarahan subchorionic 1,07 cm
Kesan : Hamil 9 minggu dengan Subchorionic Bleeding
A G1P0A0 hamil 8 minggu dengan abortus imminens JTH,
intrauterine
P - Observasi TTV, perdarahan
- IVFD RL gtt XX/m
- Cygest 1 x 400 mg (PR)
- Hystolan 2 x 1/2 tab (PO)
- Bedrest total
- Abstinensia
- Rencana rawat jalan besok (19/9/2019)

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. 1 Ini
adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun
setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.1 Terdapat beberapa
jenis abortus, yaitu abortus imminens, abortus insipient, abortus inkomplit,
abortus komplis, miss abortion, dan abortus habitualis.1 Terdapat beberapa
definisi abortus imminens, yaitu:
1. Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada
setengah awal kehamilan.6
2. Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus
dan viabel, dan serviks tertutup.4
3. Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal
dengan atau tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup.7

14
Gambar 1. Jenis-Jenis Abortus

3.2 Etiologi
Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus imminens adalah sebagai
berikut.1,7
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau
cacat, penyebabnya antara lain :
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan
kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat
usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma
ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus, disebut teratogen.
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan
muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat,
15
keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti
brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau
kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau
mioma submucosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran
dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi,
amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.

3.3 Patofisiologi1,8
Pada trimester awal, terjadi perdarahan karena terlepasnya vili korialis yang
sudah tertanam atau yang sudah menembus desidua basalis sehingga akan
menimbulkan gangguan sirkulasi oksigenasi dan nutrisi pada janin. Bagian yang
terlepas tadi akan dianggap benda asing oleh uterus sehingga uterus akan
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pengeluaran tersebut
dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang
menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu, keguguran memberikan gejala
umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan di sertai
pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Pada kehamilan di bawah 8
minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena villi korialis
belum menembus desidua terlalu dalam. Sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu,
telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal. Jika villi korialis belum menembus desidua secara dalam maka hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya (abortus komplit). Jika villi menembus
desidua lebih dalam lagi maka hasil konsepsi tidak bisa dikeluarkan seluruhnya
(abortus inkomplit). Jika villi menembus desidua lebih dalam lagi dari
sebelumnya, maka vili sulit terlepas dari desidua sehingga hasil konsepsi tidak
bisa dikeluarkan atau masih bisa dipertahankan walaupun sudah terjadi
perdarahan pervaginam (abortus imminens).

3.4 Manifestasi Klinis4

16
Gejala yang timbul adalah adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui
ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali dan
adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah
buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.

3.5 Diagnosis1,4,8
1. Tanda dan gejala abortus imminens
2. Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari
ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang
serviks atau adneksa
3. Tes kehamilan positif
4. Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.

Anamnesis :
Dilakukan untuk memperoleh riwayat lengkap termasuk diantaranya:
 Riwayat menstruasi : penyimpangan dari periode menstruasi
normal mungkin mencerminkan adanya pendarahan yang berasal dari
implantasi dari kehamilan yang normal maupun yang abnormal, yang dapat
mengacaukan perkiraan : hari pertama haid terakhir, periode menstruasi
sebelumnya, interval menstruasi, keteraturan menstruasi.
 Tanggal terjadinya konsepsi (jika diketahui).
 Obat-obatan yang digunakan sejak hari pertama haid terakhir
seperti: alkohol, tembakau dan obat-obatan yang lain.
 Masalah kesehatan baik sekarang maupun yang terdahulu seperti :
diabetes militus, infeksi pendarahan, penyakit tiroid dan autoimun.
 Riwayat operasi terutama operasi yang melibatkan uterus dan
adneksa.
 Riwayat obstetri yang terdahulu, seperti: jumlah kelahiran aterm
dan preterm, jumlah terjadinya abortus baik yang spontan maupun yang
diinduksi, jumlah anak yang hidup dan jumlah komplikasi yang berhubungan
dengan persalinan tranfusi darah, perforasi uterus).
17
 Riwayat ginekologi, termasuk tes pap smear abnormal, STD dan
kontrasepsi.
Pasien dengan abortus spontan biasanya dengan pendarahan pervaginam dan
atau dengan nyeri perut. Pendarahan pervaginam mungkin dapat berupa
pendarahan dalam bentuk flek-flek sampai pendarahan yang bermakna.
Menghitung jumlah pendarahan adalah sangat penting ( jumlah pembalut atau
tampon) untuk melihat pendarahan apakah meningkat atau memburuk.
Pendarahan dari abortus iminens ringan tetapi menetap sampai berhari hari
ataupun sampai berminggu-minggu. Adanya bekuan darah atau jaringan mungkin
suatu tanda yang penting untuk mengetahui perkembangan dari abortus spontan.
Nyeri yang berhubungan atau kram seharusnya dicatat termasuk lokasi, beratnya
dan durasi dari nyeri. Gejala lain seperti demam ataupun menggigil adalah lebih
khas terhadap abortus septik.

Pemeriksaan fisik :
 Memeriksa perut dengan memperhatikan adanya nyeri tumpul,
bengkak, tanda peritoneal merupakan suatu kemungkinan terjadinya
pendarahan intraperitoneal.
 Identifikasi sumber pendarahan dengan spekulum dan pemeriksaan
digital dari servik. Pastikan apakah pendarahan berasal dari dinding vagina,
permukaan servik atau dari bagian dalam servik.
 Pastikan intensitas pendarahan pemeriksaan bekuan darah atau
bagian-bagian daging.
 Periksa adanya nyeri goyang porsio untuk menentukan adanya
kehamilan ektopik.
 Pastikan adanya pembukaan servik, jika ada pembukaan
mencerminkan suatu abortus insipien atau abortus inkomplit. Jika tertutup
merupakan suatu abortus iminens.
 Periksa ukuran uterus, konsistensi, ketegangan dan adanya nyeri
tekan adneksa ataupun massa. Jika dirasakan adanya suatu massa, palpasi

18
harus dilakukan dengan hati-hati dan mantap untuk menghidari terjadinya
ruptur pada kehamilan ektopik ataupun kista ovarium.
 Jika terdapat cairan abnormal dari vagina atau cervik, perlu dibuat
preparat basah dan kultur cervik untuk organisme gonorhea dan klamidia.

Pemeriksaan Penunjang :
1. USG Transvaginal dan Obesevasi DJJ
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin
viabel atau nonviable dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri,
mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG
dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil
pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG
dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur kehamilan tujuh
minggu, fetal pole dan aktifitas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung
seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal 5 mm. Bila
kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong
gestasi kosong dengan diameter 15 mm pada usia 7 minggu dan 21 mm pada usia
gestasi 8 minggu memiliki angka keguguran 90,8%.1 Apabila terdapat yolk sac,
angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5 mm, angka keguguran adalah 7,2%;
dengan embrio 6-10 mm angka keguguran 3,2%; dan apabila embrio 10 mm,
angka keguguran hanya 0,5%.9 Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu
kurang lebih 2,0%. Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna
untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata
lebih dari 13 mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17 mm tanpa
mudigah diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan
nilai prediksi positif 100%. Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan
dengan prognosis buruk.
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT
dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif
menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia
janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan

19
perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih
dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi
84%. Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian
keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai
beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan
kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih
dari 20 minggu sebesar 97%.

2. Biokimia Serum Ibu


Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami
kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi
kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48
jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens,
dan missed abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran
diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama, lebih rendah
dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya
berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. Sebuah
penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml dapat
digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus imminens
namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang mengalami
keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka prediksi positif 88,3%
dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita yang mengalami
abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi dibandingkan pada
wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun penelitian hanya melibatkan
24 wanita dengan abortus imminens dan tidak memberikan data tentang aktivitas
jantung janin.

Pemeriksaan kadar progesterone


Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan

20
viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan
dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang
viabel dengan sensitivitas 100%.

Hemoglobin dan Hematokrit


Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya suatu anemia terutama yang
disebabkan oleh adanya suatu pendarahan.

Golongan Darah dan Skrining Antibodi


Wanita dengan Rh negatif dan telah mengalami abortus (apakah karena
abortus spontan maupun abortus karena terapiutik sekitar 2-4% akan menjadi peka
terhadap Rh. Status dari faktor Rh harus diperiksa pada setiap pasien hamil
dengan pendarahan pervaginam. Jika didapatkan wanita dengan Rh negatif,
dianjurkan untuk pemberian Rho (D) immuno globin (RhoGAM).

3.6 Tatalaksana
1. Tirah baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat
dapat mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa
hari dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh
emosional. Lamanya 24-48 jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat,
namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan sehari-hari.

21
2. Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat
stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat
pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran,
karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju namun
mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang
tidak banyak manfaatnya. Meskipun bukti terbatas, percobaan pada 421 wanita
abortus imminens menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada
penatalaksanaan abortus imminens sebagai upaya mempertahankan kehamilan.
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan pada
154 wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang dari
13 minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi
(95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg
dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan kelompok
yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%. Meskipun tidak ada bukti kuat
tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi
uterus lebih cepat daripada tirah baring, terlepas dari kemungkinan bahwa
pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat menyebabkan missed

22
abortion, progestogen pada penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti
memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang
merupakan efek berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan progestogen juga
tidak terbukti menimbulkan kelainan kongenital.
4. hCG (human chorionic gonadotropin)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan
kehamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus imminens untuk
mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga penelitian yang melibatkan 312
partisipan menyatakan tidak ada cukup bukti tentang efektivitas penggunaan hCG
pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. Meskipun tidak
terdapat laporan efek samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukan
penelitian lanjutan yang lebih berkualitas tentang pengaruh hCG pada keguguran.
5. Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia
awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora abnormal
vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan
tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri
abdomen dan perdarahan vaginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.

6. Relaksan otot uterus


Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan
sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas,
dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal
terjadinya abortus imminens. Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup
bukti yang menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam
mencegah abortus imminens.
7. Profilaksis Rh (rhesus)

23
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus
perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala
berat mendekati 12 minggu.

3.7 Prognosis

3.8 Komplikasi
Komplikasi dapat berupa keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan
lahir rendah (BBLR), kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban
pecah dini (KPD).

BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny. HbM, usia 23 tahun, G1P0A0, hamil 8 minggu, datang ke IGD RSMH
dengan keluhan flek dari kemaluan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluar
darah dari kemaluan, warna merah kecoklatan, dan mengganti pembalut
sebanyaknya 1 kali. Keluar gumpalan seperti ati ayam dan gumpalan daging
disangkal. Keluar jaringan seperti mata ikan disangkal. Pasien juga merasa perutnya
mulas disertai nyeri perut di bagian bawah. Terdapat riwayat terlambat haid
sebelumnya (+), riwayat mual muntah (+), riwayat payudara tegang (+), pasien
mengaku hamil 8 minggu. Dari riwayat yang didapati pada pasien, gejala pasien
memang mengarah ke kehamilan. Apabila seorang wanita usia reproduksi datang
24
dengan gejala sebagai berikut, terlambat haid, perdarahan per vaginam, spasme atau
nyeri perut bawah, dan keluarnya massa kehamilan atau konsepsi atau darah maka
yang dapat dipikirkan adalah terjadinya suatu abortus.
Pada usia kehamilan 8 minggu villi koriales sudah menembus desidua dan
lebih dalam, sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan pada saat terjadinya
abortus akan ditemukan perdarahan. Riwayat minum obat-obatan tidak ada, riwayat
post coital sebelumnya tidak ada, riwayat keputihan sebelumnya tidak ada. Faktor
risiko terjadinya perdarahan antara lain adalah minum obat-obatan peluruh, post
coitus, infeksi. Pada pasien ini ketiga faktor risiko disangkal sehingga dapat
dipikirkan faktor penyebab lainnya. Faktor risiko dari gaya hidup seperti merokok
dan mengonsumsi alkohol atau obat – obatan juga disangkal oleh pasien. Faktor
risiko adanya kelainan kromosom masih belum dapat disingkirkan.
Riwayat perkawinan sudah menikah 1 kali dengan lama 3 bulan. Menarche
usia 13 tahun dengan siklus haid 28 hari teratur, HPHT 23-6-2019 maka perkiraan
persalinan seharusnya adalah 30-3-2020. Dari riwayat ginekologi maka tidak ada
gangguan pada siklus menstruasi pasien. Status persalinan, pasien hamil 1 kali,
hamil ini. Riwayat obstetrik pasien dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya
faktor risiko untuk terjadi abortus pada pasien ini. Riwayat sosial ekonomi sedang
menandakan nutrisi pada ibu ini bisa cukup ataupun kurang.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan keadaan umum tampak sakit ringan,
compos mentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda
anemia. Pada pemeriksaan obstetrik dilakukan pemeriksaan luar dan dalam. Pada
pemeriksaan luar di lakukan inspeksi dan didapati perut tampak datar, lemas,
simetris, striae gravidarum (-), linea nigra (-), luka bekas SC (-). Pada palpasi
didapatkan fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan (-), massa (-), tanda cairan bebas
(-). Dilakukan pemeriksaan inspekulo dan didapati portio livide, OUE tertutup,
fluor (-), fluxus (-), erosi (-), laserasi (-), polip (-). Pada pemeriksaan penunjang,
dilakukan USG dengan kesan hamil 8 minggu TTH intrauterine subchorionic
bleeding. Hasil pemeriksaan labaratorium tidak ditemukan adanya anemia dan
tanda-tanda infeksi.

25
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
didapatkan tanda-tanda abortus imminens, dengan keluarnya flek dari kemaluan
dan belum ada bagian dari hasil konsepsi yang terlepas dari uterus, dan pada
pemeriksaan dalam didapatkan OUE masih tertutup. Sebagai diagnosis banding,
klasifikasi abortus lainnya dapat masuk sebagai diagnosis banding, tetapi dapat
disingkirkan karena pada pasien OUE tertutup dan belum tampak jaringan yang
sudah keluar. Diagnosis banding lainnya adalah kehamilan ektopik, dan mola
hidatidosa. Diagnosis kehamilan ektopik dan mola hidatidosa dapat ditegakkan
melalui pemeriksaan USG. Pada kehamilan ektopik terdapat gambaran janin
ekstrauterine, dan pada mola hidatidosa terdapat gambaran snow flake pattern yang
dimana tidak ditemukan pada pasien ini. Selain itu dari anamnesis juga dapat
disingkirkan kehamilan ektopik, karena tidak terdapat nyeri tekan pada pasien
kasus ini.
Dilakukan tirah baring pada pasien untuk mengurangi rangsangan mekanis
pada pasien. Selain itu dilakukan pula penilaian umum secara cepat pada pasien,
dan dinilai apakah ditemukan tanda-tanda syok, mengingat adanya perdarahan yang
aktif keluar dari muara OUE nya, hal ini dilakukan dengan memantau tanda-tanda
vital pasien. Diberikan pula cairan berupa RL gtt XX/menit untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien dan sebagai salah satu langkah dalam mencegah terjadinya
dehidrasi dan syok pada pasien. Diberikan hystolan tablet sebagai obat tokolitik
untuk relaksasi uterus dan cygest sebagai terapi hormone progesterone untuk
mempertahankan serta memelihara kehamilan agar abortus tidak berkembang
menjadi abortus komplit. Disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat
stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat
pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
Prognosis pada pasien ini adalah bonam baik secara quo ad vitam, functionam maupun
sanationam. Tatalaksana yang cepat dan tepat akan membantu mengurangi komplikasi
yang mungkin terjadi baik pada ibu maupun janinnya.

26
27
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifudin, A.B. 2009. Ilmu Kebidanan Perdarahan pada Kehamilan Muda. Ed


4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
2. SDKI. 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013.
Jakarta : Badan Pusat Statistik
3. Sotiriadis A, Papatheodorou S, Makrydimas G. 2004. Threatened
Miscarriage: Evaluation and management. BMJ
4. Cunningham FG, Norman FG, Leveno JK, Gilshap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. 2001. Abortion in Williams Obstetrics, 21th ed. Mc Graw Hill
5. Wahabi HA, Fayed AA, Esmaeil SA, Al Zeidan RA. 2011. Progestogen for
treating threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews.
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD005943.pub4.
Diakses tanggal 22 September 2019
6. Norwitz ER, Arulkumaran S, Symonds IM, Fowlie A, editors. Oxford. 2007.
American handbook of obstetrics and gynecology. 1st ed. New York: Oxford
University Press.
7. Devaseelan P, Fogarty PP, Regan L. 2010. Human chorionic gonadotrophin
for threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews.
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD007422.pub2.
Diakses tanggal 22 September 2019
8. Mochtar R. 1998. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. Dalam: Lutan
D, editor. Sinopsis Obstetri ed 2. Jakarta: EGC.
9. Morton A, Stenchever MD, William, Droegemueller MD, Herbst Arthur L
MD, Daniel R Mishell.MD, Arthur L. H. 2002. Spontaneous and Recurrent
Abortion, Etiology, Diagnosis, Treatment in Comprehensive Gynecology 4th
eds. Mosby

28

Anda mungkin juga menyukai