OLEH
016.06.0050
PEMBIMBING
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena laporan
Case Based Discussion ini dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Al-Azhar, di Rumah Sakit Umum Bangli.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu izinkan penulis
untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. I Gusti Ayu Oka Sri Utari, M.Biomen, Sp. THT-KL, selaku pembimbing dalam
Case Based Discussion ini,
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Otitis eksterna merupakan suatu peradangan pada kulit di bagian liang telinga,
yang juga dapat menyebar ke daun telinga (aurikula) ataupun membrane timpani. Otitis
externa disebabkan oleh infeksi baik bakteri, jamur, dan virus selain itu, trauma ringan
pada liang telinga ketika membersihkan telinga secara berlebihan juga dapat menjadi
salah satu faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna. Perubahan pH kulit kanalis
yang biasanya asam menjadi basa juga dapat menjadi salah satu faktor predisposisi
terjadinya penyakit otitis externa (Soepardi et al, 2017).
Menurut American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery
Foundation, angka kejadiannya pada tahun 2006 termasuk dalam jenis infeksi yang
paling umum dihadapi oleh para dokter dan didapati kejadian tahunan otitis eksterna
akut adalah sekitar 1:100 dan 1: 250 dari populasi umum di Amerika Serikat, dan
berdasarkan dari hasil analisis data National Ambulatory-Care and Emergency
Department (ED) pada tahun 2007, diperkirakan 2,4 juta kunjungan kesehatan atau
sekitar 8,1 kunjungan per-1000 penduduk di Amerika Serikat didiagnosa menderita
otitis eksterna akut. Menurut data dari Departemen Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2012 tentang “10 Besar Penyakit Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tahun
2010”, penyakit telinga dan prosesus mastoid menempati urutan ke 10 (Rosenfeld et
al, 2014 & Kemenkes, 2012).
Otitis eksterna akut dibagi menjadi dua jenis yaitu, otitis eksterna akut dalam
bentuk otitis eksterna difus yang sering disebut “swimmer’s ear”atau“tropical ear”
karena sering ditemukan pada perenang ataupun dalam bentuk furunkel yang disebut
otitis eksterna sirkumskripta, serta yang disebabkan oleh jamur yaitu disebut dengan
otomikosis (Soepardi et al,2017 & Nagel P, 2012).
1
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Nama : SNI
2. Tanggal Lahir : 09 Juli 1989
3. Usia : 9 Tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Hindu
6. Alamat : Kayubihi
7. MRS : 04 Februari 2021
8. No.RM : 314203
2.2 Anamnesis
2
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
A. Status Present
3
3. Tanda Vital : Tidak Dilakukan (ND)
B. Status Generalis
- Kepala : Normocephali
• Pemeriksaan Thorax
C. Status Lokalis
a. Telinga
Bagian Dextra Sinistra
Auricula Bentuk Normal Bentuk Normal
Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (+)
Nyeri Tragus (-) Nyeri Tragus (+)
Cairan (-) Cairan (-)
Mastoid Bengkak (-) Bengkak (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
CAE Serumen (-) Adanya excoriasi
Hiperemis (-) CAE (+) 1/3 liang
Korpus Alienum (-) telinga luar
Hiperemis (+)
Serumen (+)
4
Membran Timpani Retraksi (-) Intak (+)
Hiperemis (-)
Bulging (-)
Perforasi (-)
Cone of light (+)
Gambar: AD AS
Tes Pendengaran
b. Hidung
5
Palpasi: Palpasi:
Gambar:
6
c. Mulut dan Tenggorokan
Hiperemis (-)
Hiperemis (-/-)
Detritus (-/-)
Gambar:
Hiperemis (-)
Edema (-)
7
2.4 Pemeriksaan Penunjang
• Kultur Bakteri
2.5 Diagnosis
2.6 Planning
1. Terapi Non-Farmakologi
o Melakukan ear toilet (mengeluarkan seluruh serumen dan lapisan kulit yang
mengelupas)
2. Terapi Farmakologi
o Cefixime 2 x 200 mg
o Metilprednisolon 2 x 8 mg
o Otopain 3 x gtt 4
3. KIE
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Telinga luar atau prinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diselimuti oleh
kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (Meatus
austikus eksternus) berbentuk seperti huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar (Lalwani, 2015 & Ganong, 2009).
Bagian sepertiga luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut
kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam
hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam terdiri dari tulang.
Panjang dari meatus austikus eksterna kira-kira 2,5-3 cm, dan meatus dibatasi oleh kulit
dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah
mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak stengah padat berwarna kecoklatan-
coklatan yang dinamakan serumen. Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah
terjadinya infeksi (Lalwani, 2015).
9
Gambar 3.2 Lapisan Kulit Pada Bagian Kartilaginosa (Lalwani, 2015).
Telinga luar membantu menentukan arah lokasi suara, serta mengumpulkan dan
menyalurkan gelombang suara ke gendang telinga sehingga transimisi suara menjadi
lebih efisien untuk mencapai membran timpani. Kontribusi akustik dari telinga luar
berfungsi untuk meningkatkan transmisi serta frekuensi suara. Bentuk liang telinga
dengan kedalaman yang berkelok-kelok dapat melindungi membran timpani serta
struktur di telinga tengah dan telinga dalam. Rambut di laeral liang telinga luar
mencegah untuk masuknya benda asing berukuran kecil ke telinga (Lalwani, 2015).
3.2 Definisi
Otitis eksterna merupakan suatu peradangan yang terjadi pada liang telinga dan
bersifat akut berlangsung < 6 minggu maupun kronik yang berlangsung > 3 bulan yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus. Faktor risiko yang dapat
mempermudah terjadinya peradangan pada telinga luar adalah perubahan keadaan udara
yang hangat dan lembab, adanya trauma ringan ketika mengorek telinga, dan sering
berenang (Soepardi et al, 2017 & Blasini, 2020).
11
faktor immunocompromize dan mikroangiopati. Pada otitis eksterna maligna
peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang
disekitarnya, sehingga timbul kondisi kondritis, osteitis dan osteomyelitis yang
menghancurkan tulang temporal (Soepardi et al, 2017).
4) Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergilus. Kadang- kadang
ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan
terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis
ekstema bakterialis. Gambaran yang didapatkan pada otomikosis ini, ialah jamur
jenis Candida yang terdapat warna putih sepertin Cotton Woll atau jamur
berwarna putih disertai dengan puing-puing kehitaman (Newpaper Appearane)
disebut Aspergillus (Soepardi et al, 2017).
13
3) Otitis Eksterna Maligna
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga disertai dengan
nyeri telinga, keluhan ini dirasakan dengan sangat cepat dan terus-menerus, liang
telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuh. Keluhan disertai keluar
sekret yang banyak dan terdapat adanya pembengkakan di liang telinga. Pada otitis
eksterna maligna ini saraf yang terkena, yakni saraf facial, sehingga dapat
menimbulkan paresis atau paralisis facial (Soepardi et al, 2017).
4) Otomikosis
Gejala biasanya rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula
tanpa keluhan. Keluhan lainnya sering di jumpai pada pasien otomikosis ini, yaitu
nyeri pada telinga (otalgia) dan terasa keluar cairan/ sekret dari telinga dan biasanya
kadang disertai penurunan pendengaran (Soepardi et al, 2017).
14
3.6 Patofisiologi
Secara umum, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Penggunaan cotton bud yan
berlebihan dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit
mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga
diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lakukan pada liang telinga. Keadaan
ini dapat menimbulkan timbunan air yang masuk kedalam liang telinga ketika mandi
atau berenang. Kulit yang basah, lembab, dan hangat pada liang telinga merupakan
tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur.
Faktor presdisposisi lainnya yang dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma
lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit terjadilah inflamasi dan cairan
exsudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi dan akan menyebabkan infeksi lama-
kelamaan akan mengalami pembengkakan dan akirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses
infeksi ini akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh sehingga menimbulkan
perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, cairan atau nanah yang keluar
bisa menumpuk dalam telinga sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran.
Pada otitis eksterna akan terjadi otalgia yang disebabkan oleh kulit liang telinga
luar yang beralaskan periosteum yang merupakan selubung jaringan konektif fibrous
yang mengelilingi permukaan luar tulang kortikal sehingga memudahkan terjadinya
cidera atau trauma, dan edema dermis yang akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Selain itu kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar
liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan pada aurikula sehingga ketika
terdapat gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang
rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada otitis
eksterna (Bull, 2002; Soepardi, 2010 & Blasini, 2020).
15
Gambar 3.9 Patofisiologi Otitis Eksterna
3.7 Diagnosis
Dalam mendiagnosa dari otitis eksterna dapat dilakukan anamnesis awal untuk
enanyakna keluhan sesuai penyabab dari otitis eksterna, baik disebabkan oleh bakteri
jamur ataupun virus. Keluhan awal yang biasanya dialami pada pasien otitis eksterna,
yakni rasa penuh pada telinga dan nyeri pada telinga. Keluhan lain seperti gatal juga
sering dirasakan pada otitis eksterna akut. Penurunan pendengaran munkin terjadi pada
otitis eksterna akut dmaupun kronik, selain itu kadang adanya edema di sekitar kulit
liang telinga, dan sekret yang berupa serous atau purulen. Penebalan kulit yang progresif
pada otitis eksterna yang lama, seringkali menyumbat lumen kanalis austikus dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, dan
debris dapat menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara dari liang
telinga ke membran timpani. Selain itu, nyeri telinga (otalgia) dapat bervariasi dari yang
hanya berupa rasa tidak nyaman di telinga, telinga terasa penuh, dan telinga terasa
seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat dan berdenyut dirasakan, seta dapat
menimbulkan demam dan tinnitus pada telinga (Soepardi, 2017).
Pada pemeriksaan telinga di bagian luar dilakukan dengan inspeksi dan palpasi
dengan teliti. Pada pemeriksaan inspeksi, dapat ditemukan adanya eritema, edema,
penyempitan kanal auditori eksternal, discharge purulen atau serosa pada kanal. Pada
16
pemeriksaan otoskop membran timpani biasanya sulit dinilai karena tertutup kanal
auditori eksterna yang disebabkan oleh adanya inflamasi. Pada pemeriksaan palpasi
dilakukan di daerah tragus, yaitu di bagian anterior dari kanalis auditori atau dilakukan
traksi pada pinna. Pada otitis eksterna akan didapatkan nyeri saat traksi pinna aurikula
dan terdapat nyeri pada saat adanya penekanan tragus. Pada pemeriksaan lainnya perlu
dilakukan tes garpu tala dan pemeriksaan leher untuk menunjang akan terdapat kelainan
atau tidak, apabila dicurigai mengalami otitis eksterna maligna sebaiknya dilakukan
tambahan pemeriksaan nervus kranialis (Wiegand Susanne et al, 2019).
Pada pemeriksaan penunjang dari otitis eksterna dapat disarankan untuk
malakukan kulkur bakteri untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi telinga luar
disebabkan oleh bakteri, jamur ataupun virus. Selain itu, pemeriksaan lainnya juga
dilakukan, yakni pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan CT-Scan (Rosenfeld et
al, 2014).
3.8 Penatalaksanaan
Sebagian besar pasien yang didiagnosis otitis eksterna akan mengalami
manajemen rawat jalan. Manajemen utama yang dilakukan pada otitis eksterna yang
melibatkan rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan
obat opikal guna untuk mengontrol edema dan infeksi dan menghindari faktor pencetus
dari otitis eksterna. Penatalaksaan pada otitis eksterna yang di rekomendasi adalah
pemberian antibiotik topikal, beberapa terapi yang diberikan pada otitis eksterna yang
dibagi berdasarkan penyebabnya: (Soepardi et al, 2017)
17
2) Otitis Eksterna Difus
Pengobat yang dilakukan dengan membesihkan liang telinga,
mamsukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Terapi
antibiotika topikal yang biasanya digunakan seperti polymixcin B, neomisin,
hidrokortison, dan anastesi topikal yang dicampurkan pada tampon. Kadang-
kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.
4) Otomikosis
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam
asetat 2% dalam alkohol, larusan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang di teteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Terapi untuk anti-jamur yang diberikan seperti
nistatin untuk jamur candida atau miconazole untuk jamur aspergillus.
18
3.9 Komplikasi
o Perikondritis
o Selulitis
3.10 Prognosis
Pada otitis eksterna dalam 2-3 hari pacsa pengobatan, kebanyakan pasien akan
mengaami perbaikan gejala yang signofikan. Otitis eksterna akut biasanya akan sembuh
dalam 10 hari sampai beberapa minggu. Pada padien otitis eksterna maligna memiliki
angka mortalitas 20% sehingga dapat menyebabkan adanya komplikasi intrakranial
(Witzman, 2018).
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Otitis externa merupakan suatu peradangan yang terjadi pada liang telinga
bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus.
Faktor yang dapat mempermudah radang pada telinga luar adalah perubahan pH di
liang telinga, keadaan udara yang hangat dan lembab, serta trauma ringan ketika
menggorek telinga. Dalam mendiagnosis otitis eksterna dapat kita lihat dari gejala dan
pemeriksaan fisik serta penggunaan otoskopi untuk melihat bagian liang telinga dan
tergantung dari letak terjadinya peradangan. Pada kasus diatas berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien didapatkan bahwa pasien
mengalami otitis externa sirkumkripta sinistra dengan penatalaksanaan yang tepat yaitu
aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah, memberikan antibiotika serta analgetik.
Namun, pada pasien ini sudah terjadinya excoriasi di kanalis austikus eksternanya yang
dapat menyebabkan keluhan seperti nyeri pada telinga dengan pemeriksaan palpasi
didapatkan deri tarik aurikula serta nyeri tekan tragus, sehingga pada pasien ini
dilakukan tindakan spooling serumen yang ada pada telinga kanan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Schaefer P., et al., 2012., Acute Otitis Externa: An Update., Available at :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23198673/
Wiegand Susanne., 2019., Otitis Externa Investigation And Evidence Based
Treatment., Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6522672/
22