Anda di halaman 1dari 25

CASE BASED DISCUSSION

OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA SINISTRA

OLEH

Panji Wage Kosasih

016.06.0050

PEMBIMBING

dr. I Gusti Ayu Oka Sri Utari, M.Biomed, Sp. THT-KL

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI SMF


THT-KL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena laporan
Case Based Discussion ini dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Al-Azhar, di Rumah Sakit Umum Bangli.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu izinkan penulis
untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. I Gusti Ayu Oka Sri Utari, M.Biomen, Sp. THT-KL, selaku pembimbing dalam
Case Based Discussion ini,
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.

Bangli, 13 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................................ 2
3.1 Identitas Pasien ............................................................................................... 2
3.2 Anamnesis ...................................................................................................... 2
3.3 Pemeriksaan Fisik ........................................................................................... 3
3.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 7
3.5 Assesment ....................................................................................................... 7
3.6 Planning .......................................................................................................... 7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9
2.1 Anatomi Telinga ............................................................................................. 9
2.2 Definisi ......................................................................................................... 10
2.3 Klasifikasi dan Etiologi ................................................................................ 10
2.4 Manifestasi Klinis ......................................................................................... 13
2.5 Faktor Risiko ............................................................................................... 14
2.6 Patofisiologi .................................................................................................. 15
2.7 Diagnosis ...................................................................................................... 16
2.8 Penataksanaan ............................................................................................... 17
2.9 Komplikasi.................................................................................................... 19
2.10 Prognosis ...................................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis eksterna merupakan suatu peradangan pada kulit di bagian liang telinga,
yang juga dapat menyebar ke daun telinga (aurikula) ataupun membrane timpani. Otitis
externa disebabkan oleh infeksi baik bakteri, jamur, dan virus selain itu, trauma ringan
pada liang telinga ketika membersihkan telinga secara berlebihan juga dapat menjadi
salah satu faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna. Perubahan pH kulit kanalis
yang biasanya asam menjadi basa juga dapat menjadi salah satu faktor predisposisi
terjadinya penyakit otitis externa (Soepardi et al, 2017).
Menurut American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery
Foundation, angka kejadiannya pada tahun 2006 termasuk dalam jenis infeksi yang
paling umum dihadapi oleh para dokter dan didapati kejadian tahunan otitis eksterna
akut adalah sekitar 1:100 dan 1: 250 dari populasi umum di Amerika Serikat, dan
berdasarkan dari hasil analisis data National Ambulatory-Care and Emergency
Department (ED) pada tahun 2007, diperkirakan 2,4 juta kunjungan kesehatan atau
sekitar 8,1 kunjungan per-1000 penduduk di Amerika Serikat didiagnosa menderita
otitis eksterna akut. Menurut data dari Departemen Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2012 tentang “10 Besar Penyakit Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tahun
2010”, penyakit telinga dan prosesus mastoid menempati urutan ke 10 (Rosenfeld et
al, 2014 & Kemenkes, 2012).
Otitis eksterna akut dibagi menjadi dua jenis yaitu, otitis eksterna akut dalam
bentuk otitis eksterna difus yang sering disebut “swimmer’s ear”atau“tropical ear”
karena sering ditemukan pada perenang ataupun dalam bentuk furunkel yang disebut
otitis eksterna sirkumskripta, serta yang disebabkan oleh jamur yaitu disebut dengan
otomikosis (Soepardi et al,2017 & Nagel P, 2012).

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

1. Nama : SNI
2. Tanggal Lahir : 09 Juli 1989
3. Usia : 9 Tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Hindu
6. Alamat : Kayubihi
7. MRS : 04 Februari 2021
8. No.RM : 314203

2.2 Anamnesis

a. Keluhan Utama: Nyeri telinga kiri

b. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Poli THT-KL RSUD Bangli diantar oleh keluarganya


mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan
sebelum melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, nyeri dirasakan semakin hari
semakin memberat hingga menganggu aktivitas. Rasa nyeri juga dirasakan ketika
pasien mengunyah makanan dan telinganya ditarik. Awal mula dari keluhan pasien
ini sekitar 7 hari yang lalu pasien mengatakan sempat mengorek liang telinga dengan
menggunakan cotton bud dan sempat menggunakan tangan karena merasa gatal pada
telinga. Pasien mengatakan tidak mengalami penurunan pendengaran pada telinga
kanannya. Keluhan batuk, pilek, demam disangkal oleh pasien. Riwayat trauma pada
telinga juga disangkal oleh pasien

2
c. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat keluhan yang sama : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat penyakit hipertensi : disangkal

- Riwayat penyakit hepar : disangkal

- Riwayat penyakit DM : disangkal

- Riwayat penyakit ginjal : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluhan yang sama : disangkal

- Riwayat keluhan yang sama : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat penyakit hipertensi : disangkal

- Riwayat penyakit hepar : disangkal

- Riwayat penyakit DM : disangkal

- Riwayat penyakit ginjal : disangkal

e. Riwayat Sosial dan Pribadi : disangkal

f. Riwayat Alergi : disangkal

g. Riwayat Pengobatan : disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status Present

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis (GCS E4V5M6)

3
3. Tanda Vital : Tidak Dilakukan (ND)

B. Status Generalis

• Pemeriksaan Kepala Leher

- Kepala : Normocephali

- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Refleks Pupil (+/+)

- THT : Sesuai status lokalis

- Leher : Pembesaran KGB (-)

• Pemeriksaan Thorax

- Pemeriksaan Pulmo : Tidak Dilakukan (ND)

- Pemeriksaan Cor : Tidak Dilakukan (ND)

• Pemeriksaan Abdomen : Tidak Dilakukan (ND)

• Pemeriksaan Ekstremitas : Tidak Dilakukan (ND)

C. Status Lokalis

a. Telinga
Bagian Dextra Sinistra
Auricula Bentuk Normal Bentuk Normal
Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (+)
Nyeri Tragus (-) Nyeri Tragus (+)
Cairan (-) Cairan (-)
Mastoid Bengkak (-) Bengkak (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
CAE Serumen (-) Adanya excoriasi
Hiperemis (-) CAE (+) 1/3 liang
Korpus Alienum (-) telinga luar
Hiperemis (+)
Serumen (+)

4
Membran Timpani Retraksi (-) Intak (+)
Hiperemis (-)
Bulging (-)
Perforasi (-)
Cone of light (+)
Gambar: AD AS

Tes Pendengaran

Bagian Dextra Sinistra

Tes Bisik Normal Normal

Tes Rinne Normal Normal

Tes Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

Tes Swabach Normal Normal

b. Hidung

Pemeriksaan Hidung Cavum Nasi Dextra Cavum Nasi Sinistra

Hidung bagian luar Inspeksi : Inspeksi :

- Bentuk Normal - Bentuk Normal

- Deformitas (-) - Deformitas (-)

- Hiperemis (-) - Hiperemis (-)

- Massa (-) - Massa (-)

- Seprum deviasi (-) - Seprum deviasi (-)

5
Palpasi: Palpasi:

- Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Rhinoskopi Anterior Dextra Sinistra

Cavum Nasi Lapang Lapang

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)

Deformitas (-) Deformitas (-)

Hematoma (-) Hematoma (-)

Mukosa Edema (-) Edema (-)

Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Sekret Tidak ada Tidak ada

Konka Media & Hipertopi (-) Hipertopi (-)


Inferior
Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Meatus Media & Sekret (-) Sekret (-)


Inferior
Polip (-) Polip (-)

Gambar:

6
c. Mulut dan Tenggorokan

Bagian Kelainan Keterangan

Mukosa Berwarna merah


muda

Lidah Gerakan normal

Mulut Gigi Geligi Tidak terdapat


kelainan

Uvula Letak ditengah

Hiperemis (-)

Tonsil Ukuran T1/T1 tenang

Hiperemis (-/-)

Kripta Melebar (-/-)

Detritus (-/-)

Gambar:

Arkus Faring Simetris

Hiperemis (-)

Edema (-)

7
2.4 Pemeriksaan Penunjang

• Kultur Bakteri

2.5 Diagnosis

o Otitis Eksterna Sirkumskripta Sinistra

2.6 Planning

1. Terapi Non-Farmakologi

o Melakukan ear toilet (mengeluarkan seluruh serumen dan lapisan kulit yang
mengelupas)

o Insisi bila ditemukan furunkel

2. Terapi Farmakologi

❖ Terapi Antibiotik Oral

o Cefixime 2 x 200 mg

o Metilprednisolon 2 x 8 mg

o Asam Mefenamat 3 x 500 mg

❖ Terapi Simptomatik Tetes Telinga

o Otopain 3 x gtt 4

3. KIE

- Menjelaskan kondisi saat ini

- Jangan mengorek telinga

- Minum obat secara teratur

- Kontrol kembali 3-4 hari kemudian

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Telinga

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Telinga luar atau prinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diselimuti oleh
kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (Meatus
austikus eksternus) berbentuk seperti huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar (Lalwani, 2015 & Ganong, 2009).

Gambar 3.1 Anatomi Telinga (Subotta, 2016)

Bagian sepertiga luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut
kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam
hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam terdiri dari tulang.
Panjang dari meatus austikus eksterna kira-kira 2,5-3 cm, dan meatus dibatasi oleh kulit
dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah
mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak stengah padat berwarna kecoklatan-
coklatan yang dinamakan serumen. Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah
terjadinya infeksi (Lalwani, 2015).

9
Gambar 3.2 Lapisan Kulit Pada Bagian Kartilaginosa (Lalwani, 2015).

Telinga luar membantu menentukan arah lokasi suara, serta mengumpulkan dan
menyalurkan gelombang suara ke gendang telinga sehingga transimisi suara menjadi
lebih efisien untuk mencapai membran timpani. Kontribusi akustik dari telinga luar
berfungsi untuk meningkatkan transmisi serta frekuensi suara. Bentuk liang telinga
dengan kedalaman yang berkelok-kelok dapat melindungi membran timpani serta
struktur di telinga tengah dan telinga dalam. Rambut di laeral liang telinga luar
mencegah untuk masuknya benda asing berukuran kecil ke telinga (Lalwani, 2015).

3.2 Definisi
Otitis eksterna merupakan suatu peradangan yang terjadi pada liang telinga dan
bersifat akut berlangsung < 6 minggu maupun kronik yang berlangsung > 3 bulan yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus. Faktor risiko yang dapat
mempermudah terjadinya peradangan pada telinga luar adalah perubahan keadaan udara
yang hangat dan lembab, adanya trauma ringan ketika mengorek telinga, dan sering
berenang (Soepardi et al, 2017 & Blasini, 2020).

3.3 Klasifikasi dan Etiologi


Otitis eksterna dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Otitis eksterna akut
salah satunya otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus, sedangkan yang
kronik, yaitu otitis eksterna maligna. Berikut merupakan klasifikasi serta etiologinya :

1) Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel=Bisul)


Otitis eksterna sirkumskripta ini disebabkan oleh karena kulit di sepertiga
10
luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada
pilosebaseus, sehingga dapat membentuk furunkel. Otitis eksterna sirkumskripta
ini biasanya disebabkan oleh staphylococcus albus (Soepardi et al, 2017).

Gambar 3.3 Otitis Eksterna Sirkumskripta (Novialdi, 2016)

2) Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus biasanya dapat mengenai kulit duapertiga liang
telinga. Pada hasil pemeriksaan biasanya tampak kulit pada liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batanya. Otitis eksterna difus ini disebabkan
oleh golongan Pseudomonas, dan penyabab lainnya dapat disebabkan oleh
Staphylococcus albus atau Escherichia coli. Otitis eksketrna difus juga dapat
terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis (Soepardi et al, 2017).

Gambar 3.4 Otitis Eksterna Difusa Ringan-Sedang

3) Otitis Eksterna Maligna


Otitis Eksterna maligna ini adalah infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit
diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus , pH serumennya lebih tinggi
dibandingkan pH serumen non-diabetes mellitus. Kondisi ini menyebabkan
penderita diabetes mellitus lebih mudah terjadi otitis eksterna, akibat adanya

11
faktor immunocompromize dan mikroangiopati. Pada otitis eksterna maligna
peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang
disekitarnya, sehingga timbul kondisi kondritis, osteitis dan osteomyelitis yang
menghancurkan tulang temporal (Soepardi et al, 2017).

Gambar 3.5 Otitis Eksterna Maligna dengan tulang yang terpapar


(Wiegand Susanne et al, 2019)

4) Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergilus. Kadang- kadang
ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan
terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis
ekstema bakterialis. Gambaran yang didapatkan pada otomikosis ini, ialah jamur
jenis Candida yang terdapat warna putih sepertin Cotton Woll atau jamur
berwarna putih disertai dengan puing-puing kehitaman (Newpaper Appearane)
disebut Aspergillus (Soepardi et al, 2017).

Gambar 3.6 Otomikosis Aspergillus Gambar 3.7 Otomikosis Candida

5) Herpes Zoster Otikus


Herpes zoster otikus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
12
Varicella Zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial,
dapat mengenai saraf trigeminus pada ganglion genikulaum dan radiks servikalis
bagian atas. Keadaan ini disebut juga sindrom Ramsay Hunt. Tampak lebih pada
kulit yang vesikuler pada kulit di daerah wajah sekitar liang telinga (Soepardi et
al, 2017).

Gambar 3.8 Sindroma Ramsay Hunt pada Otiti Eksterna Maligna

3.4 Manifestasi Klinis

1) Otitis Eksterna Sirkumskripta


Gejalanya berupa rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal
ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar
dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri
dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula).
Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat
liang telinga (Soepardi et al, 2017).

2) Otitis Eksterna Difus


Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan , terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari
kavum timpani pada otitis media (Soepardi et al, 2017).

13
3) Otitis Eksterna Maligna
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga disertai dengan
nyeri telinga, keluhan ini dirasakan dengan sangat cepat dan terus-menerus, liang
telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuh. Keluhan disertai keluar
sekret yang banyak dan terdapat adanya pembengkakan di liang telinga. Pada otitis
eksterna maligna ini saraf yang terkena, yakni saraf facial, sehingga dapat
menimbulkan paresis atau paralisis facial (Soepardi et al, 2017).

4) Otomikosis
Gejala biasanya rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula
tanpa keluhan. Keluhan lainnya sering di jumpai pada pasien otomikosis ini, yaitu
nyeri pada telinga (otalgia) dan terasa keluar cairan/ sekret dari telinga dan biasanya
kadang disertai penurunan pendengaran (Soepardi et al, 2017).

3.5 Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya otitis externa :


a. Derajat keasaman (pH), pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH
asam berfungsi sebagai protector terhadapat kuman. Bilang terjadi perubahan pH
menjadi basa maka akan mempermudah terjadinya otitis externa yang disebabkan
oleh karena proteksi terhadap kuman menurun.
b. Udara, udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah
untuk berkembang biak sehingga akan menimbulkan infeksi.
c. Trauma, trauma ringan misalnya setelah melakukan mengorek telinga, penyumbat
telinga, dan alat bantu dengar
d. Berenang, terutama jika berenang dengan air yang tercemar yang mengandung
bakteri maupun jamur.
e. Adanya penyakit kulit yang mendasari, seperti eczema atau psoriasis, pada kanalis
auris dapat menyebabkan terjadinya otitis eksterna (Bull, 2002; Soepardi, 2017 &
Blasini, 2020).

14
3.6 Patofisiologi
Secara umum, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Penggunaan cotton bud yan
berlebihan dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit
mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga
diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lakukan pada liang telinga. Keadaan
ini dapat menimbulkan timbunan air yang masuk kedalam liang telinga ketika mandi
atau berenang. Kulit yang basah, lembab, dan hangat pada liang telinga merupakan
tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur.
Faktor presdisposisi lainnya yang dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma
lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit terjadilah inflamasi dan cairan
exsudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi dan akan menyebabkan infeksi lama-
kelamaan akan mengalami pembengkakan dan akirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses
infeksi ini akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh sehingga menimbulkan
perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, cairan atau nanah yang keluar
bisa menumpuk dalam telinga sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran.
Pada otitis eksterna akan terjadi otalgia yang disebabkan oleh kulit liang telinga
luar yang beralaskan periosteum yang merupakan selubung jaringan konektif fibrous
yang mengelilingi permukaan luar tulang kortikal sehingga memudahkan terjadinya
cidera atau trauma, dan edema dermis yang akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Selain itu kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar
liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan pada aurikula sehingga ketika
terdapat gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang
rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada otitis
eksterna (Bull, 2002; Soepardi, 2010 & Blasini, 2020).

15
Gambar 3.9 Patofisiologi Otitis Eksterna

3.7 Diagnosis
Dalam mendiagnosa dari otitis eksterna dapat dilakukan anamnesis awal untuk
enanyakna keluhan sesuai penyabab dari otitis eksterna, baik disebabkan oleh bakteri
jamur ataupun virus. Keluhan awal yang biasanya dialami pada pasien otitis eksterna,
yakni rasa penuh pada telinga dan nyeri pada telinga. Keluhan lain seperti gatal juga
sering dirasakan pada otitis eksterna akut. Penurunan pendengaran munkin terjadi pada
otitis eksterna akut dmaupun kronik, selain itu kadang adanya edema di sekitar kulit
liang telinga, dan sekret yang berupa serous atau purulen. Penebalan kulit yang progresif
pada otitis eksterna yang lama, seringkali menyumbat lumen kanalis austikus dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, dan
debris dapat menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara dari liang
telinga ke membran timpani. Selain itu, nyeri telinga (otalgia) dapat bervariasi dari yang
hanya berupa rasa tidak nyaman di telinga, telinga terasa penuh, dan telinga terasa
seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat dan berdenyut dirasakan, seta dapat
menimbulkan demam dan tinnitus pada telinga (Soepardi, 2017).
Pada pemeriksaan telinga di bagian luar dilakukan dengan inspeksi dan palpasi
dengan teliti. Pada pemeriksaan inspeksi, dapat ditemukan adanya eritema, edema,
penyempitan kanal auditori eksternal, discharge purulen atau serosa pada kanal. Pada

16
pemeriksaan otoskop membran timpani biasanya sulit dinilai karena tertutup kanal
auditori eksterna yang disebabkan oleh adanya inflamasi. Pada pemeriksaan palpasi
dilakukan di daerah tragus, yaitu di bagian anterior dari kanalis auditori atau dilakukan
traksi pada pinna. Pada otitis eksterna akan didapatkan nyeri saat traksi pinna aurikula
dan terdapat nyeri pada saat adanya penekanan tragus. Pada pemeriksaan lainnya perlu
dilakukan tes garpu tala dan pemeriksaan leher untuk menunjang akan terdapat kelainan
atau tidak, apabila dicurigai mengalami otitis eksterna maligna sebaiknya dilakukan
tambahan pemeriksaan nervus kranialis (Wiegand Susanne et al, 2019).
Pada pemeriksaan penunjang dari otitis eksterna dapat disarankan untuk
malakukan kulkur bakteri untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi telinga luar
disebabkan oleh bakteri, jamur ataupun virus. Selain itu, pemeriksaan lainnya juga
dilakukan, yakni pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan CT-Scan (Rosenfeld et
al, 2014).

3.8 Penatalaksanaan
Sebagian besar pasien yang didiagnosis otitis eksterna akan mengalami
manajemen rawat jalan. Manajemen utama yang dilakukan pada otitis eksterna yang
melibatkan rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan
obat opikal guna untuk mengontrol edema dan infeksi dan menghindari faktor pencetus
dari otitis eksterna. Penatalaksaan pada otitis eksterna yang di rekomendasi adalah
pemberian antibiotik topikal, beberapa terapi yang diberikan pada otitis eksterna yang
dibagi berdasarkan penyebabnya: (Soepardi et al, 2017)

1) Otitis Eksterna Sirkumskripta


Terapi tergantung pada keadaan furunkel, bila sudah menjadi abses,
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkannanahnya. Terapi lokal diberikan
antibiotik topikal seperti polymixin B atau bacitracin, atau bisa diberikan
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol untuk mengatasi infeksi karena
jamur atau bakteri. Jika dinding furunkel tebal, maka dilakukan insisi,
kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Keadaan ini
biasanya tidak diberikan antibiotik melainkan diberikan obat simtomatik
seperti analgetik.

17
2) Otitis Eksterna Difus
Pengobat yang dilakukan dengan membesihkan liang telinga,
mamsukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Terapi
antibiotika topikal yang biasanya digunakan seperti polymixcin B, neomisin,
hidrokortison, dan anastesi topikal yang dicampurkan pada tampon. Kadang-
kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

3) Otitis Eksterna Maligna


Pengobatan pada otitis eksterna maligna ini harus segera diberikan
sesuai dengan hasil kultur dan resistensinya. Mengingat kuman penyebab yag
tersering adalah Pseudomonas aerigenosa, diberikan antibiotik dosis tinggi
yang sesuai dengan Pseudomonas aerigenosa. Sementara menunggu hasil
kultur dan resistensi, diberikan golongan fluo-roquinnolone (ciprofloxacin)
dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika
parenteral kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang
diberikan selama 6-8 minggu. Disamping obat-obatan, sering kali diperlukan
juga tindakan membersihkan luka (debridemen) secara radikal. Tindakan
membersihkan luka yang kurang bersih akan dapat menyebabkan perjalanan
penyakit semakin cepat.

4) Otomikosis
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam
asetat 2% dalam alkohol, larusan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik dan steroid yang di teteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Terapi untuk anti-jamur yang diberikan seperti
nistatin untuk jamur candida atau miconazole untuk jamur aspergillus.

5) Herpes Zoster otikus


Pengobatannya sesuai tatalaksana herpes zoster.

18
3.9 Komplikasi

o Perikondritis

o Selulitis

o Osteomielitis pada tulang temporal

o Myringitis (Blasini, 2020).

3.10 Prognosis
Pada otitis eksterna dalam 2-3 hari pacsa pengobatan, kebanyakan pasien akan
mengaami perbaikan gejala yang signofikan. Otitis eksterna akut biasanya akan sembuh
dalam 10 hari sampai beberapa minggu. Pada padien otitis eksterna maligna memiliki
angka mortalitas 20% sehingga dapat menyebabkan adanya komplikasi intrakranial
(Witzman, 2018).

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Otitis externa merupakan suatu peradangan yang terjadi pada liang telinga
bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus.
Faktor yang dapat mempermudah radang pada telinga luar adalah perubahan pH di
liang telinga, keadaan udara yang hangat dan lembab, serta trauma ringan ketika
menggorek telinga. Dalam mendiagnosis otitis eksterna dapat kita lihat dari gejala dan
pemeriksaan fisik serta penggunaan otoskopi untuk melihat bagian liang telinga dan
tergantung dari letak terjadinya peradangan. Pada kasus diatas berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien didapatkan bahwa pasien
mengalami otitis externa sirkumkripta sinistra dengan penatalaksanaan yang tepat yaitu
aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah, memberikan antibiotika serta analgetik.
Namun, pada pasien ini sudah terjadinya excoriasi di kanalis austikus eksternanya yang
dapat menyebabkan keluhan seperti nyeri pada telinga dengan pemeriksaan palpasi
didapatkan deri tarik aurikula serta nyeri tekan tragus, sehingga pada pasien ini
dilakukan tindakan spooling serumen yang ada pada telinga kanan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini.E.D., 2015., Laporan Kasus Otitis Eksterna Difus., Available at :


https://vdokumen.com/otitis-eksterna-difus.html
Abdullah, F., 2003., Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut . Available at :
www.usudigitallibrary.com
Blasini .Y.M.,Tariq Sharman., 2020., Otitis Externa., National Intitutes of Health.
Available at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556055/
Bull PD., 2002., Conditions of The External Auditory Meatus. In : Lecture Notes on
Diseases of The Ear, Nose and Throat. Ninth Edition. USA.
Carr, MM. 2000. Otitis Eksterna. Available from : http://www.
icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitis externa. htm
noGanong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC
Hidayat R A., 2015., Refleksi kasus Otitis Eksterna Difusa., Bagian Ilmu Kesehatan
THT-KL RSUD Dr. ADHYATMA, MPH.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2012., Profil Data Kesehatan Indonesia.
Lalwani, A.K., 2015., Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck
Surgery. The MacGraw-Hill Companies Inc. New York.
Nagel P., & Gurkov R., 2012 ., Peradangan Telinga Luar dalam : Suwono WJ, Suyono
YJ, editor. Dasar-dasar Ilmu THT. Jakarta: EGC.
Novialdi., 2016., Kelainan Telinga Luar., Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang., Available at :
https://vdokumen.com/otitis-eksterna-oe-1.html
Rosenfeld R. M., et al., 2014., Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa.
Official Journal of American Academy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16638473.
Soepardi.E.A., et al., 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

21
Schaefer P., et al., 2012., Acute Otitis Externa: An Update., Available at :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23198673/
Wiegand Susanne., 2019., Otitis Externa Investigation And Evidence Based
Treatment., Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6522672/

22

Anda mungkin juga menyukai