BAB I
ISI JURNAL
Pendahuluan
Semua ibu hamil diajarkan tentang gejala persalinan prematur melalui
praktik antenatal care. Jika kontraksi rahim terjadi, mereka harus memantau
kondisi mereka sendiri, dan jika terdeteksi kontraksi teratur yang bersifat
menyakitkan, wanita harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.
Pada pemeriksaan, banyak wanita yang mengalami kontraksi teratur tanpa dilatasi
serviks yang tidak memenuhi kriteria persalinan prematur. Kondisi ini dilaporkan
sebagai "ancaman persalinan prematur ", yang didefinisikan sebagai "kondisi di
mana kontraksi uterus terjadi secara teratur setidaknya 1 kali dalam 10 menit yang
berlangsung selama lebih dari 30 menit sebelum 37 minggu kehamilan tanpa
dilatasi serviks." Berdasarkan laporan, ancaman persalinan prematur dapat
berlanjut ke tahap lanjut persalina dan sekitar 30% kasus melahirkan.
Setiap tahun, diperkirakan 15 juta bayi lahir prematur, dan jumlah ini terus
meningkat. Komplikasi kelahiran prematur adalah penyebab utama kematian pada
anak di bawah usia 5 tahun, dan bertanggung jawab atas hampir 1 juta kematian
pada tahun 2015. Tiga perempat dari kematian ini dapat dicegah dengan intervensi
yang bersifat hemat biaya yang saat ini sedang dilakukan. Di 184 negara, angka
kelahiran prematur berkisar antara 5% hingga 18% dari kelahiran hidup. Hal ini
Ini menyumbang 70% kematian neonatal dan 36% kematian bayi, serta 25% -
50% kasus memiliki gangguan neurologis jangka panjang.
Pada persalinan prematur dengan dilatasi serviks, efikasi obat tokolitik
telah terbukti dapat memperpanjang kehamilan. Obat tokolitik yang umum
digunakan adalah nifedipin yang tampaknya lebih efektif daripada agonis reseptor
- adrenergik dan magnesium sulfat. Perawatan lain seperti progesteron dan tirah
baring juga dipelajari. Nifedipin dianggap sebagai agen tokolitik lini pertama
untuk manajemen persalinan prematur. Namun, pada ancaman persalinan
prematur, efikasi nifedipin belum dipelajari dengan baik. Karena alasan inilah
kami melakukan penelitian acak, double blinded, terkontrol plasebo untuk menilai
efikasi nifedipin pada ancaman persalinan prematur.
3
mg diberikan secara oral setiap 8 jam, dan kelompok plasebo (N=103) menerima
plasebo secara oral dengan jadwal yang sama dengan kelompok nifedipin.
Kontraksi uterus dipantau dengan pemantauan janin eksternal listrik terus
menerus dalam 90 menit pertama setelah nifedipin dan plasebo diberikan,
kemudian setiap 6 selama 24 jam. Kontraksi uterus dan suara jantung janin juga
diamati secara manual sesuai dengan protokol standar perawatan persalinan
prematur. Tekanan darah ibu dicatat setiap 15 menit dalam 2 jam pertama setelah
dosis awal, dan kemudian seperti biasa. Efek samping nifedipin, seperti hipotensi
sementara, takikardia, kemerahan, sakit kepala, pusing, dan mual, diamati dan
diobati selama intervensi. Baik nifedipin dan plasebo dilanjutkan selama 48 jam.
Pengobatan yang berhasil didefinisikan sebagai kehamilan yang
diperpanjang selama lebih dari 48 jam dengan nifedipin atau plasebo tanpa
indikasi untuk mengganti obat tokolitik lini kedua. Pengobatan yang tidak berhasil
adalah persistensi kontraksi uterus yang teratur dan kebutuhan untuk mengganti
obat tokolitik lini kedua atau pemberian dalam waktu 48 jam pengobatan.
Obat lini kedua adalah terbutalin. Terbutalin digunakan dalam kasus
pengobatan yang tidak berhasil dan dalam kasus di mana tidak ada kontraindikasi
untuk terbutalin, dengan infus, disesuaikan untuk penghambatan kontraksi rahim.
Kemudian, 4 dosis deksametason 6 mg diberikan secara intramuskular setiap 12
jam untuk meningkatkan kematangan paru janin.
Para peserta diikuti sampai melahirkan. Proporsi peserta dengan pengobatan
yang berhasil, komplikasi ibu, usia kehamilan saat melahirkan, proporsi perujukan
dalam waktu 48 jam setelah pengobatan, proporsi persalinan sebelum usia
kehamilan 37 minggu, dan hasil neonatal dibandingkan antara 2 kelompok.
Perhitungan ukuran sampel didasarkan pada penelitian sebelumnya
(Chawanpaiboon et al), dan proporsi hasil yang berhasil pada kelompok kontrol
adalah 0,6 dan pada kelompok perlakuan adalah 0,8 dan 0,05, dengan presentase
80%. Ukuran sampel yang dihitung adalah 98 peserta di setiap kelompok. Jumlah
total 206 peserta dengan 103 per kelompok dimasukkan. Kelompok-kelompok
tersebut dibandingkan dengan menggunakan Student's yang tidak berpasangan T-
test untuk variabel kontinu dan X2 dan Tes eksak Fisher untuk variabel kategori.
5
Risiko relatif dengan interval kepercayaan 95% (CI) dihitung untuk besarnya
efek. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Stata version13 (Stata
Corp, College Station, TX, USA). A-nilai, 0,05 dianggap signifikan secara
statistik.
Gambar 1. Alur Penelitian
Hasil
Penelitian ini melibatkan 206 peserta yang secara random, dialokasikan ke
dalam 1 dari 2 kelompok. Kelompok nifedipin dan kelompok plasebo masing-
masing memiliki 103 peserta. Diagram Consort disajikan pada Gambar 1.
Karakteristik peserta di kedua kelompok ditunjukkan pada Tabel 1. Kedua
kelompok sebanding dalam hal usia ibu, paritas, dan jumlah kelahiran prematur
sebelumnya, kecuali graviditas dan jumlah aborsi sebelumnya. Usia kehamilan
rata-rata pada awal penelitian adalah 33,6 minggu (kisaran 25-36 minggu). Dari
peserta, 32,6% adalah nulipara dan 10,2% memiliki riwayat kelahiran prematur
sebelumnya.
6
Diskusi
Kelahiran prematur tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan dalam
kebidanan dan neonatologi. Etiologi prematuritas masih dipertanyakan, dan
pengobatan masih bermasalah dalam praktek klinis. Banyak intervensi telah
dipelajari untuk pencegahan dan pengobatan persalinan prematur. Namun
demikian, salah satu metode yang paling umum adalah penggunaan obat tokolitik
untuk menghambat kontraksi uterus.
Ancaman persalinan prematur, yaitu kontraksi uterus yang teratur tanpa
progresi dilatasi serviks, bermasalah dalam tatalaksananya. Ancaman Persalinan
prematur dapat berkembang menjadi persalinan prematur dan kelahiran prematur.
9
Dari penelitian ini, sekitar 10% dari persalinan prematur terancam berkembang
menjadi persalinan setelah pengobatan, yang kurang dari yang dilaporkan dalam
penelitian sebelumnya. Hal Ini menunjukkan pentingnya tatalaksana dari
terjadinya ancaman persalinan prematur. Observasi ketat dan tim perawatan
neonatus prematur yang siap juga diperlukan untuk menghambat ancaman
persalinan prematur.
Nifedipine adalah calcium channel blocker yang telah umum digunakan
dalam pengobatan persalinan prematur dengan dilatasi serviks, dengan hasil yang
baik. Namun, manfaat utama obat tokolitik adalah perpanjangan kehamilan
selama 48 jam untuk memungkinkan efek steroid yang dapat meningkatkan
maturitas paru janin. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa nifedipine dapat
menghambat kontraksi uterus pada sekitar 77,6% kasus ancaman persalinan
preterm, yang sebanding dengan hasil penelitian sebelumnya. Efikasi nifedipin
pada ancaman persalinan prematur juga terbukti, seperti pada persalinan prematur
dengan dilatasi serviks.
Komplikasi nifedipin adalah hipotensi sementara pada 4 kasus (3,8%) dan
takikardia sementara pada 2 kasus (1,9%). Hal ini lebih rendah dari penelitian
sebelumnya yang melaporkan komplikasi kardiovaskular nifedipine pada 17,3%
kasus. Untuk alasan ini, observasi ketat terhadap tanda-tanda vital ibu dianjurkan
selama pengobatan nifedipine.
Usia kehamilan rata-rata melahirkan pada kedua kelompok setelah
pengobatan adalah 37 minggu. Penelitian ini menunjukkan bahwa 13 kasus
(6,9%) setelah keluar dari rumah sakit harus dirawat kembali untuk persalinan
prematur. Angka ini mirip dengan angka dalam studi persalinan prematur dengan
dilatasi serviks. Tingkat persalinan aterm, berat lahir, dan komplikasi neonatal
antara kelompok nifedipin dan plasebo tidak berbeda secara signifikan. Angka ini
mirip dengan angka dalam studi persalinan prematur dengan dilatasi serviks.
Kekuatan penelitian ini adalah desain penelitian prospective randomized,
double blinded, terkontrol plasebo. Block randomized menggunakan amplop
buram yang menggambarkan representasi yang baik dari populasi. Namun
keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel yang dihitung dari proporsi
10
keberhasilan pengobatan pada kedua kelompok dalam 48 jam, oleh karena itu
perbedaan antara komplikasi neonatal dan angka kelahiran aterm pada kedua
kelompok perlu diteliti lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar.
Implikasi klinis dari penelitian ini adalah rekomendasi untuk menggunakan
nifedipine dengan menghambat kontraksi uterus pada ancaman persalinan
prematur. Namun, dalam 90 menit pertama pengobatan, 69,9% dari peserta
dengan ancaman persalinan prematur pada kelompok plasebo memiliki resolusi
spontan dari kontraksi yang terjadi. Untuk alasan ini, kami merekomendasikan
istirahat di tempat tidur dan observasi ketat selama 60-90 menit sebelum memulai
pengobatan tokolitik pada ancaman persalinan prematur untuk menghindari
pengobatan tokolitik yang tidak perlu. Jenis dan dosis obat tokolitik yang paling
efektif untuk ancaman persalinan prematur masih perlu penelitian lebih lanjut.
Kesimpulan
Pengobatan nifedipine memang menghambat kontraksi rahim pada ancaman
persalinan prematur pada tingkat yang lebih tinggi daripada plasebo. Namun,
69,9% kasus dengan ancaman kontraksi prematur sembuh secara spontan dalam
waktu 90 menit. Oleh karena itu, 60-90 menit istirahat di tempat tidur disarankan
sebelum penggunaan obat tokolitik untuk menghambat ancaman persalinan
prematur untuk menghindari komplikasi dari pengobatan tokolisis yang tidak
perlu.
Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr Thammanoon Wisittanawat,
Direktur Rumah Sakit Udonthani, atas izin dan dukungannya. Kami juga
berterima kasih kepada staf Rumah Sakit Udonthani dan semua peserta yang
berpartisipasi dalam uji coba ini. Penelitian ini didukung oleh Rumah Sakit
Udonthani.
Konflik Kepentingan
Para penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan dalam pekerjaan
ini.
11
BAB II
TELAAH JURNAL
2.2.4 Outcome
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mengatasi ancaman
persalihan preterm dengan menghambat kontraksi uterus.
13
BAB III
KRITISI JURNAL
selama 24 jam. Kontraksi uterus dan suara jantung janin juga diamati
secara manual sesuai dengan protokol standar perawatan persalinan
prematur. Pada pengobatan yang tidak berhasil akan diberikan obat
tokolitik lini kedua. Semua peserta dalam penelitian ini diikuti sampai
melahirkan.
3.1.2 Importance
Importance jurnal adalah apakah bukti jurnal yang dikatakan valid apabila
terapi memberikan efek besar dalam mengobati orang yang sakit. Berikut ini
dibahas beberapa kriteria improtance seperti: control event rate, experiment event
rate, relative risk reductiton, absolute risk reduction dan number needed to treat.
jurnal pilihan. Sebelum menentukan nilai-nilai important dalam sebuah uji klinis,
perlu dibuatkannya tabel 2x2 hasil penelitian dalam jurnal. (Arikunto, 1999).
Sembuh Tidak Sembuh Jumlah
Nifedipin 91 12 103
Placebo 72 31 103
Jumlah 163 43 206
Control Event = 31 = 30 %
103
Rate (CER)
= 0,30.
Jadi, proporsi kegagalan pada kelompok kontrol adalah 0,30.
= 0,63 = 63%
Jadi, terapi eksperimen dapat menurunkan angka kegagalan
atau memberi perbaikan sebesar 63% dibandingkan kontrol.
Absolute risk reduction
Absolute Risk Reduction (ARR) = CER – EER = 0,30 – 0,11
= 0,19.
= 6.
1) 95% CI ARR
17
Keterangan:
ARR = 0,1
9
EER = p1 = 0,11
q1 = 1-p1 = 0,89
n1 = 103
CER = p2 = 0.30
q2 = 1-p2 = 0.70
n2 = 103
Perhitungan:
95%
ARR
CI = ARR ±
√
1,96 (
p1 q 1 p 2 q 2
n1
+
n2
)
= 0.19 ±
√
1,96 (
0,11 x 0,89 0,30 x 0.70
103
+
103
)
mana usia tersebut tidak termasuk dalam kategori resiko tinggi. Jika
melihat berdasarkan karakteristik sampel dalam penelitian ini, sangat
mungkin hasil jurnal ini untuk diterapkan di Indonesia khususnya di
RSUD Bangli provinsi Bali karena obat nifedipin sendiri sudah tersedia di
RSUD Bangli dan memiliki harga yang cukup terjangkau sekitar 45 ribu
per 10 tablet, sehingga tidak memberatkan bagi pasien yang mengalami
ancaman persalinan prematur.
2. Menentukan potensi keuntungan & kerugian pasien.
Nifedipin merupakan calcium channel blocker yang paling sering
digunakan dalam tokolisis. Mekanisme kerjanya adalah blokade pada chanel
kalsium. Nifedipin dapat menghambat pengeluaran kalsium dari retikulum
sarkoplasma serta meningkatkan refluks kalsium dari dalam sel. Sehingga terjadi
penurunan kalsium bebas intraseluler yang mengakibatkan inhibisi fosforilase
MLCK sehingga terjadi relaksasi miometrium (Clinical Practice, 2013).
Efek pada uterus adalah menurunkan durasi dan frekuensi kontraksi uterus
serta menghambat timbulnya kontraksi. Aliran darah uterus tidak secara langsung
dipengaruhi nifedipin, melainkan merupakan akibat dari turunnya resitensi
vaskuler sistemik dan tekanan darah. Pada janin, meskipun melalui barier
plasenta tetapi tidak memiliki efek teratogenik, tidak ada ketergantungan efek
pada pemberian lama baik sebelum maupun selama kehamilan (Clinical Practice,
2013).
Jika dibandingkan dengan tokolisis yang lain seperti MgSo4, nifedipin
memiliki efek samping yang jauh lebih minimal khususnya dalam hal penurunan
tekanan darah. Sehingga dalam hal ini penggunaan nifedipin pada kondisi
mengatasi ancaman persalinan prematur dapat memberikan manfaat yang lebih
dominan dibandingkan kerugian yang akan ditimbulkan (Clinical Practice, 2013).
3.2 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
3.2.1 Kelebihan jurnal
Adapun beberapa kelebihan jurnal ini antara lain :
a. Jurnal yang baru sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengobatan
kasus ancaman persalinan prematur
b. Bahasa yang digunakan cukup mudah untuk dipahami
19
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta:
Jakarta.
Aschengrau, A., Seage, G.R. 2008. Essential of Epidemiology of Public Health.
Jones and Bartlett Publishers, Inc: United States.
Clinical Practice Guideline.2013. Tocolytic Treatment in Pregnancy. Institute Of
Obstetricians and Gynaecologists Royal College of Physicians Ireland.
Duarsa, Arta B S. 2020. Uji Dianostik. PPT Bahan Ajar untuk Mahasiswa
Kedokteran Angkatan 2017. Mataram: Fakultas Kedokteran. Universitas
Islam Al Azhar