PEMBAHASAN
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “R” umur 35 tahun dengan
perdarahan ante partum plasenta previa totalis, maka penanganan yang diberikan tidak jauh
berbeda antara teori dengan kenyataan dilapangan. Adapun kesamaan antara teori dengan
kasus adalah:
dengan cara pengkajian data subjektif dan data penunjang (Nursalam, 2003). Pada data
obyektif diperoleh dengan pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan umum pasien
selama imunisasi yang di kaji dari kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya kelainan
atau tidak.
Data subyektif pada Ny. “R” dengan perdarahan ante partum plasenta previa
totalis bahwa ibu mengeluh ada pengeluaran darah dari jalan lahir secara tiba-tiba. Data
objektif pada Ny. “R” dengan perdarahan ante partum terlihat cukup baik dan keadaan
Berdasarkan data yang diperoleh pada Ny. “R” dengan perdarahan ante partum
plasenta previa totalis usia 35 Tahun keadaan umumnya baik, Ibu mengatakan pernah
keluar darah dari jalan lahir pada waktu umur kehamilan 23 minggu dalam jumlah yang
hanya sedikit, Ibu mengatakan kali ini keluar darah berwarna merah segar, ada
gumpalan tanpa disertai rasa nyeri, Darah yang keluar tidak terlalu banyak, tapi ibu
tetap merasa sangat cemas karena perdarahan ini terjadi untuk yang kedua kalinya Pada
Langkah pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan.
2. Interpretasi Data dasar
(Varney, 2004).
Pada kasus ini interpretasi data meliputi masalah dan kebutuhan. Pada Ny. “R” umur 35
tahun dengan perdarahan ante partum plasenta previa totalis Adapun masalah yang
kondisi nya.
Sehingga kebutuhan pada kasus ini ibu bedrest total dan pemasangan infus,
Pemberian tablet tambah darah dan persiapan tranfusi darah jika HB menurun, Berikan
ibu support mental Sehingga pada Langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori
Setelah dilakukan asuhan kebidanan yang tepat dan cermat serta didukung oleh
kerja sama yang baik oleh keluarga pasien dan pasien sendiri maka pada kasus Ny. “R”
Diagnosa potensial terjadi pada ibu hamil 35 tahun usia kehamilan 27-28 minggu
dengan perdarahan ante partum plasenta previa totalis adalah Syok hipovolemik dan
Gawat janin.
4. Tindakan segera/kolaborasi
konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain berdasarkan kondisi klien.
Pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan kegawatdaruratan untuk
menyelamatkan klien, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan.
Pada kasus Ny. “R” umur 35 tahun dengan perdarahan ante partum plasenta
segera/kolaborasi pada asuhan ibu hamil dengan perdarahan ante partum yaitu Pasang
infus RL 28 tetes/ menit dan Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan USG lanjutan dan
pemberian terapy.
5. Perencanaan.
yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan yang dibuat harus melibatkan klien dan bidan
Ny. “R” umur 35 tahun dengan perdarahan ante partum plasenta previa totalis
telah dilaksanakan perencenaan asuhan dengan baik yaitu Sampaikan hasil pemeriksaan
pada ibu dan jelaskan hal-hal yang dianggap penting, Anjurkan ibu untuk istirahat total
(tirah baring), Anjurkan ibu untuk istirahat total (tirah baring Observasi dengan ketat
DJJ, tanda-tanda vital, dan perdarahan Rasional: untuk memantau keadaan janin,
keadaan ibu, serta jumlah darah yang keluar pervaginam, Observasi jumlah tetesan
cairan infus, Ambil sampel darah, Bekerja sama dengan anggota keluarga untuk
memberikan dukungan psikologis pada ibu, Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit
ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal), tempat tinggal pasien dekat
dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan dalam 1 menit). Perawatan konservatif
berupa Istirahat, Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia,
Memberikan antibotik bila ada indikasi, Pemeriksaan USG, Hb, dan hematocrit, Bila
selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka
lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila
timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama
antara teori dan praktek dalam hal rencana asuhan yang diberikan.
6. Implementasi/pelaksanaan
Pada Langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. “R” umur 35 tahun
dengan perdarahan ante partum plasenta previa totalis merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan asuhan secara menyeluruh. Pada Langkah pelaksanaan ini telah
dilakukan dan dikerjakan sesuai rencana asuhan yang telah dibuat dan adanya
dukungan keluarga.
Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek
7. Evaluasi
Evaluasi adalah Langkah terakhir untuk menilai pelaksanaan asuhan yang telah
diberikan kepada klien. Pada kasus Ny. “R” umur 35 tahun dengan perdarahan ante
partum plasenta previa totalis didapatkan evaluasi dari asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan yaitu Ny. “R” telah diberikan pengawasan ketat dan ibu bersedia untuk
low-lying placenta and possible preventive interventions: A systematic review and meta-
analysis” “Risiko kelahiran prematur untuk plasenta previa atau plasenta letak rendah
dengan plasenta previa atau plasenta letak rendah untuk batas usia kehamilan yang
coba terkontrol acak, studi kohort, dan studi kontrol kasus yang menilai kelahiran
prematur pada wanita dengan plasenta previa atau plasenta letak rendah dengan
plasenta tepi dalam 2 cm dari os internal pada trimester kedua atau ketiga memenuhi
syarat untuk dimasukkan. Proporsi gabungan dan rasio odds untuk risiko kelahiran
prematur sebelum usia kehamilan 37, 34, 32 dan 28 minggu dihitung. Selain itu, hasil
evaluasi intervensi pencegahan untuk kelahiran prematur pada wanita ini dijelaskan.
(95% CI [39 – 53%]), 17% (95% CI [11 – 25%]), 10% (95% CI [7 – 13%]) dan 2%
(95 % CI [1 – 3%]), mengenai kelahiran prematur <37, <34, <32 dan <28 minggu
pada wanita dengan plasenta previa. Untuk plasenta letak rendah, risiko kelahiran
prematur adalah 30% (95% CI [19 – 43%]) dan 1% (95% CI [0 – 6%]) masing-
masing sebelum 37 dan 34 minggu. Wanita dengan plasenta previa lebih mungkin
letak rendah atau wanita tanpa plasenta previa untuk semua usia kehamilan. Studi
risiko ini konsisten di semua tingkat keparahan kelahiran prematur antara usia
kehamilan 28-37 minggu. Wanita dengan plasenta previa memiliki risiko kelahiran
prematur yang lebih tinggi daripada wanita dengan plasenta letak rendah. Cervical
wanita dengan plasenta previa dan plasenta letak rendah, tetapi data dalam populasi ini
kurang dan tidak konsisten, sehingga kesimpulan yang kuat tentang keefektifannya
dengan baik untuk wanita dengan plasenta previa atau plasenta letak rendah sebanding
dengan atau bahkan lebih tinggi daripada kehamilan risiko tinggi lainnya yang
memiliki risiko dari 15-30% pada sPTB sebelum usia kehamilan 37 minggu pada
indeks kehamilan mereka. Namun, hingga hari ini mekanisme pastinya belum
terurai. Dua mekanisme yang paling masuk akal tampaknya terkait dengan kaskade
pendeknya panjang serviks. Namun, risiko kelahiran prematur yang dilaporkan pada
wanita dengan plasenta previa atau plasenta letak rendah dengan dan tanpa kehilangan
darah antepartum berbeda di antara penelitian. Studi Rosen et al. dan Lam dkk. saling
bertentangan; di mana yang pertama tidak menemukan perbedaan dalam hasil neonatal
antara wanita dengan dan tanpa kehilangan darah, yang terakhir tidak, mungkin karena
usia kehamilan saat lahir. Kami menemukan bahwa perdarahan antepartum merupakan
prediktor independen untuk persalinan darurat pada wanita dengan plasenta previa,
memberikan odds ratio masing-masing 7,5, 14 dan 27 untuk satu, dua dan tiga atau
lebih episode perdarahan. Adapun panjang serviks, kohort prospektif pada panjang
serviks pada wanita dengan plasenta previa menunjukkan bahwa wanita dengan
plasenta previa dan panjang serviks kurang dari 30 mm, diukur pada usia kehamilan 32
minggu atau lebih awal jika gejala muncul sendiri, adalah tiga kali lipat. lebih mungkin
melahirkan prematur dibandingkan wanita dengan plasenta previa dan panjang serviks
lebih dari 30 mm. Selain itu, wanita dengan plasenta previa dan serviks pendek lebih
Kesimpulan yang kuat mengingat intervensi tidak dapat ditarik, namun kami
namun mekanismenya tidak jelas. Mendekati permulaan persalinan baik aterm maupun
sehingga berhipotesis bahwa progesteron mungkin efektif untuk wanita dengan risiko
kelahiran prematur yang lebih tinggi karena plasenta previa atau plasenta letak rendah.