Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

PEMBAHASAN

Manajemen Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada kasus ini

menggunakan manajemen 7 langkah varney dan menggunakan metode SOAP.

Pada pembahasan Studi Kasus ini saya mencoba menyajikan pembahasan yang

membandingkan antara teori dengan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, persalinan normal, bayi baru lahir dan nifas yang di terapkan pada Ny. A

usia 24 tahun G1P0A0 hamil 36 minggu di Puskesmas kecamatan Setiabudi

Jakarta Selatan. Sehingga dapat menyimpulkan apakah asuhan tersebut telah

sesuai dengan teori atau tidak. Dalam pembahasan juga dibahas mengenai kasus

yang ada sesuai atau tidak dengan teori, menurut argumentasi saya yang didukung

oleh teori-teori yang ada.

A. KEHAMILAN

Umur Ny. A pada saat hamil ini adalah 24 tahun, hal ini sesuai dengan

teori menurut (Depkes RI, 2011) Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang

keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.

Terkait dengan usia Ny. A bahwa usia 24 tahun termasuk usia yang memang

sudah matang untuk kehamilan karena umur <20 tahun alat-alat reproduksi belum

matang, mental dan fisiknya belum siap. Sedangkan umur >45 rentan sekali untuk

terjadi perdarahan dalam kehamilan.

HPHT Ny. A adalah tanggal 13 Juni 2018 sehingga TP nya pada tanggal

20 Maret 2019 dan usia kehamilan Ny. A saat ini adalah 36 minggu. Hal ini

132
seseuai dengan teori menurut ( perhitungan rumus Neagle) bahwa bila hari

pertama haid terakhir diketahui maka dapat diketahui taksiran tanggal persalinan

dengan memakai rumus jika bulan Januari – Maret TP= hari +7, bulan +9, tahun

tetap, dan jika HPHT bulan April – Desember TP= +7, -3, +1. Terkait dengan TP

Ny.A bahwa perkiraan tanggal persalinan nya sudah ditetapkan sesuai dengan

HPHT ibu yaitu 13 juni 2018 dengan TP 20 Maret 2019.

Pada kehamilan ini ibu sudah melakukan pemeriksaan kehamilan

sebanyak 4 kali, hal ini sesuai dengan program teori menurut (Permenkes no.25

tahun 2014) bahwa setiap kehamilan minimal memerlukan 4 kali kunjungan

selama periode antenatal/kehamilan yaitu 1 kali pada trimester pertama sebelum

usia kehamilan mencapai minggu ke-16, 1 kali pada trimester kedua saat usia

kehamilan menginjak minggu ke-24 hingga 28, dan 2 kali pada trimester ketiga

yaitu antara minggu ke-30 dan 32 lalu minggu ke 36 dan 38.

Dari teori tersebut saya mencoba menerapkannya pada Ny.A karena Studi

kasus ini dimulai pada kehamilan 36 minggu maka ibu hamil dianjurkan minimal

4 kali memeriksakan kehamilannya, dan Ny. A melakukan 4 kali periksa

kehamilan, hal ini bertujuan untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat agar

dapat mendeteksi diri komplikasi yang terjadi dan memantau kemajuan serta

pertumbuhan janin. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Permenkes no.25 tahun

2014). Satu Kali Kunjungan Selama Trimester Ke 1 : Sebelum 16 minggu. 1 Kali

Kunjungan Selama Trimester 2: 24-28 minggu. 2 Kali Kunjungan Selama

Trimester 3: 30 minggu- 32 minggu lalu minggu ke 36-38.

133
Pemeriksaan Tekanan Darah pada Ny. W yaitu 120/80 mmHg hal ini

sesuai dengan teori bahwa rata-rata tekanan sistol pada orang dewasa adalah 100

sampai 140 mmHg, Sedangkan rata-rata diastol adalah 60 sampai 90 mmHg,

Terkait dengan Ny.A yaitu 100/80 mmHg dikarenakan Ny.A tidak memiliki

riwayat hipertensi atau Darah Tinggi.

Ny.A tidak dilakukan standar minimal dari 14 T, yaitu yang tidak

dilakukan adalah pemeriksaan VDRL, tidak diberikan obat malaria, tidak

dilakukan pemeriksaan urine protein dan urine reduksi beserta tidak diberikan

kapsul yodium hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktek yaitu

berdasarkan teori (Ekanurismiati, 2016) bahwa Pemeriksaan antenatal yang

dilakukan menggunakan standar minimal dari 14T, Yaitu Timbang Berat Badan,

Ukur Tekanan Darah, Ukur Tinggi Fundus Uteri, Pemberian Tabet SF atau Fe

(minimal 90 tablet selama kehamilan, Pemberian Imunisasi TT, Pemeriksaan

Hemoglobin (HB), Pemeriksaan VDRL, Pemeriksaan Urine Protein, Pemeriksaan

Urine Reduksi, Perawatan Payudara, Senam Hamil, Pemberian Obat malaria,

Pemberian Kapsul Minyak Yodium, Temu wicara / Konseling. Terkait

pemeriksaan antenatal yang tidak dilakukan terhadap Ny. A seperti pemeriksaan

VDRL karena tidak ada indikasi yang mengarah ke PMS dan tidak tersedianya

alat, tidak diberikan obat malaria karena Ny.A bukan endemic malaria,tidak

dilakukan kapsul minyak yodium, karena lahan tidak menyediakan,tidak

dilakukan pemeriksaan lab urine protein karena lahan tidak menyediakan,tidak

dilakukan pemeriksaan lab reduksi urin karena lahan tidak menydiakan.

134
Pada Ny.A berat badan selama hamil adalah 60 kg dan kenaikan berat

badan selama hamil 9 kg Hal ini sesuai dengan teori yang ditemukan oleh

(Kemenkes, RI 2011) yang mengukapkan normal kenaikan berat badan salama

hamil 9 kg – 12,5 kg, termasuk penimbunan lemak pada ibu kurang lebih 3,5 kg

yang setara dengan 30.000 kkal. Pada trimester ketiga sekitar 90% dari kenaikan

berat badan ibu digunakan untuk pertumbunhan janin, plasenta, dan cairan

amnion.

Pada palpasi abdomen didapatkan posisi normal di Leopold 1 teraba

bagian bulat tidak melenting yaitu bokong, Leopold II pada bagian kanan

punggung janin dan pada bagian kiri ekstremitas janin, Leopold III teraba bulat,

keras dan melenting yaitu kepala, Leopold IV kepala sudah masuk PAP (pintu

atas panggul). Hal ini sesuai dengan teori menurut (Sarwono Prawirohadjo, 2012)

yaitu pada leopold I Meraba bagian yang ada di fundus, Jika teraba benda bulat,

tidak melenting maka itu adalah bokong, leopold II meraba perut sebelah kanan

menggunakan tangan kiri, dan rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan jika

teraba benda yang panjang keras seperti papan, maka itu adalah punggung bayi,

namun jika teraba bagian – bagian yang kecil dan menonjol, maka itu adalah

bagian kecil janin, leopold III tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian

bawah uterus. Jika teraba bagian yang bulat, melenting, keras, dan dapat

digoyangkan, maka itu adalah kepala, leopold IV dilakukan bila kepala telah

memasuki pintu atas panggul. Posisi janin Ny.A dalam keadaan normal yaitu

bagian terendah janin.

135
Pada Ny. A di dapatkan TFU 32 cm, hal ini sesuai dengan teori menurut

(MC Donal) bahwa TFU dalam cm di ukur melalui fundus dengan jari tangan kiri

dan tangan yang lain berada disimfisis pubis dan jari menjepit pita pengukur.

Terkait dengan pengukuran TFU tersebut sudah benar dilakukan karna

menggunakan tehnik yang diharuskan oleh teori.

Pada Ny. A diberikan tablet fe <90 tablet karena ibu jarang memeriksakan

kandungannya selama hamil tablet Fe yaitu untuk mencegah perdarahan saat

persalinan hal ini tidak sesuai dengan Teori. (Permenkes RI. No.88 tahun 2013)

yaitu pada ibu hamil diberikan zat besi atau FE 90 butir selama hamil. Zat besi

adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin).

Selain itu,mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk

mioglobin (protein yang membewa oksigen ke otot), kolagen (protein yang

terdapat ditulang,tulang rawan,dan jaringan penyambung) serta enzim, Zat besi

juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh. Terkait dengan Fe yang diberikan

Ny. A, selama kunjungan Ny. A sudah diberikan Fe sehingga jika diperhitungkan

Ny.A mengkomsumsi Fe tetapi kurang dari 90 tablet.

Ny. A tidak dilakukan imunsasi TT pada kehamilan ini karena Ny. A

mengatakan sudah imunisasi TT2 sejak tanggal 13 oktober 2018, hal ini tidak

sesuai dengan teori (Sarwono Prawirohardjo, 2012) bahwa pemberian imunisasi

yang harus diberikan pada ibu hamil adalah sebanyak 5 x dengan jarak yang telah

ditentukan. Yaitu TT1 pada kunjungan pertama, TT2 yaitu 4 minggu setelah TT1

dan TT3 yaitu 6 bulan setelah TT2 sedangkan 2 dosis terakhir harus diberikan

dalam interval minimal 1 tahun.

136
DJJ pada Ny. A didapat 130x/menit, hal ini sesuai dengan teori ( Dewi H.

Am. Keb 2010 ) bahwa DJJ normal berkisar antara 120x/menit – 160 x/menit.

Karena jika DJJ kurang dari 120x/menit atau lebih dari 160x/meni maka janin

dalam keadaan asfiksia (kekurangan O2). Terkait dengan hasil DJJ Ny. A detak

jantung janin nya adalah normal karena tidak dibawah 120x/menit, dan tidak juga

diatas 160x/menit.

B. PERSALINAN

Menjelang akhir kehamilannya Ny. A mengalami proses tanda-tanda

persalinan seperti: mules-mules yang frekuensinya semakin sering, durasinya

semakin lama, keluar lendir bercampur darah. Pada masa tersebut penolong

berusaha memberikan asuhan yang optimal, diantaranya dengan melibatkan

keluarga berupa dukungan pada saat proses persalinan dan persalinan Ny. A

berjalan normal. Ny. A mengikuti nasehat-nasehat yang diberikan agar tidak

terjadi kelainan dan penyulit. Sehingga pada saat melahirkan tidak dilakukan

penanganan khusus hanya penanganan secara alami sesuai dengan Asuhan

persalinan normal.

1. Kala 1

Kala I Ny. A dimulai pada saat tiba di ruang bersalin pukul 16.00 WIB

dengan keluhan mules-mules dan keluar lendir bercampur darah. Hal ini sesuai

dengan teori (JNPK-KR, 2014) yaitu terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat(frekuensi dan kekuatannya)sehingga serviks membuka lengkap(10cm)

. Keluhan pada Ny. A merupakan hal yang fisiologis karena merasakan keluhan

137
mules-mules dan keluarnya lendir darah merupakan tanda dan gelaja pada

persalinan.

Detak jantung janin pada Ny. A 145x/ menit teratur dan sedang. Hal ini

sesuai dengan teori ( Dewi H. Am. Keb 2010 ) karena detak jantung janin normal

antara 120 sampai 160x per menit karena jika DJJ <120 atau >160 maka terjadi

gawat janin. Bunyi detak jantung janin pada Ny. A terdengar normal yaitu 145x/

menit, baik dan tidak terjadi penurunan frekuensi.

Uterus yang mengakibatkan perubahan dalam serviks ( frekuensi minimal

3-4xdalam 10 menit ). His pada Ny. A dalam keadaan normal karena pembukaan

9cm biasanya his sudah begitu sering dan kuat.

2. Kala II

Ny. A sudah ada tanda-tanda kala II yaitu dorongan ingin meneran,

tekanan pada rectum atau vagina, perenium menonjol dan vulva vagina membuka

terjadi pembukaan lengkap 10 cm dan Ny. A sudah memasuki kala II, hal ini

sesuai dengan teori (JNPK-KR ) bahwa tanda kala II yaitu : Ibu merasakan ingin

meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan makin

meningkatnya tekanan pada rectum atau vaginanya, Perineum terlihat menonjol,

Vulva vagina dan sfingter ani membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah. Terkait dengan kasus Ny. A, Ny.A merasa mules semakin

sering dan ada dorongan ingin meneran, kemudian diajarkan kepada ibu untuk

tekhnik meneran yang benar.

DJJ pada Ny. A didapat 142 x/menit hal ini sesuai dengan teori ( Dewi H.

Am. Keb 2010 ) bahwa DJJ normal berkisar antara 120 x/menit – 160

138
x/menit.Pemeriksaan ini dilakukan agar mengetahui kondisi janin dalam keadaan

baik atau gawat janin, karena jika DJJ kurang dari 120 x/menit atau lebih dari 160

x/menit maka dapat mengindikasikan gawat janin.

Posisi meneran Ny. A pada saat persalinan yaitu lateral (dimana posisi

mengharuskan ibu berbaring miring kekiri atau kekanan dengan salah satu kaki

diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus). Hal ini sesuai dengan teori

(Eka Puspita Sari, Am.Keb 2014), dengan posisi seperti itu akan mempersingkat

kala II sehingga Ny.A merasa nyaman dalam melakukan persalinan. Keuntungan

dari posisi ini adalah peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman

oksigen dalam darah ibu kejanin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak

terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga

persalinan relatif lebih nyaman.

Setelah bayi lahir dilakukan penilaian selintas hal ini sesuai dengan teori

(Eka Puspita Sari, Am.Keb 2014) yang menyatakan bahwa setelah bayi lahir

dilakukan penilaian selintas yang meliputi apakah bayi menangis kuat , apakah

warna kulit bayi kemerahan atau sianosis, apakah gerakan bayi aktif. Hal ini

dilakukan untuk menilai apakah bayi dalam keadaan baik dan tidak asfiksia. Jika

terjadi asfiksia maka tindakan resusitasi dapat segera dilakukan. Pada bayi Ny.A

tidak dilakukan resusitasi karna kondisi bayi baik yaitu kulit kemerahan, tonus

otot aktif, dan menangis kuat.

Lamanya persalinan kala II adalah selama 30 menit hal ini sesuai dengan

teori (Eka Puspita Sari, Am.Keb 2014) bahwa Pada primigravida kala II

berlangsung selama 2 jam dikarenakan oleh beberapa faktor, his tidak adekuat,

139
faktor janin dan faktor jalan lahir sehingga mempersulit dan lamanya proses kala

II. Terkait dengan waktu yang tepat pada saat persalinan kala II Ny. A, hal ini

juga bisa disebabkan karena cara ibu mengedan benar dan mengikuti pimpinan

persalinan yang diajarkan oleh bidan.

Pada bayi Ny. A melakukan IMD. Hal sesuai dengan teori (Asuhan

Persalinan Normal) bahwa Inisiasi Menyusui Dini (early initiation) atau

permulaan menyusui dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera

setelah lahir.

3. Kala III

Pada pemeriksaan TFU pada Ny. A di dapat TFU sepusat. Hal ini sesuai

dengan teori ( Dwia Ambarwati, 2015 ) penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat perlekatan menjadi

semakin mengecil, ukuran plasenta tida berubah maka plasenta akan terlipat,

menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan

turun ke bawah uterus atau ke dalam vagina.

Kandung kemih pada Ny. A didapatkan bahwa kandung kemih kosong.

Hal ini sesuai dengan teori (Indahtirtya,2014) yaitu di lakukan pemeriksaan

kandung kemih untuk mengetahui bila kandung kemih penuh akan dilakukan

kateterisasi untuk mengeluarkan air kencing. Karena jika kandung kemih penuh

bisa mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak baik sehingga akan

menyebabkan retensio plasenta sehingga dilakukan pengecekan kandung kemih

jika penuh maka dilakukan kateresasi.

140
Ny. A didapatkan perdarahan kurang lebih 100 cc, hal ini sesuai dengan

teori yaitu perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 500

cc, Memperkirakan kehilangan darah dengan cara untuk menilai kondisi ibu, hal

ini Ny. A tidak mengalami perdarahan karena darah yang keluar masih dalam

masa normal.

Pada kala III menggunakan manajemen aktif kala III hal ini sesuai teori

( Sarwono Prawirohadjo, 2013) bahwa langkah pertama memberikan oxytocin 10

unit secara IM, kemudian meregangkan tali pusat dan melakukan masase uterus

setelah plasenta lahir. Kemudian terlihat tanda – tanda pelepasan placenta seperti

semburan darah tiba – tiba, tali pusat memanjang, dan uterus gloubuler plasenta

lahir pukul:21:40 wib Hal ini normal karena plasenta lahir 5-30 menit setelah bayi

lahir.

Saat dilakukan pemeriksaan perdarahan yang terjadi pada kala III Ny. A

mengalami pengeluaran perdarahan sebanyak ± 100 cc. Hal ini sesuai dengan

teori (Prawirohardjo, 2009). Yaitu perdarahan normal dengan jumlah <500

cc,Terkait dengan kasus Ny. A hal ini masing batas normal karena didapatkan

hasil setelah placenta lahir uterus teraba keras dan TFU 1 jari dibawah pusat.

4. Kala IV

Pada asuhan kebidanan persalinan kala IV Ny. A dilakukan observasi TTV

yaitu dalam batas normal tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80x/m hal ini sesuai

dengan teori ( Sarwono Prawirohardjo, 2013). Terkait dengan kasus Ny. A

tekanan darah dan nadi telah dipantau dan menunjukana hasil yang normal, ibu

juga tidak merasakan pusing maupun berkunang – kunang dan tidak menunjukan

141
kearah yang bahaya seperti syok, Ibu merasa bahagia karena bayi dan dan ari -

arinya telah lahir dan ibu masih merasa mules dan sangat lemas.

TFU pada Ny. A adalah 1 jari bawah pusat. hal ini sesuai dengan teori

(Prawirohardjo, 2013), yaitu pantau TFU setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan

setiap 1 jam pada jam ke-2. Terkait dengan TFU Ny. A bahwa TFU ny. A dalam

keadaan normal hal ini ditandai dengan adanya perdarahan yang normal, kontraksi

uterus baik dan keras, jika uterus lembek dan menjadi lebih tinggi maka

ditakutkan ibu akan mengalami perdarahan.

Kandung kemih Ny. A didapatkan hasil kandung kemih kosong hal ini

sesuai dengan teori menurut (Indahtirtya,2014), yaitu pantau kandung kemih

setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 1 jam pada jam ke-2 karna jika

kandung kemih penuh akan mempegaruhi kontraksi Rahim Ny. A sehingga

Rahim tidak berkontraksi dengan baik.

Perdarahan pada Ny. A sekitar ± 100 cc, hal ini normal karena menurut

teori (Prawirohardjo, 2013) bahwa jumlah perdarahan rata-rata yang dianggap

normal yaitu<500 cc, Apabila perdarahan >500 cc hal tersebut sudah dianggap

abnormal dan harus dicari sebab-sebabnya. Memperkirakan kehilangan darah

dengan cara menilai kondisi ibu. yaitujika ibu lemas, pusing dan kesadaran

menurun.

C. BAYI BARU LAHIR

Pada pemeriksaan bayi Ny. A didapatkan tanda-tanda vital pada 1 jam

pertama post partum Nadi 128 x/mnt, Respirasi 60 x/mnt dan suhu 36,5C. Hal ini

sesuai dengan teori (Dewi, 2011) yang menyatakan bahwa frekuensi denyut

142
jantung normal yaitu 120-160x/menit, sedangkan pernafasan normal yaitu 40-

60x/menit. Terkait dengan bayi Ny.A bahwa TTV dalam keadaaan batas Normal

tidak ada tanda-tanda yang mengharuskan untuk melakukan penanganan.

Berat Badan Bayi Ny.A yaitu 3100 gram hal ini sesuai dengan teori

(Rukiyah, 2010:) yang menyatakan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,

pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat

badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. Terkait dengan

bayi Ny.A lahir pada usia kehamilan 39 minggu 3 hari dengan berat badan 3100

gram hal ini dalam batas normal.

Pada pengukuran lingkaran kepala bayi Ny. A hanya dilakukan fronto-

oksipito saja. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Mutiazainivitaloka,2015) yang

menyatakan bahwa pengukuran kepala yaitu sirkumferensia suboksipito-frontalis

(34), Sirkumferensia Mento-Oksipito (35), Sirkumferensia submento-bregmatikus

(32).

Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. A salah satunya adalah menjaga

kehangatan bayi hal ini sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan Normal,2008)

yang menyatakan bahwa mencegah terjadinya kehilangan panas dengan cara

mengeringkan bayi dengan seksama, selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat,

selimuti bagian kepala bayi, Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya,

jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, tempatkan bayi

dilingkungan yang hangat jika tidak maka bayi kemungkinan akan mengalami

143
hipotermia, Adapun mekanisme kehilangan panas yaitu dengan cara Evaporasi,

konduksi, konveksi, Radiasi.

Pada bayi Ny. A 6 jam post partum didapatkan tanda-tanda nadi 120

x/mnt, Respirasi 60 x/mnt, suhu 36,5C. hal ini sesuai dengan teori (Maryunani

dkk,2008) yang menyatakna bahwa keadaan umum bayi baik, warna kulit

kemerahan, gerakan bayi aktif, detak jantung bayi normal yaitu 120-160x/menit,

pernafasan yaitu 40-60x/menit,suhu yaitu 36,5-37,5 C. Terkait dengan bayi Ny.A

bahwa dalam keadaan normal.

Pada 13 jam post partum bayi Ny. A juga diberikan salep mata

cloramfenicol 1 % pada kedua mata, hal ini tidak sesuai dengan teori (Asuhan

Persalinan Normal, 2014) bahwa Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi

mata diberikan setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu. Pencegah infeksi

mata tersebut mengandung Tetrsiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan

infeksi mata kurang efektif jika di berikan > 1 jam setelah kelahiran.Terkait

dengan Bayi Ny.A yaitu di berikan pada waktu setelah 13 jam karena kebijakan

dari lahan bahwa salep mata di berikan setelah bayi dimandikan.

Pada Bayi Ny.A diberikan Injeksi Vitamin K Neo K (Pytomenadion) pada

13 jam post partum hal ini tidak sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan Normal,

2014) yang menyatakan bahwa semua BBL harus diberikan Vitamin K

(Pytomenadion) injeksi 1 mg intramuskuler setelah proses IMD dan bayi selesai

menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian BBL.

144
Pada bayi Ny. A mendapatkan vaksin HB0 0,5 cc pada 8 hari setelah

persalinan, hal ini tidak sesuai dengan teori ( Sarwono Prawiorhadjo, 2013 ) yang

menyatakan bahwa seharusnya bayi di imunisasi HB0 0,5 cc segera 1 jam setelah

pemberian Vitamin K.Terkait dengan Bayi Ny.A yang diberikan pada usia 8 hari

karena kebijakan dari lahan praktek yaitu diberikan pada kunjungan 1 minggu.

Pada bayi Ny. A 8 hari post partum didapatkan tanda-tanda vital nadi 120

x/mnt, Respirasi 60 x/mnt. Suhu 36,8C warna kulit kemerahan, gerakan aktif hal

ini sesuai dengan teori (Dewi, 2010) yang menyatakan bahwa frekuensi denyut

jantung 120-160x/menit, pernafasan 40-60x/menit. Terkait dengan bayi Ny. A

bawa tanda-tanda vital dalam keadaan normal tidak ada tanda-tanda bayi

mengalami ikterik dan hipotermi.

Pada kunjungan 8 hari post partum didapatkan tali pusat sudah puput pada

hari ke 6 hal ini sesuai dengan teori (Sarwono Prawirohardjo, 2012) yang bahwa

lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden

infeksi pada neonatus. Terkait dengan by Ny.A yaitu puput pada hari ke 6 di

karenakan ibu merawat tali pusat dengan baik yaiu dengan cara mencuci tangan

dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat, kemudian bersihkan

dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus

dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/steril.

D. NIFAS

Asuhan nifas yang dilakukan pada Ny. A dilakukan sebanyak 3 kali

yaitu kunjungan 1 pada 2 jam post partum, kunjungan II 6 jam post partum,

kunjungan III 8 hari post partum. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Saifuddin,

145
2010) yang menyatakan kunjungan program dan kebijakan teknis masa nifas

dilakukan paling sedikit 4 kali yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu post

partum yang bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk

mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi.

Tinggi Fundus Uteri (TFU) Ny. A adalah 2 jari bawah pusat hal ini terjadi

pada saat 2 jam post partum dan 6 jam post partum. Hal ini sesuai dengan teori

(Sitti Soleha, 2010) bahwa tinggi fundus uterus setelah bayi lahir adalah Setinggi

pusat, dan setelah placenta lahir adalah 2 jari dibawah pusat. Hal ini dikarenakan

MAK III berjalan dengan baik sehingga tidak terjadi perdarahan selain itu ibu

juga mau melakukan masase uterus seperti yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan

sehingga uterus berkontraksi dengan baik.

Pada 2 jam post partum Ny. A dianjurkan untuk istirahat hal ini sesuai

dengan teori (Rizqidyan,2012) bahwa salah satu kebutuhan dasar pada masa nifas

adalah istirahat dengan cukup.Hal ini bertujuan untuk mencegah kelelahan setelah

proses persalinan dan mempercepat pemulihan kembali organ tubuh setelah

melahirkan. Karena kurang istirahat dapat mengurangi produksi ASI.

Ny.A pada 6 jam post partum tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat,

kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra, semua

hasil pemantauan tidak ada kelainan tidak terjadi perdarahan hal ini sesuai dengan

teori (sitti saleha,2010) bahwa tinggi fundus uteri 6 jam post partum adalah 2 jari

di bawah pusat dan terjadi pengeluaran lochea rubra selama 2 hari pasca

persalinan.

146
Pada 8 hari post partum didapatkan pemeriksaan TFU sudah tidak teraba.

Hal ini tidak sesuai dengan teori(Sitti Soleha, 2010) bahwa tinggi fundus uteri

pada 6 hari post partum adalah pertengahan pusat-simfisis. Hal ini dikarenakan

Ny.A melakukan kunjungan pada 8 hari post partum dan pada masa nifas Ny. A

tidak ada komplikasi sehingga involusi uterus berjalan dengan baik dan Ny. A

Juga banyak melakukan mobilisasi sehingga mempermudah dan mempercepat

involusi uterus.

Berdasarkan evaluasi masa nifas pada Ny. A tidak disertai penyulit

sehingga nifas pada Ny.A termasuk dalam kategori nifas normal, tidak ada tanda-

tanda komplikasi maupun penyulit nifas yang lainnya seperti adanya, perdarahan,

maupun infeksi.

147

Anda mungkin juga menyukai