Anda di halaman 1dari 94

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm.

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan / 9 bulan menurut

kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester pertama

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke – 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga

minggu ke – 40) (Sarwono Prawirohardjo, 2013)

2. Tanda – Tanda Kehamilan

Tanda yang tidak pasti / tanda mungkin kehamilan yaitu :

a. Amenorhea

12
Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang menyebabkan

tidak terjadi pembentukan folikel de graff dan ovulasi. Hal ini

menyebabkan terjadinya amenorea pada seorang wanita yang sedang

hamil. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan

perhitungan negle dapat ditentukan hari perkiraan lahir (HPL) yaitu

dengan menambah tujuh pada hari, mengurangi tiga pada bulan, dan

menambah satu pada tahun.

b. Mual dan Muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran

asam lambung yang berlebihan. Mual muntah pada pagi hari disebut

morning sickness. Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi.

Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

c. Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam.

d. Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau

pingsan, keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

e. Payudara Tegang

Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin

menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara

13
membesat dan tegang, ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit

terutama pada bulan pertama.

f. Sering Miksi (Sering BAK)

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi, pada triwulan kedua gejala ini sudah menghilang.

g. Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

h. Pigmentasi Kulit

Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum).

Pada dinding perut terdapat striae albican, striae livde dan linea nigra

semakin menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmentasi pada

bagian areola mammae, puting susu semakin menonjol.

i. Varices

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah terjadi pada sekitar

genetalia, kaki, betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini

menghilang setelah persalinan.

j. Tanda Piskacek’s

Yaitu adanya pelunakan dan pembesaran pada unilateral pada

tempat implantasi (rahim).

14
k. Tanda Hegar

Yaitu perubahan pada rahim menjadi lebih panjang dan lunak

sehingga seolah-olah kedua jari dapat saling bersentuhan.

l. Tanda Chadwick’s

Yaitu vulva dan vagina mengalami peningkatan pembuluh darah

sehingga makin tampak dan kebiru-biruan karena pengaruh estrogen.

m. Kontraksi Uterus

Yaitu adanya kontraksi pada rahim yang disebabkan karena

adanya rangsangan pada uterus.

n. Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan

Pada pemeriksaan ini hasilnya positif, dimana kemungkinan positif

palsu.

Tanda Pasti Kehamilan

a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dapat didengar dengan stetoskop Laenec,alat kardiotografi, dan

Doppler, dilihat dengan ultrasonografi.

b. Palpasi

Terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin.

15
3. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Pada Ibu Hamil

a. Uterus

Tabel 2.1

Perkiraan Tinggi Fundus Uteri

Umur
Tinggi fundus uteri
kehamilan
12 minggu Teraba di atas simfisis pubis

16 minggu Ditengah, antara simfisis pubis dan umbilikus

20 minggu Pada umbilikus

22-27 minggu _

28 minggu Ditengah, antara umbilikus dan prosesus

29-35 minggu sifoideus

36 minggu _

Pada Prosesus sipoideus


(Sarwono Prawirohardjo, 2012:93)

b. Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan

kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan

terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya

hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. (Sarwono

Prawirohardjo, 2012 : 177)

c. Ovarium

16
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan

di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal

kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron

dalam jumlah yang relatif minimal.

d. Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat

jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina

akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chadwick.

Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan

ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. (Sarwono Prawirohardjo, 2012

:178)

e. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.

Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya (linea alba)

akan merubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.

Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah

dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum.

f. Payudara

17
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Putting

payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama

suatu cairan yang berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat

keluar. (Sarwono Prawirohardjo, 2012 :179)

g. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal

dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan

ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah

12,5 kg.

Tabel 2.2

Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan

berdasarkan indeks massa tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11
Obesitas > 29 7
Gemelli 16 – 20,5

Tabel 2.3

Penambahan berat badan selama kehamilan

Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu


Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan Amnion 30 350 750 800

18
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan 0 30 80 1480

ekstraseluler
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
(Sarwono Prawirohardjo, 2012:180)

h. Sistem Kardiovaskuler

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang.

Penekanan kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena kejantung.

Akibatnya terjadinya penurunan preload dan cardiac output sehingga akan

menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom

hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan

ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi

aliran darah uteroplasenta keginjal. Selama trimester terakhir posisi

terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi

miring. Karena alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil dalam posisi

terlentang pada akhir kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo, 2012 : 182)

i. Traktus Digestivus

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan mortilitas otot

polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan

peptin dilambung sehingga akan menimbulkan gejala Pyrosis (heartburn)

yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esophagus bawah sebagai

akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter

19
esophagus bagian baw ah. mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid

dan penurunan mortilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan

mortilitas usus besar.

j. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan

oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih.

Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus

keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah

mulai turun ke pintu atas panggul keluhan itu akan timbul kembali.

(Sarwono Prawirohardjo, 2012 : 185)

k. SistemEndokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar 135

%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam

kahamilan. Pada peremuan yang memiliki hipofisektomi persalinan dapat

berjalan dengan lancer. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada

saat kehamilan aterm. Sebaliknya setelah persalinan konsentrasinya pada

plasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang

menyusui. (Sarwono Prawirohardjo, 2012 :186)

l. SistemMuskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus keposisi anterior,

lordosis menggeser daya berat kebelakang kearah dua tungkai. Sendi

sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yamg

20
diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat

mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan

perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir

kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo, 2012 : 186)

4. Ketidaknyamanan Pada Trimester III ( Ina kuswanti, 2014;h 128 )

a. Keputihan

Keputihan akibat hiperplasia mukosa vagina serta peningkatan

produksi lendir dan kelenjar endocervikal sebagai akibat dari peningkatan

kadar estrogen.

b. Sering Buang air Kecil

Menjelaskan mengenai sebab terjadinya hal tersebut, perbanyak

minum pada siang hari, jangan mengurangi minum, batasi minum teh,

kopi, dan soda, jelaskan tentang bahaya infeksi saluran kemih dengan

menjaga posisi tidur, miring kekiri dan kaki tinggikan untuk mencegah

diuresis.

c. Konstipasi

Konstipasi disebabkan karena tekanan yang meningkat dari uterus

gravid terhadap vena hemoroida.

d. Sesak Nafas (Hiperventilasi)

Sesak nafas disebabkan karena Peningkatan kadar progesteron

berpengaruh secara langsung pada pusat pernafasan untuk menurunkan

kadar CO2 serta meningkatkan O2, meningkatkan aktifitas metabolik,

21
Meningkatkan kadar CO2 , hiperventilasi yang lebih ringan ini adalah

SOB, Uterus membesar dan menekan diafragma.

e. Nyeri Ligamentum Rotundum

Nyeri disebabkan karena hipertropi dan peregangan ligamentum

selama kehamilan serta tekanan dari uterus pada ligamentum.

f. Pusing

pusing disebabkan karena hipertensi postural yang berhubungan

dengan perubahan-perubahan hemodinamis.

g. kaki / vulva

dalam vena bagian bawah meningkat sejalan dengan kehamilan

karena tekanan dari uterus yang hamil.

5. Tanda Bahaya Pada Kehamilan

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum

bayi dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.

Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak dan kadang – kadang, tapi tidak selalu disertai dengan rasa

nyeri. Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa atau absurpsi

plasenta ( Hani, Ummi, dkk. 2011; h 116 ).

d. Bayi kurang bergerak seperti biasa

22
Ibu mulai merasakan gerakan janin sejak bulan kelima atau bulan

keenam, bahkan beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih

awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak

paling sedikit tida kali dalam periode jam. Gerakan bayi akan lebih mudah

terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan minum dengan

baik ( Hani, ummi, dkk. 2011;h 121 ) .

6. Asuhan Antenatal

a. Definisi

Asuhan antenatal adalah upaya prefentif program pelayanan

kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

(Sarwono Prawirohardjo, 2012 : 278)

b. Jadwal kunjungan antenatal

Dilakukan minimal 4x selama kehamilan

Tabel 2.4

Kunjungan Minimal Antenatal

23
Kunjungan Waktu Alasan
Trimester I Sebelum 14 o Mendeteksi masalah yang dapat

minggu ditangani sebelum membahayakan

jiwa

o Mencegah masalah missal :

tetanus neonatal, anemia,

kebiasaan tradisional yg

membahayakan

o Membangun hubungan saling

percaya

o Memulai persiapan kelahiran dan

kesiapan menghadapi komplikasi

o Mendorong prilaku sehat (nutrisi,

kebersihan, olahraga, istirahat,

seks dsb)
Trimester II 14 – 28 minggu o Sama dengan trimester I ditambah

kewaspadaan khusus terhadap

hipertensi kehamilan (deteksi

gejala preeklamsi, pantau TD,

evaluasi edema, proteinuria)


Trimester 28 – 36 minggu o Sama, ditambah : deteksi

III kehamilan ganda


Setelah 36 o Sama, ditambah : deteksi kelainan

minggu letak atau kondisi yang

memerlukan persalinan di RS

24
(Hui ((hutari puji Astuti, S.Sit.M.Kes , 2011 : 180)

c. StandarAsuhan Kehamilan (6 Standar)

Standar 1: Identifikasi ibu hamil.Melakukan kunjungan rumah dan

berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk

penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini dan

teratur.

Standar 2: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.Sedikitnya 4 kali

pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan meliputi: anamnesis

dan pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan risiko

tinggi, imunisasi, nasehat dan penyuluhan, mencatat data

yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.

Standar 3 : Palpasi abdominal.

Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan.

Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.

Standar 6 : Persiapan persalinan.

Pelayanan atau Asuhan Standar minimal termasuk “10T”

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas / LILA )

4. Ukur tinggi fundus uterus

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ )

6. Skrining status imunisasi tertentu dan berikan imunisasi tetanus

toksoid (TT) bila diperlukan

25
7. Beri tablet tambah darah ( Tablet besi )

8. Periksa laboratorium ( Rutin dan khusus )

9. Tatalaksana / penanganan kasus

10. Temu wicara ( Konseling ). ( Kemenkes 2014 )

Jadwal Imunisasi TT (0,5 cc)

Tabel 2.5

Jadwal Imunisasi TT

Antigen Interval Lama Perlindungan %

Perlindungan
TT1 Kunjungan antenatal pertama - -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 minggu setelah TT1 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur hidup 99
( Kemenkes 2014 )

B. PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Proses ini dimulai dengan perubahan kontrasi persalinan sejati, yang ditandai

dengan perubahan serviks secara progesif dsn diakhiri dengan kelahiran

plasenta.

26
Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko

rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi

dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia

kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun

bayi berada di dalam kondisi sehat.

Tujuan asuhan persalinan normal, yaitu mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal

sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaa pada tingkat

yang optimal (Eka Puspita Sari, Am.keb 2014)

2. Tanda dan gejala

Tanda – tanda bahwa persalinan sudah dekat :

a. Terjadi Lightening

Menjelang minggu ke 36 kehamilan, tanda pada primigravida adalah

terjadinya penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas

panggul yang disebabkan : kontraksiBraxton hicks, ketegangan dinding perut,

keteganan ligamen rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala ke arah

bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu merasakan :

1) Ringan dibagian diatas perut, dan rasa sesaknya berkurang.

2) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal

3) Kesulitan berjalan

4) Sering buang air kecil

Gambaran lightening pada primigravida menunjukan hubungan normal

27
antara ketiga P yaitu Power, pessage, dan pessanger. Sedangkan pada

multigravida tidak begitu jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas

panggul menjelang persalinan.

b. Terjadinya his permulaan

Pada sewaktu umur kehamilan masih muda, yaitu sejak trimester pertama

kehamilan uterus akan sering mengalami kontraksi ringan. Pada trimester

kedua dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini

dikemukakan pertama kali oleh braxton hicks pada tahun 1872 sehingga

disebut sebagai kontraksi braxton hicks. Sampai bulan terakhir kehamilan

biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada sau atau dua minggu

sebelum persalinan.

Dengan semakin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron

semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang

lebih sering, yang dikenal sebagai his palsu, dengan sifat sebagai berikut :

1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah

2) Datangnya tidak teratur

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

4) Durasinya pendek

5) Tidak bertambah bila beraktivitas

Tanda – tanda timbulnya persalinan (Inpartu)

Pada fase ini sudah memasuki tanda – tanda inpartu

a. Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri

28
diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim dimulai

pada 2 face maker yang letaknya di dekat cornu uteri. His yang menimbulkan

pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. His efektif

mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada fundus uteri.

His persalinan memiliki sifat sebagai :

1) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan

2) Teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatannya makin besar.

3) mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks

4) Penambahan aktivitas seperti berjalan maka his tersebut semakin meningkat

b. Keluarnya lendir bercampur darah (show)

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis, sedangkan

pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu

serviks membuka.

c. Terkadang disertai ketuban pecah

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban menjelang persalinan, jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan

persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila persalinan tidak

tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya

ektraksi vakum atau sectio caesarea.

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur – angsur

akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis

servikalis yang semula panjang 1 -2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga

29
tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas. ( Eka Puspita Sari Am,Keb

2014)

Perubahan fisiologis ibu bersalin

a. Perubahan sistem kardiovaskuler

1) Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama terjadinya kontraksi, disertai

peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastol rata-rata 5-10 mmHg.

Denyut jantung

Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama

fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih

rendah dari pada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan selama fase

penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.

Selama persalinan metabolisme karbohidrat baik aerobik maupun

anaerobik meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama

diakibatkan oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka.

2) Pernafasan

Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan yang dianggap normal selama

persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.

3) Suhu Tubuh

Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera

setelah melahirkan.

4) Perubahan pada Gastrointestinal

Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang,

30
apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam

lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat

sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.

5) Perubahan Hematologi

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg % selama persalinan dan kembali

ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapersalinan jika tidak ada

kehilangan darah yang abnormal.

Tahap-Tahap Persalinan

Persalinan dibagi dalam 4 fase yaitu:

a. kala I

Kala I : Disebut juga sebagai kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm) pada permulaan hiss, kala

pembukaan berlangsung tida begitu kuat sehingga parturient masih dapat

berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat hiss dibagi menjadi 3

fase yaitu :

1) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) fase aktif, dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu :

a. Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

b. Fase dilatasi maksilmal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

31
c. Fase deselerasi, pembukaan menjadi sangat lambat. Dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Namun, lamanya kala I untuk primigravida dan multigravida berbeda.

Untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida berlangsung

8 jam. Berdasarkan hitungan Friedman, pembukaan primigravida 1 cm/jam dan

pembukaan multigravida 2 cm/jam.

Fase – fase diatas dialami oleh primigravida juga multigravida. Namun

mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.

Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga

serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eskternum

membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka.

Kemudian ostium ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan

pendataran serviks terjadi pada saat yang sama. Kala I selesai apabila

pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kira – kira 12 jam,

sedangkan multigravida 8 jam.

Dalam beberapa buku, proses membukanya serviks disebut dengan berbagai

istilah : melembek (softening), menipis (thinned out), obliterasi atau

pendataran (obliterated), mendatar dan tertarik keatas(effaced and taken up),

dan membuka (dilatation).

Faktor – faktor yang mempengaruhi membukanya serviks adalah :

a. Otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium dan membesarkannya

b. Waktu kontraksi, segmen bawah rahim dan serviks diregangkan oleh isi

rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyababkan tarikan pada serviks

32
c. Waktu kontraksi, bagian dari selaput uang terdapat di atas kanalis servikalis

yang disebut ketuban, menonjol ke dalam kanal servikalis dan

membukanya.

b. kala II

Kala II : Disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari

pembukaanlengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam

pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Tanda dan gejala kala II

adalah sebagai berikut :

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50

100 Detik

2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan yang dideteksi lengkap dan diikiuti

keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.

4) Kedua kekuata, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga

terjadi : kepala membuka pintu, sub occiput bertindak sebagai

hipomoglin, kemudian lahir secara berturut – turut lahir ubun – ubun

besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oler putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putar paksi luar, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan :

a. Kepala dipegang pada occiput dan dibawah dagu, ditarik curam ke

bawah untuk melahirkan bahu belakang, kemudian ditarik ke atas

33
sedikit untuk mengeluarkan bahu depan.

b. Setelah kedu bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi

c. Bayi lahir diikuti oleh air ketuban.

7) Pada primigravida kala II ini berlangsung rata – rata 1,5 jan dan pada

multigrvida rata – rata 30 menit.

c. kala III

Kala IV : Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 -10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasentanya pada lapisan

Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Jika lebih dari 30 menit, maka harus

diberi penanganan yang lebih atau dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda :

1) Uterus menjadi bundar

2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.

3) Tali pusat betambah panjang

4) Terjadi perdarahan

d. kala IV

Kala IV : Kala IV dimaksud untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi

yang dilakukan adalah :

1) Memeriksa tingkat kesadaran penderita

2) Pemeriksaan tanta – tanda vital : tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

34
3) Kontraksi uterus

4) Terjadi perdarahan / jumlah perdarahan. (Eka Puspita Sari, Am.Keb

2014)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut) (Eka Puspita Sari,

Am.Keb 2014) yaitu ada 5 faktor :

1) Power (kekuatan yang mendorong janin keluar)

a. His

His adalah konraksi otot – otot rahim pada persalin. Tiap his dimulai

sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk kedalam dinding

uterus. Pada his yang perlu diawasi adalah :

1) Frekuensi : yaitu waktu antara kontraksi atau waktu antara awal kontraksi

dengan awal kontraksi berikutnya. Frekuensi mula – mula masih jarang dan

tidak teratur misalnya setiap 20 menit sampai 30 menit, kemudian menjadi

lebih sering, menjelang akhir persalinan kala I, kontraksi menjadi lebih

yakni setiap 2 – 3 menit.

2) Durasi (kontraksi lama) durasi konraksi uterus sangat bervariasi

tergantung pada kala persalinan tersebut. Kontraksi pada persalinan aktif

berlangsung 45 – 90 detik dengan durasi rata – rata 60 detik. Pada

persalinan awal, kontraksi mungkin hanya berlangsung 15 – 20 detik.

3) Intensitas (kekuatan kontraksi) awal mula persalinan intensitasnya ringan,

menjelang akhir kala I intensitas menjadi cukup kuat dan menjadi lebih kuat

Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :

35
a.His pendahuluan : his tidak kuat dan tidak teratur namun menyebabkan

keluarnya bloody show

b. His pembukaan : his yang menimbulkan pembukaan serviks, semakin

kuat, teratur, dan sakit.

c. His pengeluaran : his yang mendorong anak keluar. His pengeluaran

biasanya disertai dengan keinginan mengejan.

d. His pelepasan uri : kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan

plasenta.

e. His pengiring : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri dan terjadi

pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.

His yang baik dan ideal meliputi :

1) Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

2) Kekuatan terbesar (dominasi) didaerah fundus

3) Terdapat periode relaksasi diantara dua periode kontrak

4) Terpadat retraksi otot – otot korpus uteri setiap sesudah his.

5) Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang

mengandung serabut otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot –otot

korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical

effacement). Ostium eksternum dan internum pun akan terbuka.

b. tenaga mengejan

Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi

berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan.

Usaha mendorong ke bawah sama seperti yang dilakukan saat buang besar

36
besar (mengedan).

Perbedaan antara his sejati dan his palsu, sebelum terjadinya his sejati,

seorang calon ibu bisa merasakan his palsu atau kontraksi rahim yang tidak

teratur. His ini disebut kontraksi Braxton hicks. Ini merupakan hal yang normal

dan mungkin lebih sering muncul pada sore hari. Mungkin sulit untuk

membedakan his sejati dari his palsu. Biasanya his palsu tidak sesering dan

tidak sekuat his asli. Kadang satu – satunya cara untuk menbedakan his palsu

dan his sejati adalah melakukan periksa dalam pada periksa dalam bisa

diketahui adanya perubahan pada serviks yang menandakan dimulainya proses

persalinan

Jenis perubahan His palsu menjadi His sejati

a. Karakteristik kontraksi tidak teratur dan tidak semakin sering (braxyon

hicks) pada his sejati kontraksi timbul secara teratur dan semakin sering,

berlangsung selama 30 -70 detik.

b. Pengaruh gerakann tubuh jika ibu berjalan atau beristirahat atau jika posisi

tubuh ibu berubah, kontraksi akan menghilang / berhenti menskipun posisi

gerakan ibu berubah, sedangkan his sejati kontraksi tetap dirasakan.

c. Kekuatan kontraksi biasanya lemah dan tidak semakin kuat (mungkin

menjadi kuat lalu melemah), pada his sejati kontraksi semakin kuat.

d. Nyeri karena kontraksi biasanya hanya dirasakan ditubuh bagian depan,

namun pada his sejati kontraksi biasanya berawal di punggung dan menjalar

ke depan.

c. Passage (Jalan lahir)

37
Lama proses persalinan, dimana jalan lahir dibagi atas:

a. Tulang panggul terdiri dari 3 bagian: (os coxae, os sacrum dan os

coccygis).

b. Jenis panggul terdiri dari 4 jenis: (ginekoid, android, platipeloid,

antropoid).

d. Passenger (Janin )

Janin mempengaruhi proses persalinan, dimana bagian yang paling besar

janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan

persalinan. Kepala terbagi menjadi 4 sutura, yaitu:

a. Sutura frontalis yang menghubungkan kedua os. Frontalis kanan dan kiri.

b. Sutura sagitalis yang menghubungkan os. Parientalis kanan dan kiri.

c. Sutura koronalis yang menghubungkan os Parietalis dengan os Frontalis

d. Sutura Lamboidea yang menghubungkan os Parietalis dengan os oksipitalis

2. Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme persalinan terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin

di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi:

a. Engagement

Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah

melalui lubang masuk panggul, terjadi selama proses persalinan karena daya

dorong dari kontraksi uterus yang efektif , posisi serta kekuatan meneran

38
Gambar 2.1 Kepala Engangement Gambar 2.2 Penurunan kepala

Tabel 2.5

Penurunan kepala

Periksa Luar Periksa Keterangan

Dalam

39
Kepala di atas PAP mudah

= 5/5 digerakan

Sulit digerakan, bagian terbesar

= 4/5 H I – II kepala belum masuk panggul

Bagian terbesar kepala belum

= 3/5 H II – masuk panggul

III
Bagian terbesar kepala sudah

= 2/5 H III + masuk panggul

Kepala didasar panggul

= 1/5 H III –

IV

= 0/5 H IV Di perenium

b. Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin kedalam panggul, fleksi menjadi hal

yang sangat penting karena dengan cara fleksi diameter kepala janin terkecil

dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat

kepala bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan meningkatkan fleksi

40
menjadi bertambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai di dasar

panggul kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

Gambar 2.3 Fleksi kepala

c. Putaran paksi dalam (Rotasi Internal)

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior (yang

lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior

dari panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring

kearah diameter PAP dari panggul tetapi bahu tetap miring kekiri, dengan

demikian hubungan normal antara panjang kepala janin dengan panjang dari

bahu akan berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Hubungan antara kepala

dan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala janin masih berada didalam

panggul.

41
Gambar 2.4 Putar paksi Dalam

d. Ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini

terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut

membentuk lengkungan carus, yang mengarah kepala keatas menuju lorong

vulva. Bagian leher belakang dibawah oksiput akan bergeser ke bawah

simfisis pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang

berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang

menyebabkan ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva vagina membuka lebar.

Gambar 2.5 kepala mengadakan ekstensi

e. Putaran paksi luar (Rotasi Eksternal)

Putaran ini terjadi secara bersamaan denagn putaran internal dari bahu.

Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami

perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin agar lerletak dalam

42
diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada

lubang vulva vagina, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis pubis.

Gambar 2.6 putaran paksi luar

e. Ekspulsi

Setelah putar paksi luar bahu posterior akan menggembungkan

perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu

dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti sumbu

carus.

Gambar 2.7 Ekspulsi

43
3. Langkah-Langkah Pertolongan Persalinan dengan 60 langkah asuhan

persalinan normal

I. Melihat tanda dan gejala kala II

1. Mendengarkan dan melihat tanda dan gejala persalinan kala dua :

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vagina

c. Perineum menonjol

d. Vulva, vagina, dan sfingter ani membuka

II. Menyiapakan pertolongan persalinan

2. Memastikan kelengkapan dan obat-obatan esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik

steril sekali pakai didalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku. Mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk atau tissue yang bersih dan

kering.

5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk pemeriksaan dalam.

6. Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan steril) dan meletakkan kembali di partus set.

44
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan cara menyekanya dengan

hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa

yang sudah dibasahi air DTT.

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap : bila

selaput ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap maka lakukan

amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % dan

kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya

didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit, mencuci kedua tangan

(seperti yang diatas).

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali per menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainya pada patograf.

IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

Meneran

11. Memberitahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

janin dalam keadaan baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman

sesuai dengan keinginannya.

a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran,

45
lanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin

sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

12. Minta keluarga untuk menyiapakan posisi ibu untuk meneran (pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia

menasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran pada saat ibu mempunyai dorongan

kuat untuk meneran.

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

b. Mendukung dan memeberi semanagt atas usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak minta ibu berbaring terlentang)

d. Menganjurkan ibu untuk beristrirahat diantara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

f. Memberi ibu asupan cairan peroral.

g. Menilai DJJ setiap 5 menit.

h. Segera rujuk, jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primigravida

46
dan 60 menit (1 jam) untuk multigravida.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16. Letakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

Bahan

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

VI. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

Lahirnya kepala

19.Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,

lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain steril dan

kering, tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi

defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran

perlahan atau bernapas cepat dan dangkal.

20. Perikasa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran

bayi.

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

47
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong diantara dua klem tersebut.

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

bipariental.Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan

distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penulusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki

dengan ibu jari dan jari-jari lainya)

VII. Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan Penilaian (selintas)

a) Apakah bayi cukup bulan ?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium ?

c) Apakah bayi menangis kuat, dan/atau bernafas tanpa kesulitan?

d) Apakah bayi bergerak aktif ?

48
Bila salah satu jawaban adalah ”TIDAK” lanjut kelangkah

resusitasi pada asfeksia bayi baru lahir (lihat penuntun berikutnya).

Bila semua jawaban adalah ”YA” lanjut ke langkah 26.

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan bagian verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas

perut ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi di dalam

uterus.

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin 10 unit agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit seteelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

di 1/3 paha atas bagian distal lateral.

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tesebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainya.

49
c) Lepaskan klem dan masukan pada tempat yang telah disediakan

32. Letakan bayi agar ada kontak ibu ke kulit bayi. Letakan bayi tengkurap

di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di

dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala

bayi.

VIII. Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35. Letakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,

untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso

kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta

tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di

atas.

a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota

keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros

50
jalan lahir (tetapi lakukan tekanan dorso-kranial)

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM

2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5) Jika plasenta belum lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau

bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual

38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta sehingga selaput ketuban

terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan.Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT

atau steril untuk melakukan eksporasi sisa selaput kemudian gunakan

jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian

selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

teraba keras)Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik masase

51
IX. Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan

sselaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta kedalam

kantung plastik atau tempat khusus.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan

yang menimbulakan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

karutan klori 0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung

tangan tersebut dengan airdesinfektan tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering

44. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dan biarkan bayi tetap melakukan

kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini

dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung

sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah

barhasil menyusu

c. Setelah 1 jam pemberian vit K1, lakukan pemeriksaan fisik bayi

baru lahir, beri antibiotik salep pencegahan, vitamin K1 1 mg IM di

52
paha kiri anterolateral

45. Lakukan pemeriksaan fisik BBL

46. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

a. Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa

disusukan

b. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil

menyusu di dalam datu jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu.

Evaluasi

47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per

Vaginam

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c. Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang

sesuai untuk menatalaksana atonia uteri

48. Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

Kontraksi

49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama

jam kedua pasca persalinan

53
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam

pertama pasca persalinan

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

51. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk memastikan

bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit) serta suhu tubuh

normal (36,5 – 37,5 0C)

a. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan

segera menurujuk ke rumah sakit

b. Jika bayi napas cepat, segera rujuk ke rumah sakit

c. Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembaikan

bayi kulit ke kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan

satu selimut.

Kebersihan dan keamanan

52. Mengevaluasi perdarahan yang terjadi

53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

Sesuai

55. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih

dan kering.

56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

54
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya.

57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %.

58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikan

bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital

dan asuhan kala IV.

4. Partograf

Partograf adalah alat bantu unyuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membantu keputusan klinik.

Petugas harus mencatat kondisi ibu dan bayi sebagai berikut

a. Denyut jantung janin, diperiksa setiap 30 menit

b. Warna dan adanya air ketuban

1) U : Selaput ketuban utuh (belum pecah)

2) J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketubanjernih

3) M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

4) D :Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

5) K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi.

c. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)

55
1) 0 :tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat

dipalpasi

2) 1 :tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

3) 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat

Dipisahkan

3) 3 :tulang- tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan.

d. Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam dan diberikan tanda

silang (x)

e. Penurunan bagian erbawah janin: Tulisan “Turunnya kepala”dan garis

tidak putus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan

serviks. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.

f. Waktu : menyatakan beberapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien

diterima.

g. Jam : catat jam sesungguhnya

h. Kontraksi uterus : Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam

sela fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif, Nilai frekuensi dan

lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi, Catat lamanya

kontraksi menggunakan lambang yang sesuai.

- : Kurang dari 20 detik

- : Antara 20 dan 40 detik

- : Lebih dari 40 detik

56
i. Oksitosin tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan setiap 30

menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan

dalam satuan tetesan per menit.

j. Obat yang diberikan. Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan

cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

k. Nadi catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (•)

l. Tekanan darah. Catat setiap 4 jam dan beri tanda panah

m. Suhu badan. Catat setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak

yang sesuai.

n. Protein, aseton, dan volume urin. catat setiap kali ibu berkemih. Jika

temuan-temuan melintasi ke arah kanan dari garis waspada, petugas

kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan

segera mencari rujukan yang tepat.

Kemajuan pada kondisi janin

a. Jika didapati DJJ tidak normal (<100 atau >180 denyut permenit) curigai

adanya gawat janin

b. Posisi atau persentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi

sempurna digolongkan kedalam mal posisi dan malpersentasi

c. Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama,

tangani penyebab tersebut

Kemajuan pada kondisi ibu

Lakukan penilaian tanda-tanda kegawat daruratan pada ibu

a. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan

57
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV

dan berikan analgesia secukupnya.

b. Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan

c. Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang

segera berikan dekstrose IV. ( Eka Puspita Sari Am, Keb 2014)

C. NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian Neonatus dan bayi baru lahir

Bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram sampai dengan

4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Bayi baru

lahir dengan usia 0 – 7 hari disebut neonatus dini, sedangkan 0 – 28 hari

disebut neonatus lanjut. (Eka Puspita sari, Am.Keb 2014)

2. Perubahan fisik pada Neonatus

Adaptasi / perubahan fisiologi pada neonatus

a. Perubahan sistem pernapasan / respirasi

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus

melalui paru-paru.

1) Perkembangan paru – paru

Paru – paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari

pharynk yang bercabang kembali membentukstruktur percabangan

bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai

jumlah bronkus dan alveolus sepenuhnya berkembang, walupun janin

58
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru –

paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum

usia 24 mingu.

2) Awal adanya napas

faktor – faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :

a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak

b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru

paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam

paru – paru secara mekanis.

c. Penimbunan karbondioksida (CO2), setelah bayi lahir kadar CO2

meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.

d. Perubahan suhu, keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

3) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

a. Mengeluarkan cairan dalam paru – paru

b. Mengembangkan jaringan alveolus paru – paru untuk pertama kali.

4) Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru – parinya.

5) Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi

Kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat

penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.

59
b. Perubahan pada sistem peredaran darah

Setelah lahir darah BBL haru melewati paru untuk mengambil

oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan

oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar

rahim harus terjadi 2 prubahan besar :

1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

2) Perubahan duktus arteriousus antara paru – paru dan aorta.

c. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnnya,

sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan

dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu

dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada

lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil

merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas

tubunhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini meruapakan hasil

penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami

hipoglikemia, hopiksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan

kehingan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk

meminimalkan kehilangan panas pada BBL .

d. Metabolisme Glikosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat

60
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar gluosa darahnnya

sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam

waktu cepat ( 1 – 2 jam ).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. melalui penggunaan ASI

b. melalui penggunaan cadangan glikogen

c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak

e. Perubahan sistem gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan

mencerna makanan selain susu masih terbatas. Hubungan antara esofagus

bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh

pada BBL, kapasitas lambung masih terbatas kurang daro 30 cc untuk

BBL cukup bulan.

f. Sistem kekebalan tubuh / imun

Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infkesi dan alergi.

Berikut adalah beberapa contoh kekebalan alami :

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

61
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel

darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi

pada BBL sel – sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut

belum mampu melokalisasikan dan memerangai infeksi secara efisien.

(Eka Puspita sari.Am.keb 2014)

Tanda – Tanda Bayi Baru Lahir Normal (Kemenkes 2010)

a. Frekuensi napas 40-60 per menit

b. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali menit

c. Suhu badan bayi 36,5 – 37,5⁰c

d. Berat badan bayi 2500 – 4000 gram

e. Umur kehamilan 37 – 40 mg

f. Gerakan aktif dan warna kulit kemerahan

g. Panjang lahir 48 – 52 cm

h. Kepala normal 33 – 52

3. Asuhan Kebidanan pada BBL

a. penilaian

apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan?. Apakah

bayi bergerak dengan aktif/lemas?. Apakah warna kulit bayi merah

muda, pucat/ biru?. Ketiga hal di atas dilakukan secara cepat, dan tepat

guna melanjutkan pemberian asuhan bayi baru lahir selanjutnya.

b. membersihkan jalan nafas

1) sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk

di ats perut ibu

62
2) bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan

kering/kassa.

3) periksa ulang pernafasan.

4) bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik pertama setelah

lahir.

c. Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat yang benar dapat mengurangi insiden

infeksi pada neonatus. Yang terpenting dalam perawatn tali pusat adalah

menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih.

1. celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam

clorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.

2. bilas tangan dengan air matang/DTT

3. keringkan tangan (bersarung tangan)

4. Letakkan bayi yang terbungkus di atas permukaan yang bersih dan

Hangat

5. ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan

benang DTT. Lakukan simpul kunci/jepitkan

6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling

ujung tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci

dibagian TP pada sisi yang berlawanan

7. Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam larutan clorin 0,5%

8. selimuti bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian

kepala bayi tertutup

63
d. Inisiasi menyusui dini dan pemberian nutri

Segera setelah dilahirkan bayi diletakkan di dada atau perut

atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada

bayi untuk mencari dan menemukan putting ibunya manfaat IMD adalah

membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikeun suhu tubuh, menjaga

kolonisasi kuman yang aman, dan mencegah infeksi nosomial.

Keuntungan pemberian ASI:

1. merangsang produksi air susu ibu

2. memperkuat reflek menghisap bayi

3. mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya

4. memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum

5. merangsang kontraksi uterus

e. pencegahan hipotermi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap

suhu badanya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

1) Mekanisme kehilangan panas

Kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dapat terjadi melalui

mekanisme sebagai berikut:

a. Evaporasi

Yaitu kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi

yang basah. Missal : BBL harus langsung dikeringkan seluruhnya,

termasuk kepala dan rambut,sesegera mungkin setelah dilahirkan.

64
b. Konduksi

Yaitu melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit

bayi. Missal : meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya

lebih rendah dari tubuh bayi.

c. Konveksi

Yaitu pendinginan melalui aliran udara di sekitar. Missal :

Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka,Kipas angin dan AC

yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi.

d. Radiasi

Yaitu melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak

secara langsung dengan kulit bayi. Missal: jendela pada musim dingin

maka dari itu bayi harus diselimuti.

2) Upaya untuk mencegah kehilangan panas

Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi yaitu :

a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

b. Letakkan bayi didada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

c. Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi di kepala bayi

d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi

e. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

f. Bayi jangan di bedong terlalu ketat (JNPK-KR, 2014)

65
f. Pemberian imunisasi awal

Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, imunisasi

Hepatitis B (HB0) harus dilakukan. Pemberian layanan kesehatan

tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah

lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.

Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1

mg IM dipaha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi

vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

g. Pemberian salep mata

Pemberian antibiotik profilaksis pada mata dapat mencegah

terjadinya konjungtivis. Konjungtivis pada bayi baru lahir sering terjadi

terutama pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual.

Konjungtivis ini muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran.

Profilaksis mata yang sering digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1%

salep mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin.

Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir

a. Pernafasan, sulit atau > 60 x/mnt

b. Kehangatan terlalu panas/dingin (> 380 C atau < 360 C)

c. Warna kulit, kuning (terutama pada 24 jam pertama, biru atau pucat,

memar)

d. Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah

e. Tali pusat, merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah

66
f. Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah, bau

busuk, pernafasan sulit)

g. Tinja/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau

tua, ada lendir atau darah pada tinja

h. Aktifitas : menggigil atau menangis tidak seperti biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus,

tidak bisa tenang, menangis terus menerus . Cari pertolongan medis

segera jika timbul hal tersebut diatas. (Eka Puspita Sari Am.keb 2014)

Refleks Pada Bayi Baru Lahir

a. Refleks-refleks yang biasanya ditemukan pada bayi baru lahir adalah

sebagai berikut : Refleks moro. Refleks moro adalah suatu respon

tiba-tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau

gerakan yang mengejutkan.

b. Refleks menggenggam telapak tangan (palmar graps refleks)

Grasping refleks adalh refleks gerakan jari-jari tangan mencrengkram

benda-benda yang disentuhkan ke bayi.

c. Refleks tonik leher ( tonick neck)

Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan

akan menghilang pada sekitar usia 5 bulan.

d. Refleks mengisap dan “Rooting”

Refleks menghisap adalah terjadi ketika pipi bayi diusap(dibelai) atau

disentuh bagian pinggir mulutnya.

67
e. Refleks menelan

Refleks menelan adalah refleks gerakan menelan benda-benda yang di

dekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukan makanan yang

ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman.

f. Refleks babinski

Refleks babinski di timbulkan pada telapak kaki, mulai pada tumit,

gores sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari

sepanjang telapak kaki.

g. Refleks berjalan dan melangkah

Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan

telapak kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut

akan melihat refleks berjalan , yaitu gerakan kaki seperti melangkah

kedepan.

Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Tabel 2.9

Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Vaksin Pemberian Interval Umur Keterangan


BCG 1x - 0 – 11 bulan Minimal 1 kali
DPT 3x 4 minggu 2 _ 11 bulan 4 minggu

minimal
POLIO 4x 4 minggu 0 -11 bulan 4 minggu

minimal
Campak 1x - 9 – 11 bulan Lengkapi

sebelum umur

1 tahun
HB 3x 1 dan 6 bulan 0 – 11 bulan -

68
dari suntikan

pertama

D. NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah mulai setelah partus selesai,

dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh otot genetalia

baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.

(Reni Yuli Astutik, SST.,M.Kes 2015)

Tahap masa nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Puerpurium dini

Adalah masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berjalan. Pada masa tidak dianggap perlu lagi menahan ibu setelah persalinan

ditempat tidurnya selama 7 – 14 hari hari setelah persalinan. Ibu nifas sudah

diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 – 48 jam setelah persalinan.

Keuntungan dari puerpurium dini adalah ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal

usus dan kandung kemih lebih baik, ibu dapat segera belajar merawat bayinya.

b. Puerpurium intermedia

Adalah kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia eksterna dan iterna yang

lamanya 6 – 8 minggu. Alat genetalia tersebut meliputi uterus, bekas

implantasi plasenta, luka jalan lahir, cervik, rndometrium dan ligamen ligamen.

69
c. Remote puerpurium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna keutamaan

bagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai komplikasi. Waktu sehat

sempurna bisa berminggu – minggu, berbulan – bulan dan tahunan. (Reni Yuli

Astuti, SST.,M.Kes 2015)

Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas

Rubin melihat beberapa faktor aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu

a. Taking In Period

Periode ini terjadi 1-2 hari setelah melahirkan, ibu baru pada umumnya

pasif dan tergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya ibu

lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta

kebutuhan tidur dan nafsu makan menigkat.

b. Taking Hold Period

Periode ini berlangsung pada hari 3-4 post partum, ibu lebih

berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab

sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat

sensitive, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Taking Go

Dialami setelah ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu mulai secara penuh

menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa

kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya. (Maternal dan Neonatal, 2014)

70
Program dan kebijakan teknis masa nifas

1. Kunjungan 1 (6 – 8 jam masa nifas)

a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan

bila perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah perdarahab masa nifas karena atonia

uteri.

d. Pemberian ASI pada masa awl menjadi ibu

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dan cara mencegahhipotermia

2. Kunjungan 2 (6 hari masa nifas)

a. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda – tanada

penyulit

b.Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat,

Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus, tida ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau

c. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca

persalinan.

d. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.

3. Kunjungan 3 (2 minggu masa nifas)

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus

71
dibawah umbilikus, tida ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau

b. Menilai adanya tanda – tanad demam, infeksi, atau kelainan masa nifas

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tida ada tanda – tanda

penyulit

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, dan

bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

4. Kunjungan 4 (6 minggu masa nifas)

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang di alami atau

bayinya

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini

2. Perubahan fisik dan psikologis pada masa nifas

a. Uterus

Tabel 2.7

Tinggi Fundus Uterus dan berat uterus menurut masa involusinya

Waktu Tinggi Fundus Berat

Uteri
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gr
1 minggu pertengahan pusat 500 gr

simfisis
2 minggu tidak teraba 350 gr
6 minggu Normal 60 gr

b. Lochea

Lochea adalah cairan sikret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Beberapa jenis lokhea yang terdapat pada

72
masa nifas, yaitu :

1) Lochea rubra (Cruenta), berwarna merah karena berisi darah segar dan

sisa – sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks kaseosa,

lanugo, dan mekonium selama 2 hari posca persalinan. Inilah lochea

yang akan keluar selama 2-3 hari post partum

2) Lochea sanguinolenta, berwarna merah, kuning dan berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan,

3) Lochea serosa, adalah lochea berikutnya. Dimulai dengan versi yang

lebih pucat dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan berwarna

merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada

hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan. Lochea alba mengandung

terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.

4) Lochea alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14

kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai

satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih

berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

Lochea mempunyai bau khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini

lebih terasa tercium pada lochea serosa, bau ini juga akan semakin lebih

keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannnya

dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi.lochea dimulai

sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam

pertama setelah melahirkan. Kemudian lochea ini akan berkurang

jumlahnya sebai lochea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi

73
sanguinolenta, serosa dan akhirnya lochea alba. Hal yang biasanya ditemui

pada seorang wanita adalah adanya jumlah lochea yang sedikit pada saat ia

berbaring dan jumlahnya meningkat pada saat ia berdiri. Jumlah rata – rata

pengeluaran lokhea sekitar 240 – 270 ml.

c. Serviks

Perubahan –perubahan pada serviks terjadi setelah bayi lahir, bentuk

serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus

uterus yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks berbentuk semacam cincin.

b. Vagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali.

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti

ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan. Rugae akan

terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke 4. Estrogen setelah melahirkan

akan sangat berperan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan

rugae kembali.

c. Payudara (mamae)

Dengan menurunnya hormon estrogen, progesteron dan human placenta

lactogen hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat berfungsi

membentuk ASI dan mengeluarkannya kedalam alveoli bahkan sampai

duktus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan

refleks yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel

74
yang terdapat disekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan

mengeluarkan ASI kedalam sinus yang disebut”let down refleks”.

Tanda-Tanda Vital

1) Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat

selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.

2) Pernapasan

Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil

pada bulan ke enam setelah melahirkan.

3) Tekanan darah

Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah

melahirkan. Penurunan tekanan darah bisa mengindikasikan adanya

hipovolemia yang berkaitan dengan hemorhagi uterus. Peningkatan sistolik

30 mmHg dan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan

gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklampsia.

d. Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta

dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan

diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma

kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama

setelah kelahiran bayi. Selama masa ini pasien banyak sekali mngeluarkan

urine. Hilangnya pengesteran mengurangi retensi cairan yang melekat,

75
dengan meningkatnya vaskular pada jaringan tersebut selama kehamilan

bersama-sama dengan masa truma setelah persalinan. Pada

pascapersalinan normal kehilangan drah sekitar 200-500 ml sedangkan

pada persalinan SC pengeluarannya dua kali lipat.

Kunjunganmasa nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini

bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,

mendeteksi, serta menangani masalah - masalah yang terjadi.

Tabel 2.8

Kunjungan Masa Nifas

Kunjunga
Waktu Tujuan
n
1 6 - 8 jam  Mencegah perdarahan masa nifas karena

setelah atonia uteri.

persalinan  Mendetekasi dan merawat penyebab lain

perdarahan, rujuk jika perdarahan

berlanjut.

 Memberikan konseling pada ibu atau

keluarga cara mencegah perdarahan nifas

karena atonia uteri.

 Pemberian ASI awal.

 Melakukan hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir.

76
Kunjunga
Waktu Tujuan
n
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia.

 Jika petugas kesehatan menolong

persalinan ia harus tinggal dengan ibu

dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai ibu dan

bayi dalam keadaan stabil.


2 6 hari setelah  Memastikan involusi uterus berjalan

persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

 Menilai adanya tanda – tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal.

 Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan, dan istirahat.

 Memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tidak memperlihatkan tanda – tanda

penyulit.

 Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat, dan merawat

bayi sehari – hari.

77
Kunjunga
Waktu Tujuan
n
3 2 minggu  Sama seperti diatas (6 hari setelah

setelah persalinan)

persalinan

4 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit –

setelah penyulit yang ia atau bayi alami.

persalinan  Memberikan konseling KB secara dini.


(Reni Yuli Astutik, SST.,M.Kes 2015)

Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas

a. Kebutuhan Gizi

1) Kalori

Kebutuhan kalori pada masa menyusui bertambah sekitar 400 – 500

kalori. Pada wanita dewasa memerlukan 1800 kalori/hari. Ibu nifas

sebaiknya tidak mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu

proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

2) Protein

Kebutuhan protein adalh 3 porsi/hari. 1 porsi protein setara dengan 3

gelas susu, dan 2 butir telur, 5 putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas

yoghurt. 120 – 140 gram ikan / daging / unggas, 200 – 240 gram tahu atau

5 – 6 sendok selai kacang. Ibu menyusui memerlukan tambahan 20 gr

protein untuk pertumbuhan dan pengganian sel – sel yang rusak atau mati.

3) Kalsium dan vitamin D

78
Kalsium dan vitamin Dberguna untuk tulang dan gigi. Kalsium dan

vitamin D dapat diperoleh dari susu rendah kalori atau berjemur dipagi

hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5

porsi /hari. Satu porsi setara dengan 50 – 60 gram keju, satu cangkir susu

krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu

kalsium.

4) Magnesium

Dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan

mempekuat tulang. Sumber magnesium adalah gandum dan kacang-

kacangan.

5) Karbohidrat kompleks

Selama menyusui, diperlukan 6 porsi /hari karbohidrat kompleks.

6) DHA

Paling penting untuk perkembangan penglihatan dan mental bayi.

Sumber DHA adalah pada telur, otak, hati dan ikan

7) Lemak
½
Rata – rata kebutuhan lemak dewasa adalah 4 porsi lemak (14 gram

per porsi)

8) Garam

Selama periode masa nifas, sebaiknya menghindari konsumsi garam

berlebihan. Hindari makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau

acar

9) Cairan

79
Pada masa nifas konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum

sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan cairan dapat diperoleh dari air putih,

sari buah, susu dan sup

10) Vitamin

Selama menyusui kebutuhan vitamin meningkat, vitamin yang

diperlukan antara lain vitamin A 200.000 unit sebanyak 2 kali yaitu pada 1

jam setelah melahirkan dan24 jam setelah melahirkan agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI.

11) Zinc (seng)

Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka di pertumbuhan.

Kebutuhan zinc didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam

pencernaan dan metabolisme memerlukan zinc. Kebutuhan zinc setiap hari

sekitar 12 mg. Sumber zinc terdapat pada seafood, hati dan daging.

12) Tablet besi (fe)

Harus diminum selama 40 hari masa nifas ntuk menghindari

terjadinya resikoo kurang darah pada masa nifas.

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan untuk selekas

mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian ambulasi dini tidak

mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang

80
abnormal, tidak mempunyai penyembuhan luka episiotomi dan tidak

memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps uteri dan retro fleksi.

Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia,

jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang masih membutuhkan

istirahat.

c. Eliminasi

Dalam enam jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat

buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka

dapat mengakibatkan kesulitan dalam organ perkemihan, misalnya infeksi.

Biasanya pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit

pada luka jalan lahir. Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa

kencing sesegera mungkin setelah melahirkan akan mengurangi

komplikasi post partum. Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia

pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air

kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang melahirkan bayinya.

d. Kebersihan Diri

Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu

post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi

keaktifan ibu untuk melakukan personal hygine secara mandiri. Pada tahap

awal bidan dapat melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu.

e. Istirahat

81
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya, Keluarga

disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat

yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti.

f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam

vagina tanpa rasa sakit. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk

melakukan hubungan seksual sampai masa tertentu, misalkan setelah 40

hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan tergantung pada pasangan

yang bersangkutan.

g. Senam nifas

untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal sebaiknya latihan

masa nifas dilakukan sejak awal mungkin, dengan catatan ibu menjalani

persalinan dengan normal dengan tidak ada penyulit postpartum.Sebelum

memulai bimbingan cara senam nifas sebaiknya bidan mendiskusikan

terlebih dahulu dengan pasien mengenai pentingnya otot perut dan

panggul, akan mengurangi keluhan sakit punggung yang biasanya dialami

oleh ibu nifas.

Tanda Bahaya Nifas

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

c. Pembengkakan di wajah, tangan dan kaki

82
d. Payudara yang berubah merah, panas dan terasa sakit

e. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami

infeksi

f. Infeksi bakteri

g. Demam, muntah dan nyeri berkemih

h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

i. Kram perut

j. Merasa sangat letih atau napas terengah-engah

k. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. ( Reni Yuli

Astutik, SST.,M.Kes 2015)

E. ASUHAN KEBIDANAN PADA PADA NIFAS ( Termasuk pelayanan KB)

Pada masa nifas ini terjadi perubahan – perubahan fisik maupun psikis

berupa perubahan organ reproduksi, terjadinya proses latktasi, terbentuknya

hubungan antara orang tua dan bayi dengan memberikan dukungan. Atas dasar

tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga dalam

manajemen kebidanan.

1.Tujuan asuhan masa nifas

Adapun tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan screening yang komfrehensif, mendeteksi adanya masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

83
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui ataupun pemberian imunisasi bagi bayi dan

perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana

2. Alat Kontrasepsi

a. Metode Amenore Laktasi (MAL)

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif kepada bayi. Metode ini sangat ekonomis, tidak

perlu biaya dan aman untuk digunakan, namun hanya efektif sampai 6

bulan pertama setelah melahirkan. 

Dan ada 3 syarat yang harus dipenuhi yaitu: Ibu harus menyusui bayi

secara ekslusif (minimal 8x sehari, dengan jarak menyusui lebih kurang

4jam), bayi harus berusia kurang dari 6 bulan, dan ibu harus dalam masa

belum mengalami menstruasi setelah persalinan.  Keuntungan lainnya dari

metode ini adalah dapat meningkatkan proses menyusui dan dapat

meningkatkan ikatan antara ibu dan anak. 

b. Suntikan Progestin

Suntikan dengan bahan yang menyerupai hormon progesteron ini

tidak mengganggu produksi ASI. Terdapat 2 macam suntikan progestin

yaitu: Depo medroksiprogesteron asetat yang diberikan setiap 3 bulan di

daerah bokong dan Depo noretisteron enanatat yabg diberikan setiap 2

bulan.  Beberapa keuntungan dari menggunakan metode kontrasepsi suntik

progestin antara lain dapat mencegah kehamilan jangka panjang, memiliki

84
efek protektif terhadap kanker endometrium dan penyakit jinak payudara. 

Salah satu efek samping yang dapat muncul adalah peningkatan berat

badan dan metode ini tidak boleh digunakan apabila ibu memiliki kanker

payudara. Kesuburan akan kembali lebih lambat setelah berhenti

menggunakan kontrasepsi ini, rata-rata sekitar 4 bulan. Pada ibu yang

menyusui, metode kontrasepsi ini dapat digunakan setelah 6 minggu pasca

persalinan dan cukup aman selama menyusui. Sedangkan pada ibu yang

tidak menyusui maka metode ini dapat digunakan segera setelah

persalinan.

c. Pil mini/ Mini pil

Kontrasepsi pil ini harus dikonsumsi setiap hari dan pada waktu yang

sama, dan apabila lupa satu pil saja maka kegagalan dari metode

kontrasepsi ini menjadi lebih besar. Kesuburan segera kembali jika

pemakaian kontrasepsi ini dihentikan.  Beberapa efek samping yang dapat

muncul adalah jerawat, peningkatan/penurunan berat badan dan gangguan

haid. Kontrasepsi pil aman dan dapat dikonsumsi oleh ibu yang menyusui

setelah 6 minggu pasca persalinan, dan pada ibu yang tidak menyusui

maka pil dapat dikonsumsi segera setelah persalinan.

d. Implan atau Susuk (hormonal)

85
Metode kontrasepsi implan merupakan kapsul batang kecil yang

mengandung hormon progestin, dipasang dibawah kulit dan efektif

selama3 – 5 tahun tergantung dengan jenis implan yang dipasang.

Kontrasepsi ini tidak mengganggu ASI dan pengembalian tingkat

kesuburan sangat cepat setelah pencabutan implan.  Efek samping yang

mungkin dapat muncul adalah perubahan haid bulanan, sakit kepala, nyeri

perut dan rasa tidak nyaman pada payudara. Metode kontrasepsi ini

membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan

implan tersebut maka dari itu, jika ibu ingin menghentikan pemakaian

kontrasepsi ini maka harus pergi ke klinik untuk pencabutan implan.

Waktu pemasangan implan minimal 4 minggu pasca persalinan.

e. IUD Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau lebih dikenal sebagai IUD

merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman, efektif,

penggunaannya bisa digunakan dalam jangka panjang, dan dipasang dalam

rahim untuk menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur

sehingga tidak terjadi pembuahan.  Alat ini terdiri dari bahan plastik

pelietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Tembaga

pada IUD menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik pada sperma

sehingga tidak mampu untuk fertilisasi. 

Idealnya IUD dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir pada

persalinan normal, dan langsung pasang waktu operasi pada persalinan

86
caesar. Untuk pasca persalinan, IUD dipasang antara 10 menit – 48 jam

pasca persalinan atau 4 minggu – 6 minggu (42 hari) setelah melahirkan. 

Pemasangan kontrasepsi IUD lebih dari 48 jam - 4 minggu pasca

persalinan tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan risiko

perforasi dan ekspulsi dari uterus.  Metode kontrasepsi ini memiliki

efektivitas yang tinggi yaitu 99,2 – 99,4%, tidak memiliki efek samping

hormonal, tidak mempengaruhi ASI dan tidak mempengaruhi hubungan

seksual.

f. Kondom

Kondom adalah kontrasepsi yang digunakan oleh

pria,bersifatsementara dan merupakan sarung karet lateks yang dilapisi

pelicin dan dipasang pada penis yang ereksi sehingga sperma tidak

tercurahkan ke dalam saluran reproduksi perempuan.  Selain dapat

mencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penularan infeksi

menular seksual seperti HIV/AIDS. Namun efektifitas dari metode ini

lebih rendah dibanding metode lainnya dengan efektifitas 85%.

g. Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap bersifat permanen dan metode kontrasepsi ini

sebaiknya dipilih apabila memang tidak ingin menginginkan anak lagi.

87
1) Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW)

Adalah metode kontrasepsi mantap bagi wanita yang tidak ingin

lagi dengan cara mengikat dan memotong atau memasang cincin pada tuba

falopi sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum secara

permanen. Idealnya dilakukan 48 jam pasca persalinan atau dapat

dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi caessar. Jika tidak

dilakukan segera maka dapat dikerjakan 1 minggu setelah persalinan.

2) Vasektomi (Metode Operasi Pria/ MOP)

Adalah sebuah prosedur klinik untuk menghentikan

kesuburanpriasecara permanen dengan cara mengoklusi vasa deferensia

dari seorang pria sehingga alur transportasi dari sperma terhambat dan

proses fertilisasi tidak dapat terjadi. Berbeda dengan tubektomi, metode

kontrasepsi ini efektif setelah 20 kali ejakulasi atau 3 bulan.

MANAJEMEN KEBIDANAN

1. PENGERTIAN

Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

88
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

yang berfokus pada klien (Asrinah dkk, 2010)

2. PRINSIP PROSES MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT

MUFDLILLAH (2011) PRINSIP MANAJEMEN KEBIDANAN

SEBAGI BERIKUT :

a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap

dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap

kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan

intepretasi data dasar.

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

bersama klien.

d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat

keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana

individu.

89
g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan kolaborsi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan

selanjutnya.

h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi

darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.

i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan

kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN

Proses Manajemen Kebidanan menurut Varney (2007) terdiri dari 7

Langkah yang secara periodik disaring ulang, proses manajemen ini terdiri

Dari pengumpulan data, antisipasi atau tindakan gawat daruratan, rencana

tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. LANGKAH I (PERTAMA) : PENGUMPULAN DATA DASAR

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan

klien secara lengkap. (Asrinah, 2010)

1) DATA SUBYEKTIF

Merupakan Informasi yang dicatat dan diperoleh dari hasil wawancara

langsung kepada pasien/klien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan.

(Hidayat, 2010)

90
a) Identitas pasien

Identitas ini untuk mengidentifikasi pasien dan menentukan status

Sosial ekonominya yang harus kita ketahui seperti anjuran apa yang akan

Diberikan (Hani, dkk. 2010)

(1) Nama pasien

Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap untuk menghindari adanya

kekeliruan atau untuk membedakan dengan pasien yang lain .

(2) Umur

Umur penting untuk dikaji karena ikut menentukan prognosis

kehamilan. Jika umur terlalu tua atau terlalu muda, maka persalinan lebih

banyak resikonya (Hani, dkk. 2010)

(3) Suku/Bangsa

Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan

merugikan bagi pasien .

(4) Agama

Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan di dalam

melaksanakan asuhan kebidanan.

(5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat pendidikan

Mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.

(6) Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan pasien dan tanggung jawabnya dalam

rumah sehingga dapat mengidentifikasi resiko yang yang berhubungan

91
dengan pekerjaan pasien

(7) Alamat pasien

Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan

mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.

b) Alasan masuk RB/RS :

Adalah alasan yang membuat pasien datang berhubungan dengan

kehamilannya (Saifudin, 2010).

c) Keluhan Utama :

Alasan pasien mengunjungi ke klinik dapat berhubungan dengan

sistem tubuh (Varney, 2009). Pasien mengeluhkan mengeluarkan cairan dari

jalan lahir, berbau khas, belum ada kenceng-kenceng dan belum ada

pengeluaran lendir darah (Nugroho, 2012)

d) Riwayat Kesehatan :

(1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Adalah riwayat kesehatan yang diderita saat ini oleh pasien. Penyakit

menular seperti TBC, hepatitis, Malaria, HIV/AIDS, Penyakit

keturunan seperti jantung, hipertensi, DM, Asma, Alergi Obat (Janah,

2011)

(2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Merupakan riwayat penyulit yang dahulu pernah diderita seperti

Jantung, Hipertensi, DM, Asma, Hepar dan HIV/AIDS .

(3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adalah riwayat kesehatan yang pernah diderita keluarga seperti

92
Jantung, Asma, Hipertensi, DM, Kembar, kanker, penyakit ginjal, TB,

epilepsi (Hani, 2011)

e) Riwayat Perkawinan

Penting untuk dikaji karena akan mendapatkan gambaran mengenai

Suasana rumah tangga pasangan. Nikah berapa kali, status pernikahan

syah/tidak, menikah pada umur berapa tahun, dengan suami umur berapa

tahun, lama pernikahan berapa tahun .

f) Riwayat Obstetri

(1) Riwayat Menstruasi

Data yang diperoleh sebagai gambaran tentang keadaan dasar dari

organ reproduksinya. Menarche (pertama kali haid), siklus (jarak antara

menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya), lamanya

menstruasi, banyaknya darah, bau, warna, konsistensi, ada dismenorhe

dan flour albus atau tidak, keluhan (keluhan yang dirasakan ketika

mengalami menstruasi).

(2) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Tanggal kelahiran, usia kehamilan aterm atau tidak, bentuk persalinan

(spontan, SC, forcep atau vakum), penolong, tempat, masalah obstetri

dalam kehamilan (preeklamsi, ketuban pecah dini, dll ), dalam

persalinan (malpresentasi, drip oksitosin, dll), dalam nifas (perdarahan,

infeksi kandungan, dll), jenis kelamin bayi (laki-laki/perempuan), berat

badan bayi, adakah kelainan kongenital, kondisi anak sekarang

(3) Riwayat Kehamilan Sekarang

93
(a) HPHT : Untuk mengetahui usia kehamilan

(b) HPL : Untuk mengetahui perkiraan kelahiran

(c) ANC (Antenatal Care) : Untuk mengetahui periksa teratur atau

tidak, tempat ANC dimana (Prawirohardjo, 2010). Pergerakan janin

dirasakan pertama kali pada usia kehamilan berapa minggu, dalam

24 jam berapa kali, dalam 10 menit berapa kali, TT berapa kali,

Obat-obat yang di konsumsi selama kehamilan, kebiasaan negatif

ibu terhadap kehamilannya (merokok, narkoba, alkohol, minum

jamu), keluhan.

(4) Riwayat KB

Kontrasepsi yang pernah dipakai, lamanya pemakaian kontrasepsi,

Alasan berhenti, rencana yang akan datang.

g) Pola kebutuhan sehari-hari

(1) Pola Nutrisi

Penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran

bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil

Makanan : Frekuensi, banyaknya, jumlah, pantangan, keluhan.

Minuman : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman, keluhan.

(2) Pola Eliminasi

Untuk memastikan keadaan kesehatan keluarga .Dikaji BAB

Berapa kali/hari, BAK berapa kali /hari, keluhan.

(3) Pola Istirahat

94
Untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika

didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan. Dikaji

tidur siang dan tidur malam berapa jam, keluhan.

(4) Pola Aktivitas

Memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang

dilakukan di rumah. Dikaji pekerjaan dirumah atau pekerjaan yang

dikerjakan sehari-hari.

(5) Personal Hygiene

Data yang mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Dikaji

mandi berapa kali/hari, keramas berapa kali/minggu, ganti baju berapa

kali/hari, ganti celana dalam berapa kali/hari, sikat gigi berapa kali/hari,

potong kuku berapa kali/minggu.

(6) Aktivitas Seksual

Untuk mengetahui keluhan dalam aktivitas seksual yang

mengganggu .Dikaji frekuensi, keluhan.

(7) Psikososial Spiritual

Perlu dikaji untuk kenyamanan psikologis ibu (Sulistyawati, 2012).

Dikaji respon terhadap kehamilan ini senang atau tidak, respon suami

terhadap kehamilan ini mendukung atau tidak, respon keluarga terhadap

kehamilan ini, adat istiadat.

2) DATA OBYEKTIF

Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan

khusus kebidanan, data penunjang yang dilakukan sesuai dengan beratnya

95
masalah.

a) Pemeriksaan umum

Bertujuan untuk menilai keadaan umum pasien, status gizi, tingkat

kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan.

b) Kesadaran Pemeriksaan

yang bertujuan menilai status kesadaran pasien (Hidayat & Uliyah, 2010)

c) Tanda vital sign

(1) Tekanan darah : Untuk menilai sistem kardiovaskuler berkaitan

dengan hipertensi. Hipertensi dalam kehamilan

dengan kenaikan ≥ 140/90 mmHg.

(2) Nadi: Untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai (Takikaedi)

Frekuensi normal 60-90X/ menit

(3) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh pasien normal atau tidak

Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi, Suhu normal adalah

36,5-37,6oC .

(4) Pernafasan : Untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan

Frekuensi normal 16-24X/menit.

(5) Berat Badan : Untuk mengetahui faktor obesitas, selama kehamilan

berat badan naik 9-12 kg .

(6) Tinggi Badan : Untuk menentukan kemungkinan adanya panggul

sempit (terutama pada yang pendek) tinggi badan normal ≥ 145 cm

(7) LILA : Untuk mengetahui adanya faktor kurang gizi bila kurang dari

23,5 cm

96
d) Pemeriksaan fisik

Merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah

kesehatan yang dialami oleh pasien. Berikut pemeriksaan head to

toe (menurut Janah, 2011).

(1) Kepala : Bagaimana bentuk kepala, warna rambut hitam atau tidak

bersih atau tidak, adakah ketombe dan rambut rontok.

(2) Muka : Pucat atau tidak.

(3) Mata : Adakah gangguan penglihatan, konjungtiva anemis atau tidak,

sklera ikterik atau tidak).

(4) Telinga : Bersih atau tidak, adakah gangguan pendengaran, adakah masa

didalam telinga.

(5) Hidung : Bersih atau tidak, adakah pernafasan cuping hidung, adakah

polip.

(6) Mulut dan gigi : Mulut, lidah dan gigi bersih atau tidak, adakah caries

gigi, adakah perdarahan gusi, bibir stomatitis atau tidak.

(7) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid, adakah pembesaran vena

jugularis, adakah pembesaran getah bening.

(8) Dada : Adakah retraksi dada, denyut jantung teratur atau tidak,

adakah whezzing paru-paru.

(9) Ekstremitas atas : Ujung jari pucat atau tidak, turgor ikterik atau tidak

tangan dan kuku bersih atau tidak.

(10) Ekstremitas bawah : Turgor baik atau tidak, adakah oedem, bagaimana

reflek patella.

97
(11) Anus : Adakah varises, adakah tanda chadwick, adakah

hemoroid.

e) Pemeriksaan khusus

(1) Inspeksi

Proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi masalah kesehatan

pasien .

(a) Muka : Adakah oedem, kloasma gravidarum.

(b) Payudara : Bagaimana pembesaran payudara, puting susu menonjol

atau tidak, terjadi hiperpigmentasi aerola atau tidak.

(c) Abdomen : Adakah bekas luka operasi, adakah striae gravidarum,

adakah linea nigra.

(d) Genetalia : Adakah pengeluaran per vagina lendir darah, air ketuban,

darah dll). Pada kasus cairan keluar dari jalan lahir .

(2) Palpasi

Digunakan untuk menentukan besarnya rahim, dengan menentukan usia

kehamilan serta menentukan letak janin dalam rahim .

(a) Payudara : Adakah benjolan abnormal, adakah rasa nyeri, adakah

pengeluaran kolostrum .

(b) Abdomen :

Leopold I : Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan

bagian apa janin yang ada dalam fundus.

Leopold II : Digunakan untuk menetukan letak punggung anak

dan letak bagian kecil pada anak. 55

98
Leopold III : Digunakan untuk menentukan bagian apa yang

terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah

masuk atau belum ke PAP.

Leopold IV : Digunakan untuk menentukan apa yang menjadi

bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke

dalam rongga panggul.

(c) TFU (Tinggi Fundus Uteri)

(d) TBJ (Tafsiran Berat Janin) Jika belum masuk Panggul (TFU-12) X

155 Jika sudah masuk Panggul (TFU-11) X 155 (Janah, 2011).

(3) Auskultasi

Digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali

pusat, bising usus. Dalam keadaan sehat bunyi jantung janin 120

140 X/menit

(4) Pemeriksaan dalam

Untuk mengetahui keadaan vagina, porsio (tebal atau tipis),

pembukaan, ketuban (utuh atau tidak), penurunan kepala (bidang

Hodge berapa), ubun-ubun kecil, dan untuk mendeteksi kesan

panggul. Pada kasus selaput ketuban sudah tidak teraba, dinding

vagina teraba lebih hangat, adanya cairan di sarung tangan .

f) Pemeriksan Penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium

Uji Ferning : dengan hasil positif disebabkan karena pada kaca

objek mikroskop terdapat natrium klorida dan protein dalam

99
cairan amnion.

(2) tes Nitrazin (tes kertas lakmus) merah menjadi biru.

(3) Pemeriksaan USG

Dapat mengidentifikasi pada janin mengenai ukuran,

bentuk dan posisi. Pada kasus untuk pemeriksaan

oligohidramnion atau pengurangan cairan ketuban (Varney,

2009)

B. LANGKAH II (KEDUA) : INTEPRETASI DATA

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

dinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik

(Arsinah, 2010).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan

memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan

Diagnosa : Ny X G...P...A... umur ... tahun, hamil ... minggu, janin ...

hidup intra uteri, letak ... puka/puki, divergen/ konvergen.

Data subjektif

a) Ibu mnengatakan berusia berapa tahun

b) Ibu mengatakan hamil ke .. keguguran ...kali

c) Ibu mengatakan sudah mengeluaran cairan sejak tanggal .. jam ...

d) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya karena ibu belum

100
merasakan kenceng-kenceng

Data objektif

a) TTV (TD, N, S, RR), BB, TB, LILA.

b) Pemeriksaan palpasi abdomen LI, LII, LIII, LIV

c) Tampak cairan keluar dari jalan lahir

d) Pembukaan .... cm

e) Belum merasa kenceng-kenceng

f) Pemeriksaan tes Nitrazin (tes lakmus).

2) Masalah

Adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau kenyataan.

Masalah yang dialami oleh pasien dengan ketuban pecah dini adalah

cemas dan gelisah dalam menghadapi persalinan.

3) Kebutuhan.

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan

Keadaan dan masalahnya.

C. LANGKAH III (KETIGA) : MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSIS

ATAU MASALAH POTENSIAL.

Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan

101
dilakukan pencegahan (Arsinah dkk. 2010). Pada langkah ini penting sekali

untuk melakukan asuhan yang aman

D. LANGKAH IV (KEEMPAT) : MENGIDENTIFIKASI DAN

MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN

PENANGANAN SEGERA

Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan

menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah ditegakkan.

Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan

rujukan.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama

asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama

perempuan tersebut bersama bidan terusmenerus (Arsinah dkk. 2010).

E.LANGKAH V (KELIMA) : MERENCANAKAN ASUHAN YANG

MENYELURUH

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan

secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa yang ada. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi

dari kondisi klien, atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut (Arsinah dkk.

2010). Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini

harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori

yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak

102
dilakukan oleh klien.

F. LANGKAH VI ( KEENAM ) : MELAKSANAKAN PERENCANA

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efiensi dan aman.

Pelaksaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya

sendiri, ia tetap memikul tanggunga jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (Sari, 2012).

G. LANGKAH VII (TUJUH) : EVALUASI

Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang

telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan telah apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan apa yang telah diidentifikasi

dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut bisa dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif

(Arsinah dkk. 2010).

DATA PERKEMBANGAN

Menurut Mufdlilah (2012) Metode SOAP merupakan catatan yang

bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini

merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

a. S (Data Subyektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen

Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh

103
melalui anamnesa. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari

sudut pandangan pasien. Data subyektif ini nantinya akan menguatkan

diagnosis yang akan disusun.

b. O (Data Objektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen

Varney pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.

c. A (Assessment)

A (Analysis/Assessment) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Halen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat

sehingga mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis/masalah kebidanan,

diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan

tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial dan

kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi manurut kewenangan

bidan meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan

merujuk klien.

P (Planning)

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

intepretasi data. Menurut Halen Varney langkah kelima, keenam, dan

ketujuh. Pendokumentasien P dalam SOAP ini adalah pelaksanan asuhan

sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam

104
rangka mengatasi masalah pasien.

Dalam planning juga harus mencantumkan evaluation/evaluasi yaitu

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas

asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan. Untuk mendokumentasikan proses

evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap

mengacu pada metode SOAP.

105

Anda mungkin juga menyukai