Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan data pada Ny.I G4P2A1

Penulis membahas beberapa temuan dalam pengaplikasian asuhan yang


diberikan dengan teori yang ada. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada
Ny.I dimulai dari asuhan masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
Penulis melakukan asuhan secara komprehensif kepada Ny.I yang dilakukan
sejak tanggal 07 November 2022-10 Januari 2023 di Puskesmas Simpenan

Hasil pengumpulan data pada Ny.I didapatkan dengan hasil diagnosis


perdarahan karna sisa plasenta yang disebabkan salah satunya karena faktor
paritas yang Ny.I alami, serta kurangnya asupan nutrisi dan gizi, kurang
mengkonsumsi Tablet Fe, dan kadar Hemoglobin Ny.I yang rendah
menyebabkan Ny.I mengalami anemia sedang dan perdarahan pada
persalinannya.

Data yang didapatkan dengan hasil Ibu mengeluh badan terasa lemas, dan
merasa keluar darah dari jalan lahir. Data Objektif yang didapatkan Keadaan
umum : Baik, Kesadaran : Komposmentis, TD : 90/60 mmHg N : 76 x/menit, R :
21 x/menit, S : 370C. Dilakukan pemeriksaan Abdomen yang didaptkan dengan
Kontraksi uterus : Baik, TFU : 2 jari di bawah pusat, Kandung kemih : Kosong.
Dilakukan pemeriksaan Genitalia dengan hasil keadaan Vulva/vagina : Tidak ada
kelainan, dan Perdarahan : ±300 cc. Pengkajian dilakukan bidan untuk
melakukan pengkumpulan data yang didapatkan secara langung ke masyarakat
baik berupa (data subjektif) dan data yang tidak langsung ke yaitu (data objektif).
Data Subjektif diperoleh dari informasi langsung berupa pernyataan atau keluhan
pasien. Berupa pendokumentasian yang berisikumpulan data klien melalui
anamesa, data yang diperoleh hasil dari bertanya dari pasien, suami, atau
keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat kesehatan, riwayat menarche,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, pola
hidup) (Heryani, 2011). Riwayat kesehatan meliputi dari riwayat penyakit
dahulu, sekarang dan keluarga apakah memiliki penyakit, riwayat obstetri
kehamilan, persalinan nifas yang lalu, riwayat haid awal mulainya haid, lama,
siklus, nyeri atau tidak (Prawirohardjo, 2011). Pengkajian berisi semua informasi
atau keluhan yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali datang ke tenaga
kesehatan, mencakup keluhan utama, riwayat penyakit/ kesehatan, hasil
laboratorium (Handayani, 2012)

153
153
158

4.1.1. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.I mengatakan ini kehamilan


yang keempat. Hari pertama haid terakhir (HPHT) Ny.I pada tanggal 23-
02-2022 dengan siklus haid kurang lebih 28 hari dan tapsiran
persalinannya 30-11-2022. Ibu merasakan gerakan janin sejak usia
kehamilan 5 bulan dan sampai saat pemeriksaan trakhir ibu masih
merasakan gerakanan janin.

Pada masa kehamilan ini Ny.I telah melakukan pemeriksaan 2 kali


di PMB, 3 kali di Posyandu, dan 2 kali di Puskesmas,hal ini sesuai
dengan kebijakan pemerintah dengan standar minimal melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 6 kali. Pengkaji melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik secara head toe toe dan
pemeriksaan laboratorium sederhana, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
dan pemeriksaan fisik secara head toe toe Ny.I dalam keadaan baik,
namun hasil pemeriksaan laboratorium Ny.I hasil HB 8,2 gram %,
dimana ibu mengalami Anemia. Anemia adalah suatu keadaan kurangnya
sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin
sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen
keseluruh jaringan. Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu
kondisi kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III,
atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II . (Pratami
2016). diberikan konseling tentang anemia sedang dan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan ibu. Dalam imunisasi TT ibu sudah
melakukan TT ke 4 dimana usia kehamilan ibu sudah mencapai trimester
III,

Pelayanan asuhan kebidanan pada kehamilan ini sebagian besar


sudah memenuhi standar pelayanan kebidanan, yaitu telah dilakukannya
standar pelayanan minimal antenatal care 14 T (Kemenkes 2018)

4.1.2. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Pada Ny.I kala I berlangsung kurang lebih 5 jam yatu sejak pukul
09:30 WIB – 14.47 WIB. Hal ini masih dalam batas normal. Sesuai
dengan teori, bahwa terjadinya pembukaan atau penipisan pada multipara.

Pada Ny.I kala II berlangsung pada pukul 14:48 – 14:57 WIB


selama 9 menit pada. Observasi penurunan kepala dan kemajuan
persalinan sesuai dengan teori, bahwa kala II kala II persalinan pada
Multigravida 30 menit sampai 1 jam.

Kala III pada pukul 14.58 menyuntikan oksitosin dengan dosis 10


unit diberikan secara Intra Muskular (IM) pada sepertiga bagian atas paha

153
158

kanan bagian luar. Setelah pukul 15.14 plasenta belum lahir di lakukan
penyuntikan oksitosin ke dua pukul 15.15, terdapat tanda-tanda pelepasan
plasenta. Pada pukul 15.17 WIB plasenta lahir dan penolong melakukan
massase fundus uteri. Pada teori menjelaskan bahwa Kala III dimulai
sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta atau uri. Partus kala III disebut
juga kala uri.Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan
volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta.Oleh
karena tempat perlengektan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus (Ina Kuswanti, dkk 2014: 199)

Kala IV dipantau sampai 2 jam post partum yaitu 15 menit pada 1


jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua. Terdapat laserasi derajat 2
yaitu otot perineum, kemudian pengkaji pun menyuntikan anastesi dan
melakukan penjahitan dengan jarum otot, menggunakan benang catgut
secara satu per satu. Pada pukul 16.19 Ny.I mengatakan keluar banyak
darah dari jalan lahir dan Ny.I mengeluh pusing hingga terduduk, hasil
pemeriksaan kontraksi uterus kurang baik dan uterus teraba lembek dan
lunak. Tindakan segera melakukan kolaborasi dengan dokter poned
dengan advice diberikan pemasangan infus RL + oksitosin 20 unit 40
tetes / menit dan dilakukan tindakan eksplorasi, sisa plasneta dikeluarkan
dari cavum uteri, Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi
akibat tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban yang
mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam
uterus sehingga mengakibatkan perdarahan. (Winkjosastro, 2008).
Dilakukan tindakan eksplorasi, Peran Bidan dalam penanganan
perdarahan kala IV sisa plasenta yaitu di Standar 11 : Penatalaksanaan
Aktif Persalinan Kala Tiga, Membantu secara aktif pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian
perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala III. Mencegah
terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta observasi jumlah perdarahan
±50 cc, kontraksi uterus teraba keras dan bundar, mengajarkan Ny.I untuk
melakukan massase fundus uteri.

Pada penanganan kasus Ny.I pendokumentasian adalah dengan 7


langkah varney, SOAP, dan patograf, sehingga tindakan dan observasi
pada kala I,II,III, dan IV dicatat dalam partograf.

4.1.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Selama 6 jam pertama masa nifas pada Ny.I terdapat perdarahan


dikarenakan sisa plasenta, setelah dilakukan tindakan eksplorasi sisa

153
158

plasenta dan dilakukan observasi perdarahan dan kontraksi uterus


keadaan Ny.I perlahan normal. Pada 6 jam pertama ini Ny.I setelah
pemulihan tanda tanda vital, Ny.I mobilisasi dini dengan turun dari
tempat tidur mulai berjalan ke kamar mandi dengan diantar keluarga

Pada kunjungan 6 hari Ny.I tidak mengalami masalah dan gangguan


pada masa nifas hasil dari pemeriksaannya semua dalam batas normal.
Asuhan pada kunjungan ini pun memastikan ASI yang diberikan dan cara
menyusui yang benar serta memberitahu ibu cara perawatan bayi baru
lahir dan asupan ASI.

Pada kunjungan masa nifas 2 minggu, ibu sudah tidak mengeluh


apa – apa, pada pemeriksaan didapatkan dalam batas normal dan tidak
ada yang hal yang menggangu dalam proses masa nifas. Pada kunjungan
ini pun, penulis mulai menjelaskan mengenai alat kontrasepsi yang perlu
direncanakan oleh ibu dan suami. Sehingga pada kunjungan akhir sudah
dapat ditentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan.

Pada kunjungan 6 minggu setelah persalinan, keadaan umum ibu baik


tidak terdapat tanda-tanda bahaya nifas. Pengkaji memastikan untuk
pemilihan KB, Keluarga Berencana (KB) adalah mengatur jumlah anak
sesuai kehendak anda, dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil.
Usaha keluarga berencana (penggunaan kontrasepsi) dapat digunakan
untuk mencapai tujuan ini, misalnya mengurangi primi muda, grande
multi atau mengatur jarak antara dua kehamilan. (Mochtar, 2014). Ny.I
mengatakan bersedia untuk memakai alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan
dengan persetujuan suaminya.

4.1.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir (Neonatus)

Bayi Ny.I lahir pada tanggal 29 November 2022 pada pukul 14:57
WIB lahir spontan, langsung menangis, jenis kelamin laki-laki dengan
berat badan 3400 gram, panjang badan 50 cm, suhu, Denyut Jantung,
respirasi dalam keadaan normal. Bayi baru lahir 1-2 jam. Pada saat lahir
bayi mengalami asfiksia sedang dengan APGAR score pada 1 menit
pertama berjumlah 4, dan pada menit ke 5 berjumlah 8, dilakukan
perawatan bayi baru lahir secara umum yaitu membersihkan jalan nafas,
rangsangan pernapasan dengan menepuk telapak kaki (Wong, 2014),
memotong tali pusat, mempertahankan suhu tubuh, pemenuhan nutrisi
dan pemeriksaan secara keseluruhan, memberikan Vit-K 1 jam setelah
bayi lahir di paha kiri bayi bagian antero lateral secara IM dan memberi
salep mata

153
158

Pada kunjungan 6 hari keadaan bayi baik, tali pusat sudah puput
pada hari ke–5 pada tanggal 04 Desember 2022. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi berjalan normal dimana ditunjukan dengan keadaan
umum baik dan menetek dengan kuat.

Pada kunjungan 2 minggu, keadaan bayi baik. Kondisi bayi dalam


keadaan sehat, bayi terlihat bersih dan terjaga kehangatannya, bayi
menetek kuat dan tidak ditemukan tanda– tanda bahaya bayi baru lahir.

Bayi di berikan BCG dan polio pada usia 4 minggu, sesuai dengan
teori di Buku Kesehatan Ibu dan anak immunisasi BCG dan polio 1
diberikan pada usia bayi 1 bulan.

Pada kunjungan 6 minggu, BB bayi 4400 gram. Keadaan umum


bayi baik dan dalam batas normal. Bayi telah diberikan imunisasi BCG
dan Polio 1. Pada kunjungan tanggal 10 Januari 2023, pengkaji
menganjurkan ibu ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
imunisasi dasar lengkap.

Asuhan kebidanan pada By.Ny I telah memenuhi standar


pelayanan, By.Ny I telah melakukan kunjungan neonatus sebanyak 3 kali
Kunjungan Pada Neonatus, 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam, 1 (satu) kali
pada umur 3-7 hari dan 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari.

4.2 Diagnosis

4.2.1 Kehamilan
Diagnosa G4P2A1 gravida 39 minggu janin tunggal hidup dengan
anemia ringan.
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II . (Pratami 2016).
4.2.2 Persalinan
Dignosa P3A1 kala IV dengan riwayat pendrahan sisa plasenta
Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat
tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban yang mengganggu
kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus sehingga
mengakibatkan perdarahan. (Winkjosastro, 2008).
4.2.3 Nifas
P3A1 Post Partum 6 minggu dengan keadaan umum baik
Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan, mulai dari saat selesai
persalinan sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan ke keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsun sekitar 6 minggu. (Kustini, 2016)
4.2.4 Bayi Baru Lahir

153
158

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 1 Jam keadaan


bayi normal dengan riwayat asfiksia sedang.
APGAR Score Nilai 1-3 asfiksia berat, Nilai 4-6 asfiksia Sedang, Nilai
7-10 asfiksia ringan (normal) (Sudarti dan Fauziah 2013),

4.3 Penatalaksanaan

Asuhan yang dilakukan dalam periode komprehensif ini meliputi


kehamilan, persalinan, nifas dan asuhan pada BBL. Penatalaksanaan yang
dilakukan :

4.3.1 Kehamilan

Pada masa kehamilan ini Ny.I G4P2A1 gravida 39 minggu telah


melakukan pemeriksaan 2 kali di PMB, 3 kali di Posyandu, dan 2 kali di
Puskesmas,hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan standar
minimal melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 6 kali. Pengkaji
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik secara head
toe toe dan pemeriksaan laboratorium sederhana, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik secara head toe toe Ny.I dalam
keadaan baik, telah dilakukan pelayanan asuhan kebidanan pada
kehamilan ini sudah memenuhi standar pelayanan kebidanan, yaitu telah
dilakukannya standar pelayanan minimal antenatal care 14 T (Kemenkes
2018)

Pemeriksaan laboratorium Ny.I hasil HB 8,2 gram %, dimana ibu


mengalami Anemia. Anemia adalah suatu keadaan kurangnya sel darah
merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga
tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh
jaringan. Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi
kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau
kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II . (Pratami
2016). diberikan konseling tentang anemia sedang menjelaskan pada ibu
tentang pentingnya minum FE (tablet tambah darah) beserta petunjuk
minum yaitu diminum dengan air putih sebelum menjelang tidur dan
dengan dosis 1 x 1 tablet, Pemberian tablet Fe (zat besi) minimal
sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap tablet Fe mengandung FeS04
320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Tablet Fe diminum 1x1
tablet perhari,dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe tidak bersamaan
dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan. (Kemenkes,
2018).

153
158

Pelayanan asuhan kebidanan pada kehamilan ini sebagian besar


sudah memenuhi standar pelayanan kebidanan, yaitu telah dilakukannya
standar pelayanan minimal antenatal care 14 T (Kemenkes 2018)

4.3.2 Persalinan

Pada pemeriksaan dalam pertama tanggal 29 November 2022 pukul


09.30 wib yaitu, tidak ditemukan kelainan pada vulva dan vagina,
keadaan portio lunak dan tipis,terdapat pembukaan 2 cm, ketuban masih
utuh, presentase kepala yaitu ubun-ubun, penurunan hodge II, tidak ada
molase dan penumbungan, serta kesan panggul normal. Pada persalinana
kala I yang di tandai dengan adanya his atau kontraksi dimana
mempunyai ciri seperti, pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, his
yang bersifat teratur, interval semakin pendek dan kekuatannya semakin
besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks. Selain his,
persalinan juga ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dari kanalis
servikalis karena terjadi pembukaan dan pengeluaran darah dikarena
kapiler pembuluh darah

Pada Ny.I kala II berlangsung pada pukul 14:48 – 14:57 WIB


selama 9 menit pada. Observasi penurunan kepala dan kemajuan
persalinan sesuai dengan teori, bahwa kala II kala II persalinan pada
Multigravida 30 menit sampai 1 jam. Ibu mengeluh ingin mengedan, dan
terdapat tanda gejala kala II, teori menerangkan bahwa Kala II dimulai
sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, gejala dan tanda kala II
yaitu dimana kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan sering (± 2-3 menit
1 kali) dan timbul rasa mengedan, dimana air ketuban yang keluar
membuat dinding uterus menjadi lebih dekat dengan fetus, sehingga
kekuatan kontrakis lebih intensif untu mendorong keluar fetus, dan juga
vagina yang merengang karena turunnya kepala bayi akan membuat
kotraksi menjadi lebih baik. Tanda dan gejala kala II juga di tandai
dengan adanya pembukaan lengkap
(tidak teraba lagi bibir porsio), ini terjadi karena adanya dorongan bagian
terbawah janin yang masuk kedalam dasar panggul karena kontraksi
uterus yang kuat sehingga porsio membuka secara perlahan, his yang
lebih sering dan kuat (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa mengedan,
karena biasanya dalam hal ini bagian terbawah janin masuk ke dasar
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, Adanya pengeluaran
darah bercampur lendir, di sebabkan oleh adanya robekan serviks yang
meregang, pecahnya kantung ketuban, karena kontraksi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan yang besar antara tekanan di

153
158

dalam uterus dan diluar uterus sehingga kantun ketuban tidak dapat
menahan tekanan isi
uterus akhirnya kantung ketuban pecah, anus membuka, karena bagian
terbawah janin masuk kedasar panggul sehingga menekan rectum dan
rasa buang air besar, hal ini menyebabkan anus membuka, vulva terbuka,
perineum menonjol, karena bagian terbawah janin yang sudah masuk PBP
dan di tambah pula dengan adanya his serta kekuatan mengedan
menyebabkan vulva terbuka dan perineum menonjol, karena perineum
bersifat elastic, bagian terdepan anak kelihatan pada vulva, karena labia
membuka, perineum menonjol menyebabkan bagian terbawah janin
terlihat divulva karena ada his dan tenaga mengedan menyebabkan bagian
terbawah janin dapat dilahirkan (Widia, 2015)

Kala III pada pukul 14.58 menyuntikan oksitosin dengan dosis 10


unit diberikan secara Intra Muskular (IM) pada sepertiga bagian atas paha
kanan bagian luar. Setelah pukul 15.14 plasenta belum lahir di lakukan
penyuntikan oksitosin ke dua pukul 15.15, terdapat tanda-tanda pelepasan
plasenta. Pada pukul 15.17 WIB plasenta lahir dan penolong melakukan
massase fundus uteri.

Penatalaksanaan untuk melahirkan plasenta dengan melakukan


injeksi oxytocin 1 menit pertama setelah bayi lahir untuk merangsang
kontraksi uterus, Plasenta dalam waktu 15 menit belum tampak tanda
lepas dari dinding rahim maka ibu harus diberikan suntikan oxytocin 10
IU, namun 15 menit setelah pemberian oxytocin yang kedua masih belum
juga lahir maka harus dilakukan manual plasenta untuk menghindari
jumlah perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc) (Purwanti, 2017).

Kala IV dipantau sampai 2 jam post partum yaitu 15 menit pada 1


jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua. Terdapat laserasi derajat 2
yaitu otot perineum, kemudian pengkaji pun menyuntikan anastesi dan
melakukan penjahitan dengan jarum otot, menggunakan benang catgut
secara satu per satu. Pada pukul 16.19 Ny.I mengatakan keluar banyak
darah dari jalan lahir dan Ny.I mengeluh pusing hingga terduduk, hasil
pemeriksaan kontraksi uterus kurang baik dan uterus teraba lembek dan
lunak. Tindakan segera melakukan kolaborasi dengan dokter poned
dengan advice diberikan pemasangan infus RL + oksitosin 20 unit 40
tetes / menit dan dilakukan tindakan eksplorasi, sisa plasneta dikeluarkan
dari cavum uteri, Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi
akibat tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban yang
mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam
uterus sehingga mengakibatkan perdarahan. (Winkjosastro, 2008).

153
158

observasi jumlah perdarahan ±50 cc, kontraksi uterus teraba keras dan
bundar, mengajarkan Ny.I untuk melakukan massase fundus uteri.

Perdarahan pascasalin adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi


lahir yang melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu
melahirkan akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500
ml tanpa menyebabkan gangguan homeostasis. Dengan demkian secara
konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat
dikategorikan sebagai perdarahan pascasalin dan perdarahan yang secara
kasat mata mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius
(Siswosudarmo, 2012). Definisi baru mengatakan bahwa setiap
perdarahan yang yang dapat mengganggu homeostasis tubuh atau
mengakibatkan tanda hipovolemia termasuk dalam kategori perdarahan
postpartum. Perdarahan pascasalin dapat terjadi segera setelah janin lahir,
selama pelepasan plasenta atau setelah plasenta lahir. Perdarahan yang
terjadi sebelum dan selama plasenta lahir lebih dikenal sebagai
perdarahan kala III dan perdarahan setelah plasenta lahir sebagai
perdarahan kala IV, dan sering disebut sebagai immediate postpartum
bleeding. Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah plasenta
lahir deikenal dengan perdarahan pascasalin dini (early postpartum
bleeding).

Kemampuan seorang wanita untuk menangulangi akibat buruk


pedarahan tergantung pada status kesehatan sebelumnya, ada tidaknya
anemia, ada tidaknya hemokonsentrasi seperti pada preeklamsia dan ada
tidaknya dehidrasi. Perdarahan sebanyak lebih dari 1/3 volume darah atau
1000 ml harus segera mendapatkan penanganan. Volume darah (dalam
ml) dihitung dengan rumus berat badan (BB) dalam kg dikalikan dengan
angka 80. (Siswosudarmo, 2012).

Penanganan aktif kala tiga (PAKT). Pencegahan yang terbaik


adalah dengan melakukan penanganan aktif kala III persalinan). PAKT
adalah sebuah tindakan (intervensi) yang bertujuan mempercepat lahirnya
plasenta dengan meningkatkan kontraksi uterus sehingga menurunkan
kejadian perdarahan postpartum karena atoni uteri. (Siswosudarmo, 2014)
Tindakan ini meliputi 3 komponen utama yakni (1) pemberian
uterotonika, (2) tarikan tali pusat terkendali dan (3) masase uterus setelah
plasenta lahir. Oksitosin 10 unit disuntikan secara intramuskular segera
setelah bahu depan atau janin lahir seluruhnya. Tarikan tali pusat secara
terkendali (tidak terlalu kuat) dilakukan pada saat uterus berkontraksi
kuat sambil ibu diminta mengejan. Jangan lupa melakukan
counterpressure terhadap uterus untuk menghidari inversi. Never apply

153
158

cord traction (pull) without applying counter traction (push) above the
pubic bone on a wellcontracted uterus. Lakukan masase fundus uteri
segera setalah plasenta lahir sampai uterus berkontraksi kuat, palpasi tiap
15 menit dan yakinkan uterus tidak lembek setelah masase berhenti.

Pada proses persalinan ini Ny.I mengalami perdarahan akibat sisa


plasenta maka bidan melakukan tindakan manual plasenta, hal tersebut
sesuai dengan panduan Penanganan secara umum : jika plasenta terlihat
dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan, jika anda dapat merasakan
plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut, pastikan kandung
kemih sudah kosong. Jika lakukan keteterisasi kandung kemih, jika
plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM. Jika belum dilakukan
pada penanganan aktif kala III. Jangan berikan ergometrin karena dapat
menyebabkan kontraksi uterus yang tonik, yang bisa memperlambat
pengeluaran plasenta. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan uterus teras berkontraksi, lakukan penarikan tali
pusat terkendali, jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah
untuk melakukan pengeluaran plasenta secara manual. Dan pada kasus ini
sesuai dengan advise dokter di lakukan eksplorasi untuk memastikan sisa
plasenta, di dukung dengan pemberian oksigen, antibiotic dan dukungan
secara psikologis.

4.3.3 Nifas

Pada masa nifas keadaan umum ibu baik tidak terdapat tanda-tanda
bahaya nifas. Pengkaji memastikan untuk pemilihan KB, Keluarga
Berencana (KB) adalah mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda, dan
menentukan sendiri kapan anda ingin hamil. Usaha keluarga berencana
(penggunaan kontrasepsi) dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini,
misalnya mengurangi primi muda, grande multi atau mengatur jarak
antara dua kehamilan. (Mochtar, 2014). Ny.I mengatakan bersedia untuk
memakai alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan persetujuan
suaminya.

4.3.4 Bayi Baru Lahir

Bayi Ny.I lahir pada tanggal 29 November 2022 pada pukul 14:57
WIB lahir spontan, langsung menangis, jenis kelamin laki-laki dengan
berat badan 3400 gram, panjang badan 50 cm, suhu, Denyut Jantung,
respirasi dalam keadaan normal. Bayi baru lahir 1-2 jam. Pada saat lahir
bayi mengalami asfiksia sedang dengan APGAR score pada 1 menit
pertama berjumlah 4, dan pada menit ke 5 berjumlah 8, dilakukan
perawatan bayi baru lahir secara umum yaitu membersihkan jalan nafas,

153
158

rangsangan pernapasan dengan menepuk telapak kaki (Wong, 2014),


memotong tali pusat, mempertahankan suhu tubuh, pemenuhan nutrisi
dan pemeriksaan secara keseluruhan, memberikan Vit-K 1 jam setelah
bayi lahir di paha kiri bayi bagian antero lateral secara IM dan memberi
salep mata.

4.4 Peran Bidan

Secara umum makna seorang bidan sebenarnya sudah sejak lama menjadi
pendamping perempuan terutama perempuan yang sedang dalam masa hamil,
bersalin dan nifas, kemudian juga menjadi sahabat bagi bayi baru lahir dan juga
janin. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
Kebidanan yang diakui secara sah dan mempunyai dan memenuhi kualifikasi
yang dipersyaratkan juga memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik
kebidanan di negaranya. Secara umum, tugas seorang bidan yaitu sebagai
tenaga kesehatan profesional yang membantu wanita mulai dari sejak masa
kehamilan hingga melahirkan. Seperti antara lain melakukan pemeriksaan
selama masa kehamilan, termasuk memantau kesehatan fisik dan psikis ibu
hamil. Profesi bidan sudah banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Bidan juga sudah mulai banyak dipercaya untuk membantu persalinan karena
pendampingan mereka yang fokus terhadap individu ibu hamil disertai tindakan
medis yang minimal. Pada kasus ini bidan telah banyak berperan bukan hanya
memberi asuhan deteksi dini dan penanganan awal kegawatdaruratan tapi juga
dalam tugasnya kolaborasi dengan tenaga medis yang lainnya, bidan bisa
membuat keputusan dengan cepat dalam penanganan perdarahan dengan sisa
plasenta.Peran Bidan dalam penanganan perdarahan kala IV sisa plasenta.
Standar Pelayanan Kebidanan Menurut IBI uang lingkup standar kebidanan
meliputi 24 standar yang meliputi standar pelayanan umum, standar pelayanan
antenatal, standar pertolongan persalinan, standar pelayanan nifas dan standar
penanganan kegawatdaruratan.

Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga, Membantu


secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala III,
mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta

153
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

1. Pengumpulan data pada Ny.I G4P2A1 dilakukan secara lengkap dari mulai
data subjektif hingga data objektif pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir;

2. Diagnosis pada Ny.I G4P2A1 adalah perdarahan pada persalinan dengan sisa
plasenta dan diagnosis pada bayi Neonatus Cukup bulan Sesuai Masa
Kehamilan dengan asfiksia sedang di berikan asuhan kebidanan pada bayi
dengan asfiksia sedang yaitu dilakukan perawatan bayi baru lahir secara
umum yaitu membersihkan jalan nafas, rangsangan pernapasan dengan
menepuk telapak kaki (Wong, 2014), memotong tali pusat, mempertahankan
suhu tubuh, pemenuhan nutrisi dan pemeriksaan secara keseluruhan,
memberikan Vit-K 1 jam setelah bayi lahir di paha kiri bayi bagian antero
lateral secara IM dan memberi salep mata;

3. Dilakukan Penatalaksanaan sesuai standar dan sesuai dengan kebutuhan untuk


pertolongan persalinan dengan perdarahan;

4. Bidan memiliki peran penting dalam asuhan komprehensif guna melakukan


deteksi dini kegawat daruratan dan penatalaksanaan awal, Pada kasus ini
bidan telah banyak berperan bukan hanya memberi asuhan deteksi dini dan
penanganan awal kegawatdaruratan tapi juga dalam tugasnya kolaborasi
dengan tenaga medis yang lainnya, bidan bisa membuat keputusan dengan
cepat dalam penanganan perdarahan dengan sisa plasenta.Peran Bidan dalam
penanganan perdarahan kala IV sisa plasenta. Standar Pelayanan Kebidanan
Menurut IBI uang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang
meliputi standar pelayanan umum, standar pelayanan antenatal, standar
pertolongan persalinan, standar pelayanan nifas dan standar penanganan
kegawatdaruratan. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga,
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek kala III, mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio
plasenta

5.2. SARAN

1. Bagi Klien

159
Diharapkan Klien lebih patuh dalam melakukan kunjungan ulang agar
bisa di lakukan deteksi kemungkinan terjadinya kegawat daruratan

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan pada lahan praktek untuk selalu memperhatikan kebutuhan


klien sehingga asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir, sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat meningkatkan
pelayanan asuhan yang akan diberikan pada klien.

159

Anda mungkin juga menyukai