PEMBAHASAN
bertujuan untuk mengetahui antara teori yang terdapat pada BAB II dengan
gambaran kasus nyata pada BAB III, langkah serta alasan mengapa kesenjangan
dapat terjadi. Pembahasan akan digambarkan pada setiap langkah dalam proses
rumah pasien sebanyak 4 kali dan sudah sesuai dengan yang diprogramkan,
jadi total kunjungan kehamilan (ANC) yang dilakukan Ny. “S” yaitu sebanyak
6 kali dan sesuai dengan teori (Rahayu, 2016) yang menyatakan bahwa
melakukan informed consent pada ibu dalam bentuk komunikasi yang baik
juga dilakukan terhadap keluarga Ny.”S” sehingga saat pengumpulan data ibu
Kunjungan pertama, pada pengkajian kasus yaitu pada tanggal 27 Juni 2020,
pukul 09.00 WITA, tempat di Puskesmas Donggo, Kabupaten Bima. Pada saat
melakukan kunjungan
160
161
pada malam hari. Sering BAK merupakan hal yang fisiologis, dimana keluhan
ini akan dirasakan ibu ketika memasuki trimester III dikarenakan bagian
bawah janin mulai membesar, menekan kandung kemih dan menambah beban
2019). Upaya yang diberikan kepada pasien adalah menganjurkan ibu agar
banyak minum pada siang hari, mengurangi minum pada malam hari. KIE
yang diberikan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eva Yulia Safitri,
2015 agar ibu hamil banyak minum pada siang hari dan mengurangi minum
kepadatan tulang.
darahnya. Mengetahui golongan darah itu penting pada masa kehamilan, salah
tubuh dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb)
162
sumber daya manusia. Sebagian besar wanita hamil mengalami anemia yang
kematian bayi baru lahir serta meningkatkan penyakit pada ibu (Melisa dkk,
sebagai salah satu upaya P4K. Pada langkah ini penulis tidak menemukan
berlangsung selama 7 jam, sesuai dengan teori kala I fase laten dimulai sejak
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Proses persalinan Kala II pada
Ny. “S” berlangsung selama 1 jam sesuai dengan teori bahwa proses
163
keadaan kandung kemih dan jumlah perdarahan selama dua jam pertama
(JNPK-KR, 2017). Pada kasus Ny.”S”, kala III berlangsung selama 10 menit
tanpa penyulit apapun, plasenta lahir lengkap dan dilakukan masasse uterus
segera setelah plasenta lahir untuk mencegah atonia uteri. Tedapat laserasi
dan keadaan umum ibu dalam batas normal, uterus teraba keras, kandung
kemih kosong, tingggi fundus uteri 1 jari bawah pusat, perdarahan 150 ml.
Setelah 6 jam post partum ibu sudah melakukan mobilisasi dini, diberi makan
dan minum serta diberikan vitamin A, obat-obatan (Amoxicilin 500 Mg, Asam
lahir dan kebutuhan istrahat selama masa nifas. Pada langkah ini penulis tidak
Penulis melakukan pengkajian pada Bayi Baru Lahir, dimana bayi lahir
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan tidak ditemukan masalah setelah dilakukan
dan pemeriksaan fisik secara lengkap terhadap bayi baru lahir dan didapatkan
hasil berat badan bayi 2900 gram, hal tersebut menunjukkan bahwa berat
badan bayi Ny. S termasuk normal, sesuai dengan ciri-ciri bayi baru lahir
cm), LILA (11 cm), tidak ada cacat bawaan/ kelainan kongenital serta
diberikan suntikan Vitamin K dan salep mata (Chloramphecole 1%). Bayi Ny.
berguna untuk mencegah penularan infekasi dari ibu ke bayi. Sesuai dengan
teori, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata. Pemberian obat mata
infeksi (Kemenkes, 2014). Bayi Ny. S diberikan imunisasi HB-0 yang pertama
kali pada 1/3 paha kanan secara IM dengan dosis 0,5 cc. imunisasi HB-0
penularan ibu-bayi. Dalam buku kesehatan ibu dan anak (2016), yang
menyatakan bahwa pemberian imunisasi HB-0 adalah saat bayi berusia 0-7
hari.
Ny.”S” seperti sulit bernapas atau nafas lebih dari 60 x/menit, suhu terlalu
tinggi (>38˚C) atau terlalu dingin (< 36˚C), kulit bayi kuning (terutama 24 jam
pertama), biru, pucat atau memar, hisapan saat menyusui baik, rewel, muntah,
2-6 jam ,kunjungan nifas hari ke-2 ,kunjungan nifas hari ke-6 dan kunjungan
nifas hari ke-14Selama masa nifas lochea normal, Rubra berwarna merah
terang sampai dengan merah tua yang mengandung desidua cairan ini berupa
cairan yang bercampur darah, sisa-sisa selaput ketuban, berbau amis dan
terjadi pada hari ke 1-3 setelah persalinan (Maryunani, dkk, 2015). Proses
laktasi berjalan dengan baik tidak terjadi pembengkakan pada payudara ibu.
Segera setelah lahir, penulis menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja
tanpa makanan atau minuman tambahan apapun pada bayi. Penulis juga
memberikan pujian pada ibu karena hingga pada kunjungan nifas hari ke-14
ibu masih tetap memberikan ASI kepada bayinya dan bertekad akan
(Handayani, 2014) dan perawatan tali pusat bayi baru lahir sesuai dengan teori
membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat
Laktasi (MAL) sampai bayinya berusia 6 bulan atau setelah selesai ASI
susu ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa memberikan
menganjurkan ibu untuk memilih alat kontrasepsi lain setelah bayi berusia