Anda di halaman 1dari 11

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Kebidanan (maternity care) dalam suatu negara dapat dinilai

baik atau buruknya dilihat dari jumlah kematian maternal (Maternal Mortality).

Kematian maternal ialah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari

sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun terlepas dari tuanya

kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab

kematian ini dapat dibagi dalam dua golongan yakni yang langsung disebabkan

oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas dan sebab yang

lain seperti penyakit jantung, kanker dan sebagainya (associated causes). Angka

kematian ibu (AKI) diperhitungkan terhadap 1000 atau 10.000 kelahiran hidup,

kini di beberapa Negara terdapat 100.000 kelahiran hidup (Prawirohardjo,

2014).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu (15-49) per

100.000 perempuan per tahun, sedangkan kematian bayi menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah kematian yang terjadi dibawah usia 1 tahun per 1000

kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) senantiasa menjadi indikator keberhasilan disektor

pembangunan dibidang kesehatan. Masalah kesehatan di Indonesia paling utama

disebabkan oleh tingginya AKI dan AKB yang merupakan masalah krusial di

Indonesia karena masalah tersebut merupakan salah satu indikator


2

kesejahteraan suatu bangsa. Kematian ibu melahirkan masih merupakan

masalah utama di Indonesia yang hingga saat ini masih sulit diatasi (Zuliyanti,

2018).

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals

(SDGs), menargetkan AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2030. Untuk mencapai target tersebut diperlukan kerja keras, terlebih jika

dibandingkan dengan beberapa Negara ASEAN, AKI di Indonesia relatif masih

sangat tinggi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara-negara ASEAN rata-rata

sebesar 40-60 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan AKI di Singapura sebesar

2-3 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2018).

Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu

perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan infeksi namun, proporsi

ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi

cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin

meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010

disebabkan oleh HDK (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Sementara Di

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kematian ibu disebabkan oleh Hipertensi

Dalam Kehamilan (HDK), perdarahan, gangguan sistem peredaran darah

(Jantung, stroke, dll), infeksi, gangguan metabolik (Diabetes Mellitus, dll),

komplikasi dan penyebab lain-lain (Profil Kesehatan Provinsi NTB, 2018).

Berdasarkan laporan dari Kabupaten/Kota, jumlah kasus kematian ibu di

Provinsi NTB selama tahun 2018 adalah 99 kasus, mengalami peningkatan di

bandingkan pada tahun 2017 dengan jumlah kematian ibu 85 kasus (Profil
3

Kesehatan Provinsi NTB, 2018). Pada tahun 2018 kematian bayi di provinsi

NTB yaitu 866, jumlah tersebut 676 kematian atau 78,06% terjadi pada masa

neonatal dengan penyebab kematian terbesar disebabkan oleh Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) dan Asfiksia. (Profil Kesehatan NTB, 2018).

Kematian neonatal berhubungan dengan kondisi ibu saat hamil dan

melahirkan. Provinsi NTB melaksanakan Gerakan AKINO dimana gerakan ini

juga tidak terlepas dari keinginan kuat untuk ikut tercapainya Sustainable

Development Goals (SDGs) yang merupakan kesepakan global yaitu untuk

menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Pada

akhirnya gerakan AKINO di harapkan dapat menjadi salah satu upaya terobosan

yang bermuara pada peningkatan status kesehatan masyarakat (Dikes Provinsi

NTB, 2016).

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak faktor,

diantaranya kualitas perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan Antenatal

Care (ANC) pada pelayanan kesehatan yang maksimal. Disamping faktor

geografis maupun ekonomi, pengetahuan ibu hamil yang minim berkaitan

dengan kehamilannya menjadi masalah tersendiri bagi para tenaga medis dalam

memberikan pelayanan yang menjadi kurang sempurna. Rendahnya kunjungan

pada ANC dapat meningkatkan komplikasi maternal dan neonatal serta

kematian ibu dan anak karena adanya kehamilan beresiko tinggi yang tidak

segera ditangani (Wulandari, 2016).


4

Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 cenderung meningkat. Jika

dibandingkan dengan target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian

Kesehatan tahun 2018 yang sebesar 78%, capaian K4 telah mencapai target

yaitu sebesar 88,03%, kunjungan nifas (KF3) cenderung meningkat dari 17,9%

pada tahun 2008 menjadi 85,92%. Kunjungan Neonatal (KN1) pada tahun 2018

sebesar 97,36% lebih tinggi dari tahun 2017 yaitu sebesar 92,62%, capaian ini

sudah memenuhi target Renstra tahun 2018 yang sebesar 85%. Menurut

BKKBN, KB aktif di antara PUS tahun 2018 sebesar 63,27% hampir sama

dengan tahun sebelumnya sebesar 63,22% dengan target yang ingin dicapai

pada tahun 2019 sebesar 66% (Profil Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Cakupan K1 pada tahun 2018 di NTB hampir seluruh Kabupaten/Kota

telah mencapai target (100%) kecuali di Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota

Mataram. Sedangkan cakupan K4 telah mencapai target (98%), hanya

Kabupaten Lombok Timur dengan capaian 100%. Cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan sebesar 95,57%, kemudian persalinan ditolong oleh tenaga

non kesehatan sekitar 4,43%. Cakupan ini meningkat jika dibandingkan dengan

cakupan tahun 2017 yaitu 94,09%. Kemudian cakupan pelayanan ibu nifas pada

tahun 2018 mencapai 94,19%, pada Kunjungan Neonatal (KN1) tahun 2018

sebesar 99,69% meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar

98,72%. Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3) pada tahun 2018 sebanyak

97,97% capaian tersebut tidak dapat dikatakan meningkat atau menurun jika

dibandingkan capian tahun 2017 sebesar 89,27%, karena pada tahun 2017 Kota

Mataram belum melaporkan capain KN3.


5

Dalam upaya percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi

pemerintah mengadakan program Keluarga Berencana (KB). Pasangan Usia

Subur (PUS) di Provinsi NTB pada tahun 2018 sebanyak 889.406 pasangan.

Peserta KB aktif pada tahun 2018 sebanyak 819.425 orang atau 92,13% dari

jumlah PUS yang ada. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan

jumlah KB aktif pada tahun 2017 yaitu sebanyak 727.036 orang. Peserta KB

Pasca Persalinan pada tahun 2018 adalah 59,43% dari ibu bersalin. Pada peserta

KB aktif dan KB Pasca Persalinan, persentase tertinggi adalah peserta KB

dengan jenis suntik dan terendah adalah peserta KB dengan jenis MOP (Profil

Kesehatan Provinsi NTB, 2018).

Puskesmas Donggo adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten Bima yang

berada di Desa O,o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima dengan angka

kematian ibu yang dilaporkan di Puskesmas Donggo pada tahun 2017 yaitu

sebanyak 3 kasus tahun 2018 6 kasus kematian ibu hidup penyebab langsung

maupun tidak langsung dari kematian ibu di Puskesmas Donggo yaitu

hemogrrarhagic post partum (HPP) primer ,Eklamsia, pneumonia,preeklamsia

berat (PEB) dan leukemia.Penyebabab kematian bayi yaitu Aksfiksia, Prematur,

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),Aspirasi dan Intrauterine Fetal Death (IUFD),

(Puskesmas Donggo,2020)

Upaya penurunan AKI merupakan salah satu target Kementerian

Kesehatan. Beberapa program yang telah dilaksanakan antara lain Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di kabupaten/kota; safe


6

motherhood initiative, program yang memastikan semua perempuan

mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama

kehamilan dan persalinannya (tahun 1990) dan Gerakan Sayang Ibu pada tahun

1996 (Mi’raj, 2017).

Selain itu telah dilakukan penempatan bidan di tingkat desa secara besar-

besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan

bayi baru lahir kepada masyarakat. Upaya lainnya yaitu strategi Making

Pregnancy Safer tahun 2000. Selanjutnya pada tahun 2012 diluncurkan program

Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan

AKI dan neonatal sebesar 25% (Rahmi, 2016).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil auhan

Skebidanan kompherensif pada NY’ S’ di wilayah kerja Puskesmas Donggo.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), neonatus dan KB dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dan

pendokumentasian dalam bentuk SOAP pada Ny. “S” di Puskesmas

Donggo Kabupaten Bima tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a) Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal pada Ny.”S”, umur

23 tahun G1P0A0H0 di wilayah kerja Puskesmas Donggo Kabupaten

Bima tahun 2020.


7

b) Melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan Normal pada Ny. “S”di

wilayah kerja Puskesmas Donggo Kabupaten Bima tahun 2020.

c) Melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Normal pada Ny. “S” umur 23

tahun G1P1A0H0 di wilayah kerja Puskesmas Donggo Kabupaten Bima

tahun 2020.

d) Melakukan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Normal di

wilayah kerja Puskesmas Donggo Kabupaten Bima tahun 2020.

e) Melakukan Asuhan Kebidanan pada Neonatus Cukup Bulan Sesuai

Masa Kehamilan (NCB-SMK) di wilayah kerja Puskesmas Donggo

Kabupaten Bima tahun 2020.

f) Melakukan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (KB) pada Ny. “S”

di wilayah kerja Puskesmas Donggo Kabupaten Bima tahun 2020.

3. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan serta informasi dan sebagai bahan

pembelajaran dalam penerapan proses menajemen kebidanan secara

komprehensif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan/ Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam mempertahankan mutu pelayanan

asuhan kebidanan komprehensif pada klien.

b. Bagi Klien
8

Mendapatkan asuhan kebidanan secara komperhensif di mulai dari

masa kehamilan, bersalin, nifas, BBL, neonatus hingga KB.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Asuhan kebidanan ini dapat memberikan pemahaman bagi

mahasiswa D-III kebidanan Harapan Bunda Bima mengenai

penerapan langsung asuhan kebidanan secara komprehensif

(continuity of care) pada pasien nyata.

d. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan, meningkatkan pemahaman, dan mendapatkan

pengalaman nyata tentang penerapan asuhan kebidanan secara

komperhensif (continuity of care) pada ibu hamil, bersalin, nifas,

BBL, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan

menajemen kebidanan.

4. Gambaran Kasus

Asuhan kebidanan komprehensif pada NY “S” UMUR 23 tahun

dilakukan di rumah pasien di Desa O,o Kecematan Donggo Bima mulai

dari tanggal 27 Juni sampai dengan bulan September tahun 2020. Adapun

rankaian pelaksanaan asuhsan kebidanan komprehensif pada NY. “S” di

mulai dengan pelayanan asuhan kebidanan kehamilan normal dilakukan

sebanyak 3 kali kunjungan, yaitu kunjungan pertama pada tanggal 27 juni

2020 dilakukan di rumah pasien di Desa O,o kecematan Donggo

Kabupaten Bima. Kemudian kunjungan kedua tanggal (05-07-2020), ketiga

(15-07-2020) dilakukan dirumah pasien.Sebelum dilakukukan.


9

]dan pengkajian kasus NY ‘’S” sudah melakukan kunjungan ANC

sebanyak 2 kali di puskesmas Donggo

Selanjutnya dilakukan asuhan kebidanan persalinan normal dimana

proses persalinan NY ‘S’ di ruang bersalin Puskesmas Donggo pada

tanggal 24 juli 2020 dengan jenis persalinan spontan dan ditolong oleh

bidan dilanjutkan dengan pemantauan Bayi baru lahir (BBL) bayi lahir jam

13.25 WITA. Jenis kelamin perempuan APGAR Skor 7-9 .Asuhan kebidan

masa nifas dengan pemantauan 2 jam post partum dan dilanjutkan sampai 6

jam post partum .Selanjutnya dilakukan kunjungan nifas bersamaan dengan

kunjungan neonatus di rumah pasiien sebanyak 3 kali kunjungan nifas hari

ke-2 pada tanggal 26 juli 2020,kunjungan nifas hari ke-6 dilakukan pada

tanggal 30 juli 2020 .Selanjutnya kunjungan nifas hari ke-14 dilakukan

pada tanggal 7 Agustus tahun 2020.

Kemudian yang terakhir dilakukan asuhan kebidanan keluarga

Berencana (KB) di mana berdasarkan hasil diskusi ibu dan suami, ibu

memutuskan untuk menggunakan Metode Aminor Laktasi (MAL) sampai

ibu selesai memberikan ASI Ekslusif pada bayinya berusi 6 bulan. Setelah

itu ibu berencana untuk menggunakan KB suntik 3 bulan. Selama

dilakukan pemberian adsuhan komprehensif NY ‘S” koperatif dan tidak di

temukan adanya masalah .


10

5. Sasaran / Tempat Praktik, dan Waktu Pengambilan Kasus

a. Sasaran

Sasaran asuhan continuity of care ini adalah Ny. “S” Umur 23

tahun yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Donggo -

Kabupaten Bima, dimulai dari asuhan kehamilan, bersalin, nifas, BBL,

neonatus hingga ibu menggunakan metode kontrasepsi (KB) dilakukan

sesuai standar Asuhan Kebidanan.

b. Tempat

Rumah Pasien RT 08 RW O5 di Desa O,o dan Puskesmas Donggo,

Kecamatan Donggo - Kabupaten Bima.

c. Waktu

Asuhan Kebidanan ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

dengan bulan September tahun 2020. Pengkajian kasus dilakukan

dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal:

1) 27 Juni 2020 : Kunjungan pertama bertempat dirumah pasien di

Desa O,o RT 08/RW 05.

2) 5 Juli 2020 : Kunjungan kedua bertempat dirumah pasien di Desa

O,o RT 08/RW 05.

3) 15 Juli 2020 : Kunjungan ketiga bertempat di rumah pasien di

Desa O,o RT 08/RW 05.

4) 24 Juli 2020 : Pertolongan persalinan bertempat di ruang bersalin

Puskesmas Donggo.
11

5) 24 Juli 2020 : Kunjungan nifas 2-6 jam bertempat di Ruang Nifas

Puskesmas Donggo.

6) 26 Juli 2020 : Kunjungan nifas hari ke-2 dan kunjungan neonatus

bertempat di rumah pasien.

7) 30 Juli 2020 : Kunjungan nifas hari ke-6 dan kunjungan neonatus

bertempat di rumah pasien di Desa O,o RT 08/RW 05.

8) 7 Agustus 2020 : Kunjungan nifas hari ke-14 dan kunjungan

neonatus bertempat di Desa O,o RT 08/RW 05.

9) 7 September 2020 : Kunjungan Keluarga Berencana (KB)

bertempat di Puskesmas Donggo

Anda mungkin juga menyukai