Anda di halaman 1dari 69

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri

dari ovulasi (pelepasan ovum), migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi

dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, dan pembentukan

plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2014).Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di

hitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) (Saifuddin, 2014).

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jika di hitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlansung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 99 bulan menurut kelender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimanatrimester

pertama berlansung selama 12 minggu , trimester kedua ber lansung 15

minggu

12
13

(minggu ke-13 hingga ke 27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-

28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2016).

2. Pertumbuhan Fetus Dalam Kandungan

Menurut Prawirohardjo (2016), pertumbuhan janin secara fisiologi

adalah :

a. Perkembangan Konseptus

b. Embrio dan janin

1. Ketidaknyamanan pada Trimester III

a. Odema dependen

Odema dependen atau odema fisiologis yang dialami ibu hamil

trimester III, odema terjadi karena penumpukan mineral natrium yang

bersifat menarik air, sehingga terjadi penumpukan cairan di jaringan. Hal

ini tambah dengan penekanan pembuluh darah besar di perut sebelah

kanan (vena kava) oleh rahim yang membesar, sehingga darah yang

kembali ke jantung berkurang dan menumpuk ditungkai bawah.

Penekanan ini terjadi saat ibu berbaring terlentang atau miring ke kanan

oleh karena itu, ibu hamil trimester 3 disarankan berbaring ke arah kiri.

b. Nokturia

Nokturia atau sering kencing yaitu suatu kondisi pada ibu hamil yang

mengalami peningkatan frekuensi untuk berkemih dimalam hari yang

dapat mengganggu kenyamanan pasien sendiri karena akan terbangun

beberapa kali untuk buang air kecil. Hal ini terjadi karena adanya aliran

balik vena dari ekstermitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring pada
14

posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah

panggul dan vena cava inferior.

c. Konstipasi

Konstipasi atau sembelit pada ibu hamil terjadi akibat penurunan

gerakan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar

ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron. Selain itu, pergeseran dan

tekanan yang terjadi pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian

presentasi juga dapat menyebabkan konstipasi.

d. Sesak napas

Seiring bertambahnya usia kehamilan, uterus mengalami pembesaran

hingga terjadi penekanan diafragma. Selain itu diafragma ini akan

mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan.

e. Nyeri ulu hati

Nyeri ulu hati sangat umum ditemui selama kehamilan terutama

trimester III. Gejalanya berupa rasa terbakar atau nyeri pada area

retrosternum dada, terutama saat sedang berbaring. Jika berkepanjangan,

nyeri ini mungkin merupakan gejala refleks esofagitis akibat regurgitasi isi

lambung yang asam. Pada ibu hamil nyeri uluhati disebabkan oleh

pengaruh berat uterus selama kehamilan yang mengganggu pengosongan

lambung, juga karena pengaruh progesteron yang merelaksasi spingter

esofagus bawah (kardiak). Salah satu penanganannya yaitu menganjurkan

ibu menggunakan bantalan saat tidur, caranya menopang uterus dengan


15

bantal dibawahnya dan sebuah bantal diantara lutut pada waktu berbaring

miring.

f. Kram tungkai

Perbesaran uterus menyebabkan penekanan pada pembuluh darah

panggul, sehingga dapat mengganggu sistem sirkulasi atau sistem saraf,

sementara sistem saraf ini melewati foramen obsturator dalam perjalanan

menuju ekstermitas bagian bawah.

g. Nyeri punggung bawah

Nyeri punggung bawah adalah nyeri punggung yang terjdi pada daerah

lumbosakral atau lumbur (daerah tulang belakang punggung bawah). Nyeri

ini disebabkan oleh berat uterus yang semakin membesar yang

mengakibatkan pergeseran pusat gravitasi mengarah kearah depan, seiring

dengan ukuran perut yang semakin membuncit. Hal ini menyebabkan

postur tubuh ibu berubah dan memberikan penekanan pada punggung.

2. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

a) Muntah terus dan tak mau makan

b) Deman tinggi

c) Bengkak pada kaki, tangan dan wajah, atau sakit sepala di sertai

kecang

d) Janin di rasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya kemudian

air ketuban keluar sebelum waktunya

Masalah lain pada masa kehamilan yaitu :


16

1) Demam mengigil dan berkeringat. Bila ibu berada

di daerah endemis malaria menunjukan adanya

gejalah penyakit malaria

2) Terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan

dan atau gatal-gatal di daerah kemaluan.

3) Batuk lama lebih dari 2 minggu

4) Jantung berdebar debar atau nyeri di dada

5) Diare berulang, sulit tidur dan cemas berlebihan.

3. Standar asuhan kebidanan dalam kehamilan (antenatal care)

Pemeriksaan yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Kunjungan

disingkat menjadi (K). Hal ini berarti minimal dilakukan satu kali kunjungan

pada trimester pertama, satu kali kunjungan pada trimester kedua dan dua kali

kunjungan antenatal pada trimester ke tiga (Manuaba, 2013). Total kunjungan

kehamilan (ANC) menurut teori (Rahayu, 2016) yang menyatakan bahwa

kunjungan hamil paling sedikitnya empat kali dilakukan selama periode

antenatal.

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal careada 10 standar pelayanan

yang dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan. Yang dikenal dengan (10T),

pelayanan asuhan standar minimal (10T) adalah sebagai berikut

(Sulistiyawati, 2012) :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Kenaikan berat badan selama kehamilan memberikan kontribusi

yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Dapat dihitung
17

dengan rumus IMT = Berat Badan (kg)/Tinggi badan (m) 2 . IMT = 42

kg/(1,48)2 = 19,17 kg/m2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa

ibu dalam kondisi normal berdasarkan IMT.’

b. Pemeriksaan tekanan darah

Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi adanya

faktor risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah pada ibu

hamil guna mendeteksi adanya faktor risiko hipertensi (tekanan darah

tinggi) dalam kehamilan (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

c. Nilai status gizi (nilai lengan atas)

Pada pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA) guna penilaian

status gizi ambang batas LILA wanita usia subur dengan risiko KEK di

Indonesia adalah 23,5 cm. Bila <23,5 cm menunjukkan ibu hamil

menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan berisiko melahirkan Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

d. Pemeriksaan puncak rahim (Tinggi Fundus Uteri)

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen

yang mencakup manuver leopold untuk mendeteksi keadaan letak janin.

Tinggi Fundus Uteri (TFU) pada usia kehamilan 32 minggu adalah 29 cm,

usia kehamilan 35 minggu 30 cm, usia kehamilan 37 minggu 29 cm, usia

kehamilan 38 minggu adalah 29 cm, sesuai dengan teori Manuaba (2013).

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mengetahui denyut jantung

janin. Selam pemeriksaan kehamilan denyut jantung janin dalam kondisi


18

normal. Pada kunjungan pertama didapatkan 137 x/menit, kunjungan

kedua 132 x/menit, kunjungan ketiga 133 x/menit dan kunjungan keempat

134 x/menit (Kementerian Kesehatan, 2016).

f. Skrining status imunisasi tetanus dan diberikan imunisasi toksoid

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila nanti

terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.

Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) adalah imunisasi yang diberikan kepada

ibu hamil untuk mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum (TN) (Astuti,

2012). Manfaat dari imunisasi TT dianjurkan untuk mencegah terjadinya

infeksi tetanus neonatorum. Vaksin tetanus pada pemeriksaan antenatal

dapat menurunkan kemungkinan kematian bayi yang baru lahir dari

tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang

terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh

clostrodium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan

menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin dkk, 2008). Ibu hamil harus

mendapatkan penjelasan tentang pentingnya imunisasi TT sebanyak 5 kali

seumur hidup. Setiap ibu hamil yang belum pernah imunisasi TT harus

mendapatkan imunisasi TT paling lambat 2 minggu sebelum melahirkan

(Bartini, 2012). Jarak pemberian imunisasi TT adalah jika seorang ibu

yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan

paling sedikit 2 kali suntikan selama kehamilan yaitu pertama saat

kunjungan antenatal dan kedua pada 4 minggu setelah TT 1. Pemberian


19

TT 1 diberikan pada kujungan awal, TT 2 diberikan 4 minggu setelah 3

tahun dengan lama perlindungan 80%, pemberian TT 3 jarak pemberian 6

bulan setelah TT 2 dengan lama perlindungan 95%, pemberian TT 4

diberikan setelah TT 3 dengan lama perlindungan 10 tahun (99%),

kemudian pemberian TT 5 diberikan setelah TT 4 lama perlindungan 25

tahun/longlife (99%) (Depkes RI, 2007).

g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Tablet besi adalah hasil suplementasi antara zat besi dan asam folat

yang diberikan pada ibu hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi

selama kehamilan (Dinas Kesehatan DIY, 2015).

h. Test laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan penunjang di Laboratorium untuk mengetahui golongan

darah pada masa kehamilan sangat penting untuk dilakukan, salah satunya

bertujuan untuk mengetahui rhesus. Rhesus adalah sistem penggolongan

darah yang hasilnya positif atau negatif setelah mengetahui penggolongan

darah A, B, AB, O (Muniarti, 2016). Seorang wanita yang memiliki rhesus

negatif tidak ditemukan adanya antigen rhesus (faktor Rh) dalam sel darah

merahnya, hal ini menyebabkan terbentuknya antibody bila ibu dan

janinnya memiliki rhesus yang berbeda (Lemone dkk, 2015). Pasangan

yang mengalami perbedaan rhesus akan menciptakan antibody yang

berbeda, rhesus ibu dengan bayinya berbeda maka kemungkinan akan

menyebabkan kematian janin dalam rahim (Sulastri dkk, 2018).


20

i. Tatalaksana kasus

j. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan, pencegahan

komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

B. Konsep Dasar Persalinan

1. Definisi

Persalinan dan kelahiran merupakan proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan. Meskipun persalinan adalah suatu hal

yang fisiologi namun, di dalam menghadapi proses persalinan dimana

terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis (Toddy, 2014).

2. Sebab Mulainya Persalinan

a. Penurunan Kadar Progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Selama

kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan

estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron

menurun sehingga timbul his.

b. Teori Oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocine bertambah, oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim

c. Keregangan Otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila

dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul

kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian juga dengan rahim,


21

maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim

makinrentan.

d. Pengaruh Janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang

peranan oleh karena itu pada anencepalus kehamilan sering lebih lama

dari biasanya.

e. Teori Prostalglandin

Prostalglandin yang dihasilkan oleh deciduas, disangka menjadi

salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan

menunjukkan bahwa prostalglandin F2 yang diberikan secara

intravena, intra dan exstaminal menimbulkan kontraksi myometrium

pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya

kadar prostalglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah

perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

3. Faktor-faktor dalam persalinan (Sondakh, 2013)

a. Power

Power adalah tenaga yang dikeluarkan oleh ibu dalam persalinan

yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan ibu. His

merupakan kontraksi otot-otot rahim yang timbul dari tenaga mengejan

ibu. Tenaga mengejan ibu adalah tenaga dalam proses persalinan

setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah. Jadi power

dalam persalinan sangatlah penting karena akan mempengaruhi yang

lainnya.
22

1) Pembagian His

Menurut fisiologisnya, jenis his ada 4 macam yaitu his

pembukaan, his pelepasan plasenta dan his pengiring (Sondakh,

2013).

(a). His Pembukaan

His yang menimbulkan pembukaan serviks sampai

terjadi pembukaan 10 cm.

(b). His Pengeluaran

His yang mendorong bayi keluar, his ini biasanya disertai

keinginan mengejan, sangat kuat, teratur, simetris dan

terkoordinasi bersama antara his kontraksi perut, kontraksi

diafragma, serta ligament.

(c). His Pelepasan Plasenta

His dengan kontraksi sedang untuk melepaskan dan

melahirkan plasenta.

(d). His Pengiring

Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim

akan terjadi dalam beberapa jam atau hari.

b. Passage

Merupakan jalan lahir yang akan dilalui oleh bayi. Jalan lahir

lunak yaitu meliputi servik, vagina, otot rahim dan jalan lahir keras

yaitu jalan lahir yang berupa tulang yang ada pada daerah panggul.
23

c. Passenger yaitu dari janin, plasenta, dan air ketuban.

4. Tahapan Persalinan

a. Kala I/ Kala Pembukaan

Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan

servik menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala

I dibagi menjadi menjadi 2 fase yaitu;

1) Fase laten yaitu fase pembukaan yang sangat lambat dimulai dari

pembukaan 0-3 cm pembukaan yang membutuhkan waktu kurang

lebih 8 jam.

2) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi

menjadi :

a) Fase Accelerasi (Fase Percepatan) dari pembukaan 3 cm

sampai 4 cm dicapai dalam 2 jam.

b) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm

yang dicapai dalam 2 jam.

c) Fase Deselarisasi (Kurangnya Percepatan) dari pembukaan 9

cm sampai 10 cm selama 2 jam.

b. Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai keluarnya janin.

Proses ini berlangsung 2 jam.

Tanda dan gejala kala II persalinan:

1) Ibu mempunyai dorongan untuk meneran

2) Ibu merasa adanya tekanan pada anus


24

3) Perineum menonjol vulva dan vagina membuka

c. Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10

menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta

pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda

uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas

ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi

perdarahan, melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan

secara crede pada fundus uteri.

Ada 2 metode untuk pelepasan plasenta :

a) Metode schultze

Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta

lahir diikuti oleh pengeluaran darah. Metode yang lebih umum

terjadi, plasenta terlepas dari suatu titik pusat dan merosot ke

vagina melalui lubang dalam kantung amnion, pembukaan fetal

plasenta muncul pada vulva dengan selaput kutuban yang

mengikuti dibelakang seperti paying terbalik saat terkelupas dari

dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat, dan

bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan

retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga

menekan pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan

(Marmi, 2016).
25

b) Metode Mathews Ducan

Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi

perdarahan dan diikuti pelepasan plasenta. Pada metode ini

kemungkinan terjadi bagian selaput ketuban yang tertinggal lebih

besar karena selaput tersebut tidak terkelupas semua selengkap

metode schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan

plasenta letak rendah di dalam uterus. Proses pelepasan

berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak

kerena hanya ada sedikit serta oblik dibagian bawah segmen

(Marmi, 2016).

d. Kala IV

Masa 1 sampai 2 jam setelah plasenta lahir, dilakukan

pemantauan pada ibu setelah proses persalinan.

5. Mekanisme Persalinan

6. Partograf

a. Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan (Sari dan kurnia, 2014).

b. Kegunaan partograf

1) Mencatat kemajuan persalinan

2) Mencatat kondisi ibu dan janin

3) Mancatat asuhan yang diberikan selama persalinan

4) Mendeteksi secara dini penyulit persalinan


26

5) Membuat keputusan klinik cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2015).

Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:

a) Denyut jantung janin, dicatatat setiap satu jam.

b) Air ketuban, dicatat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan vagina, dengan menggunakan kode:

U : selaput Utuh

J : selaput pecah, air ketuban Jernih

M : air ketuban bercampur Mekonium

D : air ketuban bernoda Darah

K : tidak ada cairan ketuban/ Kering

c) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase), dengan

menggunakan kode:

0 : sutura terpisah

1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/

bersesuaian

2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

d) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi

tanda silang (x).

e) Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang

teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis;

catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam.


27

Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada

disimfisis pubis.

f) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah

pasien diterima.

g) Jam dicatat jam sesungguhnya.

h) Kontraksi, Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik:

(1). Kurang dari 20 detik;

(2). Antara 20 dan 40 detik;

(3). Lebih dari 40 detik.

i) Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin

pervolume cairan infus dan dalam tetesan per menit.

j) Obat yang diberikan. Catat semua obat yang diberikan.

k) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik

besar.

l) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak

panah.

m) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam

n) Protein, aseton , dan protein urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.

Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada,

petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu

dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat (Saifuddin, 2014).
28

C. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Definisi

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan

terakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula

(sebelum hamil), masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Periode

postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Islami, 2015).

Menurut Nurjanah, dkk (2013) Masa nifas dibagi dalam 3 tahap,

yaitu puerperium dini (immediate puerperium), puerperium

intermedial(early puerperium) dan remote puerperium (later puerperium).

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana

ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam

Postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana

pemulihan dari organ - organ reproduksi secara menyeluruh selama

kurang lebih 68 minggu.

c. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara

bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu


29

mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,

bulan bahkan tahun.

2. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Perubahan Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015)

a. Sistem Kardiovaskular

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang

mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh

darah kembali ke ukuran semula.

b. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr

b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah

pusat dengan berat uterus 750 gr

c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan

pusat simpisis dangan berat uterus 500gr

d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis dengan berat urterus 350gr

e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan

berat uterus 50 gr.


30

2) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Macam-macam lochea:

Tabel 2.4 Perubahan lochea berdasarkan waktu dan warna Lochea

Warna Waktu Ciri-ciri


Rubra Setelah melahirkan Berisi darah segar dan sisa-sisa
(cruenta) partum selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan meconium
Sanguinolenta 3-7 hari postpartum, Berisi darah dan lendir
berwarna merah
kekuningan
Serosa 7-14 hari postpartum, Cairan serum, jaringan desidua,
merah jambu kemudian leukosit, dan eritrosit.
kuning
Alba 2 minggu postpartum, Cairan berwarna putih seperti
berwarna putih krim terdiri dari leukosit dan
sel-sel desidua
Purulenta Terjadi infeksi Keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
Lochea statis Lochea tidak lancar keluarnya
(Walyani, 2015).

1) Serviks

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri

berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna

serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera

setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari
31

dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun

demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti

sebelum hamil (Rukiyah, dkk, 2011).

2) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar salama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol

(Walyani, 2015).

3) Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis,

yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan

bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya

untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah

melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi

untuk menghambat kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin

(hormone laktogenik). Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf

merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi hormon

oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan),

sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktiferus payudara


32

ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena

isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk

menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).

c. Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi

progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi

terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena

kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek

hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena

adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).

d. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi

karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali

normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung

kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh

adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine

yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan

oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat

berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).

e. Perubahan Tanda-tanda Vital

Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, dkk,

2013).
33

1. Suhu Badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit oo

(37,5 ˚C-38˚C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan

vaskuler danlimfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi

biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya

pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah

karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya

infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau system lain.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per

menit atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut

nadi akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,

harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

3. Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole

dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah

(normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu

melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada

postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa

postpartum.

4. Pernapasan
34

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran

napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa

postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

f. Perubahan Sistem Kardiovaskular

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai

kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada

beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir

minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun, 2016).

3. Kebutuhan Ibu Masa Nifas

Kebutuhan Nutrisi Ibu Nifas adalah sebagai berikut: (Walyani, 2015).

a. Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui

akan meningkat 25%. Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi,

bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh,

kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa

memerlukan 2.200 KK. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama

dengan wanita dewasa +700 KK pada 6 bulan pertama, kemudian +500

KK bulan selanjutnya.

b. Kebutuhan Cairan
35

Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme

tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak

dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama

40 hari postpartum. Minum kapsul Vit. A (200.000 unit).

c. Kebutuhan Ambulasi

Ambulasi Dini (Early Ambulation) adalah kebijakan untuk

selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan

bangun dari tempat tidur selama 24-48 jam post partum. Keuntungan

early ambulation adalah klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih

kuat. Faal usus dan kandung kemih lebih baik, dapat lebih

memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara

anaknya, memandikan, selama ibu masih dalam masa perawatan

(Nurjanah, dkk, 2013).

d. Eliminasi

1) Miksi

Ibu diminta untuk Buang Air Kecil (Miksi) 6 jam postpartum.

Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali

berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.

Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu

menunggu 8 jam untuk kateterisasi (Saleha, 2013).

2) Buang Air Besar


36

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi)

setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB,

maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rectal. Jika

setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka

dilakukan klisna (Huknah) (Saleha, 2013).

e. Personal Hygiene

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,

mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu

tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum

dengan baik dengan menggunakan antiseptik dan selalu diingat bahwa

membersihkan perineum dari arah depan ke belakang (Walyani, 2015).

f. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan (Walyani, 2015).

4. Tanda Bahaya Masa Nifas

Menurut Nurjanah, dkk (2013), tanda-tanda bahaya nifas yaitu:

a. Demam tinggi hingga 38˚C

b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak

(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian


37

pembalut 2 kali dalam setengah jam) disertai gumpalan darah yang

besar-besar dan berbau busuk.

c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung,

serta ulu hati

d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan kabur/masalah pada

penglihatan

e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan

f. Rasa sakit merah atau bengkak dibagian betis atau kaki

g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam

h. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk

menyusui

i. Tubuh lemas dan kerasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih dan

nafas terengah-engah

j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

k. Tidak bisa buang air besar dalam waktu 3 hari atau rasa sakit waktu

buang air kecil

l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya

sendiri.

5. Asuhan Nifas

a. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari perawatan nifas adalah memulihkan kesehatan umum

penderita, mempertahankan kesehatan psikologis, mencegah infeksi dan

komplikasi, memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI),


38

mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa

nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Bahiyatun,

2016).

b. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kunjungan Nifas dilaksanakan paling sedikit empat kali dilakukan

untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi

Tabel 2.5 Jadwal kunjungan masa nifas

Kunjunga Waktu Tujuan

n
1 6-8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atinia uteri.

setelah b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

persalinan bila perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi


2 6 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

setelah berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

persalinan perdarahan abnormal dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

perdarahan abnormal.
39

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istrahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik, dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e. SMemberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan perawatan

bayi.
3 2 minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)

setelah

persalinan
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia alami atau

setelah bayinya

persalinan b. Memberikan konseling KB secara dini

c. Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke

posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan

imunisasi (Bahiyatun, 2016).

D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang memiliki berat badan lahir

antara 2500-4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak ada

kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Rahardjo, 2014). Neonatus

normal adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa
40

gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu

(Mitayani, 2014).

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

(Marmi dan Kukuh, 2012). Ciri – ciri bayi baru lahir adalah:

a. Berat badan 2500 – 4000 gram

b. Panjang badan 48 -52 cm

c. Lingkar dada 30 – 38 cm

d. Lingkar kepala 33 – 35 cm

e. Frekuensi jantung 120 – 160 x/menit

f. Pernafasan 40 – 60 x/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genitalia; perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora. Laki-

laki; testis sudah turun, skrotum sudah ada

k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikejutkan sudah baik

m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik

n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar 24 jam pertama, dan berwarna

hitam kecoklatan.

3. Perubahan Fisiologis pada Bayi Baru Lahir (Rukiyah dan Lia, 2012)

a. Perubahan Sistem Pernapasan

Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi:


41

1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat penafasan di otak.

2) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru

selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-

paru secara mekanis. Upaya pernapasan pertama seorang bayi

berfungsi untuk: mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan

mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama

kali.

b. Perubahan dalam sistem peredaran darah.

Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2

dan mengantarkannya ke jaringan untuk membuat sirkulasi yang baik guna

mendukung kehidupan luar Rahim harus terjadi 2 perubahan besar.

Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.

c. Sistem pengaturan tubuh

1) Pengaturan Suhu

Suhu tubuh lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap

melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu

tanpa mengigil merupakan usaha utama seorang bayi yang

kendinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui

penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Lemak coklat tidak

diproduksi oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan

adanya stress dingin.

2) Mekanisme Kehilangan Panas


42

Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut ini:

a) Evaporasi yaitu pengupan cairan ketuban pada permukaan tubuh

bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan

diselimuti.

b) Konduksi yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan

permukaan yang dingin.

c) Konveksi yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin

(misalnya melalui kipas angin, hembusan udara, atau

pendinginan ruangan).

d) Radiasi yaitu ketika bayi ditempatkan didekat benda-benda

yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

3) Metabolisme glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan dalam jumlah tertentu.

Pada Bayi Baru Lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1

sampai 2 jam). Bayi Baru Lahir (BBL) yang tidak dapat mencerna

makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari

glikogen dalam hal ini bila bayi mempunyai persediaan glikogen

cukup yang disimpan dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara:

a) Melalui penggunaan ASI

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen,

c) Memalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

d. Perubahan Sistem Gastrointestinal


43

Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat

lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan.

Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi.

Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang

berakibat gumoh.

e. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi.

Kekebalan alami yang dimiliki bayi antaranya:

1) Perlidungan oleh kulit membran mukosa

2) Fungsi jaringan saluran nafas

3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung, Kekebalan alami juga

disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh

organisme asing.

Tabel 2.2 Penilaian Bayi Baru Lahir

No Tanda 0 1 2
1 Appearance color Pucat Badan merah, Seluruh badan
(warna kulit) ekstrimitas biru kemerah-merahan
2 Pulse (heart rate) Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
atau frekuensi jantung
3 Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis batuk,
terhadap rangsangan) mimic bersin
4 Activity (tonus otot) Lumpuh Ekstrimitas Gerakan aktif
44

bawah, fleksi
sedikit
5 Respiration (usaha Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat
nafas) teratur

4. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

baru lahir selama satu jam pertama selama kelahiran (Sujianti, 2011) Asuhan

yang diberikan antara lain :

a. Pastikan bayi tetap hangat, dengan memastikan bayi tetap hangat dan

terjadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu, gantilah kain yang basah atau

handuk yang basah dan bungkus dengan selimut yang kering dan bersih.

Selain itu, dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit, apabila

terasa dingin segera periksa suhu aksila bayi.

b. Untuk Perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir dengan obat mata

eritromicin 0,5 % atau tetrasiklin 1% untuk mencegah infeksi mata karena

klamidia.

c. Memberikan identitas pada bayi, dengan memasang alat pengenal bayi

segera setelah lahir. Pada alat pengenal (gelang) tercantum nama bayi atau

ibu, tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin serta unit. Sidik telapak kaki

bayi dan sidik jari ibu harus dicetak dalam catatan yang tidak mudah

hilang. Semua hasil pemeriksaan dimasukkan kedalam rekam medik.

d. Memberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan karena

desifiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Bayi perlu diberikan vitamin K

parental dosis dengan dosis 0,5- 1 mg IM.


45

e. Memberikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI,

perawatan tali pusat dan mengawasi tanda-tanda bahaya (Rukiyah dan Lia,

2012).

f. Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip berikut ini :

1) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)

2) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan

tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.

g. Catat seluruh hasil pemeriksaan, bila terdapat kelainan lakukan rujukan

sesuai pedoman MTBS

h. Berikan ibu nasihat merawat tali pusat dengan benar, yaitu dengan cara:

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat

2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau

bahan apapun ke puntung tali pusat.nasihatkan hal ini juga pada ibu

dan keluarga.

3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan

apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak karena menyebabkan tali

pusat basah atau lembab.

4) Sebelum meninggalkan bayi, lipat popok di bawah puntung tali pusat.

5) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali

pusat mengering dan terlepas sendiri.

6) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan

sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain

bersih.
46

7) Perhatikan tanda- tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar

tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi,

nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

8) Jika tetes mata antibotik profilaksis belum berikan, berikan sebelum 12

jam setelah persalinan

9) Pemulangan bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya

dipulangkan minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan

tidak dijumpai kelainan.

5. Kunjungan ulang

Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir:

a. Pada usia 6- 48 jam (kunjungan neonatal 1).

b. Pada usia 3-7 hari ( kunjungan neonatal 2) dan

c. Pada usia 8-28 hari ( kunjungan neonatal 3)

d. Melakukan pemeriksaan fisik, timbang berat, periksa suhu, dan kebiasaan

makan bayi.

e. Periksa tanda bahaya, tanda bahaya antara lain

1) Tidak mau minum atau memuntahkan semua

2) Kejang

3) Bergerak jika hanya dirangsang

4) Napas cepat (≥ 60 kali/ menit)

5) Napas lambat (< 30 kali/ menit)

6) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat

7) Merintih, teraba demam (> 370 c)


47

8) Teraba dingin (>360 c)

9) Nanah yang banyak di mata

10) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut

11) Diare

12) Tampak kuning pada telapak tangan atau kaki

13) Perdarahan

f. Tanda-tanda infeksi kulit superfisial seperti nanah keluar dari umbilicus

kemerahan disekitar umbilikus, adanya lebih dari 10 pustula di kulit,

pembengkakan, kemerahan, dan pengerasan kulit. Bila terdapat tanda

bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan.

g. Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif, tingkatkan kebersihan, rawat

kulit, mata serta tali pusat dengan baik, ingatkan orang tua untuk

mengurus akte kelahiran, rujuk bayi untuk mendapatkan imunisasi pada

waktunya dan jelaskan kepada orangtua untuk waspada terhadap tanda

bahaya pada bayinya.

E. Konsep Dasar Neonatus

1. Definisi

Neonatus adalah bayi yang bru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rodulph,

2015).

2. Klasifikasi Neonatus

Klasifikasi neonatus menurut Marmi (2015) :

a. Neonatus menurut masa gestasinya

1) Kurang bulan (preterm infan):<259 hari (37 minggu)


48

Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)

2) Lebih bulan (postarm infant) :>294 hari (42 minggu)

b. Neonatus menurut berat lahir :

1) Berat lahir rendah : <2500 gram.

2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.

3) Berat lahir lebih : >4000 gram.

c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan

ukuran berat lahir yang sesuai untuk kehamilan :

4) Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan

5) Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.

3. Asuhan Kebidanan Neonatus

Cara mengkaji nilai APGAR adalah sebagai berikut (Sondakh, Jenny J.S

2013).

a. Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh tubuh bayi

berwarna merah muda (2), apakah warna merah muda, tetapi

ekstrimitasnya biru (1), atau seluruh tubuh bayi pucat atau biru (0).

b. Hitung frekuensi jantung dengan mempalpasi umbilicus atau meraba

bagian apeks 2 jari. Hitung denyutan selama 6 detik, kemudian

dikalikan 10. Tentukan apakah frekuensi jantung >100 (10 denyut atau

lebih pada periode 6 detik kedua) (2), <100 (<10 denyut dalam 6 detik)

(1), atau tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah muda, aktif

dan bernapas cenderung memiliki frekuensi jantung >100.


49

c. Respons bayi terhadap stimulasi juga harus diperiksa, yaitu respon

terhadap rasa haus atau sentuhan. Pada bayi yang sedang resusitasi,

dapat berupa respons terhadap penggunaan kateter oksigen atau

pengisapan. Tentukan apakah bayi menangis sebagai respons terhadap

stimulus (2), apakah bayi mencoba untuk menangis tetapi hanya dapat

merintih (1), atau tidak ada respons sama sekali (0).

d. Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah aktivitas dan

tingkat fleksi ekstrimitas. Adakah gerakan aktif yang menggunakan

fleksi ekstrimitas. Adakah gerakan aktif yang menggunakan fleksi

ekstrimitas yang baik (2), adakah fleksi ekstrimitas (1), atau apakah

bayi lemas (0).

e. Observasi upaya bernapas yang dilakukan bayi. Apakah baik dan kuat,

biasanya dilihat dari tangisan bayi (2), apakah pernapasan bayi lambat

dan tidak teratur (1), atau tidak ada pernapasan sama sekali (0).

F. Konsep Dasar Keluarga Berencana

1. Definisi

Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur

jumlahanak dan jarak anak yang dinginkan. Usaha yang dimaksud

termasuk kontrasepsiatau pencegahan kehamilan dan perencanaan

keluarga. Prinsip dasar metodekontrasepsi adalah mencegah sperma laki-

laki mencapai dan membuahi telurwanita (fertilisasi) atau mencegah telur

yang sudah dibuahi untuk berimplitasi(melekat) dan berkembang didalam

Rahim (Purwoastuti, 2015).


50

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

2014Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

KeluargaBerencana, dan Sistem Informasi Keluarga, yang dimaksud

dengan programKeluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,

melalui promosi, perlindungan, danbantuan sesuai dengan hak reproduksi

untuk mewujudkan keluarga yangberkualitas (Depkes, 2014).

2. Tujuan Program KB

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan

misiprogram KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi

yang kokohbagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk

mencapai keluargaberkualitas tahun 2015.

Tujuan program KB secara filosofis adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluargakecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran danpengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2014).

3. Jenis- jenis KB

Adapun jenis-jenis kontrasepsi adalah sebagai berikut (Handayani, 2014) :

a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

b. Alat Kontrasepsi bawah kulit (AKBK)

c. Suntik 3 bulan
51

d. Suntik 1 bulan

e. Pil

f. Kondom

g. Kalender

h. Metode amenorrhea laktasi

Metode amenorrhea laktasi adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,

artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan

tambahan atau minuman apapun.

1) Efektifitas

Efektifitas metode ini tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan I

pasca persalinan)

2) Keuntungan

a) Segera efektif

b) Tidak mengganggu senggama

c) Tidak ada efek samping secara sistemik

d) Tidak perlu pengawasan medis

e) Tidak perlu obat atau alat

f) Tanpa biaya

3) Keuntungan nonkontrasepsi

Untuk bayi:

a) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibody

perlindungan lewat ASI).


52

b) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh

kembang bayi yang optimal

c) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air,

susu lain atau formula atau alat minum yang dipakai.

Untuk ibu :

a) Mengurangi perdarahan pascapersalinan

b) Mengurangi resiko anemia

c) Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi

4) Kerugian

a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui

b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial

c) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis

B/HBV dan HIV/AIDS

5) Indikasi

a) Ibu yang menyusui secara eksklusif

b) Bayi berumur kurang dari 6 bulan

c) Ibu belum mendapatkan haid sejak melahirkan

6) Kontraindikasi

a) Sudah mendapat haid sejak setelah bersalin

b) Tidak menyusui secara eksklusif

c) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulanBekerja dan terpisah

dari bayi lebih lama dari 6 jam.


53

H .Program P4k ( program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

1. Menteri Kesehatan pada tahun 2007 merencanakan P4K dengan stiker

yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan penurunan angka

kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan

kualitas pelayanan yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun

potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk ikut serta

melakukan persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi

baru lahir. Program P4K merupakan prioritas dalam menurunkan AKI di

Indonesia, hal tersebut didukung oleh surat edaran menteri kesehatan No.

2008 tentang percepatan pelaksaan P4K dengan penempelan stiker

(Depkes RI, 2010). Isi Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Cover

Pada halaman sampul buku KIA/cover buku KIA yang

dicantumkan kolom untuk mengisi nama ibu dan anak. Memudahkan

ibu hamil/ibu balita mencari halaman yang dibutuhkan tenaga

kesehatan mencatat pelayanan dan memberikan KIE. Pada cover kedua

terdapat kolom nama ibu, nama suami, nama anak, alamat rumah dan

nomor telepon/HP yang bisa dihubungi oleh tenaga kesehatan, serta

tercantum peringatan untuk selalu membawa buku KIA setiap kali

mengikuti Posyandu, kelas ibu dan PAUD ( Kemenkes RI, 2017).

b. Penjelasan Umum dan Daftar Isi buku


54

a. Dibaca dan Dimengerti oleh ibu, suami dan anggota keluarga lain,

jangan malu untuk bertanya kepada dokter, bidan, perawat, petugas

kesehatan lain dan kader jika ada hal yang tidak dimengerti

(Kemenkes RI, 2017).

b. Selalu dibawa pada saat ibu hamil, bersalin dan ibu nifas serta anak

berkunjung difasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit,

puskesmas, praktik dokter spesialis, praktik dokter dan praktik

bidan). Pada saat berkunjung ke Posyandu, kelas ibu Hamil, Kelas

Ibu Balita, Pos PAUD dan BKB (Kemenkes RI, 2017).

c. Jangan rusak dan hilang karena, buku KIA berisi informasi dan

catatan penting kesehatn ibu dan anak. Buku KIA juga digunakan

pada jaminan kesehatan sektor kesehatan (Kemenkes RI, 2017).

d. Menjelaskan buku KIA, buku KIA akan dijelaskan oleh tenaga

kesehatan dan kader menjelaskan isi buku KIA kepada ibu dan

keluarga dan meminta untuk menerapkannya (Kemenkes RI,

2017).

c. Ibu hamil

Pada halaman ini terdapat beberapa item yang di isi antara lain

nomor Register Ibu, nomor urut di Kohort Ibu, tanggal menerima

buku KIA, nama dan nomor telepon tenaga kesehatan, identitas

keluarga, alamat rumah dan nama anak (Kemenkes RI, 2017).

Halaman 1 (satu) pada buku KIA berisi tentang pemeriksaan

kehamilan selama ibu hamil yang meliputi pengukuran tinggi badan,


55

pengukuran tekanan darah, pengukuran Lingkar Lengan Atas

(LILA), pengukurn tinggi rahim, penentuan letak janin (presentasi

janin) dan penghitungan denyut jantung janin, penentuan status

imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemeberian tablet tambah darah, tes

laboratorium, konseling atau penjelasan mengenai pencegahan

kelainan bawaan, persalinan dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Nifas,

perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan

imunisasi. Jika ibu hamil mempunyai masalah kesehatan pada saat

hamil tenaga kesehatan akan menatalaksana dan mengobati

(Kemenkes RI, 2017).

Pada halaman 4 (empat) berisi petunjuk tentang prawatan ibu

hamil sehari-hari yang meliputi anjuran makan beragam makanan

secara proporsional dengan pola gizi seimbang dan 1 porsi lebih

banyak daripada sebelum hamil, istrahat yang cukup, menjaga

kebersihan diri, anjuran melakukan hubungan seksual secara aman

pada saat kehamilan dengan menanyakan pada tenaga kesehatan serta

aktivitas fisik yang boleh dilakukan dan juga dilarang untuk dilakukan

oleh ibu selama hamil (Kemenkes RI, 2017).

Persiapan melahirkan di buku KIA dicantumkan pada halaman 7

yang berisi tentang perkiraan tanggal persalinan oleh tenaga

kesehatan pada saat pemeriksaan suami mendampingi istri, persiapan

calon pendonor darah satu atau dua orang untuk satu ibu hamil,

persiapan tabungan atau cadangan untuk biaya persalinan dan biaya


56

lainnya. Suami dan keluarga menyiapkan kendaraan jika sewaktu-

waktu diperlukan, merencanakan persalinan ditolong oleh dokter atau

bidan di fasilitas kesehatan, suami dan keluarga menyepakati amanat

persalinan dalam stiker P4K dan ditempelkan di depan rumah ibu

hamil. Kemudian persiapan KTP, Kartu keluarga, dan keperluan lain

untuk ibu dan bayi yang akan dilahirkan, serta rencanakan ikut

Keluarga Berencana (KB) setelah bersalin (Kemenkes RI, 2017).

Tanda bahaya pada kehamilan dijelaskan pada halaman 8

(delapan), menjelaskan tanda bahaya selama hamil antara lain muntah

terus dan tak mau makan, demam tinggi, bengkak kaki, tangan dan

wajah, atau sakit kepala disertai kejang, janin dirasakn kurang

bergerak dibandingkan sebelumnya, perdarahan pada hamil muda dan

hamil tua, air ketuban pecah sebelum waktunya. Adapun masalah lain

dalam kehamilan yang dicantumkan pada halaman 9 (Sembilan)

antara lain, demam, menggigil dan berkeringat. Bila ibu berada di

daerah endemis malaria, menunjukkan adanya gejala penyakit

malaria, terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan atau

gatal-gatal didaerah kemaluan, batuk lama lebih dari 2 minggu,

jantung berdebar-debar atau nyeri di dada, diare berulang, dan sulit

tidur. Apabila mengalami keluhan yang disebutkan segera bawa ibu

hamil ke puskesmas, rumah sakit, dokter atau bidan, didampingi

suami atau keluarga (Kemenkes RI, 2017).

d. Ibu Bersalin
57

Pada halaman 10 tercantum tanda-tanda persalinan seperti, perut

mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin

lama, keluar lendir bercampur darah atau keluar cairan ketuban dari

jalan lahir. Jika muncul salah satu tanda di atas ini, suami atau

keluarga segera bawa ibu hamil ke fasilitas kesehatan (Kemenkes RI,

2017).

Proses melahirkan atau tanda persalinan tercantum pada halaman

11 (sebelas). Ibu hamil bisa mengetahui tanda bahwa akan bersalin

yang didahui dengan mulas teratur, semakin lama semakin kuat, dan

sering. Pada kehamilan pertama bayi biasanya lahir setelah 12 jam

sejak mules teratur pada kehamilan kedua dan kehamilan berikutnya,

biasanya bayi lahir setelah 8 jam sejak mules teratur. Ibu masih boleh

berajalan, makan dan minum. Selama proses melahirkan ibu sebaiknya

ibu didampingi oleh suami dan keluarga. Jika terasa sakit, tarik napas

panjang lewat hidung, lalu keluarkan lewat mulut (Kemenkes RI,

2017).

Tanda bahaya pada persalinan antara lain perdarahan lewat jalan

lahir, tali pusar atau tangan keluar dari jalan lahir, ibu mengalami

kejang, ibu tidak kuat mengejan, air ketuban keruh dan berbau, ibu

gelisah atau mengalami kesakitan hebat (Kemenkes RI, 2017).

Jika sewaktu persalinan ibu terasa ingin buang air besar beritahu

bidan/dokter. Bidan atau dokter akan mengarahkan / memimpn ibu

mengejan sesuai dengan dorongan rasa ingin mengejan yang timbul.


58

Setelah bayi lahir dan sehat segera lakukan inisiasi menyusu dini

(IMD). Inisiasi Munyusu Dini adalah segera meletakkan bayi di dada

ibu (ada kontak kulit ibu dan kulit ibu sekurang-kurangnya 1 jam

untuk memberikan kesempatan kepada bayi menyusu sesegera

mungkin), IMD merangsang keluarnya ASI, memberi kekebalan pada

bayi serta meningkatkan kekuatan batin antara ibu dan bayinya. IMD

mencegah perdarahan pada ibu (Kemenkes RI, 2017).

Adapun tanda bahaya pada persalinan antara lain, perdarahan

lewat jalan lahir, tali pusar atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu

mengalami kejang, ibu tidak kuat mengejan, air ketuban keruh dan

berbau, ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat. Jika muncul

salah satu tanda yang disebutkan segera rujuk ibu ke rumah sakit

(Kemenkes RI, 2017).

e. Ibu Nifas

Dalam buku kesehatan ibu dan anak tercantum perwatan ibu nifas pada

halaman 13 (tiga belas), meliputi pelayanan kesehatan ibu nifas oleh

bidan dan dokter dilaksanakan minimal tiga kali yaitu:

a. Pertama: 6 jam – 3 hari setelah melahirkan

b. Kedua: hari ke 4- 28 hari setelah melahirkan

c. Ketiga: hari ke 29 – 42 hari setelah melahirkan

Pelayanan ibu nifas ini antara lain, menanyakan kondisi ibu

nifas secara umum, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan lochia

dan perdarahan, pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi,


59

pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri, pemeriksaan

payudara dan anjuran pemberian pemberian ASI eksklusif,

pemberian vitamin A, pelayanan kontrasepsi pasca persalinan,

konseling, tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan

komplikasi dan memberikan nasihat pada ibu untuk mengkonsumsi

makanan beraneka ragam yang menandung karbohidrat,protein

hewani dan protein nabati, sayur, dan buah-buahan, kebutuhan air

minum pada ibu menyusui pada 6 bulan kedua adalah 14 gelas

sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari.

Menjaga kebersihan semala nifas sangatlah penting untuk

mencegah infeksi pada masa nifas, menjaga kebersihan diri yaitu

termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti pemalut sesering

mungkin. Ibu pada saat nifas sangatlah membutuhkan istrahat yang

cukup, saat bayi tidur ibu istrahat. Bagi ibu yang melahirkan

dengan cara operasi Caesar maka harus menjaga kebersihan luka

bekas operasi. Menyusui bayi secara benar dan hanya memberikan

ASI saja selama 6 bulan. Perawatan bayi yang benar, jangan

membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan membuat

bayi stress. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini

mungkin bersama suami dan keluarga dan konsultasikan kepada

tenaga kesehatan untuk pelayanan KB setelah persalinan

(Kemenkes RI, 2017).


60

Ibu selama nifas harus menghindari beberapa hal antara lain

membuang ASI (kolostrum) karena berguna untuk kekebalan tubuh

anak, membersihkan payudara dengan alcohol/povidon iodine/obat

merah atau sabun karena bisa terminum oleh bayi, mengikat perut

terlalu kencang dan menempelkan daun-daun pada kemaluan

karena akan menimbulkan infeksi (Kemenkes RI, 2017).

Teknik dan cara menyusui bayi dalam buku KIA dijelaskan

pada halaman 15 (lima belas) meliputi :

a. Cara menyusui bayi

1) Susui bayi sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8

kali sehari

2) Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui

3) Susui sampai payudara tersa kosong, lalau pindah ke

payudara sisi yang lain

4) Bila bayi Kenyang, tapi payudara masih teras

penuh/kencang, perlu dikosongkan dengan diperah untuk

disimpan. Hal ini agar payudara tetap memproduksi ASI

cukup.

b. Posisi dan pelekatan menyusui yang benar menurut Kemenkes

RI, (2017) antara lain:

1) Pastikan posisi ibu dalam posisi yang nyaman

2) Kepala dan badan bayi berada dalam garis lurus


61

3) Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan

dengan putting

4) Ibu memeluk bayi dekat dengan badannya

5) Sebagian areola (bagian hitam disekitar putting) masuk ke

dalam mulut bayi

6) Mulut terbuka lebar

7) Bibir bawah melengkung ke luar

8) Dagu menyentuh payudara ibu

c. Cara Memerah ASI dan Menyimpan

d. Tanda Bahaya Masa Nifas antara lain :

1) Perdarahan lewat jalan lahir

2) Keluar cairan berbau dari jalan lahir

3) Bengkak di wajah tangan dan kaki atau sakit kepala dan

kejang-kejang

4) Demam lebih dari 2 hari

5) Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

6) Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab

(depresi)

f. Keluarga Berencana (KB)

Buku Kesehatan Ibu dan Anak memuat catatan tentang keluarga

berencana yang dicantumkan pada halaman 18 (delapan belas), yang,

mejelaskan penggunaan KB Pasca Persalinan dengan metode

kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek (Kemenkes RI, 2017).


62

g. Catatan Kesehatan Ibu Hamil (KIA)

Pada halaman 19 (Sembilan belas) terdapat catatan yang harus diisi

oleh bidan untuk persiapan menyambut persalinan agara aman dan

selamat. Pada halaman ini diisi oleh tenaga kesehatan yang terkait

dengan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K). Cakupan data antara lain mengisi nama ibu untuk mengetahui

identitas pasien, alamat tempat tinggal ibu diisi alamat lengkap,

penolong persalinan yang diinginkan oleh pasien, dan persalinan,

kendaraan / ambulan desa yang dibutuhkan untuk mengantar ibu

sewaktu persalinan, dicantumkan juga nomor telepon dari orang yang

menyiapkan kendaraan untuk pasien bersalin. Kemudian metode KB

yang dipilih oleh pasien setelah persalinan dengan melibatkan suami

untuk memutuskan meted kontrasepsi apa yang dipilih oleh pasangan,

persiapan calon pendonor darah untuk satu ibu hamil yang disiapkan

dua pendonor untuk satu ibu hamil untuk mencegah keterlambatan

dalam transfusi darah, disertakan tanda tangan persetujuan dari ibu

hamil, suami atau keluarga dan tenaga kesehatan yang menangani

pasien tersebut (Kemenkes RI, 2017).

Catatan kesehatn ibu hamil terkait tentang Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT) di cantumkan pada halaman 20 (dua puluh).

Tercantum tanggal HPHT, Hari Taksiran Persalinan (HTP), Lingkar

Lengan Atas (LILA), tinggi badan, golongan darah, penggunaan

kontrasepsi sebelum kehamilan, riwayat penyakit yang diderita ibu


63

serta riwayat alergi ibu terhadap obat yang dikonsumsi sebelum hamil

maupun alergi obat yang dikonsumsi saat hamil. Kehamilan ke

berapa, jumlah persalinan, jumlah keguguran, jumlah anak hidup,

jumlah lahir mati, jumlah anak lahir kurang bulan, jarak kehamilan

dengan persalinan terakhir, status imunisasi TT terakhir yang

diberikan, penolong persalinan yang terakhir, serta cara persalinan

terakhir (Kemenkes RI, 2017).

Pemeriksaan selama kehamilan dicantumkan pada halaman ini,

yang mencakup tanggal pemeriksaan, keluhan yang dirasakan pada

saat pemeriksaan, hasil pemeriksaan tekanan darah, berat badan, umur

kehamilan, tinggi fundus uteri, letak janin, denyut jantung janin, tanda

bahaya seperti pembengkakan pada kaki, hasil pemeriksaan

laboratorium, tindakan pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT),

pemberian tablet Fe, rujukan umpan balik, nasihat yang

disampaikaketerangan tempat pelayann kesehatan ibu hamil dan nama

pemeriksa serta kapan harus kembali untuk melakukan pemeriksaan

selanjutnya (Kemenkes RI, 2017).

h. Catatan Kesehatan Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir

Ada beberapa penilaian, antara lain berat badan lahir, panjang

badan, lingkar kepala, jenis kelamin. Tercantum juga kondisi bayi saat

lahir, apakah bayi segera menangis, atau tidak menangis, lama

menangis berapa saat, apakah seluruh tubuh kemerahan. Apakah bayi

di berikan inisiasi menyusu dini (IMD) dalam satu jam pertama


64

kelahiran bayi, apakah bayi sudah diberikan suntikkan vitamin K1,

salep mata antibiotika profilaksis dan Hb0. Jika ada salah satu indikasi

tanda bahaya segera merujuk pasien (Kemenkes RI, 2017).

i. Catatan Hasil Pelayanan Ibu Nifas

Pelayanan pada ibu nifas dicatat dalam buku KIA yang dimiliki

pasien yang meliputi jenis pelayanan dan pemantauan antara lain

pemantauan kondisi ibu secara umum, pemeriksaan tekanan darah,

suhu tubuh, respirasi dan nadi ibu. Pemantauan perdarahan dilakukan

setiap kali kunjungan, pemeriksaan kondisi perineum, tanda infeksi,

kontraksi uteri, pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lochia,

pemeriksaan jalan lahir, pemeriksaan payudara, pemantauan produksi

ASI, pemberian kapsul vitamin A, memberikan pelayanan kontrasepsi

bagi setiap pasangan yang menginginkan penundaan kehamilan pasca

persalinan, dan penanganan resiko tinggi dan komplikasi pada nifas,

pematauan Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK)

(Kemenkes RI, 2017).

Ibu diberikan nasihat yang meliputi makan yang beraneka ragam

yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati sayur

dan buah-buahan. Memenuhi kebutuhan minum pada ibu menyusui

pada 6 bulan pertama adalah 14 gelas per hari dan pada 6 bulan kedua

adalah 12 gelas perhari. Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan

daerah kemaluan, mengganti pembalut sesering mungkin untuk

mencegah terjadinya infeksi. Anjuran untuk istrahat yang cukup serta


65

perawatan luka operasi pada ibu yang melahirkan secara Caesar.

Menganjurkan ibu cara menyusui yang benar hanya diberikan ASI saja

sampai bayi berusia 6 bulan. Cara perawatan bayi yang benar jangan

membiarkan bayi menangis terlalu lama karena akan membuat bayi

stress. Melakukan pemantauan pemberian stimulasi pada bayi sedini

mungkin bersama dengan suami atau keluarga. Untuk pelayanan KB

setelah persalinan dianjurkan untuk berkonsultasi dengan tenaga

kesehatan (Kemenkes RI, 2017).

j. Keterangan Lahir

Pada buku KIA halaman 29 (dua puluh sembilan) tercantum

keterangan lahir bayi, yang mencakup tanggal dan jam, jenis kelamin

bayi, jenis kelahiran, dan kelahiran yang ke berapa, dicantumkan juga

berat badan dan panjang badan bayi baru lahir. Keterangan lahir juga

tertera nama orangtua, alamat dan pekerjaan. Penanggung jawab

penolong persalinan, saksi I dan saksi II dicantumkan nama dan tanda

tangan yang jelas (Kemenkes RI, 2017).

k. Bayi Baru Lahir/Neonatus (0-28 hari)

Pada halaman 34 (tiga puluh empat) tercantum cara perawatan bayi

usia 0-28 hari yang meliputi cara menjaga kehangatan bayi, perawatan

tali pusat, pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir (kunjungan

neonatal), penjelasan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, seperti tidak

mau menyusui, kejang-kejang, lemah, sesak napas, bayi merintih atau

menangis, tali pusar kemerahan sampai dinding perut, demam/panas


66

tinggi, mata bayi bernanah, diare/buang air besar cair lebih dari tiga

kali sehari, kulit dan mata bayi kuning dan tinja saat buang air besar

berwarna pucat (Kemenkes RI, 2017).

l. Catatan Imunisasi Anak

Pada catatan imunisasi bayi tercantum pada halaman 3 imunisasi

8 (tiga puluh delapan) vaksin HB-0 yang diberikan pada umur 0-7 hari,

imunisasi BCG dan polio diberikan pada umur 0-1 bulan, DPT-HB-

Hib 1 dan polio 2 diberikan pada umur 2 bulan, imunisasi DPT-HB-

Hib 2 dan polio 3 diberikan pada umur 3 bulan, imunisasi DPT-HB-

Hib 3 dan polio 4 dan IPV diberikan pada umur 4 bulan, dan

pemberian imunisasi campak diberikan pada umur 9 bulan (Kemenkes

RI, 2017).

m. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 29 Hari- 6

Tahun.

Pada pemantauan usia anak 29 hari- 6 tahun meliputi tanda anak

sehat yaitu berat badan naik sesuai garis pertumbuhan, mengikuti pita

hijau di KMS atau naik ke pita warna di atasnya. Anak bertambah

tinggi serta kemampuan bertambah sesuai umur dan jarang sakit.

Memantau pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan dengan

cara di timbang berat badannya setiap bulan di posyandu dan fasilitas

kesehatan lainnya, di pos PAUD dan dicatat oleh petugas kesehatan

dalam KMS yang ada di buku KIA (Kemenkes RI, 2017).


67

Pola asuh anak dengan disabilitas tercantum pada halaman 41

(empat puluh satu), anak dengan disabilitas merupakan anak yang

paling rentan terhadap masalah kesehatan karena :

a. Lebih berisiko mendapat kekerasan dari orang tua/lingkungannya

akibat dari kelainan/kecatatannya.

b. Mengalami hambatan dalam pemenuhan gizi.

c. Ketidakmampuan anak dalam memelihara kebersihan perorangan

(kebersihan tubuh, kebersihan alat reproduksi dll).

d. Cenderung berperilaku berisiko yang tidak sesuai dengan norma

masyarakat.

Tugas orang tua dan keluarga terhadap anak dengan disabilitas

antara lain :

a. Melindungi dan memberi rasa aman pada anak dengan

memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi secara optimal.

b. Menyediakan kebutuhan agar anak sehat, tumbuh dan berkembang

secara optimal :

1) Menyediakan makanan bergizi seimbang

2) Memeriksa kesehatan anak secara teratur

3) Memantau tumbuh kembang anak di Puskesmas dan Rumas

Sakit

4) Membawa anak ke fasilitas kesehatan apabila anak sakit atau

ada tanda-tanda kelainan penyerta lainnya.


68

5) Menyediakan fasilitas pendukung sesuai dengan kebutuhannya

seperti ; kaca mata, alat bantu, tongkat, sepatu khusus, kursi

roda dll.

c. Malatih kemandirian anak dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Pola asuh anak dengan disabilitas dikelompokkan menjadi 3 yaitu

(Kemenkes RI, 2017).

1) Anak dengan disabilitas kategori MAMPU RAWAT adalah

anak dengan disabilitas yang kondisi secara fisik maupun

mental perlu penanganan tenaga kesehatan dan pendampngan

keluarga secara intensif.

2) Anak disabilitas kategori MAMPU LATIH adalah anak dengan

disabilitas yang mampu dilatih melalui terapi dan kegiatan

pembiasaan sehingga anak memahami dan mengerti mana yang

boleh dan tidak boleh dilakukan. Kemampuan anak bbisa

ditingkatkan contohnya anak mampu melakukan kegiatan Bina

Diri yang meliputi ; mandi, makan, minum, sikat gigi,

melekatkan barang-barang miliknya sendiri (peralatan mandi,

sikat gigi, meletakkan barang-barang miliknya sendiri

(peralatan mandi, peralatan olahraga, peralatan makan dll).

3) Anak disabilitas MAMPU DIDIK adalah anak dengan

disabilitas yang mampu di didik dengan mengikut sertakan

pada kegiatan sekolah di penyelenggara pendidikan luar biasa

(SLB) sehingga anak bisa meningkatkan kemampuan bina diri


69

dan kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan serta bisa

menuju anak yang lebih mandiri.

Kebersihan mulut dan gigi anak harus diperhatikan sejak dini,

jika gigi belum tumbuh atau gigi baru tumbuh, bersihkan gusi, lidah

bayi dan gigi yang baru tumbuh dengan kain lembut bersih yang

dibasahi air matang hangat dengan gerakan ringan dan perlahan.

Seelah tumbuh gigi lebih banyak, gosok giginya setelah sarapan dan

sebelum tidur dengan sikat gigi kecil khusus anak yang berbulu lembut

pakai pasta gigi mengandung flour. Kebersihan lingkungan meliputi

anjuran jauhkan anak dari asap rokok, dapur, asap sampah dan polusi

kendaraan bermotor, bersihkan rumah, sekitar rumah dan lingkungan

bermain anak dari debu dan sampah. Sebaiknya anak tidur terlindungi

dari gigitan nyamuk dan harus tidur menggunakan kelambu. Hindari

anak dari bahaya seperti hindari dari benda-benda yang disangka

makanan/minuman, seperti obat-obatan racun tikus, racun serangga,

minyak tanah, sabun/detergen. Hindari anak dari benda panas seperti

kompor, setrika, termos air, tempat pembakaran sampah, hindari anak

dari benda berbahaya, seperti pisau, gunting, tempat colokan listrik.

Untuk menghindari anak dari tenggelam dan kecelakaan lalu lintas,

jangan biarkan anak berada dekat sumur, kolam, sungai, dan jalan raya

tanpa pengawasan orang dewasa (Kemenkes RI, 2017).

Perawatan anak sakit anatara laian menyediakan obat dirumah

seperti oralit untuk diare, povidon iodine untuk luka, parasetamol


70

untuk demam. Obat untuk mengobati batuk pada anak yaitu cukup

diberikan ASI lebih sering, beri minum air matang lebih banyak, jika

umurnya diatas 1 tahun, beri kecap manis atau madu dicampur air

jeruk nipis sebagai pelega tenggorokan. Beri MP-ASI atau makan

seperti biasa dan jangan beri obat apapun kecuali dari petugas

kesehatan (Kemenkes RI, 2017).

Penangan anak yang mengalami demam antara lain jika masih

menyusu, berikan ASI lebih sering, beri minum lebih sering dan lebih

banyak, jangan diselimuti atau diberi baju tebal, kompres dengan air

biasa atau air hangat, jangan kompres dengan air dingin karena anak

bisa menggigil, jika demam tinggi beri obat penurunan panas sesuai

dosis jika anak mengalami demam disertai kejang, demam tidak turun

dalam 2 hari, disertai bintik merah perdarahan di hidung, dan atau

buang air besar berwarna hitam segera bawa anak ke fasilitas

kesehatan terdekat (Kemenkes RI, 2017).

Pemberian kapsul vitamin A pada anak untuk meningkatkan

kesehatan mata dan pertumbuhan anak. Ada dua jenis kapsul vitamin

A, yang terdiri dari kaspsul biru yang diberikan pada anak usia 6-11

bulan yang diberikan satu kali dalam setahun, kapsul merah yang

diberikan pada anak usia 1-5 tahun yang diberikan 2 kali dalam

setahun (Kemenkes RI, 2017).

n. Pemenuhan Kebutuhan Gizi dan Perkembangan Anak


71

Sesering mungkin, susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit

8 kali sehari, jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.

Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian. Susui sampai

payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya.

Perkembangan bayi umur 0-6 bulan, lakukan simulasi pada bayi usia

03 bulan. Keluarga sering memeluk dan menimang bayi dengan penuh

kasih sayang, gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa

dilihat bayi, tatap mata bayi dan ajak tersenyum, bicara dan bernyanyi.

Perdengarkan musik/suara kepada bayi, mulai 3 bulan, bawa bayi

keluar rumah memperkenalkan lingkungan sekitar (Kemenkes RI,

2017).

Pemberian makanan pada bayi 9-12 bulan, terus berikan ASI,

berikan makanan pendamping ASI yang lebih padat. Contohnya bubur

nasi, nasi tim dan nasi lembek atau dicincang yang mudah ditelan

anak, memberikan selingan yang dapat dipegang anak diberikan di

antara waktu makan lengkap. Pemeberian makanan tambahan dapat

diberikan 3-4 kali sehari, kemudian makanan selingan dapat diberikan

1-2 kali sehari dengan porsi ½ sampai dengan ¾ mangkuk berukuran

250 ml (Kemenkes RI, 2017).

Pada umur 9 bulan bayi bisa merambat, mengucapkan ma..ma,

da..da. Anak dapat meraih benda sebesar kacang, mencari

benda/mainan yang dijatuhkan, bermain tepuk tangan atau ci-luk-ba,

makan kue/biskui sendiri. Pada umur 12 bulan bayi bisa berdiri dan
72

berjalan berpegangan, memegang benda kecil, meniru kata sederhana,

seperti ma..ma.., pa..pa. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang

yang belum dikenal dan menunjuk apa yang diinginkan tanpa

menangis/merengek (Kemenkes RI, 2017).

Perkembangan anak usia 1-6 tahun dapat dilakukan stimulasi

oleh ibu/ayah/anggota keluarga lainnya untuk mengajari berjalan di

undakan/tangga, mengajak anak membersihkan meja dan menyapu,

ajak anak membereskan mainan, ajari anak mencoret-coret di kertas,

mengajari anak menyebut bagian tubuhnya, bacakan cerita pada anak,

ajak anak bernyanyi dan bermain bersama teman. Memberikan pujian

pada anak ketika anak berhasil melakukan sesuatu. Ajari anak untuk

bergeraka bebas dalam pengawasan, orang tua membimbing agar anak

mematuhi aturan permainan serta membiasakan anak menggunakan

perkataan santun. Pada umur 2 tahun anak bisa naik tangga dan berlari-

lari, mencoret-coret pensil pada kertas, dapat menunjuk 1 atau lebih

bagian tubuhnya, anak sudah bisa menyebut 3-6 kata yang mempunyai

arti, seperti bola, piring dan sebagainya anak juga sudah bisa

memegang cangkir dan makan-minum sendiri (Kemenkes RI, 2017).

Anak pada umur 5 tahun sudah bisa melompat 1 kaki, menari dan

berjalan lurus, anak juga bisa menggambar 3 bagian (kepala, badan,

tangan/kaki), menggambarkan tanda silang dan lingkaran, mengkap

bola kecil dengan kedua tangan, menjawab pertanyaan dengan kata-

kata yang benar, menyebut angka, menghitung jari, anak berbicara


73

mudah dimengerti, bisa berpakaian sendiri tanpa dibantu, mengancing

baju atau pakaian boneka, anak sudah bisa menggosok gigi tanpa

bantuan. Lakukan stimulasi anak usia 3-5 tahun ini dengan cara

meminta anak untuk menceritakan apa yang dilakukan, dengarkan

anak ketika bicara, jika anak gagap, ajari bicara pelan-pelan dan awasi

anak ketika bermain (Kemenkes RI, 2017).

o. Kartu Menuju Sehat (KMS)

Pada buku KIA dicantumkan Kartu menuju sehat untuk

perempuan dan untuk laki-laki, berisi tentang pemantauan

pertumbuhan dan perkembangan anak yang mencakup hasil

penimbangan berat badan anak yang disesuaikan dengan umur, bulan

penimbangan anak, dan juga BB dalam satuan kilogram dan satuan

gram dicantumkan bersamaan dengan berat badan anak. Jika pada

KMS ditemukan ketidaknormalan pertumbuhan anak maka dirujuk ke

petugas kesehatan bila tidak naik 2 kali berturut-turut (Kemenkes RI,

2017).

Pada hasil pemeriksaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh dokter,

perawat, bidan atau tenaga terlatih yang akan melakukan deteksi dini

penyimpangan pertumbuhan. Dalam buku KIA dicantumkan pada

halaman 66 (enam puluh enam) hasil pelayanan Stimulasi Deteksi

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Untuk memantau berat

badan laki-laki dan anak perempuan berdasarkan panjang badan


74

dicantumkan grafik (z-scores), grafik indeks masa tubuh menurut

umur anak, grafik panjang badan anak. Dicantumkan juga grafik

lingkar kepala perempuan dan laki-laki untuk mengetahui apakah

anak berada dalam zona hijau yang berarti pertumbuhan anak dalam

batas normal, zona diatas hijau atau dibawah zona hijau yang berarti

perkembangan anak tidak normal (macrocephaly/microchepal). Pada

halaman setelah grafik pemantauan lingkar kepala anak terdapat

catatan penyakit dan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada

anak yang wajib diisi jika anak mengalami ketidaknormalan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya (KemenkesRI, 2017).

1) Pengertian Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi, yang

merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam

rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan KB

pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi

sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2009).

2) Manfaat P4K

Manfaat P4K menurut Departemen Kesehatan RI (2009) diantaranya :

a) Percepat fungsi desa siaga.


75

b) Meningkatkan cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai

standar.

c) Meningkatkan cakupan persalinan persalinan oleh tenaga

kesehatan terampil.

d) Meningkatkan kemitraan bidan dan dukun.

e) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.

f) Meningkatkan peserta KB pasca salin.

g) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

h) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian bayi.

3) Sasaran P4K

Program P4K memiliki sasaran yaitu penanggung jawab dan

pengelola program KIA Provinsi dan Kabupaten atau Kota, bidan

koordinator, kepala puskesmas, dokter, perawat, bidan, kader, forum

peduli KIA seperti forum P4K serta pokja posyandu (Depkes, 2009).

Indikator keberhasilan P4K ada 7 yaitu :

a) Presentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.

b) Presentase ibu hamil mendapatkan stiker.

c) Presentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan ANC sesuai

standar.

d) Presentase ibu hamil berstiker bersalin ditenaga kesehatan.

e) Presentase ibu, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami

komplikasi tertangani.

f) Presentasi KB pasca salin


76

g) Presentase ibu bersalin ditenaga kesehatan mendapatkan

pelayanan nifas.

4) Output P4K

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), output yang diharapkan adalah

sebagai berikut :

a) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.

b) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.

c) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk

kontrasepsi yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.

d) Bidan menolong persalinan sesuai standar.

e) Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar.

f) Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan

lingungan.

g) Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal

dan forum peduli KIA atau Pokja Posyandu dalam rencana persalinan

termasuk kontrasepsi pasca persalinan sesuai dengan perannya masin-

masing.

h) Ibu mendapatkan pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.

i) Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Forum Peduli KIA atau

Pokja Posyandu (bila ada) dukun bayi dan pendamping persalinan.

1) Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

Menurut departemen kesehatan RI (2009), persiapan persalinan dan

pencegahan komplikasi meliputi :


77

a) Tempat persalinan yaitu tempat yang di pilih oleh ibu dan keluarga

untuk membantu proses persalinan, seperti di rumah sakit, klinik

bersalin dan praktik mandiri bidan.

b) Pendamping yaitu orang yang dipercaya mendampingi ibu sat

bersalin yaitu suami atau keluarga maupun kerabat dekat yang

bersedia mendampingi dan mendukung ibu selam menghadapi

proses persalinannya.

c) Tabungan bersalin (Tubulin) yaitu dana atau barang disimpan oleh

keluarga atau pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan

kemampuannya, yang pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan

serta penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan serta

antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan pada ibu.

d) Persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu persalinan ibu ditolong oleh

tenaga kesehatan terampil sesuai standar seperti dokter spesialis

kandungan atau bidan yang telah memiliki surat ijin praktik.

e) Transportasi yaitu alat transportasi yang dapat digunakan untuk

mengantar clon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk rujukan

dan siap setiap saat agar tidak terjadi keterlambatan mencapai

tempat bersalin ibu. Transportasi bisa berupa ambulan desa, mobil

pribadi, maupun kendaraan roda dua atau sepeda motor.

f) Calon pendonor darah yaitu orang-orang yang disiapkan oleh ibu,

suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia

menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan


78

sehingga bila terjadi sesuatu yang memerlukan darah bisa segera

teratasi. Calon donor yang disiapkan harus memenuhi syarat

sebagai pendonor darah untuk ibu slah satu calon pendonor tidak

menderita penyakit infeksi seperti malaria, hepatitis dan

HIV/AIDS.

g) Pemilihan kontrasepsi yaitu dimana kontrasepsi penting

direncanakan saat kehamilan sehingga pda saat 42 hari ibu telah

memiliki pilihan kontrasepsi yang tepat. Metode yang digunakan

sebagai pedoman keluarga dalam memilih kontrasepsi dapat

mengacu pada kriteria yang rasional. Kontrasepsi yang dapat

dipilih oleh ibu dan suami kontrasepsi IUD pascasalin, implant,

suntik, pil, kondom, tubektomi serta vasektomi, dimana

sebelumnya ibu dan suami sudah berkonsultasi kepada petugas

kesehatan (dokter atau bidan).

2) Faktor yang mempengaruhi operasionalisasi P4K

Menurut Dwijayanti (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi

operasionalisasi P4K meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu :

a) Faktor internal yaitu pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan

nilai atau norma yang berlaku pada ibu hamil. Ibu hamil yang

memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup tentang tujuan

dan manfaat P4K akan me peran penting mepengaruhi kesadaran

dalam sikap ibu hamil akan pentingnya program P4K, kemudian

dukungan keluarga mempunyai peran penting terdekat untuk


79

keberhasilan tujuan program P4K dapat memantau secara aktif

kesehatan ibu hamil dan nilai norma juga memiliki pengaruh besar

terhadap keberhasilan cakupan P4K, dalam hal ini tokoh

masyarakat sangat berpengaruh terhadap nilai atau norma yang ada

dapat mendukung pelaksaan p4k.

b) Faktor eksternal yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan dan

ketersediaan fasilitas kesehatan, faktor external juga sangat

berpengaruh baik dari keaktifan petugas kesehatan untuk

pemantauan kesehatan ibu hamil dengan Stiker P4K, serta

ketersedian fasilitas kesehatan yang mendukung yang dapat

mempengaruhi cakupan P4K pada seluruh ibu hamil.

4. Teori yang berkaitan dengan kasus

a. Pengertian kehamilan 32 minggu

Kehamilan 32 minggu adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran

dan kedudukan sebagai orangtua, seperti terpusatnya perhatian pada

kehadiran bayi, sehingga disebut juga periode penantian (Vivian, 2011).

b. Perubahan fisiologis pada kehamilan minggu ke-32

c) Simpanan lemak coklat berkembang dibawah kulit persiapan

pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-43 cm dan

panjang ubun-ubun bokong sekitar 28 cm dan berat sekitar 1.800

gr. Mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Bila bayi

dilahirkan ada kemungkinan hidup 50-70%(Wirisliani, 2017).

Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara penuh, dan nyeri


80

tekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi. Selain itu, mungkin

juga terjadi dispnea (Vivian, 2011).

Anda mungkin juga menyukai