Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PRAKTIK KADER POSYANDU

DALAM UPAYA PENANGANAN


IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS
Studi di Puskesmas Jelbuk dan Puskesmas Ledokombo Kabupaten Jember

Dahlia Indah Amareta, SA Nugraheni, M. Zen Rahfiludin

ABSTRAK

Latar Belakang: Seribu hari pertama kehidupan merupakan penentu kualitas kehidupan.
Tingginya AKI, AKB, kejadian ibu hamil KEK dan BBLR di Kabupaten Jember membutuhkan
tindakan edukasi yang spesifik. Kader posyandu mempunyai peranan besar karena mudah diakses
masyarakat. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap praktik
kader posyandu dalam upaya penanganan ibu hamil KEK.
Metode Penelitian: Metode quasi eksperimen dengan rancangan non-randomized control group
pre-post test design. Subjek dipilih secara purposive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan lokasi, 26 orang pada kelompok perlakuan dan 26 orang pada kelompok kontrol.
Pendidikan gizi diberikan 2 kali pertemuan dengan interval seminggu. Praktik kader diukur dengan
wawancara dan observasi. Data dianalisis dengan Mann Whitney, Independen T-Test, Paired T-
Test, dan regresi linier.
Hasil Penelitian: Tidak ada perbedaan praktik (p=0,129) sebelum perlakuan antara kedua
kelompok. Ada peningkatan praktik (dari 42±7,3 menjadi 46±8,7) setelah pendidikan gizi pada
kelompok perlakuan, namun pada kelompok kontrol tidak ada peningkatan. Peningkatan skor
praktik (4±3,7) pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (-
0,6±5,02) dengan p<0,001. Pendidikan gizi berpengaruh positif terhadap praktik kader posyandu
setelah dikontrol variabel skor praktik sebelum intervensi dan variabel praktik tenaga kesehatan.
Simpulan: Pendidikan gizi meningkatkan praktik kader posyandu dalam upaya penanganan ibu
hamil kurang energi kronis.

Kata Kunci: pendidikan gizi, praktik kader, penanganan ibu hamil KEK
THE IMPACT OF NUTRITION EDUCATION TOWARD INTEGRATED CADRES
PRACTICES OF POSYANDU IN THE MANAGEMENT OF PREGNANT WOMEN WITH
CHRONIC ENERGY DEFICIENCY

A Study in Jelbuk and Ledokombo Primary Health Care in Jember Region

ABSTRACT

Background: The first thousand days of human life is a key determinant of quality of life.
The high MMR, IMR, the incidence of pregnant women with chronic energy deficiency
(CED) and Low Birth Weight (LBW) in Jember Region require specific education actions.
Posyandu cadres have a big role since it is publicly accessible. The aim of the research is to
analyze the effect of nutrition education on posyandu practices in the management of
pregnant women with CED.
Methods: This study was a quasi-experimental research using non-randomized control
group pre-post test design. Subject were selected by purposive sampling and divided into 2
groups based on location, 26 subjects in the treatment group and 26 in the control group.
Nutrition education was given twice in 2 weeks. Cadre practices as the dependent variable
were measured by interview and observation. Data was analyzed by Mann Whitney,
Independent T-Test, Paired T-Test and linear regression.
Results:
No difference in practice (p=0.129) between the two groups before treatment. There was an
increase in practice (from 42±7.3 to 46±8.7) after nutrition education in the treatment
group, meanwhile decrease in the control group. Increased practice (4±3.7) was higher
than the control group (p<0.001). Nutrition education had a positive effect on cadres
practices after controlling “practise before treatment” and “health professionals practise”
variable.
Conclusion: nutrition education improves cadres practices of posyandu in the management
pregnant women with CED.

Keywords: nutrition education, cadres practices of posyandu, management of pregnant


women with CED
PENDAHULUAN meningkat dari 3% di tahun 2010 menjadi
Seribu hari pertama kehidupan yang 4,28% di tahun 2012 (Dinas Kesehatan
meliputi saat hamil, kelahiran bayi, sampai Kabupaten Jember, 2013). Jika kondisi ini
anak berusia 2 tahun terbukti secara ilmiah terus dibiarkan, maka akan banyak anak di
merupakan periode yang menentukan Kabupaten Jember yang berpotensi
kualitas kehidupan. Gizi ibu yang buruk mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
sebelum maupun saat kehamilan akan Upaya penurunan AKI, AKB dan
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan BBLR yang dilakukan Dinas Kesehatan
lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan Kabupaten Jember salah satunya dengan cara
dan perkembangan otak bayi, serta risiko Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
kesakitan dan kematian (Sandjaja, 2009). (PMT-Pemulihan) pada ibu hamil yang
Upaya peningkatkan status kesehatan ibu dan mengalami kurang energi kronis (ibu hamil
anak di Indonesia merupakan salah satu KEK) dari keluarga miskin. Belum ada
program prioritas (Kementerian Kesehatan tindakan edukasi spesifik tentang penanganan
RI, 2012). ibu hamil KEK baik kepada kader posyandu
Kelompok ibu hamil terutama ibu maupun kepada masyarakat. Kader posyandu
hamil di perdesaan merupakan salah satu merupakan orang yang tepat dalam
golongan rawan terhadap masalah memberikan informasi secara personal
kekurangan konsumsi energi dan protein. kepada masyarakat mengingat kader dipilih
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar mewakili masyarakat dan berada paling dekat
(Riskesdas) 2010, 44,8% ibu hamil dengan masyarakat. Namun belum ada
mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan pelatihan khusus tentang penanganan ibu
minimal yaitu <70% Angka Kecukupan Gizi hamil KEK kepada kader.
(AKG) dengan rincian ibu hamil di perkotaan
41,9% dan di pedesaan 48,0% (Kementerian METODE
Kesehatan RI, 2010). Jenis penelitian merupakan penelitian
Kondisi status gizi di Kabupaten kuantitatif menggunakan metode kuasi
Jember tahun 2012 meliputi Angka Kematian eksperimen dengan rancangan penelitian
Ibu (AKI) 116,4 per 100.000 kelahiran hidup non-randomized control group pre-post test
dan Angka Kematian Bayi (AKB) 11,48 per design (Notoatmodjo, 2002). Pengambilan
1000 kelahiran hidup. Kabupaten Jember sampel pada penelitian ini dengan
merupakan penyumbang AKB terbanyak di menggunakan teknik purposive sampling
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010. Data terhadap kader di Puskesmas Jelbuk dan
menunjukkan bahwa Kabupaten Jember Ledokombo dengan kriteria inklusi yaitu
memiliki angka BBLR yang cenderung kader aktif, memiliki ibu hamil KEK di
wilayahnya, komunikatif, dan bersedia pendidikan dalam tahun, pendapatan
mengikuti pendidikan gizi selama 2 hari. perkapita, skor sumber informasi lainnya dan
Keseluruhan subjek penelitian 52 orang yang skor praktik tenaga kesehatan yang tidak
terbagi menjadi kelompok perlakuan dan menunjukkan perbedaan yang bermana
kelompok kontrol (Madiyono dkk, 2010). (p>0,05). Variabel lama menjadi kader
Penelitian ini memberi intervensi berupa merupakan satu-satunya karakteristik kader
pendidikan gizi dengan mengkombinasikan yang berbeda (p<0,001) antara kelompok
beberapa metode yaitu ceramah, diskusi dan perlakuan dan kontrol. Widagdo (2007)
bermain peran yang menggunakan beberapa menyatakan situasi kepemimpinan desa
media seperti slide power point, lembar balik, termasuk salah satu hal yang mempengaruhi
dan booklet panduan lembar balik dalam angka putus kader dan keaktifan kader. Hal
penyampaian materi tentang penanganan ibu ini tentunya mempengaruhi pengalaman
hamil KEK hanya kepada kelompok masing-masing kader dalam menangani
perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak posyandu serta kepekaan dalam menghadapi
diberikan apa-apa. Penggunaan beberapa permasalahan kesehatan di masyarakat.
metode dalam memberikan pendidikan Pelaksanaan praktik sebelum
kesehatan dapat mengurangi kelemahan perlakuan pada kelompok kontrol memiliki
masing-masing metode (Sukiarko, 2007). nilai yang lebih tinggi walaupun tidak
Variabel bebas dalam penelitian ini berbeda signifikan. Kemungkinan hal ini
adalah pendidikan gizi, sedangkan variabel dipengaruhi oleh lama menjadi kader dimana
terikatnya adalah praktik kader dalam pada kelompok kontrol jauh lebih senior.
penanganan ibu hamil KEK. Uji validitas dan Sejalan dengan penelitian Sucipto (2009)
reliabilitas telah dilakukan terhadap yang menyatakan bahwa masa kerja
kuesioner dan lembar tilik yang mempengaruhi praktik kader dalam
dipergunakan sebagai alat ukur praktik kader. penimbangan balita. Hasil uji statistik
Uji kenormalan data dilakukan sebelum uji terhadap variabel praktik sebelum intervensi
bivariat dengan menggunakan uji Shapiro menunjukkan nilai p>0,05 artinya praktik
Wilk. Data karakteristik responden dan uji responden pada kedua kelompok sebelum
beda dilakukan dengan Independent T-Test, perlakuan tidak berbeda secara bermakna.
Paired T-Test, uji Mann Whitney, serta Hal ini merupakan salah satu validitas
regresi linier. internal yang menunjukkan bahwa kedua
kelompok berada pada kualitas praktik yang
HASIL DAN PEMBAHASAN sama sehingga tidak akan menimbulkan bias
Tabel 1 menunjukkan karakteristik terhadap hasil penelitian.
subjek penelitian yang meliputi umur, lama
Tabel 1 Karakteristik, skor pre dan post test serta perubahan skor setelah perlakuan
pada kedua kelompok
Kelompok Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol p
Mean±SD Mean±SD
Karakteristik
Umur (tahun) 30,73±7,545 31,31±6,763 0,773a
Lama pendidikan (tahun) 8,42±2,545 8,81±2,800 0,640 b
Lama menjadi kader (tahun) 4,65±4,372 9,31±4,145 0,000 b*
Pendapatan perkapita (ribuan rupiah) 197,96±172,801 164,04±84,024 0,919 b
Skor sumber informasi lainnya 7,00±4,741 7,38±3,900 0,496 b
Skor praktik tenaga kesehatan 47,08±16,738 41,81±6,675 0,080 b

Skor Praktik pre test 41,54±7,317 44,85±8,098 0,129 a


Skor Praktik post test 45,77±8,682 43,77±8,738
p 0,000 c* 0,276 c

Perubahan skor pre-post


Δ praktik 4,23±3,658 -0,54±5,022 0,001 b*
a: Independent T-Test c: Paired T Test
b: Mann Whitney

Tabel 1 menyajikan pula skor praktik praktik pada kelompok kontrol disebabkan
kader yang menunjukkan ada perbedaan pada saat observasi di lapangan ternyata
bermakna sebelum dan sesudah intervensi didapatkan bahwa praktik-praktik yang
(p<0,001), ditunjukkan dengan rerata sebelum diharapkan dilakukan oleh kader ternyata
intervensi 41,5 sedangkan setelah intervensi banyak dilakukan dan dibantu oleh bidan
45,8 pada kelompok perlakuan. Kelompok desa, misalnya pada pengukuran LILA,
kontrol menunjukkan skor praktik yang penimbangan berat badan ibu hamil.
menurun namun tidak berbeda bermakna yaitu Praktik yang diharapkan dilakukan
44,9 pada pre test dan 43,8 pada post test. dalam penelitian ini adalah praktik standar
Hasil observasi dan wawancara yang yang terdapat dalam SOP Posyandu dan SOP
dilakukan untuk menilai praktik kader Pasca Pelayanan Posyandu (Dinas Kesehatan
menunjukkan bahwa ada perbedaan praktik Kabupaten Jember, 2013). Hasil survei awal
kader sebelum dan sesudah perlakuan pada yang dilakukan sebelum penelitian
kelompok perlakuan. Pengetahuan dan menunjukkan bahwa banyak kader yang
pendidikan seseorang akan mempengaruhi masih belum paham tugasnya dalam
perilaku kesehatan seseorang (Nugroho, menangani ibu hamil. Hal ini menjadi dasar
20008). lni berarti pengetahuan kader yang pembuatan materi pendidikan gizi yang
baik dan meningkat setelah diberi pendidikan menyiratkan praktik yang diharapkan akan
gizi akan mempengaruhi praktik kader dalam dilakukan kader di lapangan. Pesan dikemas
penanganan ibu hamil KEK. Penurunan skor sebagai jargon yang mudah diingat oleh kader
yaitu Dul Kombat yang merupakan akronim mempengaruhi partisipasi masyarakat.
dari Data, Ukur Lila, Komunikasi, Makanan Kepemimpinan berfungsi memunculkan
bergizi, Berat badan, Antenatal care, dan motivasi yang positif sehingga membentuk
Tablet besi. Penyuluhan yang merupakan peran yang diharapkan. Posisi ini dapat
salah satu praktik kader, diharapkan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti bidan,
menggunakan media lembar balik beserta ahli gizi maupun dokter kepala puskesmas,
panduan yang telah disediakan peneliti. Hasil tokoh agama dan tokoh masyarakat.
observasi di lapangan, penyuluhan yang Dukungan tenaga kesehatan dalam hal
dilakukan kader lebih bersifat kondisional dan ini bidan sangat berpengaruh kepada praktik
belum memungkinkan untuk mempergunakan kader. Bidan hendaknya selalu melibatkan
lembar balik secara optimal. Lembar balik kader dalam kegiatan-kegiatan deteksi dini,
yang telah dibuat peneliti belum dimanfaatkan monitoring, dan follow-up dan penanganan
secara optimal oleh kader, namun telah ibu hamil KEK. Hal ini diharapkan mampu
dimanfaatkan oleh tenaga gizi puskesmas menumbuhkan kepercayaan diri kader
dalam memberikan penyuluhan kepada ibu sehingga kader dapat mandiri, berdaya dan
hamil KEK yang menerima PMT pemulihan. menciptakan kemandirian posyandu.
Hal ini diharapkan dapat menjadi perhatian Perubahan skor praktik pada
pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan kelompok perlakuan lebih tinggi daripada
Kabupaten Jember bahwa keberadaan media kelompok kontrol (p<0,001). Hal ini
penyuluhan sangat dibutuhkan dalam upaya membuktikan bahwa perlakuan yang
penyampaian pendidikan kesehatan sehingga diberikan berupa pendidikan gizi dapat
ke depannya dapat diupayakan pengadaan meningkatkan praktik kader. Peningkatan ini
media-media yang sesuai dengan kebutuhan memberikan gambaran bahwa informasi baru
masyarakat. yang diberikan akan meningkatkan
Memperkuat praktik tidak cukup pengetahuan subjek. Pengetahuan seseorang
hanya dengan melakukan pendidikan gizi saja. tentang suatu objek tertentu mengandung dua
Praktik tidak hanya dipengaruhi oleh aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
pengetahuan, namun juga kepercayaan, aspek inilah yang menentukan sikap
tradisi, sikap, ketersediaan fasilitas, dukungan seseorang dan akan terealisasi dalam bentuk
sosial baik dari petugas kesehatan, keluarga, praktik. Sejalan dengan penelitian Sukiarko
tokoh agama ataupun tokoh masyarakat dan (2007) yang mampu meningkatkan
lain sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Sesuai ketrampilan kader gizi setelah diberi pelatihan
dengan penelitian Widagdo (2007) yang dengan metode Belajar Berdasarkan Masalah
menyatakan bahwa peranan kepimpinan di (BBM) selama 2 hari ditambah kegiatan
pedesaan terbukti masih sangat penting dalam tutorial sebanyak 4 kali pertemuan.
Tabel 2 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linier Variabel Praktik Setelah ntervensi
Variabel independen Koefisien P Koefisien korelasi
Pendidikan gizi 4,310 0,001 0,251
Skor praktik sebelum intervensi 0,898 0,000 0,809
Praktik tenaga kesehatan 0,126 0,016 0,186
Konstanta -1,773 0,623
Adjusted R Square: 0,770

Berdasarkan analisis bivariat dengan adalah: Praktik kader setelah intervensi =


menggunakan korelasi Rank Spearman dan 4,310 (pendidikan gizi) + 0,898 (skor praktik
Chi Square, dari beberapa variabel sebelum intervensi) + 0,126 (praktik tenaga
independen yang diukur ada beberapa yang kesehatan) - 1,773. Persamaan praktik
mempengaruhi variabel dependen sehingga menyatakan bahwa pendidikan gizi dan
dilakukan analisis multivariat untuk melihat variabel praktik tenaga kesehatan adalah
seberapa besar pengaruh pendidikan gizi variabel yang memberikan pengaruh terhadap
terhadap praktik kader posyandu dengan praktik kader.
mengontrol variabel lainnya. Praktik kader sangat tergantung
Praktik kader setelah dianalisis secara kepada tenaga kesehatan dalam hal ini bidan.
bivariat menyatakan bahwa variabel bebas Ketika kader diberi kesempatan untuk
yang berpengaruh hanya skor praktik sebelum melakukan sesuatu atau diperintahkan untuk
intervensi dan praktik tenaga kesehatan. melakukan sesuatu, maka akan dilakukan.
Variabel pendidikan gizi ikut dimasukkan Namun apabila kader tidak dilibatkan dalam
dalam model multivariat karena secara suatu hal maka kader akan bersifat pasif pula.
substansi sangat penting berhubungan dengan Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Dodo
variabel dependen (Hastono, 2006). Variabel (2009) yang menyatakan bahwa perilaku
praktik kader diuji menggunakan regresi linier tenaga kesehatan tidak berhubungan dengan
karena berdistribusi normal. Nilai Adjusted R aktivitas kader, namun aktivitas kader
Square 0,770 menunjukkan bahwa persamaan dipengaruhi oleh motivasi, pengetahuan, dan
yang diperoleh mampu menjelaskan 77% dari keterampilan. Seperti yang disampaikan
praktik kader setelah intervensi. Model Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)
persamaan praktik yang dihasilkan layak bahwa praktik dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
untuk digunakan karena nilai p pada ANOVA predisposisi, pemungkin dan faktor penguat.
<0,05. Sesuai dengan teori Green, bahwa motivasi,
Tabel 2 menunjukkan model pengetahuan, dan keterampilan merupakan
persamaan praktik kader yang dihasilkan faktor predisposisi yaitu faktor internal yang
ada pada diri individu untuk memunculkan keilmuan memiliki pengetahuan lebih dari
perilaku, sedangkan praktik tenaga kesehatan kader. Kenyataan di lapangan menunjukkan
dalam hal ini bidan merupakan bagian dari penyuluhan perorangan lebih banyak
faktor pendorong yang menguatkan perilaku. dilakukan oleh bidan walaupun seharusnya
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh merupakan tugas kader. Kader cenderung
Sucipto (2009) bahwa dukungan tenaga meninggalkan tugasnya di meja 4 dan
kesehatan dan dukungan kepala desa menyerahkannya pada bidan.
mempengaruhi praktik kader posyandu. Observasi di lapangan menunjukkan
Seseorang yang telah memiliki bahwa praktik kader dan tenaga kesehatan
respons positif belum tentu mewujudkannya sangat rancu untuk dibedakan. Tugas-tugas
dalam tindakan nyata (Notoatmodjo, 2003). kader ikut dibantu oleh bidan, misalnya
Sikap seringkali menentukan bagimana melakukan pengukuran LILA, menimbang
individu bertindak, namun seringkali sikap berat badan, mengisi buku register, serta
dan tindakan nyata jauh berbeda (Man dalam melakukan penyuluhan di meja 4. Hal inilah
Azwar, 2012). Hal ini karena tindakan atau yang membuat kader menjadi tergantung dan
praktik seringkali ditentukan oleh banyak kurang mandiri. Kondisi di lapangan dengan
faktor eksternal dan sifatnya amat kompleks. jumlah sasaran yang banyak memang rawan
Misalnya pada praktik penyuluhan yang untuk membuat pelayanan menjadi kurang
seharusnya dilakukan di meja 4 pada teratur, namun itu bukanlah alasan bagi tenaga
kenyataannya sering tidak dilakukan. kesehatan untuk mengambil alih tugas kader.
Beberapa hal yang mungkin bisa menjelaskan Posyandu sebagai Upaya Kesehatan
adalah pertama, pada saat pelatihan kader Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah
hanya diajarkan cara menyuluh secara sarana yang tepat untuk pemberdayaan
berkelompok, padahal di meja 4 adalah masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah
penyuluhan individu yang memerlukan teknik upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
yang berbeda dengan penyuluhan kelompok. guna meningkatkan pengetahuan dan
Kedua, sedikitnya buku pegangan atau media kemampuan masyarakat, agar mampu
bagi kader yang dapat dijadikan acuan dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi,
melakukan penyuluhan sehingga kader tidak potensi yang dimiliki, merencanakan dan
memiliki alat peraga. Ketiga, pengetahuan melakukan pemecahannya dengan
kader yang terbatas menyulitkan kader untuk memanfaatkan potensi setempat (Kementerian
menghadapi pertanyaan dari pengunjung Kesehatan RI, 2011).
posyandu yang memiliki tingkat pengetahuan Persamaan regresi menunjukkan
yang lebih tinggi. Keempat, kader merasa praktik tenaga kesehatan berpengaruh
terbantu dengan adanya bidan yang secara terhadap praktik kader, namun untuk
membentuk praktik kader yang baik tetap posyandu dalam upaya penanganan ibu hamil
perlu adanya pelatihan, penyuluhan, serta KEK setelah dikontrol variabel skor praktik
pendidikan gizi karena perilaku yang didasari sebelum intervensi dan praktik tenaga
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada kesehatan.
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Saran yang dapat diberikan adalah
perlu adanya kerja sama yang baik antara
SIMPULAN DAN SARAN tenaga kesehatan di Puskesmas dengan kader
Simpulan dalam penelitian ini (1) Ada dalam deteksi dini, monitoring, dan follow-up
peningkatan praktik kader posyandu tentang dalam penanganan ibu hamil KEK, sehingga
penanganan ibu hamil KEK setelah intervensi kader akan mampu berdaya dan menciptakan
pada kelompok perlakuan (p<0,001), kemandirian posyandu.
sedangkan praktik kelompok kontrol tidak Penyegaran/refreshing kader merupakan
meningkat (p=0,276); (2) Peningkatan skor model intervensi berkelanjutan yang perlu
praktik (4±3,7) kader posyandu dalam upaya dilaksanakan dan dipertahankan untuk terus
penanganan ibu hamil KEK pada kelompok mengasah pengetahuan, sikap, dan motivasi
perlakuan lebih tinggi jika dibandingkan kader dalam melaksanakan program kegiatan
dengan kelompok kontrol (p<0,001); (3) posyandu.
Pendidikan gizi meningkatkan praktik kader

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Jember. Jember:
Dodo, DO. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader dalam Pelaksanaan
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Sikumana. Jurnal Pangan, Gizi, dan Kesehatan
Masyarakat. Vol. 1 No. 1, April 2009 hal 37-45. Universitas Nusa Cendana
Hastono, SP. 2006. Basic Data Analysis for Health Reseach. FKM Universitas Indonesia.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Ibu Selamat, Anak Sehat: Buku Panduan Hari
Kesehatan Nasional ke-48, 12 November 2012. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto HS. 2010. Perkiraan Besar
Sampel. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2. Sudigdo Sastroamoro,
Sofyan Ismael (penyunting). Jakarta: Sagung Seto
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Jakarta: Cipta
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, HA dan Dewi N. 2008. Hubungan antara pengetahuan dan motivasi kader posyandu
dengan keaktifan kader posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungali
Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan Fikkes Volume 2 No. 1 Oktober 2008: 1-8
Sandjaja. 2009. Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil di Indonesia. Jurnal Gizi
indonesia 32(2):128-138
Sucipto, E. 2009. Berbagai Faktor yang berhubungan dengan praktik kader posyandu dalam
penimbangan balita dan cakupan D/S di posyandu di wilayah Puskesmas Geyer II
Kabupaten Grobogan. Tesis; Semarang: Universitas Diponegoro
Sukiarko, E. 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah Terhadap
Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi Dalam Pelayanan Posyandu (Studi di
Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro
Widagdo, L. 2007. Ciri-ciri Kepala Desa yang Berpengaruh Terhadap Peran Serta
KaderKesehatan dalam Meningkatkan Kinerja Posyandu. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia Vol. 2/No. 1 Januari 2007

Anda mungkin juga menyukai