Anda di halaman 1dari 146

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang seperti Indonesia. Di Negara-negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5 10 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Negara-negara sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah di capai bangsa Indonesia, yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan AKI dari 307/100.000 kelahiran hidup ( SDKI 2003 ) menjadi 262/100.000 kelahiran hidup ( SDKI 2005), tetapi angka kematian ini masih tinggi karena target pemerintah pada tahun 2010 adalah 125/100.000 kelahiran hidup, demikian pula dengan angka kematian bayi (AKB) khususnya angka kematian BBL ( neonatal ) dari 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002) menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup (2005). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi nifas dan eklamsi. Dan penyebab lain kematian ibu antara lain adalah faktor usia, paritas, kehamilan yang tidak diinginkan, kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal, asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga terlati dan obat-obatan. Penyelamat jiwa, serta kemiskinan, dan kebodohan

merupakan faktor sosial budaya yang berperan pada tingginya angka kematian maternal. Untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI, diperlukan penajaman sasaran agar kejadian 4 terlalu yang meliputi : terlalu muda, terlalu tua kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak. Serta tiga terlambat yaitu yang meliputi: terlambat mengambil keputusan dalam keluarga, terlambat untuk mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapat pertolongan yang telah di butuhkan. Sehingga dapat di tekankan serendah mungkin dengan menegakan program empat pilar safe motherhood dari WHO yang intervensinya meliputi keluarga berencana, pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi persalianan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalianan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan aman dan bersih, pelayanan obstetric esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetric esensial untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil. terlepas dari bagaimana seorang bidan mampu melaksanakan Hal ini asuhan kebidanan dengan baik dan benar dengan melihat kebutuhan pasien, maka di harapkan bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak dengn ilmu kebidanan komprehensif sehingga dapat lebih profesional. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut seorang bidan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif untuk menurunkan AKI dan AKB tenaga kesehatan khususnya bidan, mulai dari kehamilan , persalinan, dan nifas pada Ny H di bidan praktek swasta

10

1.2. Rumusan Masalah Bagaimana pelaksanaan manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. H di bidan praktek swasta-Bojong kulur Kabupaten Bogor ? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum

Diharapkan mampu mengaplikasikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan yang Komprehensif dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan ibu. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil. b. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin. c. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas. d. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. e. Mampu melaksanakan pendokumentasian secara SOAP. 1.4. Hasil yang diharapkan Bidan diharapkan mampu menghantarkan ibu melalui kehamilan, persalinan, dan masa nifas dengan baik serta menghasilkan bayi yang sehat. 1.5. Waktu dan tempat pengambilan Pengambilan studi kasus ini di lakukan dari tanggal 1 November 2009 sampai dengan tanggal 8 maret 2010 bertempat di bidan praktek swasta desa bojong kulur, Kecamatan Gunung putri, Kabupaten Bogor.

11

1.6. Gambaran kasus Pada studi kasus ini penulis mengambil kasus pada tanggal 1 November 2009 sampai dengan tanggal 8 Maret 2010 yaitu pada Ny. H umur 27 tahun, G2 P1 A0, HPHT 17 April 2009, Tapsiran persalinan 24 Januari 2010 . Pada masa hamil ini ibu ANC teratur pada hamil muda maupun pada hamil tua .ANC pada penulis sebanyak 8 kali yaitu ANC Trimester II sebanyak 1 kali ,psien melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan lain, dengan keluhan mual dan pusing.. ANC Trimester III sebanyak 7 kali, dengan keluhan sering BAK dan kram pada kaki kanan kiri, pada kunjungan yang ke7 yaitu usia kehamilan 36 minggu selama pemeriksaan tidak di temukan masalah yang berarti ibu dan janin dalam keadaan baik. Pada tanggal 26 januari 2010 jam 14.00 wib, ibu datang ke bidan dengan keluhan mules-mules keluar lendir dan darah sejak jam 9.00 wib. Hasil pemeriksaan Ny H. G2P1A0 Hamil 40 minggu partus kala 1 fase aktif keadaan ibu dan janin baik. Setelah di obdervasi 4 jam, ibu melahirkan spontan letak belakang kepala hari selasa tanggal 26 januari 2010 pukul 17.50 wib, jenis kelamin perempuan , berat badan 3200 gram, panjang badan 49 cm, anus positif, cacat negatif, selama proses persalinan tidak ada masalah, ibu dan bayi dalam keadaan baik. Pada tanggal 26 januari 2010 jam 24.00 wib, dilakukan kunjungan pertama pada Ny.H dan bayinya, pada kunjungan tersebut tidak ditemukan masalah. Pada tanggal 2 Februari 2010 dilakukan kunjungan ke 2 nifas hari ke 6, pada kunjungan tersebut ibu dan bayinya tidak ditemukan masalah. Pada tanggal 9 februari 2010 di

12

lakukan kunjungan ke 3 pada Ny. H dan bayinya, nifas 14 hari, pada kunjungan tersebut ibu dan bayinya tidak ditemukan masalah. Pada tanggal 8 maret 2010 kunjungan ke 4 pada Ny.H dan bayinya, nifas 40 hari, pada kunjungan tersebut ibu dan bayinya tidak ditemukan masalah.

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEHAMILAN 2.1.1. Definisi Kehamilan normal adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai tuanya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan sampai di hitung dari pertama haid. ( Menurut George.A,Hanifa,2006). 2.1.2.Tanda dan Gejala (Menurut Rustam Mochtar 2006). a. Tanda-tanda dugaan hamil 1) Amenorhoe. 2) Mual dan muntah. 3) Ngidam. 4) Sinkope/pingsan. 5) Payudara tegang dan membesar. 6) Sering miksi. 7) Konstipasi atau opstipasi. 8) Pigmentasi kulit. 9) Epulis. 10) Varises.

14

b.

Tanda-tanda tidak pasti

1) Rahim membesar. 2) Sesuai dengan tuanya kehamilan pada pemeriksaan dalam. 3) Terdapat tanda hegar, Chad wicks, piskacek, kontraksi Braxton Hicks, teraba Balotement c. Tanda pasti kehamilan 1) Dapat diraba kemudian dikenal bagian-bagian janin. 2) Adanya denyut jantung janin. 3) Dapat dirasakan gerakan janin atau balotement. 4) Pada pemeriksaan roentgen tampak kerangka janin. 5) Dengan USG dapat di ketahui ukuran kantong gestasi, panjang janin, untuk memperkirakan tuanya kehamilan.

2.1.3. Perubahan anatomi dan fisiologi dalam kehamilan ( Rustam Mochtar,2006 ) 1. Uterus Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat, bentuk uterus seperti buah aldvokat, agak gepeng pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan untuk membuat diagnosis apakah wanita

15

tersebut hamil fisiologi, ganda, atau menderita penyakit seperti molahidatidosa. 2. Serviks uteri Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena hormone esterogen. Jika corpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot maka serviks masih banyak mengandung jaringan ikat hanya 10% jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks mengandung banyak kolagen. Serviks yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan sedikit jaringan otot tidak mempunyai fungsi seperti springter. 3. Vagina dan vulva Vagina dan vulva akibat hormone estrogen mengalami perubahan hypervakularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiran (livide), pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. 4. Ovarium Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum

graviditatis sampai terbentuknya plasenta. Pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Corpus leteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian mengecil setelah plasenta berbentuk. Corpus luteum mengeluarkan hormone esterogen dan progesteron.

16

5.

Mamae Mamae akan membesar esterogen, dan tegang akibat tetapi hormone belum

somatomotropin,

dan

progesterone,

mengeluarkan air susu. Papila mamae akan membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam seperti seluruh areola mamae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan diatas 12 minggu putting susu dapat mengeluarkan colostrums. Sesudah partus colostrums ini agak kental dan warnanya agak kuning. Post partum dengan dilahirkannya plasenta pengaruh esterogen, dan progesteron dan somatomatropin terhadap hipotalamus hilang. Sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi. 6. Sirkulasi darah Dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dan pebuluh-pembuluh darah yang membesar. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi, dengan adanya pencairan darah yang disebut hidrenia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu diikuti dengan cardiacoutput yang meninggi sebanyak kira-kira 30% akibat hemodilusi tersebut yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu. 7. Sistem respirasi Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus

17

yang membesar kearah diafragma, sehingga difragma kurang leluasa bergerak. 8. Traktus urinarius Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu atas pinggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. Disamping sering kencing tersebut terdapat pula poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69%. 9. Traktus digestivus Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek atau nausea. Akibat kadar hormone esterogen yang meningkat. Tonus otototot traktus digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus berkurang. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis) biasanya terjadi pada pagi hari dikenal sebagai morning sicness. Emesis bila terlampau sering dan terlalu banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum, keadaan patologi. Salivasi adalah pegeluaran air liur yang berlebihan dari biasanya. Dan terlampau banyak inipun menjadi patologi.

18

10. Kulit Pada kulit terdapat hiperpigmentasi ini disebabkan oleh karena pengaruh Manophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat pada hiperpigmentasi pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai Cloasmagravidarum. Didaerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama pada didaerah areola mamae. Line alba pada kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai linea grisea. 11. Metabolisme Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi, system endokrin juga meninggi. BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Protein diperlukan untuk perkembangan badan. Alat kandungan, mamae dan untuk janin. Protein harus disimpan untuk kelak dapat dikeluarkan pada laktasi. Hidrat arang : seorang wanita hamil sering harus nafsu makan besar, sering kencing dan kadang-kadang memperlihatkan pula nokosuria, sehingga menyerupai diabetes mellitus. Segala sesuatu ini dipengaruhi oleh somatomatropin, peningkatan plasma, insulin dan hormon-hormon adrenalin.

2.1.4.Jadwal kunjungan ANC (Menurut Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2003)

19

a.

Pengertian Antenatal care (pengawasan kehamilan) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu mengahadapi persalinan, nifas, pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

b.

Tujuan 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan Bayi. 3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat berkembang secara normal. c. Pelayanan Asuhan Antenatal Care (ANC) standar minimal termasuk 7T (Menurut Pusdiknakes,WHO,JHPIEGO,2003) T: 1. Temu wicara.

20

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Timbang dan tinggi badan ibu. Tensi. Tinggi fundus uteri. Tetanus toxoid. Tablet tambah darah. Tes laboratorium.

d. Standart pelayanan ANC 1. Identifikasi ibu hamil. Bidan mengadakan kunjungan dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan keluarga agar memeriksakan kehamilan. 2. Kunjungan ANC Bidan memberikan pelayanan ANC paling sedikit 4 kali, yaitu : 1. 1 kali pada trimester I ( sebelum minggu ke 14 ). 2. 1 kali pada trimester II (antara minggu ke 14 18 minggu). 3. 2 kali pada trimester III (antara minggu sesudah minggu ke 36 sampai lahir). 3. Palpasi Abdomen Bidan melakukan pemeriksaan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, memeriksa posisi, bagian terendah janin, masuknya kepala ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Palpasi dapat dilakukan dengan cara menurut Leopold, yaitu : 28 36 dan

21

a. Menentukan tinggi fundus uteri. b. Leopold I Meraba bagian janin yang berada didasar rahim. Menyimpulkan : Tuanya kehamilan dan terdapat dalam dasar rahim. c. Leopold II Meraba samping rahim dan merasakan disebelah mana teraba tahanan yang paling keras dan tahanan terus dari atas kebawah. Menyimpulkan : letak punggung janin pada letak membujur, kepala janin disebelah kanan / kiri pada letak lintang. bagian apa yang

d.Leopold III Meraba samping bawah rahim dengan satu tangan

menyimpulkan letak kepala : teraba bagian besar, bulat, keras, melenting. Letak sungsang : Teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting. Letak lintang : tidak teraba bagian-bagian besar (kosong).

e. Leopold IV Meraba bagian janin yang berada di bagian bawah rahim dengan 2 tangan

22

Menyimpulkan : Seperti Leopold III dan menentukan sampai dimana bagian terdepan janin sudah Masuk PAP. 4. Pengelolaan : anemia pada kehamilan. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penentuan, penanganan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari segera mungkin setelah rasa mual menghilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (Zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet. Zat besi sebaiknya diminum bersama vitamin C / air putih agar cepat terserap dan tidak diminum bersama teh / kopi karena akan mengganggu penyerapan. 5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan. Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala pre eklampsia serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

2.1.5. Ketidaknyamanan dalam kehamilan trimester III ( Menurut Pusdiknakes WHO JHPIEGO,2003) 1. Odema

23

Penyebab: Tekanan dari pembesaran uterus pada vena felvic ketika duduk atau pada vena inferior ketika berbaring. Cara mengatasinya : a. Hindari berbaring terlentang. b. Hindari berdiri untuk waktu yang lama. c. Istirahat dengan miring kekiri, dengan kaki agak ditinggikan. d. Tinggikan kaki jika dapat. e. Hindari kaos kaki yang ketat. 2. Sering buang air kencing Penyebab : a. Tekanan uterus pada kandung kemih. b. Air dan sodium tertahan didalam tungkai bawah selama siang hari karena statis vena pada malam hari terdapat aliran balik vena yang meningkat dengan akibat peningkatan dalam jumlah out put air seni. Cara mengatasinya : a. Kosongkan saat terasa ada dorongan untuk BAB. b. Perbanyak minum. c. Kurangi minum dimalam hari 3. Haemoroid Penyebab : a.Konstipasi.

24

b.Tekanan yang meningkat pada uterus gravid terhadap vena haemorodial. c. Dukungan yang tidak memadai pada vena haemoroid di area anorectal. Cara mengatasinya : a. Makan-makanan berserat. b. Gunakan kompres es, kompres hangat. 4. Gusi berdarah Penyebab: a. Estrogen meningkat aliran darah kerongga mulut dan mempercepat laju pergantian sel- sel pelapis epithelial gusi. b. Vaskularisasi gusi menjadi sangat tinggi dengan penyebaran pembuluh darah halus. Cara mengatasinya : a. Berkumur dengan air hangat. b. Memeriksakan gigi secara teratur. c. Jaga kebersihan diri. 5. Keputihan ( Trimester ke 1dan ke 3 ) Penyebab : a. Hyperplasia mukosa vagina. b. Peningkatan produksi lendir dan kelenjar endoservikal sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen. Cara mengatasinya :

25

a. Tingkatkan kebersihan diri dengan mandi setiap hari. b. Memakai pakaian dalamyang terbuat dari katun. 6. Perut kembung ( trimester ke 2 dan ke 3 ) Penyebab : a. Pemolitas gastrointestinal menurun yang menyebabkan terjadinya perlambatan waktu pengosongan. b. Penekanan dari uterus yang membesar terhadap usus besar. c. Masuk angin. Cara mengatasinya : a. Hindari makanan yang mengandung gas. b. Mengunyah makanan secara sempurna. c. Pertahankan saat buang air besar yang normal. 7. Pusing ( trimester 1, 2 dan 3 ) Penyebab: a. Kontraksi otot ketegangan spasme otot keletihan. b. Pengaruh hormone tegangan mata skunder terhadap perubahan okuler, kongesti hidung dinamika cairan syaraf yang berubah, alkalosis ringan pada pernapasan. Cara mengatasinya : a. Bangun secara perlahan dari posisi istirahat. b. Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan sesak. c. Hindari berbaring dalam posisi terlentang. 8. Varises pada kaki ( trimester 2 dan 3 )

26

Penyebab: a. Kongesti vena bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang hamil. b. Kerapuhan jaringan elastis yang di sebabkan oleh estrogen. Cara mengatasi: a. Tinggikan kaki sewaktu berbaring atau duduk.

2.1.6.Tanda dan Bahaya kehamilan. ( menurut George Adrianz da TM. Hanifah.2002) 1. Perdarahan perdarahan pada usia kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya di sebabkan oleh keguguran, penyebab karena kelainan kromosom yang ditemui pasa spermatozoa atau pun ovum. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umumnya disebabkan oloeh plasenta previa. 2. Pre eklampsi Usia kehailan diatas 20 minggu disertai debgab peningkatan tekanan darah diatas normal.

Tanda dan gejala pre eklampsi adalah : Sakit kepala atau sefalgia ( prontal atau oksipital ) yang tidak membaik dengan pengobatan umum.

27

Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur. Nyeri epigastrik. Tekanan darah sistolik 20 30 mmHg dan diastolik 10 20 mmHG di atas normal.

Protein urin (diatas positif 3). Oedema menyeluruh.

3. Nyeri hebat di daerah abdominal pelvikum. Bila terjadi pada kehamilan trimester II atau III dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosanya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarhan ( reveallad) maupun tersembunyi ( concealad). Trauma abdomen. Pre eklampsi. Tinggi fundus uteri lebih besar dai usia kehamilan. Bagian bagian janin sulit diraba. Uterus tegang dan nyeri. Janin mati dalam rahim.

4. Ketuban pecah sebelum waktunya.

2.2. PERSALINAN NORMAL 2.2.1.Pengertian a. Abdul Bari Saifudin, 2002

28

Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan (37 - 42 minggu) atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan letak belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. b. Sarwono Prawirohardjo, 2002 Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. c. DR.Rustam Mochtar, 1998 Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. d. I. B. G Manuaba, 1998 Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri.

2.2.2.Sebab terjadinya proses persalinan ( Georgo adrianz da TM. Hanifah.2002)

29

Sebab sebab mulainya persalinan

belum

di ketahui

dengan

jelas sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya terjadinya persalinan. Beberapa teori yang menyatakan sebab-sebab yang menimbulkan persalinan : a. Teori penurunan kadar hormon. Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentaan otot-otot rahim. Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga menimbulkan his. b.Teori Plasenta menjadi tua. Proses penuaan plasenta mulai umur 28 minggu dimana terjadi

penimbunan jaringan Ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Kadar esterogen dan Progesteron menurun yang mengakibatkan

berkurangnya aliran darah dan menimbul kontraksi rahim. c.Teori Keregangan. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu, setelah melewati batas tersebut kontraksi dapat timbul sehingga terjadi persalinan. d.Teori Oksitosin. Pada akhir kadar oksitoksin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. e.Teori Postaglandin. Konsentrasi prosraglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin dianggap dapat

memicu terjadinya persalinan.

30

2.2.3.Tanda-tanda permulaan persalinan. (Williams pritchard,2003) Dengan menurunnya hormone progesterone menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi otot rahim yang menyebabkan : a. b. c. Turunnya kepala, memasuki pintu atas pinggul. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun. Perasaan sering atau susah kencing, karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. d. Perasaan sakit perut dan pinggang karena kontraksi ringan otot-otot rahim dan tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak di sekitar serviks. e. Perlunakan serviks, serviks mendatar dan sekresi lender bercampur darah (bloody show ). Tanda-tanda inapartu : a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah ( show ) berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan mendatar dari pembuluh - pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah akibat pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. d. Pada pemeriksaan dalam di jumpai pelunakan dan pendataran serviks serta pembukaan serviks.

2.2.4. Faktor - faktor yang berperan dalam Persalinan

31

( Williams pritchard, 2003). a. Kekuatan yang mendorong janin keluar ( power ). 1. 2. 3. 4. His. Kontraksi otot-otot dinding perut. Kontraksi diafragma. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum.

b. Faktor janin ( passenger). c. Faktor jalan lahir ( passage). 1. Jalan lahir keras Pintu atas panggul ( inlet ) dibatasi oleh linea inominata. Pintu tengah panggul ( midlet ) dibatasi oleh spina ischiadica. Pintu bawah panggul ( outlet ) dibatasi oleh syimpisis dan arkus pubis. 2. Jalan lahir lunak Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, serviks uteri dan vagina. Disamping itu otot otot jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat anogenital juga sangat berperan pada persalinan.

d. Psikis ibu bersalin. Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama bersalin. Anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi

32

langkah - langkah yang mungkin sangat mebantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk di dampingi. e. Penolong. 2.2.5. Perubahan dalam proses persalinan (menurut williams pritchard, 2003) a. Kala I Waktu pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10 cm. Fase pembukaan di bagi 2 fase yaitu : 1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm. 2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yaitu : a. Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm. b. Fase dilatasi maksimal dalam 2 jam pembukaan

berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Lama Kala I untuk primi gravida berlangsung 12 jam dengan pembukaan 1 cm / jam dan pada multi gravida 8 jam dengan pembukaan 2 cm / jam. Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu : ketuban pecah ini, tali pusat menumbung, gawat janin, inersia uteri. b. Kala II

33

Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Pada kala pengeluaran janin his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kepala janin telah dan masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul sering secara reflektoris, menimbulkan rasa ingin mengedan. Karena tekanan pada rktum ibu seperti mau buang air besar dengan tanda-tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, reunium meregang. Dengan his mengedan yang yang terpimpin akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu : eklampsi, kegawatdaruratan lain, tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, rupture uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri, tanda-tanda lilitan tali pusat. c. Kala III Partus kala III disebut pula kala uri. Kala ini berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri keluar / lahir. Pada kala ini disebut juga penatalaksanaan manajemen aktif kala III yaitu : a. b. c. Pemberian oksitosin dengan segera. Pengendalian tarikan pada tali pusat terkendali. Pemijatan uterus segera setelah plasenta.

Pimpinan pada kala pelepasan plasenta adalah : a. Pengawasan terhadap perdarahan.

34

b. c.

Memperhatikan tanda pelepasan plasenta. Melakukan pertolongan pengeluaran plasenta.

Kala III terdiri dari : a. Fase pelepasan uri. Fase pengeluaran uri. Pengawasan terhadap perdarahan. Perdarahan yang banyak lebih dari 500 cc merupakan indikasi untuk segera melahirkan plasenta secara manual. b. Tanda plasenta sudah lepas. Setelah janin lahir, uterus masih mengadakan kontraksi yang mengakibatkan Penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantasi. 1. Beberapa macam cara pelepasan plasenta yaitu : Secara Schultze. Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, hingga plasenta lahir tidak terjadi perdarahan. Secara Duncan. Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan di ikuti oleh pelepasan plasenta. 2. Perasat perasat untuk mengetahui lepasnya uri : a. Perasat kustner Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri menekan daerah diatas simfisis, bila tali pusat

35

masuk kembali ke vagina berarti plasenta belum lepas. Bila tetap / tidak masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta sudah lepas. b. Perasat klien Ibu disuruh mengejan sehingga tali pusat ikut serta turun atau memanjang berarti plasenta sudah lepas, tetapi bila ibu tidak mengejan tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum lepas. c. Perasat strasman Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri

mengetok - ngetok fundus uteri bila terasa getaran pada tali pusat yang di regangkan berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran berarti plasenta telah lepas dari dinding uterus. d. Perasat crede Memijat uterus seperti meremas jeruk agar plasenta lepas dari dinding uterus, hanya dapat digunakan bila terpaksa misalnya terjadi perdarahan. e. Perasat Brandb Andrew Tangan kanan memegang tali pusat dekat vulva, tangan kiri di letakkan pada dinding perut diatas simfisis (sehingga permukaan palmar jari - jari terletak di permukaan rahim, kira - kira pada perbatasan depan

segmen bawah rahim,

36

dengan melakukan tekanan ke arah atas belakang ( dorso cranial), maka badan rahim akan terangkat apabila Oplasenta telah lepas, maka tali pusat tidak tertarik ke atas, kemudian tekanan di atas simfisis diarahkan ke bawah belakang, arah vulva pada saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk membantu mengeluarkan plasenta. 3. Pemeriksaan plasenta dan selaputnya. Setelah plasenta lahir, harus diteliti apakah kotiledon lengkap atau masih ada sebagian tertinggal dalam kavum uteri dan apakah pada pinggir plasenta masih didapat hubungan dengan plasenta lain seperti adanya plasenta suksenturiata. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus tidak berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda dan gejala avulse ( putus ) tali pusat. d. Kala IV

37

Dimulai dari saatnya lahir plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah : subnivolusi dikarenakan oleh uterus tidak keras, perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, plasenta tertinggal. 7 pokok penting yang harus diperhatikan : 1) Kontraksi uterus baik atau tidak periksa 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. 2) Perdarahan ada tidak, banyak atau tidak. 3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, tidak ada bagian - bagian yang tersisa dalam uterus. 4) Kandung kemih harus kosong, jika penuh akan mendorong uterus ke atas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya. 5) Luka-luka pada perenium, jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak. 6) Kondisi bayi dalam keadaan baik. 7) Ibu dalam keadaan baik, tekanan darah : 120/80 mm Hg, nadi : 88 kali/menit, pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 36,5 derajat celcius, rasa sakit : tidak ada.

2.2.6. Asuhan persalinan normal. ( APN DepKes RI 2008 ) I. Mengenal tanda dan gejala kala II

38

1. Mendengar dan melihat adanya tanda dan gejala kala II. - Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran. - Ibu merasakan ada tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina. - Perineum tampak menonjol. - Vulva dan sfingter ani membuka. II. Menyiapkan pertolongan persalinan. 2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat obatan esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir untuk asfiksia : tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. a.Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi. b.Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.. 3. Pakai celemek plastik. 4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisuee atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi yang akan di gunakan untuk periksa dalam. 6. Memasukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik ( gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril ( pastikan tidak

39

terjadi kontaminasi pada alat suntik ). III.Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik. 7. Membersihkan vulva dan perineum,menyekanya dengan hati- hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang di basahi DTT. 8. Melakukan periksa dalam. 9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan ke dalam larutan Klorin selama 10 menit kemudian cuci tangan efektif. 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah / saat relaksasi uterus. IV.Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan. 11.Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. 12.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneren. 13.Melakukan pimpinan meneren saat ibu ada dorongan untuk meneren. 14.Menganjurkan pada ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi. 15.Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu. 17. Membuka partus set. 18. Memakai sarung tangan DTT.

40

VI. Persiapan perlengkapan kelahiran bayi dan Lahirnya kepala bayi. 19.Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi, untuk menahan defleksi dan membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu untuk meneren perlahan lahan atau bernafas cepat dan dangkal saat kepala lahir. 20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat . 21.Tunggu kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahirnya bahu 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bi parietal, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai . 23.Setelah kedua badan lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lenga n dan siku sebelah bawah gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. 24.Setelah tubuh dan lengan lahir, penulusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki ( masukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing- masing mata kaki dengan ibu jari dan jari -

41

jari lainnya). VII.Penanganan Bayi Baru Lahir 25.Melakukan penilaian ( selintas ), bayi menangis kuat dan bergerak aktif. 26.Mengeringkan tubuh bayi : Mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering membiarkan bayi diatas perut ibu. 27.Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus ( hamil tunggal ). 28.Memberitahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. 29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral ( melakukan aspirasi aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30.Setelah 2 menit pasca persalinan, menjepit tali pusat dengan klaim kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat kearah distal ( ibu ) dan menjepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klaim pertama. 31.Pemotongan dan pengikatan tali pusat. a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit ( lindungi perut bayi ), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

42

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. 32.Letaknya bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan b ahu bayi sehingga bayi menempel di dada / perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. 33.Selimut ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. VIII.Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga. 34.Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 10 cm dari vulva.

35.Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36.Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso krania, secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta

43

ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. IX. Mengeluarkan Plasenta. 37.Lakukan penegangan dan dorongan dorso - kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil menolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetapi lakukan tekanan dorso-kranial). a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirnya plasenta. b. Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangkan tali pusat : 1. 2. penuh. 3. 4. 5. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual. 38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan puta-plasenta hingga selaput Beri dosisi ulangan eksisosin 10 unit IM. Lakukan kateterisasi (aseptic jika kandung kemih

ketuban terpilin kemudian lahirkan dan temptkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai

44

sarung tangan DTT atau streil untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau streil untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal. X.Rangsangan Taktil (Massae) Uterus. 39. Segera setelah plasenta dan selput ketuban lahir, lakukan

massae uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massae dengan gerakan melingkar daengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15. detik massae. XI.Menilai Perdarahan. 40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus. 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan. XII.Melakukan Prosedur Pasca Persalinan. 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginaan. 43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

45

a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30 60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu. 44. Setelah satu jam lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan Vitamin K1 1mg intramuscular dipaha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian Vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral. a. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu didalam satu jam pertama biarkan sampai bayi berhasil menyusu. XIII.Evaluasi. 46. Lanjutkan pervaginaan. a. 2 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan. c. Setiap 20 30 menit pada jam kedua pasca persalinan. pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

46

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. 47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimilasi jumlah kehilangan darah. 49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. 50.Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (4060 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5 37,5). XIV.Kebersihan dan Keamanan. 51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi didekontaminasi. 52. Buang bahan - bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. (1o menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

47

54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya. 55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. 56. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. XV.Dokumentasi dengan partograf 58. Lengkapi partograf dengan : a.Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal

dan dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Pencatatan selama fase aktif persalinan. a.Informasi tentang ibu. 1. 2. 3. 4. 5. Nama, umur. Gravida, para abortus. Nomor catatan medis / nomor puskesmas. Tanggal dan waktu mulai dirawat. Waktu pecahnya selaput ketuban.

b. Kondisi janin.

48

1. 2.

DJJ, cacat setiap 1 jam. Warna dan adanya selaput ketuban. a.U : Selaput utuh. b. J : Selaput, air ketuban jernih.

c.M : Air ketuban bercampur Mekonim. d. D : Air ketuban berwarna darah.

e.K : Tidak ada cairan ketuban atau kering. 3. Penyusupan atau moulase kepala janin. a. 0 : Sutura terpisah. b. 1 : Sutura yang tepat atau bersesuaian. c. 2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki. d. 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. c.Kemajuan Persalinan. 1. Pembukaan serviks dimilai setiap 4 jam dan diberi tanda

silang. 2. Penurunan terbawah bagi janin, catat dengan tanda lingkaran

(0) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5 atau paruh atas kepala berada disimfisis pubis. 3. d. 1. 2. Garis waspada dan garis bertindak. Jam dan waktu Waktu mulainya fase aktif persalinan. Waktu actual sakit pemeriksaan atau persalinan.

e.Kontraksi uterus

49

Catat setiap setengah jam. Lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap

kontraksi dalam hitungan detik. f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan. 1. 2. g. Oksitosin. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

Kondisi ibu. 1. Nadi setaip 30 sampai 60 detik dan tandai dengan sebuah

titik besar. 2. Tekanan darah catat setaip 4 jam dan tandai dengan anak

panah. 3. 4. Suhu badan, catat setiap 2 jam. Urin (volumeaseton dan protein), catat setiap 2 kali ibu

berkemih. 2.3. BAYI BARU LAHIR 2.3.1.Definisi Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang di berikan pada bayitersebut selama jam pertam setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan, bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan aterm dengan berat 2500 gram 4000 gram.. (Menurut, Saifuddin, 2006) 2.3.2.Keadaan klinis bayi baru lahir normal (artopometri/pemeriksaan)

50

1.

Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.

2.

Keaktifan Bayi normal melakukan gerakan gerakan tangan dan kaki yang simetri pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

3.

Simetri dari anggota badan. Apakah keseluruhan badan seimbang.

4.

Keadaan kepala Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses, kelahiran atau tumor lunak hanya dibelahan kiri atau kanan saja, atau di sisi kiri atau kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala.

5.

Muka wajah Bayi tampak ekspresi.

6.

Mata Diperhatikan adanya tanda tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.

7.

Mulut

51

Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna. 8. Leher , dada, abdomen. Melihat adanya cedera akibat persalinan. 9. Punggung. Adakah benjolan/tumor pada tulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna . 10. Bahu, tangan, sendi, tungkai Perlu diperhatikan bentuk, geraknya, fraktur, paresis. 11. Keadaan kulit dan kuku Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan. Kadang kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan. Pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan ada kelainan. Waspada timbulnya kulit dengan warna yang tak rata ( cutis marmorata ) telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat atau kuning. Bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong ( Mongolian spot ) akan menghilang pada umur 1 5 tahun. 12. Kelancaran menghisap dan pencernaan. Harus diperhatikan. 13. BAB dan BAK Diharapkan keluar pada 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang tiba tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan

52

mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut. 14. Refleks. a. pipi. b. Refleks isap, terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, Refleks rooting, bayi menoleh kearah benda yang menyentuh

yang disertai refleks menelan. c. Refleks moro, timbulnya pergerakan tangan yang simetris

apabila kepala tiba-tiba digerakan. d. Refleks mngeluarkan lidah,terjadi mulut, yang sering apabila diletakkan benda bayi menolak

didalam

ditafsirkan

makanan/minuman. 15. Berat badan dan Tinggi badan. Sebaiknya tiap hari dipantau. Penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan. Untuk memudahkan penolong menilai apakah keadaan bayi tersebut baik atau tidak maka diusulkan penilaian bayi baru lahir dengan menggunakan system nilai apgar. Penilaian ini dilakukan pada saat bayi lahir ( menit ke 0 ) sehingga dapat mengidentifikasikan BBL yang memrlukan pertolongan lebih cepat. Tabel 1 Apgar Score Nilai Apgar 0 1 2 Nilai

53

Warna kulit

Pucat

Badan merah Ektremitas Biru < 100

Seluruh Tubuh Kemerahan > 100

Denyut Jantung Janin Reaksi terhadap Rangsangan Otot

Tidak ada

Tidak ada

Menyeringai

Bersin batuk

Tidak ada

Ektremitas Sedikit fleksi Lemah tidak teratur

Gerakan aktif

Pernapasan

Tidak ada

Mengangis kuat

(Menurut Hanifa Wiknjosastro, 2006).

2.3.3. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir ( Menurut Hanifa wikhnjosastro, 2006 ) Bebaskan atau bersihkan jalan nifas. Memotong dan merawat tali pusat. Mencegah terjadinya kehilangan panas. Identifikasi Pencegahan infeksi Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tbuhnya melalui proses infeksi, induksi, evaporasi dan radiasi. Segera setelah bayi baru lahir upayakan untuk mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi hal ini dapat dilakukan dengan : 1. Mengeringkan tubuh bayi.

54

2. 3. 4.

Selimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering. Ganti handuk atau selimut basah. Jangan mandikan bayi sebelum suhu tubuhnya stabil, yaitu 6 jam setelah bayi lahir.

5.

Lingkungan yang hangat. -Memberikan vitamin K1 secara oral3x @ 2 mg secara Intra Muskular 1 mg dosis tunggal. -Memberi obat tetes / salep ( tetrasiklin 1% eritromisin 0,5% ) segera. -Identifikasi bayi.

2.3.4. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir. (Menurut Hanifa wikhnjsastro,2006) a. b. c. d. e. f. g. Sesak napas. Frekuensi pernapasan 60 x /menit. Gerak retraksi didada. Malas minum. Panas atau suhu badan bayi rendah. Kurang aktif. Berat lahir rendah ( 1500-2500 gram ) dengan kesulitan minum.

2.4. NIFAS 2.4.1.Definisi Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

55

(Manuaba, Ida bagus Gde,2002) 2.4.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun fisiologik. Melaksanakan asuhan yang komperhensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, ASI Eksklusif. Pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.

(ASKEB nifas, Ambarwati ER, Wulandari D. 2009) 2.4.3. Tahapan Masa nifas ( menurut hanifa, 2006) a) Early puerperium Adalah keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam sesudah persalinan ( 0 sampai 24 jam sesudah persalinan). b) Immediate puerperium Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium. (Waktu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari atau 1 minggu pertama). c) Late Puerperium Adalah lebih dari 1 minggu sesudah melahirkan. 2.4.4.Perubahan Pada Masa Nifas ( menurut Hanifa Wikhnjosastro ,2006) Involusio

56

a.

Pengertian. Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil. Dengan berat sekitar 60 gr, proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot polos uterus.

b.

Proses Involusio terjadi karena adanya : 1. Autolisis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh. 2. aktifitas otot-otot adalah adanya kontraksi dan retraksi dari otot otot setelah anak lahir. 3. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus.

c.

Macam-macam lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas : 1. Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium hari pertama sampai hari k- 3 masa post partum. 2. Lochea sanguinoleta : berwarna nerah kuning berisi darah

dan lender, hari ke 3-7 pasca persalinan. 3. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 pasca persalinan, warnanya kecoklatan mengandung lebih sedikit darah dan lebih banyak serum.

57

4.

Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu, cairannya

berwarna putih mengandung lekosit, selaput lender serviks dan jaringan yang telah mati. 5. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah, berbau busuk. 6. Lochiastatis : lochea tidak lancar keluarnya dan terjadi

infeksi. 2.4.5. Perubahan Psikologis pada Ibu Nifas. ( menurut Manuaba, Ida Bagus,2008) a. Periode Talking In 1. Periode ini terjadi 1 2 hari post partum, ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya pada

kekhawatirannya akan tubuhnya. 2. 3. 4. b. Ia akan mengulang ulang pengalamannya waktu bersalin. Tidur tanpa gangguan sangat penting, bila tidak tidur terasa pusing. Peningkatan nafsu makan bertambah selera makan meningkat.

Periode Talking Hold 1. Periode ini berlangsung pada hari ke 2 4 hari post partum, perhatiannya menjadi orang tua yang sukses, eningkatkan tanggung jawab pada bayinya. 2. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuh, BAB BAK, dan kekuatan.

58

3.

Ibu bersedia keras untuk menguasai tentang keterampilan perwatan bayi, menggendong, enyusui, memandikan, mengganti popok. Bila terasa tidak mahir perlu penyuluhan dari bidan, perlu menerima kritikan. Pada tahap ini bidan penting

memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi. c. Periode Letting Go 1. 2. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. 3. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi. 4. Dengan adanya kebutuhan bayi yang menyebabkan

berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial. 5. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

2.4.6. Asuhan pada masa nifas. ( Menurut Saifuddin, 2006) a. Kebersihan diri : 1. 2. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

59

3.

sarankan untuk mengganti pembalut atau kain penbalutnya setidaknya dua kali sehari.

4.

Sarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

b.

Mobilisasi Ibu dianjurkan miring kekiri dan kanan untuk mencegah terjadinya trombosis. Ibu boleh turun dari tempat tidur 6 jam pasca persalinan.

c.

Istirahat. 1. 2. Anjurkan untuk beristirahat yang cukup. Sarankan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga perlahanlahan seperti biasa.

d.

Gizi. Ibu menyusui harus : 1. 2. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setaip hari. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. 3. 4. Minum sedikitnya 3 liter per hari. Mengkonsumsi pil zat besi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. 5. Mengkonsumsi kapsul vitamin A ( 200.000 unit ).

e.

Laktasi. Hisapan bayi pada puting susu merupakan rangsangan yang psikis

secara riflektorit mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh

60

hopifise. Produksi Air Susu Ibu (ASI) akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusio uteri akan lebih sempurna. f. Perawatan Payudara. 1. 2. 3. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu. Menggunakan BH yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Dan bila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. 4. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, segera lakukan : a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain

basah dan hangat selama 5 hari. b. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting. c. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara. d. Susukan setiap 2 3 jam. e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

f. Miksi Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri. Ibu

dalam masa nifas tidak di anjurkan menahan buang air kecil karena akan memperlambat pengecilan rahim. g. Defeksi.

61

Buang air besar harus dilakukan selmbat-lambatnya 3 hari pasca bersalin. h. Senggama. Hubungan suami isteri dapat dimulai begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri. i. Keluarga Berencana. Idealnya pasanganh arus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka merencanakan keluarganya dengan kontrasepsi. j. Pemeriksaan pacsa persalinan. 1. 2. Keadaan umum meliputi keluhan dan penampilan. Pemeriksaan umum meliputi tekanan darah, nadi, berbagai ingin

macam alat

respirasi dan suhu tubuh. 3. Inspeksi konjungtiva maat, secret pervaginam

lochea / flour albus. 4. Palpasi kontraksi rahim, tinggi fundus uteri dan

kandung kemih. 2.4.7. Jadwal Kunjungan Nifas. ( Menurut Saifuddin ,2006 ) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera sampai 6 jam pertama setelah persalinan. Selanjutnya diperlukan 3 kali pemeriksaan nifas yaitu pada hari ke-

62

3, ke-14 dan ke- 40 setelah persalinan. Selain memberikan pelayanan, pelaksanaan pelayanan KIA juga memberitahu tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul dan apa yang perlu dilakukan bila hal tersebut timbul. 1. Pada pemeriksaan pertama dalam 6 jam setelah persalinan. Uterus

berkontraksi dan menutup tempat lepasnya plasenta. Perawatan pada masa ini sangat penting untuk : a) Menilai apakah terjadi perdarahan yang lebih banyak dari biasa pada ibu, agar dilakukan tindakan segera. b) Memeriksa bayi untuk pertama kalinya. c) Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya tentang kebutuhan bayi agar tetap sehat. d) Memastikan bahwa bayi dijaga agar tetap hangat dan diberi ASI segera setelah lahir. 2. Pada 6 hari setelah persalinan. Ibu dan bayi perlu dikunjungi lagi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a) Memastikan involusio uterus berjalan normal.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. c) Memastikan Ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. e) f) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi. Ibu dianjurkan untuk minum tablet tambah darah sampai 40 hari setelah persalinan

63

3.

Kunjungan pada minggu ke-2 Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a) Rahim ibu telah mengecil sampai hamper ke ukuran sebelum hamil.

b) Bayi bertambah besar, sehat, pusar mungkin telah puput dan lukanya mongering. c) Memberi penjelasan pada ibu cara merawat dirinya dan bayinya selama nifas, termasuk KB. 4. Kunjungan pada minggu ke-6 Kunjungan dapat dilakukan pelaksana pelayanan KIA. Hal yang perlu dilakukan adalah : Membahas KB, enyusui bayi dengan mengenali adanya tanda bahaya bila ada. ASI dan perawatan bayi selanjutnya. dirumah ibu atau ibu yang mendatangi

2.4.8. Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Metode Varney Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien ( Menurut Varney, 2003).

64

Manajemen kebidanan dituntut untuk merencanakan, menorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan sebuah kebidanan yang efektif dan efisien.

2.4.9. Tanda bahaya pada masa nifas a. kesadaran dan kesehatan umum: kesadaran menurun , muka pucat, berkeringat dingin dan kulit lembab, kejang, gangguan penglihatan, nyeri efigastrium. b. TTV: diastolik lebih dari 90-100 mmhg , sistolik kurang dari 90 mmhg, nadi cepat dan lemah lebih dari 100x/mnt, nafas cepat lebih dari 30x/ mnt. c. d. Jumlah kehilangan darah lebih dari 500 cc. Keadaan uterus dan TFU : uterus lembek dan tidak berkontraksi, bagian bawah uterus sulit dipalpasi, uterus terdorong condong kesatu sisi, TFU diatas pusat setelah janin dan plasenta lahir.

e.

Keadaan plasenta dan tali pusat yaitu: tali pusat terputus, plasenta tidak lahir segera setelah 30 menit, ada sebagian plasenta yang tertinggal.

f.

Lokhea yaitu: mengalami infeksi, cairan seperti nanah dan berbau busuk ( lokhea purulenta).

g.

Eleminasi : protein urine lebih +1, ologuri, ibu tidak berkemih setelah 6 jam post partum, ibub tidak BAB lebih dari 3 hari post partum.

65

2.5. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan ( Mnurut varney, 2003) Proses manajemen Varney terdiri dari 7 (tujuh) langkah taitu : I. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara : 1.Anamnesis. a. b. c. d. e. f. Biodata. Riwayat menstruasi. Riwayat kesehatan. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. Bio Psiko Sosio Spiritual. Pengetahuan klien.

2.

Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital.

3.

Pemeriksaan khusus. h. i. j. k. Inspeksi. Palpasi. Auskultasi. Perkusi.

4.

Pemeriksaan penunjang.

66

a. Laboratorium. b. Catatan terbaru dan sebelumnya. 1. Langkah II : Interpretasi Data Dasar. Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan

diagnosa keduanya

digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat di selesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering

berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan, masalah ini sering menyertai diagnosa. Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan. Standar nomnklatur diagnosis kebidanan : 1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi. 2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan. 3. Memiliki cirri khas kebidanan 4. Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan. 5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial.

67

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional / logika. Kaji ulang diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah cepat. 3. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Tindakan Segera Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / untuk dikonsultasikan atau ditandatangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita

68

tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. 4. Langkah V : Perencanaan Asuhan. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Merencanakan asuhan kebidanan dengan penjelasan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan, rencana asuhan merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa, mencari informasi yang hilang, informasi tambahan, gambaran umum dan antisipasi, teachinh, konseling dan rujukan. 5. Langkah VI : Tindakan. Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Mengarahkan / melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara efisien dan aman dapat dilakukan : a. b. c. Seluruhnya oleh bidan. Sebagian oleh klien. Sebagian oleh bidan atau tim kesehatan mengarahkan tapi tetap bertanggung jawab. lain, bidan bertugas

69

6.

Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Hal yang sudah dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Adapun langkah yang digunakan adalah : a. Pengecekan yaitu pemenuhan kebutuhan akan bantuan efektif atau tidak efektif. b. Kontinum yaitu mengulang kembali. c. Refisit pertama yaitu review catatan, riwayat, keluhan-keluhan dan periksaan fisik.

2.6. Asuhan Kebidanan dengan SOAP S ( Subyektif ) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. O ( Obyektif ) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasikan data subyektif dan obyektif dalam situasi diagnosa / masalah dan antisipasi diagnosa / masalah potensial lain. A ( Assessment ) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasikan data subyektif dan obyektif dalam situasi diagnosa / masalah dan antisipasi diagnosa / masalah potensial lain. P ( Planning ) : Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasrkan Assessment.

70

BAB III PERKEMBANGAN KASUS

Dalam BAB ini penulis akan melakukan perkembangan kasus pada Ny.Husniah, usia 27 tahun, suku jawa, agama islam, pendidikan SMP, ibu sebagai ibu rumah tangga, Nama suami Tn. Ahmad nawawi 34 tahun, suku jawa, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, beralamat di kampung lembur, bojong kulur Rt: 01 / 10, Kec. Gunung putri, Kab. Bogor. 3.1 KEHAMILAN Trimester I Pasien belum melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan . Trimester 1I tanggal 2 Oktober 2009. Pasien melakukan pemeriksaan di tenaga kesehatan lain, dengan mual dan pusing. Trimester III Kunjungan ke 1 tanggal 01 November 2009 jam 19.00 Wib Berdasarkan studi kasus ini merupakan kontak yang pertama dan respon ibu cukup baik, Ibu melakukan pemeriksaan ANC pada trimester II pada tanggal 01 November 2009, jam 19 wib, riwayat menstruasi Ny. H haid terakhir tanggal 17 April 2009, taksiran persalinan tanggal 24 Januari 2010, lamanya haid 7 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut, siklus 28 hari teratur, berdasarkan riwayat haid bulan sebelumnya tanggal 20 Maret 2009, sifat darah keluhan

71

merah, encer kadang menggumpal, tidak ada dismenorhae.Hasil tes kehamilan HCG (positif), Ibu tidak ada keluhan. Makan 2x/hari dengan nasi, sayur, lauk pauk, kadang ditambah buah, nafsu makan ibu seperti biasa. BAB 1x/hari, tidak ada obstipasi, warna feses kuning kecoklatan, bau khas. BAK 6-7x/hari, tidak ada nyeri, warna urin kuning jernih, bau khas. Istirahat 8 jam/hari, tidak ada gangguan, ibu merasa istirahatnya cukup. Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri. Tidak ada keluhan dalam berhubungan seksual. Metode kontrasepsi yang digunakan Ibu adalah suntik 1 bulan. Ny. H hamil anak kedua, tidak pernah keguguran, Berat badan sebelum hamil 57 kg. Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol, obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan makan sirih. Kehamilan ini direncanakan dan diinginkan, jenis kelamin yang diharapkan apa saja. Status perkawinannya menikah sah. Jumlah perkawinan 1 kali. Lama perkawinan 10 tahun. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas: tidak ada. Pengambil keputusan dalam keluarga suami dan istri. Rencana bersalin di Bidan Praktek Swasta . ibu tinggal dalam satu rumah dengan suami. Persiapan jika terjadi komplikasi, akan dirujuk ke RS. Marry Cileungsi Hijau dan pendamping persalinan dan pendonor darah suami. Keluarga Ibu tidak ada yang pernah menderita hipertensi, asma, dan Diabetes Mellitus, jantung, ginjal, hepatitis, TBC, malaria, penyakit menular seksual. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil. Tekanan Darah 110/70 mmHg, suhu 36,6OC, nadi 78 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit. Tinggi badan 160 cm, berat badan sekarang 57 kg,

72

Lingkar Lengan Atas (LILA) 25,5 cm. Muka : Kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik.Mulut dan gigi lidah bersih, tidak stomatitis. Gigi tidak ada caries. Bibir tidak sianosis, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis.Pembesaran kelenjar Thyroid tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.Pembesaran payudara ada, payudara simetris, puting susu bersih dan menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada pengeluaran, tidak ada nyeri, tidak ada striae pada payudara. Posisi tulang belakang lordosis fisiologis, tidak ada nyeri ketuk pada pinggang. Ekstremitas atas dan bawah oedem negatif, kekuatan otot dan sendi positif, kemerahan negatif, varises negatif, refleks patella positif, cianosis negatif. Abdomen : pembesaran ya, ada, sesuai dengan umur kehamilan. Bekas luka operasi tidak ada. Linea nigra ada, striae gravidarum tidak ada.TFU ( Tinggi Fundus Uteri 28 cm. ibu mendapatkan imunisasi tetanus toksoid yang pertama. Leopold I :: di Fundus teraba bagian agak bulat, lunak dan tidak melenting (bokong). Leopold II : di sebelah kanan ibu teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas), di sebelah kiri ibu teraba bagian yang keras, tahanan dan memanjang (punggung) Leopold III : Bagian terendah ibu teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala belum masuk PAP, Denyut Jantung Janin (positif), frekuensi 142 kali/menit, teratur. Punctum Maksimum satu tempat, sebelah kiri, 3 jari bawah pusat. TBJ (28-13) x 155= 2325gram. Berdasarkan data diatas di temukan diagnosa ibu G2P1A0 hamil 28

minggu dengan kehamilan normal. Keadaan Ibu dan janin saat ini baik, masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada.

73

Berdasarkan hasil pemeriksaan penulis memberikan asuhan berupa menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa kondisi ibu baik pada saat ini TTV : TD 110/70 mmHg,BB 57 kg, kehamilan sekarang 28 minggu ( 7 bulan )., keadaan ibu dan janin saat ini baik. Tinggi fundus uteri ibu sesuai dengan usia kehamilan ibu. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi yatu makan makanan yang bergizi seperti daging, sayur, ikan, tempe, tahu. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti gerakan janin berkurang, bengkak seluruh tubuh, pandangan kabur, sakit kepala yang hebat, nyeri abdomen yang hebat, nyeri ulu hati, perdarahan pervaginam. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Menganjurkan ibu untuk meminum dan menghabiskan obat yang diberikan yaitu fitonal-f 1x1 dan elkana 1x1. Ibu berjanji akan meminum dan menghabiskan obat yang diberikan.

Menganjurkan ibu untuk datang kembali 1 bulan berikutnya yaitu tanggal 01 Desember 2009 dan untuk mendapatkan imunisasi tetanus toksoid yang kedua.

74

Kunjungan ke 2 Tanggal 01 Desember 2009 Ibu mengatakan tidak ada keluhan, pergerakan janin lebih dari 10 dalam 12 jam. Di lakukan pemerksaan, keadan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110 / 70 mmHg , suhu 36,5 oC , nadi 80 kali / menit, pernafasan 20 kali / menit, berat badan 59 kg, dan tidak di temukan kelainan pada pemeriksaan fisik lainnya, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, reflek patella positif kiri kanan. Pada pemeriksaan khusus obstetric, pada inspeksi abdomen ibu tmpak membesar dengan arah memanjang, pada palpasi kontraksi tidak ada. Ibu mendapatkan imunisasi tetanus toxoid yang kedua. Pada palpasi TFU 30 cm, Leopold I : pada fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II : sebelah kanan teraba bagian bagian kecil janin yaitu ekstremitas janin, sebelah kiri perut ibu teraba keras, memanjang yaitu punggung janin, Leopold III : bagian bawah berisi bulat, keras, dan melenting yaitu kepala. kepala belum masuk pintu atas panggul Leopold IV : 5/5 Taksiran berat janin ( 30 13 ) x 155 = 2635 gram, DJJ (positif) frekuensi 150 kali / menit, teratur. Maka di tegakan diagnosa ibu umur 27 tahun G2 P1 AO hamil 32 minggu janin tunggal, hidup,presentasi kepala, saat ini keadaan ibu dan janin baik.masalah tidak ada. Kebutuhan tidak ada. kali

75

Berdasarkan

hasil

pemeriksaan

penulus

merencanakan

dan

melaksanakan tindakan, menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa kondisi ibu baik pada saat ini TD 110 / 70 mmHg, BB : 59 kg, umur kehamilan ibu sekarang 8 bulan ( 32 minggu ) dan bayi yang dikandungnya satu, letak bayinya normal, TBJ 2635gram,memberikan penkes pada ibu tentang personal hygiene, mengingatkan kembali tentang Gizi seimbang, mengingatkan kembali tentang istirahat yang cukup, mengingatkan tentang pentingnya ANC, mengingatkan kembali tentang melakukan hubungan seks dengan suami, menggingatkan kembali tentang perawatan payudara untuk persiapan menyusui, mengingatkan kembali tentang tanda tanda bahaya kehamilan, mengingattkan untuk terus minum vitamin sesuai dengan anjuran yang telah di jelaskan, menjadwlkan kunjungan ulang berikutnya 2 minggu kemudian pada tanggal 15 Desember 2009.

Kunjungan ke 3 Tanggal 15 Desember 2009 Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan keadaannya baik-baik saja. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78 kali/menit, suhu 36,5 OC, pernafasan 20 kali/menit, BB 61 kg, Kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning. TFU (Tinggi Fundus Uteri) : 32 cm, Lopold I: di Fundus teraba bagian agak bulat, lunak dan tidak melenting (bokong), Leopold II : disebelah kanan ibu teraba bagian yang keras, tahanan dan

76

memanjang (punggung) dan di sebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas). Leopold III : Bagian terendah ibu teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala belum masuk PAP( konvergen) Leopold IV: kepala 5/5 bagian. Denyut Jantung Janin ( positif ), frekuensi 132

kali/menit, teratur. Punctum maksimum satu tempat, sebelah kiri, 3 jari bawah pusat. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedem dan tidak sianosis. TBJ = 32 cm 13 x 155 = 2945 gram. Ibu G2P1A0 hamil 34 minggu dengan kehamilan normal, Keadaan Ibu dan janin saat ini baik, masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu hamil 34 minggu jika dihitung dari HPHT dan hamil 34 minggu Tinggi fundus uteri ibu sesuai dengan usia kehamilan ibu. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.Mengingatkan kembali pendidikan kesehatan tentang nutrisi yatu makan makanan yang bergizi karena tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan seperti daging, sayur, ikan, tempe, tahu. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan berjanji akan meneruskannya. Memantau persiapan persalinan ibu yaitu persiapan pakaian ibu dan bayi, rencana tempat bersalin, transportasi ke tempat ibu bersalin dan persiapan tabungan untuk ibu bersalin serta persiapan komplikasi persalinan seperti rumah sakit yang dituju, donor darah bila ibu membutuhkan banyak darah. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan sudah

mempersiapkan segala sesuatu tentang persalinan. Menganjurkan ibu untuk meminum dan menghabiskan obat yang diberikan yaitu vitonal-f 1x1 dan

77

asam polat 1x1tab. Ibu berjanji akan meminum dan menghabiskan obat yang diberikan.Menganjurkan ibu untuk datang kembali ke bidan prakteh swasta sesuai dengan jadwal kunjungan ulang yaitu tanggal Ibu mengerti dan berjanji akan datang kembali pada tanggal 01 Januari 2010.

Kunjungan ke 4 Tanggal 01 Januari 2010 Ibu mengatakan sakit perut bagian bawah dan sering pegal di daerah pinggang. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5O C, pernafasan : 21 kali/menit. Kelopak mata tidak bengkak,

konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. TFU (Tinggi Fundus Uteri) : 32 cm, Leopold I: di Fundus teraba bagian agak bulat, lunak dan tidak melenting (bokong), kontraksi belum ada. Leopold II : di sebelah kanan ibu teraba bagian yang keras, tahanan dan memanjang (punggung) dan di sebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas). Leopold III : Bagian terendah ibu teraba bulat, keras dan melenting (kepala), kepala belum masuk pintu atas panggul (konvergen). Leopold IV : kepala 4/5 bagian. Denyut Jantung Janin (positif), frekuensi 140 kali/menit, teratur. Punctum Maksimum satu tempat, sebelah kiri, 3 jari bawah pusat. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedem dan tidak sianosis. TBJ = 32 cm 13x 155 = 2945 gram.

78

Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan adalah Ibu G2P1A0 hamil 36 minggu, janin tunggal hidup presentasi kepala masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu hamil 36 minggu, keadaan ibu dan janin saat ini baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Mengingatkan kembali pendidikan kesehatan tentang nutrisi yatu makan makanan yang bergizi karena tinggi fundus uuteri tidak sesuai dengan usia kehamilan seperti daging, sayur, ikan, tempe, tahu. Ibu

mengerti dan akan meneruskannya. Memberitahukan ibu bahwa perut sakit bagian bawah dan pegal di daerah pinggang adalah tekanan terhadap akar syaraf dan cara meringankannya dengan cara gunakan kasur yang keras untuk tidur dan gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung. Memberitahukan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu mules-

mules dari arah belakang ke depan yang sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah, keluar air-air (ketuban)dan memberitahukan ibu dan keluarga untuk cepat datang ke tempat pelayanan kesehatan jika terdapat salah satu tanda-tanda persalinan. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan.Menganjurkan ibu untuk meminum dan menghabiskan obat yang diberikan yaitu vitonal-f 1x1 dan asam polat 1x1tab. Ibu berjanji akan meminum dan menghabiskan obat yang diberikan. Mengingatkan ibu untuk datang kembali ke bidan praktek swasta sesuai dengan jadwal kunjungan ulang yaitu tanggal 08 Januari 2010.

79

Kunjungan ke 5 Pada tanggal 8 januari 2010 jam 16.30 Ny. H datang kebidan praktek swasta melakukan pemeriksaan kehamilan yang ke lima, ibu mengatakan keluhan sering kencing, pergerakan janin lebih dari 10 kali dalam 12 jam. Dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, TD 110 / 70 mmHg, suhu 36,5 oC, nadi 80 kali / menit, pernafasan 20 kali / menit, berat badan 64 kg dan tidak di temukan kelainan pada pemeriksaan fisik lainnya, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, reflek patella positif kana kiri..Pada pemeriksaan khusus obstetri, pada inspeksi abdomen ibu tampak membesar dengan arah

memanjang, pergerakan janin lebih dari 20 kali perhari. Pada palpasi kontraksi tidak ada. Pada palpasi TFU 33 cm, Leopold I : Pada fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II : sebelah kanan teraba bagian bagian kecil yaitu ekstremitas janin, sebelah kiri perut ibu teraba keras, memanjang yaitu punggung janin, Leopold III : bagian bawah berisi bulat, keras dan melenting yaitu kepala, kepala belum masuk PAP. Leopold IV : 4/5 bagian. Taksiran berat janin ( 33- 13 ) x 155 = 3100 gram, DJJ ( positif) frekuensi 146 kali / mnt, teratur. Maka ditegakan diagnosa Ny. H umur 27 tahun G2 P1 AO hamil 37 minggu dan janin tunggal, hidup, presentasi kepala.Keadaan ibu dan janin baik. Masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada.

80

Berdasarkan hasil pemeriksaan penulis memberikan asuhan berupa menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa kondisi ibu baik pada saat ini TD 110 / 70 mmHg, BB : 64 kg, umur kehamilan ibu sekarang 9 bulan 1 minggu ( 37 minggu ) ibu dan bayi yang di kndungnya satu, letak bayinya normal. TBJ 3100 gram , menjelaskan pada ibu tentang penyebab BAK pada kehamilan Trimester III dan cara mengatasi sering BAK, mengingatkan kembali tentang personal hygiene, mengingatkan tandatanda persalinan, mengingatkan kembali tanda - tanda bahaya kehamilan, mengingatkan kembali semua keperluan untuk bersalin agar di masukan kedalam tas sehingga mudah di bawa, menginformasikan pada ibu agar suami harus selalu mendampingi untuk saat saat menjelang persalinan, mengingatkan kembali untuk terus minum vitamin sesuai dengan anjuran yang telah di jelaskan, menganjurkan ibu untuk kontrol ulang satu minggu kemudian yaitu pada tanggal 15 januari 2010.

Kunjungan 6 Tanggal 15 Januari 2010 Ibu mengatakan sering pegal di daerah pinggang, keputihan, sering merasa basah dari kemaluannya dan ibu menanyakan tentang mitos-mitos dalam kehamilan seperti meminum minyak kelapa, meminum jamu, meminum air kelapa dan duduk di pintu. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78 kali/menit,

81

suhu 36,5O C, pernafasan 20 kali/menit, BB 64 kg. Kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning.Payudara : pembesaran ya, ada, puting susu bersih dan menonjol, simetris ya, benjolan tidak teraba, pengeluaran tidak ada, rasa nyeri tidak ada, striae tidak ada, lain-lain tidak ada. TFU (Tinggi Fundus Uteri) : 33 cm, Leopold I: di Fundus teraba bagian agak bulat, lunak dan tidak melenting (bokong), kontraksi belum ada. Leopold II : di sebelah kanan ibu teraba bagian yang keras, tahanan dan memanjang (punggung) dan di sebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas). Leopold III : Bagian terendah ibu teraba bulat, keras dan melenting yaitu kepala, kepala sudah masuk PAP (Devergen).

Leopold IV : kepala 3/5 bagian. Denyut Jantung Janin (positif), frekuensi 142 kali/menit, teratur. Punctum maksimum satu tempat, sebelah kiri, 3 jari bawah pusat. TBJ = (33 cm 12) x 155 = 3255 gram. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedem dan tidak sianosis. Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan Ibu G2P1A0 hamil 38 minggu janin tunggal hidup, presentasi kepala masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Asuhan yang diberikan menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu hamil 38 minggu, keadaan ibu dan janin saat ini baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Memberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene, antara lain cebok bersih sehabis BAK/BAB dari arah depan kebelakang lalu dikeringkan dengan handuk atau tissue agar tidak lembab dan menganjurkan ibu untuk sering ganti celana dalam jika dirasa sudah

82

basah. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan. Memberitahu tentang mitos dan fakta dalam kehamilan seperti meminum minyak kelapa agar jalan lahir licin sebenarnya tidak berpengaruh tidak berpengaruh karena minyak kelapa yang diminum akan dicerna oleh saluran cerna bukan ke reproduksi, meminum jamu tidak boleh dilakukan karena berpengaruh terhadap air ketuban, meminum air kelapa sebenarnya tidak membuat lemas dan duduk di pintu tidak berpengaruh terjadinya proses persalinan. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang diberikan. Menganjurkan ibu untuk meminum dan menghabiskan obat yang diberikan yaitu vitonal-f 1x1 dan vit.B1 1x1 tab. Ibu berjanji akan meminum dan menghabiskan obat yang

diberikan.Menganjurkan ibu untuk datang kembali 1 minggu berikutnya yaitu tanggal 22 Januari 2010, ibu akan datang satu minggu kemudian sesuai dengan jadwal kontrol. Kunjungan ke 7 Tanggal 22 Januari 2010 Ny. H. datang ke bidan praktek swasta untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang ke tujuh ibu mengatakan ada keluhan yaitu kram pada daerah kaki kiri dan kanan, pergerakan janin lebih dari 10 kali dalam 12 jam. Di lakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110 / 70 mmHg, suhu 36,5 oC , nadi 80 kali / menit, pernafasan 20 kali / menit, berat badan 65 kg dan tidak di ketemukan kelainan pada pemeriksaan fisik lainnya. Kelopak mata tidak ada oedema, conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, ekstremitas atas dan bawah 83

tidak ada oedema, reflek patella positif kiri kanan.Pada pemeriksaan khusus obstetri pada infeksi abdmen ibu tampak membesar dengan arah memanjang, pergerakan janin lebih dari 20 kali perhari.pada palpasi kontraksi tidak ada.pada palpasi: TFU 33 cm,Leopold I: pada fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II : sebelah kanan teraba bagian bagian kecil janin yaitu ekstremitas janin, sebelah kiri perut ibu teraba keras, memanjang yaitu punggung janin, Leopold III : bagian bawah berisi bulat, keras melenting yaitu kepala dan Divergen. Leopold IV : Kepala 3/5 bagian. Taksiran berat janin ( 33 13 ) x 155= 3255 gram, DJJ (+) frekuensi 150 kali / menit, teratur. Maka di tegakan diagnosa Ny. H umur 27 tahun G2 P1 AO hamil 39 minggu janin tunggal, hidup, presentasi kepala. Ibu dan janin baik. Masalahnya tidak ada, kebutuhan tidak ada. Berdasarkan hasil pemeriksaan penulis memberikan asuihan berupa, menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa kondisi ibu pada saat ini baik, TD : 110/70 mmHg, BB : 65 kg, umur kehamilan ibu sekarang 9 bulan 3 minggu ( 39 minggu) dan bayi yang di kandungnya satu, posisinya kepala berada di sebelah bawah perut ibu, TBJ :3255 gram,Ibu mengerti tentang penjelasan yang di sampaikan oleh bidan. menjelaskan pada ibu bahwa kram disebabkan karena penumpukan sisa metabolisme kalsium di otot menjadi tegang/ kram, untuk mengatasi kram tersebut ibu dianjurkan untuk latihan senam Anti Kram yaitu dengan cara berlatih dorsofleksi pada

84

kaki untuk meregangkan otot berdiri menghadap ke tembok, tangan menempel ke tembok dan kedua kaki di buka, gerakan seperti jongkok dengan kedua lutut di buka keluar dan telapak - kaki menempel di lantai, kepala menunduk, kemudian bangun perlahan-lahan sebanyak 5 atau 6 kali, untuk menghilangkan sakit gunakan obat gosok tetapi tidak boleh di pijat, Ibu akan mengikuti saran bidan.Mengingatkan tanda- tanda persalinan yaitu,

seperti mules- mules yang teratur dan sering, keluar lender bercampur darah dari vagina,sakit pinggang menjalar pada perut bagian bawah, merasa ingin BAB, mengingatkan kembali tentang tanda- tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala hebat / terus menerus, bengkak pada wajah tangan, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, perdarahan pervaginam, janin tidak bergerak, keluar seperti air kencing tetapi tidak bisa di tahan dari vagina,Ibu mengerti penjelasan dari bidan. mengingatkan kembali semua keperluan untuk bersalin agar di masukan kedalam tas sehingga mudah di bawa,Ibu akan mempersiapkan semua perlengkapan bersalin. Menginformasikan pada ibu agar suami harus selalu mendampingi untuk saat saat menjelang persalinan, agar ibu tidak panik, cemas, Suami akan mendampingi saat istrinya bersalin nanti..Mengingatkan kembali untuk terus minum vitamin sesuai anjuran yang telah di jelaskan,Ibu akan menghabiskan vitamin sesuai anjuran.

Menganjurkan ibu untuk control ulang 1 minggu kemudian yaitu pada tanggal 29 januari 2010, Ibu akan datang sesuai anjuran dari bidan.

3.2 PERSALINAN

85

Kala 1 Pada tanggal 26 januari 2010 pukul 14.00 wib. Ibu mengatakan mules-mules dan keluar lendir bercampur darah dari vagina, , semakin sering dan kuat sejak pukul 09.00 wib.lokasi ketidaknyaman dari pinggang menjalar ke perut bagian depan, riwayat penyakit tidak da, operasi tidak ada, alergi obat tidak ada. HPHT : tanggal 17-4-2009, ANC 7 kali, oleh bidan, imunusasi lengkap, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: partus thn 2000, tempat di BPS, umur kehamilan aterm, persalinan normal, penolong bidan, penyulit tidak ada. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekana n darah 110/70 mmHg, suhu 36,5 oC, nadi 84 x/ menit, pernafasan 20 x / menit, berat badan 65 kg dan tidak di ketemukan kelainan pada pemeriksaan fisik, kelopak mata tidak oedema, conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, ekstremitas atas bawah tidak oedema, reflek patella kiri kanan positif. Pemeriksaan khusus obstetric pada ispeksi abdomen ibu tampak membesar sesuai usia kehamilan dengan arah memanjang. Pergerakan janin 12 jam sebanyak 10 kali. Pada palpasi kontraksi tidak ada dan TFU 33 cm.Leopold I : pada fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II : sebelah kanan teraba bagian- bagian kecil janin yaitu ekstremitas janin, sebelah kiri perut ibu teraba keras, memanjang yaitu punggung janin, Leopold III : bagian bawah terisi bulat, keras dan tidak melenting yaitu kepala sudah masuk pintu atas panggul, Leopold IV : kepala simetris dengan bidang hodge II, taksiran berat janin ( 33- 12 ) x 155 = 3255 gram, DJJ ( positif ) frekuensi 142 kali / menit, teratur. His 3 x 10 menit 30 detik teratur.

86

Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva vagina tidak da kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 4 cm, ketuban positif, presentasi kepala, posisi belum jelas, penurunan kepala hodge H II. Kemudian ditegakan diagnosa Ny. H umur 27 tahun G2 P1 A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif Janin tunggal hidup , presentasi kepala, posisi ubun- ubun kecil depan, keadaan ibu dan janin baik. Masalahnya tidak ada , kebutuhan : menjelaskan pada ibu tentang rasa mules yang dirasakannya yaitu di sebabkan mules mules untuk bersalin yang merupakan proses persalinan. Berdasarkan hasil pemeriksaan penulis memberi asuhan berupa,

memberitahukan hasil pemeriksaan, bahwa tanda- tanda vital ibu normal yaitu TD : 110 / 70 mmHg, mules mules yang ibu rasakan normal baik, keadaan janin baik, pembukaan mulut rahim sudah 4 cm, kepala janin sudah masuk PAP, ibu dalam proses persalinan dan bila proses kemajuan persalinan berjalan dengan baik kurang 4 jam lagi ibu akan bersalin, memberikan semangat pada, bahwa ibu akan mampu melahirkan bayinya, memberikan posisi yang nyaman pada ibu yaitu posisi miring ke kiri, menganjurkan tekhnik relaksasi pada ibu untuk mengurangi rasa sakit yaitu dengan cara : di saat ada mules ibu menarik napas dalam dan melalui hidung dan menghembuskan perlahan lewat mulut, melakukan tekhnik relaksasi dengan bai, mengobservasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf, menghitung his, nadi, DJJ setiap 30 menit, periksa dalam ulang 4 jam kemudian atas indikasi, dengan hasil his 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik kekuatan sedang, nadi 86 kali/menit, DJJ : 142 kali/menit, S : 36,5 oC, rencana PD ulang pukul 18.00 wib, 4 jam sesuai dengan partograf, memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada ibu,

87

dengan cara memberikan snack dan air teh hangat pada ibu, memberikan semangat pada ibu untuk memulai persalinan, dengan cara menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami,menyiapkan partus set dan hecting set. Alat siap di gunakan. Jam 17.00 wib dilakukan pemeriksaan dan PD ulang atas indikasi ibu mengatakan mules-mules yang semakin sering dan nyeri. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80, suhu 37 c, nadi 88 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, DJJ (positif) frekwensi 145 kali/menit teratur, HIS 5 x 10 menit 45 detik teratur. Tiba-tiba ketuban pecah spontan, warna jernih, jumlah kurang lebih 300 cc kemudian dilakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kemajuan persalinan dengan hasil vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan10 cm, ketuban negative presentasi kepala, posisi ubun-ubun kecil didepan, penurunan kepala hodge III+. Ibu memasuki kala II.

KALA II PUKUL 17.05. WIB. Ibu mengatakan ingin meneran, perut mules sekali, terasa ingin buang air besar. Hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,7 0C, pernapasan 20x/mnt, nadi 80x/mnt, DJJ 146x / menit teratur, His 5 kali dalam 10 menit lamanya 55 detik, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka. dilakukan VT dengan hasil: portio tidak teraba, pembukaan serviks

88

lengkap,ketuban posittif, presentasi kepala, posisi ubun- ubun didepan, penurunan H III+, ibu ingin meneran. Berdasarkan data diatas ditemukan diagnosa Ibu G2 P1 AO hamil 40 minggu partus kala II janin tunggal, hidup, presentasi kepala, , saat ini ibu dan janin baik. masalahnya tidak ada ibu mengatakan mules- mules semakin sering. Kebutuhan pimpinan persalinan secara normal. Asuhan yang diberikan adalah menjelaskan pada ibu saat ini apabila mau meneran dipersilahkan, ibu mnegerti apa yang telah dijelaskan. Pastikan kelengkapan peralatan, obat-obatan, alat dan obat-obatan sudah lengkap. Menyiapkan oksitosin 10 unit. Memakai barier protektip, lalu cuci tangan efektip. Memakai sarung tangan, memasukan oksitosin kedalam tabung suntik. Melakukan vulva hyegiene, vulva hyegiene sudah dilakukan. Melakukan periksa dalam untuk memastikan kembali bahwa pembukaan sudah lengkap kemudian memberitahu ibu bahwa pembukan sudah lengkap tapi ketuban masih utuh dan akan dipecahkan dengan cara masukan kocher ditangan kiri kesela jari yang ada divagina ibu dengan bagian yang runcing menghadap ketelapak tangan, lalu setelah sampai diujung jari bagian yang runcingdiputar kearah selaput amnion dan torehkan perlahan-lahan, setelah air ketuban keluar bagian yang runcing putar kembali kearah semula, lalu keluarkan tangan kiri dan tangan kanan melebarkan robekan selaput ketuban dan raba apakah ada bagian-bagian kecil yang ikut turun ( tali pusat dan tangan janin ). Air ketuban berwarna putih jernih, lalu mengeluarkan tangan kanan dari vagina ibu. Air ketuban lebih kurang 300 cc.kemudian melepaskan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5 %, selanjutnya mendengarkan DJJ dengan

89

hasil 140x/ menit. Membentangkan handuk diatas perut ibu dan meletakkan kain yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu, buka partus set lalu pakai sarung tangan kedua tangan.memimpin meneran tiap ada his, puji ibu sehabis meneran dan beri minum, ibu mau minum 100 cc. His semakin kuat ibu dipimpin meneran lagi tampak kepala bayi diameter 5-6 cm membuka vulva lalu melindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering untuk menahan agar perineum tidak robek, sedangkan tangan kiri penolong berada diatas simfisis untuk menahan agar kepala bayi tidak terlalu cepat depleksi, maka lahirlah berturutturut dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu bayi, lalu kepala bayi dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan meraba leher bayi apakah ada lilitan tali pusat, ternyata tidak ada lilitan tali pusat. Biarkan kepala bayi berputar sesuai arah punggung semula yaitu puki, setelah kepala bayi berputar kearah kiri, lalu kedua telapak tangan memegang kepala bayi secara bi parietal, lalu tarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, tarik keatas pelan-pelan untuk melahirkan bahu belakang, kemudfian tangan kanan memegang kepala bayi dengan jempol di dada menyanggah kepala bayi, tangan kiri menyusuri badan bayi sampai ke kaki, maka lahirlah seluruh badan bayi jam 17.50 wib dengan A/S 9/10 jenis kelamin perempuan, anus positif, cacat negatif, semuanya normal. Lalu mengecek apakah ada bayi kedua atau tidak, memberi tahu ibu bahwa ibu akan segera di suntik, selanjutnya memberikan injeksi oksitosin 10 unit secara IM . lalu lakukan pemotongan tali pusat dengan cara jepit tali pusat 3 cm dari perut bayi lalu urut tali pusat kearah plasenta lalu jepitkan klem ke dua dengan jarak 2 cm dari klem pertama, lalu potong tali pusat dengan cara lindungi perut bayi dari gunting dengan

90

telapak tangan kiri lalu gunting tali pusat, kemudian ikat tali pusat dengan simpul mati yang berada pada perut bayi. Kepala bayi di beri topi kemudian bayi di tengkurapkan di perut ibu untuk IMD dan tutupi badan bayi dengan kain bersih dan hangat agar tidak kedinginan. Mengukur jumlah perdarahan kurang lebih 200 cc.

KALA III PUKUL 17.51 WIB Ibu mengeluh perutnya masih mules. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 120/80 mmHg, nadi 84x/mnt, suhu 36,5 oC RR 20x/mnt, kontraksi uterus baik, palpasi uerus globuler, TFU sepusat,vulva: tali pusat ada di vulva, perineum utuh kandung kemih kosong. Maka ditegakan diagnosa ibu P1 AO partus kala III, masalah plasenta belum keluar, kebutuhan manajemen aktif kala III. Asuhan yang diberikan adalah menginformasikan pada ibu bahwa plasenta akan segera dilahirkan , ibu mengetahuinya., Melanjutkan manajemen aktif kala III yaitu melakukan peregangan tali pusat terkendali pada saat uterus berkontraksi sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas ( dorso kranial ). Memperhatikan tanda dan gejala pelepasan plasenta taitu tali pusat semakin memanjng, TFU berbentuk globuler dan terdapat semburan darah tiba-tiba, jam 18.10 tanda lepasnya plasenta terlihat. Mengeluarkan plasenta secara brand

Andrew yaitu tangan kanan meregangkan tali pusat sambil ditarik pelan-pelan dan tangan kiri mendorong uterus keatas, dan lahirlah plasenta dengan lengkap.

91

Melakukan masase uterus dengan melingkar searah jarum jam sebanyak 15 kali.( 15 detik) untuk menimbulkan kontraksi uterus yang baik sehingga mencegah terjadinya perdarahan, kontraksi uterus baik dan perdarahan yang keluar sedikit -+ 50 cc.

KALA IV PUKUL 18.06 WIB Ibu mengatakan masih mules dan merasakan lelah Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,5 oC, nadi 84 kali/ mnt, pernapasan 20 kali/ mnt, plasenta lhir lengkap, palpasi adbomen: kontraksi uterus : baik, TFU 2 jari bawah pusat, , kandung kemih kosong, perineum utuh,jumlah perdarahan -+ 50 cc. Kemudian ditegakan diagnosa ibu P2 AO partus kala 1V, masalah tidak ada, kebutuhan ibu istirahat dan kebutuhan nutrisi. Asuhan yang di berikan adalah, memastikan kontraksi uetrus baik / tidak, hasil kontraksi baik. Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan dari robekan jalan lahir, hasilnya tidak ada robekan jalan lahir. Mengajarkan ibu untuk melakukan rangsangan taktil ( masase ) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat, ibu mau melakukan msase uterus dn kontraksi uterus baik. Membersihkan ibu dari cairan tubuh dan darah , menggunakan pembalut, baju dan kain ibu, ibu telah dibersihkan dan telah menggunakan pembalut, kain serta baju. Merapihkan dan mendokumentasikan semua lat dan kain tenun dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit, kemudian lakukan pencucian dan pembilasan, setelah

92

itu

lakukan

sterilisasi

atau

DTT,

alat

dan

tenun

telah

didesinfeksi.

Mendekontaminasikan tempat tidur dengan mengelap menggunakan larutan klorin 0,5 %, tempat tidur telah didekontaminasi.. melakukan pemantauan kala IV dengan mengobservasi perdarahan, kandung kemih, kontrakdi uterus, TFU dan TTV setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam berikutnya, hasil tyerdapat pada lembar pengawasan kala IV.

BAYI BARU LAHIR Tanggal 26 January 2010 , pukul 17.50 WIB. Bayi lahir dengan spontan, segera menangis, tubuh bayi basah oleh air ketuban berwarna jernih, tali pusat belum dipotong, di dalam mulut tidak terlihat tidak ada air ketuban, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, tonus otot baik. A/S 9/10, jenis kelamin perempuan. Genitalia normal, Labia mayora telah menutupi Labia minora,Anus : lubang (positif). Mekonium (positif), Ekstremitas atas dan bawah pergerakan aktif, bentuk normal, tidak ada kelainan, jumlah jari lengkap.berat badan 3200 gram, panjang badan 49 cm. Maka ditegakan diagnosa neonatus cukup bulan, masalah tidak ada, kebutuhan segera keringkan bayi, lakukan pemotongan tali pusat dan melakukan IMD. Membersihkan mulut dan hidung bayi dengan menggunakan kasa, mengeringkan tubuh bayi dengan handuk dan menjaga kehangatan tubuh bayi, memotong dan mengikat tali pusat dengan system kering dan terbuka, mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat, mengidentifikasikan bayi

93

dengan tanda pengenal dan cap kaki bayi, memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui atau IMD, setelah satu jam bayi lahir atau bayi berhasil menyusui, memberikan salep mata tetrasiklin 1 % pada kedua mata, memberikan vitamin K1 dengan dosis 1 mg secara IM pada paha kiri antero lateral, dan satu jam kemudian diberi imunisasi Hepatitis B 0,5 ml secara IM dipaha kanan antero lateral, bayi tampak hangat, dan bayi mau minum ASI. .

3.3. Manajemen asuhan kebidanan pada nifas dan bayi baru lahir. Tanggal 26 Januari 2010 Pukul 24.00 WIB (6 jam post partum). Ibu mengatakan merasa lelah dan mengeluh perutnya masih terasa mules. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil. Tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,6 OC, pernafasan 21 kali/menit. Konjungtiva tidak pucat. Payudara : lembek, puting susu bersih dan menonjol, pengeluaran Colostrum, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong. Lochea rubra, pengeluaran darah 2 ganti pembalut. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedem. Ibu P2AO Nifas 6 jam Keadaan ibu saat ini baik.Masalah tidak ada, kebutuhan PenKes tentang penyebab rasa mules dan cara mengatasinya. Asuhan yang diberikan adalah menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Ibu bahwa Tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,6OC, pernafasan 21 kali/menit. Konjungtiva tidak pucat. Payudara : lembek,

94

puting susu bersih dan menonjol, pengeluaran Colostrum, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan kurang lebih 50 cc, ibu mengerti tentang keadaan dirinya saat ini. Memberikan Penkes tentang rasa mules yang dirasakan oleh ibu adalah akibat dari proses kontraksi uterus hal itu wajar, ibu telah mengerti apa yang telah dijelaskan. Memeriksa kembali tinggi Fundus Uteri dan kontraksi uterus yang baik sehingga tidak terjadi perdarahan post partum. Hasilnya tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat dan kontraksi uterus baik, memeriksa jumlah perdarahan untuk memastikan tidak ada perdarahan post partum. Hasilnya pengeluaran darah normal, kurang lebih 50 cc. Mengingtkan ibu tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif yaitu pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa jadwal, tanpa tambahan makanan apa pun walau pun hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan, karna ASI sudah mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi, baik fisik maupun psikologis, sosial, maupun spiritual. ASI juga mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, anti alergi serta anti radang. Ibu mengerti tentang manfaat ASI ekslusif. Memberi tahu ibu tentang tanda tanda bahaya pada bayi yaitu demam tinggi, dan kedinginan, tali pusat berdarah, banyak muntah, tidak BAK atau BAB, dan warna kulit kuning. Bila menemukan salah satu tanda bahaya tersebut segera datang ke nakes untuk mendapatkan pertolongan, ibu mengerti tentang yang dijelaskan. Memberikan penkes tentang kebersihan diri terutama bagian genetalia yaitu dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air bersih. Ibu tidak perlu takut menyentuh luka jahitan. Ibu mengerti tent ang pentingnya kebersihan diri dan akan mengikuti semua yang telah disarankan. Ibu

95

dianjurkan untuk ganti pembalut setidaknya 2 x sehari atau bila pembalut sudah terasa penuh. Ibu mengerti semua yang telah dijelaskan. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat yaitu tidur siang kurang lebih 1 jam dan tidur malam 7-8 jam atau setiap bayi tidur ibu harus ikut tidur karna pada malam hari ibu akan sering bangun untuk menyusui bayinya. Ibu mengerti semua yang telah dijelaskan. Menganjurkan ibu untuk ikut senam nifas dengan pengawasan bidan untuk memperkuat otot-otot jalan lahir dan dasar panggul. Ibu mengerti dan akan mengikuti senam nifas. Menganjurkan ibu untuk tetap meningkatkan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang yaitu, sayur, lauk pauk, susu dan tidak melakukan pantangan terhadap makanan jenis apa pun. Minum air putih sedikitnya 3 ltr/hari atau setiap bayi menyusu ibu harus minum air putih. Makanan gizi seimbang ini penting untuk mempercepat penyembuhan luka dan pemulihan kondisi ibu serta memenuhi kebutuhan ibu yang sedang menyusui. Ibu mengerti gizi seimbang dan akan melakukan semua yang telah dijelaskan. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara yaitu dijaga tetap kering dan bersih, memakai BH yang menyokong payudara, sebelum dan sesudah menyusui bayinya harus cuci tangan terlebih dahulu. Ibu mengerti yang telah dijelaskan. Memberikan obat amoxilin 3x1 sehari dan opistan 3x1 sehari. Ibu sebaiknya minum obat menggunakan air putih dan tidak boleh menggunakan susu, teh atau kopi karna akan menghambat proses penyerapan obat. Ibu mengerti semua yang telah dijelaskan. Jadwalkan kunjungan ulang yaitu pada tanggal 1 Februari 2010.

96

Neonatus 6 jam.
Bayi menangis kuat, rangsangan hisap dan menelan baik. Keadaan umum bayi baik, muka tidak sianosis, tidak ikterik, turgor kulit baik, warna kulit kemerahan, pergerakan aktif, menangis kuat, suhu 37 C, nadi 144x/menit, pernfasan 44 x/mnt, Lingkar kepala 33 cm, Lingkar dada 34 cm, Lingkar lengan atas 10 cm. Maka ditegakan diagnosa Neonatus usia 6 jam. Masalah tidak ada, kebutuhan memandikan bayi dan menjaga bayi tetap hangat. Berdasarkan hasil pemeriksaan diberikan asuhan sebagai berikut menginformasikan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan sehat, dan

memandikan bayi. Mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat dan menyuruh ibu untuk mendekap bayi agar bayi tetap hangat. Mengenakan pakaian bayi atau selimuti dengan kain yang bersih, kering dan lembut. Kenakan topi pada kepala bayi, menjaga bayi agar mudah dijangkau oleh ibu atau rooming in. Menilai kehangatan bayi setiap 4 jam dengan meraba kaki bayi, jika kaki bayi teraba dingin hangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit ke kulit. Nifas 6 hari Pada tanggal 01 Februari 2010 Ibu mengatakan tidak ada keluhan, menyusui bayinya dengan teratur atau hampir tiap 2 jam sekali, payudara tidak bengkak dan pengeluaran ASI banyak, BAK dan BAB teratur makan minimal 3 kali/hari, ibu mengatakan tidak ada makanan yang dipantang, istirahat terpenuhi.

97

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, suhu 36,5OC, pernafasan 21 kali/menit. Konjungtiva tidak pucat. Payudara tidak bengkak, puting susu bersih, menonjol dan tidak lecet, pengeluaran ASI (positif), TFU pertengahan antara pusat dan sympisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, lochea Sanguinolenta, bau khas, jumlah 20cc, konsistensi cair. BAB dan BAK teratur. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedem dan varises tidak ada. Maka ditegakan diagnosa Ibu P2 Ao nifas hari ke 6 masalah tidak ada, kebutuhan penkes tentang personal hygene meningkatkan asupan makanan dengan bergizi tinggi.. Asuhan yang diberikan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan kepada Ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang telah diberikan. Memberitahukan Ibu tanda bahaya masa nifas yaitu rahim yang masih teraba pada minggu kedua, nyeri perut yang tidak biasa, pengeluaran dari vagina yang berbau dan tidak normal, demam, serta memberitahu ibu untuk segera kontrol ke Bidan praktek swasta jika terdapat tanda tersebut. Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah

diberikan. Menjelaskan pada Ibu mengenai gizi ibu menyusui yaitu dengan makan makanan yang bergizi seimbang, seperti nasi, lauk pauk, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau, seperti sayur daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI, sayur bayam), buah dan susu. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan berkata akan melakukannya.Memberikan pendidikan

98

kesehatan tentang perawatan payudara yaitu rajin membersihkan payudara terutama daerah putting susu dan sekitarnya agar bayi tidak terkontaminasi pada saat menyusui. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan berjanji akan melakukannya.Memastikan kembali bahwa Ibu telah menyusui anaknya dengan teknik yang benar yaitu mulut bayi masuk sampai ke bagian areola, dengan posisi tangan ibu yang satu menyangga badan bayi dan yang satunya lagi pada payudara (ibu jari diletakkan pada payudara di atas mulut bayi dan 4 jari yang lainnya diletakkan pada payudara di bawah mulut bayi), apabila bayi sudah selesai menyusu maka bayi ditepuk punggungnya agar bersendawa. Ibu telah menyusui bayinya dengan teknik yang benar. Menganjurkan Ibu untuk menjaga kebersihan daerah kemaluannya yaitu dengan segera mengganti pembalut apabila sudah penuh, mencuci daerah kemaluannya dengan air sabun dari depan ke belakang, lalu mengelapnnya hingga kering. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan melakukannya. Menganjurkan ibu untuk imunisasi bayinya sesuai jadwal yang dianjurkan petugas. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan melakukannya.

Neonatus 6 hari Tanggal 01 Februari 2010 Bayi tampak sehat, bayi menyusu dengan kuat, rangsangan menghisap kuat, reflek menelan baik, tali pusat sudah puput. Keadaan umum bayi baik muka tidak sianosis, sklera mata tidak ikterik, turgor kulit baik, kulit halus warna kemerahan, pusar bayi bersih dan kering, pergerkan aktif menangis

99

kuat, suhu 37 0C, nadi 146 x/mnt, pernapasan 40 x/mnt,BB neonatus 3400 gram Maka ditegakan diagnosa neonatus usia 6 hari, masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Berdasarkan hasil pemeriksaan penulis memberikan asuhan

berupa,memberikan penjelasan kepada ibu dan keluarga bahwa kondisi bayi saat ini dalam keadaan sehat.menanjurkn pada ibu agar memberikan ASI sesering mungkin, memberitahukan pada ibu agar selalu menyendawakan bayi setiap setelah menyusui untuk menghindari bayi muntah dan rasa

nyaman. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya di pagi hari antara jam 7 sampai jam 10 pagi selama kurang lebih 15-30 menit. memberitahukan pada ibu dan keluarga tentang tanda- tanda bahaya pada bayi seperti: sulit bernapas, demam tinggi dan kedinginan, banyak muntah, pusar berdarah tau basah, tidak BAK dan BAB, warna kulit kuning, jika ibu menemukan salah satu tanda- tanda bahaya tersebut ibu dianjurkan untuk datang ketenaga kesehatan.menjadwalkan kunjungan ulang yaitu tanggal 7 februari 2010.

NIFAS 2 MINGGU Tanggal 7 Februari 2010 Ibu mengatakan tidak ada keluhan, pengeluaran ASI

banyak.pengeluaran darah sedikit warnanya kuning dan tidak gatal, istirahat cukup .

100

Hasil pemeriksaan TD120x/ menit, nadi 80x/ mnt, pernapasan, 20x/ mnt,suhu 36 oC, kontraksi uterus baik, TFU tidak teraba, lochea serosa, BAK dan BAB normal Maka ditegakan diagnosa nifas hari ke 14, masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Asuhan yang diberikan menjelaskan pada ibu bahwa keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik, mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan terutama daerah kewanitaan.mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi tinggi karena sangat baik untuk kesehatan ibu dan bayinya.mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif

.menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan payudara agar dibersihkan sebelum dan sesudah menyusui. Menganjurkan ibu untuk mengikuti proram KB setelah 6 minggu post partum. Ibu mengerti dengan penjelasan yang di sampaikan oleh bidan dan mau mengikuti saran bidan. Menganjurkan ibu untuk datang 4 minggu lagi untuk kontrol nifas yaitu 14 februari2010.

NEONATUS 2 MINGGU Tanggal 7 Februari 2010 Bayi menangis jika merasa haus dan popoknya basah, keadaan umum bayi baik, reflek menghisap dan menelan baik, berat badan naik 3700 gram, panjang badan 50cm, suhu 36,5oC, nadi 130x/ mnt, pernapasan 40x/ mnt, keadaan umum bayi baik, muka tidak sianosis, kulit kemerahan dan bersih,

101

sklera mata tidak ikterik, turgor kulit baik, BAK normal dan BAB seperti biji cabe. Diagnosa neonatus hari ke 14 masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Asuhan yang diberikan menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa neonatus saat ini dalam keadaan sehat, menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on-demand dan ASI eksklusif sampai 6 bulan,menjelaskan pada ibu untuk tetap menjaga bayi agar selalu bersih dan kering. Mengingatkan pada ibu dan keluarga agar selalu menjemur bayinya di pagi hari selama 15-30 menit.menjelaskan kembali tanda-tanda bahaya pada bayi seperti sulit bernapas, demam tinggi dan kedinginan, banyak muntah tidak BAK dan BAB, warna kulit kuning, jika ibu menemukan salah satu tanda-tanda bahaya tersebut ibu agar datang ketenaga kesehatan,

menganjurkan ibu untuk datang kembali ke bidan praktek swasta pada tanggal 8 Maret 2010.

NIFAS 6 MINGGU Tanggal 8 Maret 2010 Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Hasil pemeriksaan TTV: TD110/70 mmHg,nadi 80x/ mnt, pernapasan 18x/mnt, kontraksi uterus baik, palpasi TFU sudah tidak teraba, pengeluaran cairan vagina berwarna bening tapi tidak gatal dan tidak bau. BAK dan BAB tidak ada keluhan.

102

Maka ditegakan diagnosa ibu nifas 6 minggu, masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Asuhan yang diberikan menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu saat ini dalam keadaan sehat, mengarahkan ibu untuk mengikuti proram keluarga berencana yang sesuai dengan kondisi ibu. Dan ibu memilih ber KB suntik 3 bulan. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang untuk kesehatan ibu dan bayinya.menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun walaupun Cuma air putih. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan payudaranya, agar membersihkan sebelum dan sesudah

menyusui. Ibu mengerti dan akan mengikuti saran bidan.

BAYI 6 MINGGU Tanggal 8 Maret 2010 Bayi menangis jika merasa haus dan popoknya basah, keadaan umum bayi saat ini baik,repleks mengisap dan menelan baik.BB naik menjadi 4300 gram, panjang badan 53 cm, suhu 36,8oC, nadi 120x/mnt, pernapasan 40x/mnt.kulit kemerahan dan tidak sianosis, sklera mata tidak ikterik, kulit halus dan bersih.BAK dan BAB normal. Diagnosa bayi minggu ke 6, masalah tidak ada, kebutuhan tidak ada. Asuhan yang diberikan menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan sehat,menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI yang

103

adekuat mengingat kebutuhan bayi yang semakin meningkat.menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayi agar selalu bersih dan kering.mengingatkan ibu tentang tanda- tanda bahaya pada bayi seperti: demam tinggi, tali pusat berdarah atau basah, banyak muntah dan tidak mau menetek, tidak BAK dan BAB, warna kulit kuning, jika nibu menemukan tanda-tanda bahaya tersebut ibu agar segera datang ke petugas kesehatan untuk meminta pertolongan, menganjurkan ibu agar datang kebidan praktek swasta untuk imunisasi BCG dan polio 1, menjadwalkan kunjungan ulang yaitu tanggal 4 April 2010 untuk imunisasi selanjutnya.

104

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

Dalam BAB ini penulis akan mencoba membahas tentang asuhan kebidanan pada Ny.E yang telah diamati oleh penulis sejak kehamilan 36 minggu sampai dengan 6 minggu post partum akan dilakukan suatu pembahasan yang mengacu 7 langkah Varney, serta akan dilakukan suatu perbandingan antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. 4.1.KEHAMILAN. Lama kehamilan Ny. E berusia 21 tahun, dari konsepsi sampai persalinan adalah 40 minggu, yang merupakan lama kehamilan normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006), yang menyatakan bahwa lama kehamilan normal adalah 37-42 minggu karena pada usia tersebut organ-organ tubuh janin sudah terbentuk sempurna dan bayi telah siap untuk dilahirkan. Pada kasus Ny. E berusia 21 tahun, G2P1A0 hamil 40 minggu selama hamil tidak mengalami kelainan atau komplikasi kehamilan, ini dikarenakan telah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan Ny. E. Hal ini terbukti dari ANC yang dilakukan teratur di petugas kesehatan dan di bidan prakteks wasta. Selama kehamilannya Ny.E melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada trimester I Ny.E sudah melakukan ANC di bidan, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Hal ini telah memenuhi jumlah kunjungan kehamilan minimal yang telah dikemukakan oleh Saifuddin (2006), yang menyatakan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan

105

paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Kunjungan antenatal ini sangat penting karena bermanfaat untuk mempersiapkan ibu dalam menghadapi persalinan baik secara fisik maupun mental dan juga untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi. Berdasarkan pendapat MNH (2002), menyatakan bahwa melakukan banyak kunjungan rutin yang tidak mempunyai tujuan antenatal yang jelas dan lebih berfokus pada kuantitas dibanding kualitas sudah tidak direkomendasikan lagi. Hal ini disebabkan karena membebani sistem kesehatan, dan juga dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengurangan jumlah kunjungan antenatal tidak ada pengaruhnya terhadap ibu dan bayi baru lahir. Pendekatan perawatan antenatal kini mengenalkan pendekatan terbaru yaitu antenatal terfokus (Focused ANC), yang mengutamakan kualitas kunjungan daripada kuantitasnya. Pendekatan ini mengenalkan 2 kunci realitas, yaitu : pertama, kunjungan berkala tidak serta merta meningkatkan hasil akhir kehamilan, dan kedua, banyak wanita yang diidentifikasi beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara wanita beresiko rendah seringkali mengalami komplikasi. Pada kasus ini , kunjungan antenatal Ny. H masih berorientasi pada kuntitas kunjungan dengan jadwal kunjungan rutin dan banyak. Hal ini dilakukan penulis untuk melakukan scrining karena pasien datang kebidan pada saat usia kehamilan memasuki trimester III yaitu 1 kali pada usia 28 minggu, 2 kali pada usia 32 minggu, 4 kali pada usia 36 minggu sampai menjelang kelahiran. Walaupun pada teori pemeriksaan kehamilan dianjurkan 4 kali namun dalam hal

106

ini bidan menganjurkan pemeriksaan secara rutin karena pasien tersebut melakukan pemeriksaan terlambat, dan jarak kehamilan dengan anak yang pertama 10 tahun. Asuhan antenatal terfokus memiliki tiga tujuan yaitu mempersiapkan kelahiran, mengetahui tanda-tanda bahaya, dan memastikan kesiapan

menghadapi komplikasi kehamilan. Pada saat kehamilan trimester III penulis telah melakukan persiapan komplikasi kehamilan pada Ny. H, sehubungan dengan pertanyaan dari pasien dengan kemungkinan terjadi penyulit selama kehamilan dan persalinan, penulis menjelaskan kemungkinan adanya penyulit yang mengharuskan ibu dirujuk ke rumah sakit, namun ibu masih akan mendiskusikannya dengan suami. Menurut Depkes RI 2002, pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi baru lahir. Untuk itu dianjurkan pada saat melakukan kunjungan antenatal membahas rujukan dan rencana rujukan bersama ibu, suami dan keluargannya serta menjelaskan mengenai antisipasi rencana rujukan. Dalam merencanakan rujukan hendaknya membahas mengenai siapa yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir, dimana tempat rujukan yang disukai ibu dan keluarga, sarana transportasi dan siapa yang akan mengendarainya, orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan, uang yang disisihkan untuk asuhan medis, obat-obatan dan bahan-bahan, dan siapa yang akan tinggal serta menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak dirumah. , karena penulis hanya menanyakan tempat rujukan, calon pendonor, tabungan, transportasi.

107

Untuk itu sebaiknya bidan saat melakukan persiapan komplikasi harus mengkaji lebih dalam karena dengan persiapan rujukan yang baik akan mendukung keselamatan ibu. Selain melakukan persiapan komplikasi, hal yang masih berkaitan dan perlu diperhatikan adalah bagaimana seorang bidan dan ibu hamil tersebut mendeteksi dini terhadap komplikasi kehamilan. Menurut Depkes RI (2002), pengertian deteksi dini adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara dini dengan tujuan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kehamilan ibu dapat diketahui. Pengetahuan dan persiapan dalam mendeteksi dini komplikasi yang dapat dilakukan ibu menurut MNH (Maternal and Neonatal Health Program) yaitu dengan memilih tenaga kesehatan dan tempat melahirkan pada waktu periksa hamil, mengenali persalinan yang normal dan memahami persiapan menghadapi persalinan, mengenali tanda-tanda bahaya dan melaksanakan persiapan menghadapi komplikasi, mengetahui sistem transportasi, tahu ke mana harus pergi bila terjadi keadaan darurat, serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga, memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan (Santi, 2001). Pada Ny. H, penulis menganjurkan ibu untuk selalu membawa Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) saat memeriksakan kehamilan, karena buku tersebut merupakan alat bantu yang juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang tepat. Akibat yang terjadi bila ibu tidak

108

dapat mengenali tanda bahaya kehamilan secara dini dan upaya deteksi dini yang dilakukan ibu kurang, maka akan terjadi komplikasi yang lebih lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi. Kematian tersebut merupakan dampak komplikasi kehamilan utama yang sama yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dan abortus. Banyak kematian neonatal merupakan akibat langsung penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk (WHO, 2004). Untuk itu, sebaiknya bidan dapat menjadi tenaga profesional yang teliti dalam mendeteksi dini komplikasi kehamilan dan membuka pengetahuan ibu bagaimana cara mengenali komplikasi tersebut sehingga suatu saat bisa menghadapi kemungkinan komplikasi yang terjadi pada ibu. Pada ANC trimester III, Ny. H mengeluh pinggang bagian bawah terasa pegal-pegal. Keadaan ini merupakan hal yang fisiologis karena menurut Manuaba (1998) sebelum berlangsung persalinan terdapat kala pendahuluan karena pengaruh penurunan hormon progesterone sehingga terjadi kontraksi rahim yang menyebabkan perasaan sakit di perut dan pinggang karena adanya kontraksi yang lemah dan teratur dari uterus (fase labour pains), hal ini disebabkan karena tuanya kehamilan sehingga pengeluaran hormone estrogen dan progesterone menurun yang mengakibatkan kontraksi. Pada ANC trimester III, Ny. H juga mengeluh keputihan berwarna putih, tidak berbau dan tidak gatal. Keadaan ini merupakan hal yang fisiologis karena menurut Manuaba (1998) keputihan terjadi akbat peningkatan produksi lendir dan kelenjar endoservikal sebagai akibat peningkatan kadar estrogen dan akibat hyperplasia mukosa vagina. Cara meringankannya dengan meningkatkan

109

kebersihan dengan mandi setiap hari dan memakai pakaian dalam terbuat dari katun yang daya serapnya lebih kuat serta hindari pakaian dalam dan pantyhose yang terbuat dari nilon. Hindari pencucian vagina (douching) dan hindari penggunaan bedak tabur untuk mengeringkan tetapi jangan terlalu banyak/ berlebihan. Penulis sudah memberikan pendidikan kesehatan mengenai keputihan sesuai dengan protap yang berlaku seperti memberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene, antara lain cebok bersih sehabis BAK/BAB dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk atau tissue agar tidak lembab dan menganjurkan ibu untuk sering ganti celana dalam jika dirasa sudah basah. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan. Maka dalam menangani keluhan seperti ini bidan harus bisa memberikan masukan kepada ibu-ibu hamil dengan memberikan penkes mengenai fisiologis masa kehamilan tiap trimester. Pada trisemester III, Ny. H diberikan pendidikan kesehatan mengenai tandatanda persalinan yaitu ibu harus segera datang ke puskesmas sebagai tempat pilihan ibu untuk bersalin jika ibu merasakan mules-mules yang semakin lama semakin sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air-air. Hal ini tidak sesuai dengan teori mengenai tipe asuhan yang diberikan pada trimester I, II, III tetapi penulis tetap memberikan penkes ini dengan tujuan mengingatkan ibu karena jarak kehamilan yang jauh yaitu 10 tahun. Dalam melakukan pelayanan antenatal, bidan praktek swasta telah melakukan standar pelayanan antenatal 7 T yang salah satunya pemberian imunisasi TT. Pada kehamilan ini Ny. H mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid

110

(TT) sebanyak 2 kali pada trimester III yaitu pada usia kehamilan 28 minggu dan 32 minggu Selanjutnya Ny. H diberikan imunisasi TT2 saat Ny. H datang kembali pada usia kehamilannya 32 minggu. Ini dilakukan karena merupakan jadwal kunjungan ulang yang diberikan bidan yang menganjurkan Ny. H agar datang kembali satu bulan kemudian untuk diberikan untuk diberikan imunisasi TT2. Menurut Saifudin (2002) bahwa selama kehamilannya seorang ibu hamil sebaiknya mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali dengan jeda pemberian TT 2 adalah 4 minggu dari TT1. Pemberian imunisasi ini dapat memberikan kekebalan pada janin terhadap panyakit tetanus, sehingga dapat mengurangi angka kematian bayi akibat tetanus neonatorum, serta dapat mencegah kematian ibu yang disebabkan oleh tetanus. Selama hamil berat badan Ny. H naik 15 kg dari berat badan sebelum hamil. Hal ini sesuai dengan pendapat Cunningham (2006), yang menyatakan bahwa seorang wanita hamil normal seyogyanya mengalami peningkatan berat badan 7 sampai 15 kg selama hamil. Kenaikan berat badan selama kehamilan tersebut disebabkan oleh hasil konsepsi, yaitu janin 2,5-3,5 kg, plasenta 0,5 kg, air ketuban 0,5-1 kg, hipertrofi uterus 0,5-1 kg, payudara 0,5 kg, darah 2 kg serta retensi cairan ekstrasel dan intrasel 1,5 kg, dan sisanya lemak simpanan ibu 3,5 kg, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertambahan berat badan pada kehamilan merupakan prognosis yang baik dapat dihasilkan dari kisaran pertambahan yang luas. Penyimpangan dari normal bersifat sangat tidak spesifik untuk prognosis kehamilan pada individu tertentu. Oleh sebab itu penimbangan berat badan secara rutin merupakan kebiasaan yang lazim dilakukan namun

111

sesungguhnya kegiatan ini tidak menguntungkan karena penimbangan pertambahan berat badan mempunyai nilai kecil sebagai pertanda bahwa akan timbul pertumbuhan janin terhambat, pertambahan berat 1 kg seminggu pada pertengahan kedua kehamilan merupakan pertanda dini kemungkinan timbulnya hipertensi yang diinduksi kehamilan (Jones, 2002). Kebutuhan nutrien yang dibutuhkan selama hamil meningkat, kebutuhan gizi selama hamil meningkat 3 kali lipat. Kebutuhan kalori wanita hamil meningkat menjadi 2500g dari wanita tidak hamil yaitu 2200g, protein menjadi 106g dari 46g, folat menjadi 1000g dari 400g, kalsium menjadi 2000g dari 1000g, zat besi menjadi 45mg dari 15mg, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi protein sekitar 2-2,5g/kg berat badan. Protein yang bermutu adalah protein yang dapat diperoleh dari telur, susu, ikan. Ikan laut mengandung asam lemak Omega 3 (DHA), sehingga ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan laut. Ikan laut yang terbanyak mengandung DHA adalah ikan Lemuru. Makanan ibu harus sesuai dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang dengan perkembangan masa kehamilan. Ibu hamil sebaiknya menerapkan menu empat sehat lima sempurna. (Heryati,2004). Menurut Mochtar 1998, ibu hamil harus mengkonsumsi zat-zat yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, zat lemak, mineral, kalsium, zat besi, vitamin dan air. Selama kehamilan Ny. H mengkonsumsi tablet vitonal-f yang diberikan oleh tenaga kesehatan di Bidan Praktek swasta dan pemberian tablet ini merupakan salah satu standar pelayanan antenatal, kegiatan pemberian tablet vitonal-f adalah kegiatan yang direkomendasikan MNH 2002. Dalam melakukan

112

asuhan antenatal folavit yang mengandung vitamin, asam folat dan zat besi yang penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan, dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat. Bila tidak mengkonsumsi zat besi yang cukup, ibu dapat mengalami anemia. Maka resiko ibu hamil yang tidak mengkonsumsi asam folat, vitamin dan zat besi, lebih tinggi terjadi resiko dibandingkan dengan ibu hamil yang mengkonsumsinya. Karena komplikasi bisa terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Sebagai bidan harus memberi nasehat-nasehat yang berkualitas selama hamil. Untuk mencegah anemia pada kehamilan Ny. H mendapatkan tablet penambah darah secara teratur selama kehamilannya untuk

mempertahankan Hb ibu yang sudah dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006) yang menyatakan bahwa setiap ibu hamil harus meminum tablet penambah darah yang mengandung zat besi minimal 90 tablet dengan dosis 1 kali sehari. Ny. H mengatakan meminumnya secara teratur pada malam hari karena telah mendapatkan penjelasan tentang manfaat tablet penambah darah untuk mencegah perdarahan dan cara meminum tablet penambah darah yang benar. Sebaiknya penyuluhan tentang anemia, cara

meminum tablet penambah darah yang baik, serta efek sampingnya lebih ditingkatkan lagi. Pemeriksaan haemoglobin (Hb) selama kehamilan merupakan kegiatan yang pada umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Pada kehamilan 28 minggu Ny. H melakukan pemeriksaan Hb dan didapatkan hasil Hb Ny H 11,9 gr %. Menurut pendapat Manuaba (2007), Ny. H tidak mengalami anemia dan Hb ibu

113

dalam batas normal. Pemeriksaan Hb Ny. H dilakukan 1 kali yaitu pada trimester III yaitu usia kehamilan 28 minggu. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat IBI (2005), yang menyatakan bahwa pemeriksaan Hb dianjurkan untuk diulang kembali pada minggu ke-32 untuk mendapat gambaran yang akurat tentang status Hb ibu hamil. Ny. H tidak dilakukan pemeriksaan Hb kembali dikarenakan pihak BPS menganggap Hb pertama pada usia kehamilan 28 minggu, Hb ibu dalam batas normal dan dikarenakan jarak pemeriksan HB yang pertama dengan yang kedua jarak terlalu dekat dan akan mendapatkan hasil yang kurang signifikan karena dengan jarak yang hanya 4 minggu. Walaupun sebaiknya bidan memeriksakan kembali HB ibu hamil pada trimester III. Walaupun pada waktu trimester I atau II Hb ibu dalam batas normal karena pada umur kehamilan 32 minggu trimester III ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran darah) tetapi menurut Jordan 2004 berpendapat bahwa hasil akhir yang merugikan pada kehamilan lebih cenderung terjadi bila kadar hemoglobin ibu turun sehingga berada di luar kesadaran 10,4 13,29 /100 ml. Kadar hemoglobin yang lebih tinggi akan meningkatkan viskositas darah dan peningkatan viskositas ini akan mengganggu aliran darah pada plasenta serta merupakan predisposisi untuk timbulnya koagulasi sekitar 12 13% wanita mungkin rentan terhadap kelebihan muatan zat besi dan secara spesifik, wanita yang konsentrasi Hb nya lebih dari 13,2 gr% pada gestasi 13 sampai 18 minggu memperlihatkan peningkatan angka kematian perinatal, bayi dengan berat lahir rendah, dan kelahiran prematur, pre eklamsi pada nulipara. Scanloon dkk, (2000)

114

Selain pemeriksaan darah, pada ibu hamil dilakukan juga pemeriksaan urin yaitu pemeriksaan protein urin dan urin reduksi, dimana protein urin untuk mengidentifikasi adanya preeklampsi dan urin reduksi untuk mengidentifikasi diabetes mellitus. Hal ini sesuai pendapat IBI (2005) yang menyatakan bahwa pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya protein dan glukosa dalam urin. Hal ini penting dilakukan saat masa kehamilan. Tetapi pada Ny.H pada kehamilan kedua ini tidak dilakukan pemeriksaan urine, karena tidak menunjukan gejala TRIAS klasik. Penulis tidak melakukan pemeriksaan IMS kepada ibu karena tidak terdapat adanya keluhan yang berhubungan dengan tanda dan gejala IMS. Langkah awal yang dilakukan penulis adalah melakukan anamnesa kepada ibu mengenai riwayat psikososial ibu, dan riwayat kesehatan ibu. Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan tanda dan gejala PMS, untuk itu penulis tidak melakukan test lebih lanjut terhadap PMS. Saat ini test terhadap penyakit menular seksual hanya dilakukan jika ibu mengalami keluhan yang mengarah pada gejala PMS, misalnya keputihan yang lama, banyak, dan berbau. Peranan bidan dalam skrining terhadap PMS dapat dilakukan secara sederhana dengan melakukan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) test, test IVA merupakan deteksi dini terhadap PMS yang murah, mudah, praktis, dan tidak memerlukan sarana khusus. Jika ada indikasi ke arah PMS maka dapat dilakukan pemeriksaan spesifik dengan melakukan test Pap Smear. Pengobatan dan konseling terhadap PMS harus dilakukan terhadap kedua pasangan, tidak hanya dari ibu saja karena kedua pasangan mempunyai peranan yang sama dalam penularan penyakit

115

menular seksual ini. Hal ini tidak sesuai dengan Asuhan Standar minimal dalam ANC (Saifudin, 2001), yang menyatakan pelayanan atau asuhan standar minimal termasuk dilakukannya test terhadap IMS untuk mencegah infeksi silang antara ibu dan janin serta antara ibu dan tenaga kesehatan. Semestinya skrining komplikasi dilakukan, ini penting mengingat akibat yang ditimbulkan jika ibu terkena IMS dapat menyebabkan kelainan dan kematian bagi janin. Selama pemeriksaan DJJ secara auskultasi dan didapatkan hasil pemeriksaan DJJ sekitar 120-160 kali per menit, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Saifudin (2002) jumlah DJJ normal adalah 120-160 kali per menit. Setiap kali ANC pemeriksaan ini juga harus selalu dilakukan karena jumlah DJJ bisa saja tidak normal. Dan bidan sebagai tenaga kesehatan yang memeberikan pelayanan ANC harus menguasai bagaimana pemeriksaan secara auskultasi. Ini untuk mengetahui keadaan bayi melalui jumlah DJJ per menit, sehingga dapat diketahui bayi mengalami gawat janin atau tidak. Selama kehamilan tekanan darah ibu selalu dalam batas normal yaitu sekitar 90-110 / 60-80 mmHg, hal ini sesuai dengan pendapat Wiknjosastro (2002) bahwa tekanan darah yang memerlukan kewaspadaan ialah 130/90 mmHg. Tekanan darah juga harus diperhatikan jangan sampai tinggi ataupun rendah. Sering kali tekanan darah tinggi pada ibu hamil mengakibatkan kematian saat persalinan karena sudah sampai pada taraf eklampsi. Pengukuran tinggi fundus uteri secara tepat dilakukan lebih objektif dengan skala sentimeter. Tinggi fundus uteri mempunyai hubungan yang kuat dan bermakna dengan berat badan bayi dan merefleksikan pertumbuhan janin serta

116

ukuran fetus lebih akurat. Johnson dan Toshach (1954) menggunakan suatu metode untuk menaksir berat janin dengan pengukuran (TFU) tinggi fundus uteri, yaitu mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis sampai puncak fundus uteri dengan mengikuti lengukungan uterus, memakai pita pengukur serta melakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher) untuk mengetahui penurunan bagian terendah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengukuran atau taksiran dan diperkirakan tidak dapat dikoreksi seperti tumor rahim, hidramnion, plasenta previa, kehamilan ganda dikeluarkan dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas, kondisi selaput ketuban, penurunan bagian terbawah janin (station), posisi dan presentasi janin diperhitungkan secara statistik. Rumus yang dikemukakan adalah Rumus Lohnson : TBJ (gram)=(tinggi fundus uteri station) x 155. Untuk station = 12 dan 11 jika sudah masuk PAP. Tinggi Fundus Uteri (TFU) selama kehamilan setelah minggu ke-28 pada Ny. H normal, yaitu pada umur kehamilan 28 minggu (27 cm = 2325 gram), 32 minggu (21 cm = 2945 gram), 36 minggu (34 cm = 3410 gram), 38 minggu (32 cm = 3100 gram). Pertambahan TFU ini sesuai dengan pendapat IBI (2005) yaitu setelah 28 minggu, jarak TFU (dalam cm) sesuai dengan umur kehamilan (dalam minggu) dengan beberapa variasi (1-2 cm) dan menurut Wheeler (2004), apabila tinggi fundus 3 sampai 4 cm lebih kecil daripada usia gestasi dalam minggu, uterus disebut kecil untuk usia gestasi. Pada saat kehamilan lanjut atau persalinan pengukuran tinggi fundus uteri pada Ny. H dilakukan dalam posisi semi fowler. Hal ini sesuai dengan pendapat IBI (2005) yang menyatakan bahwa pengukuran tinggi fundus uteri pada kehamilan lanjut atau pada saat

117

persalinan dalam posisi terlentang terbukti dapat memberikan hasil pengukuran fundus uteri yang lebih dari sebenarnya, sehingga hal tersebut menyebabkan pembacaan dan perkiraan umur kehamilan yang salah. uteri dalam posisi setengah duduk pada kehamilan lanjut atau persalinan. Pemeriksaan posisi janin pada Ny. H sudah dilakukan secara rutin setelah mulai teraba bagian-bagian janin. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apa yang berada di fundus, kanan ibu, kiri ibu, dan bagian terendah sesuai pemeriksaan Leopold. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat MNH (2002) yang menyatakan bahwa pemeriksaan posisi janin secara rutin sebelum kehamilan 36 minggu sudah tidak direkomendasikan lagi. Ini disebabkan karena pada kehamilan kurang dari 36 minggu biasanya bagian terendah janin belum masuk ke PAP sehingga masih ada kemungkinan janin mengalami perubahan posisi sampai bagian terendah janin masuk PAP. Pada kasus Ny. H penulis melakukan pemeriksaan secara rutin pada kehamilan 36 minggu dengan tujuan untuk mendeteksi kelainan letak atau bagian terendah yang teraba pada hasil

pemeriksaan yang melakukan penangan segera.

4.2.PERSALINAN 4.2.1. KALA 1 Pada tanggal 26 Januari 2010 pukul 14.00 WIB Ny. H datang dengan ke bidan praktek swasta, ditemukan tanda-tanda persalinan, disertai lendir bercampur darah. Hal ini sesuai dengan Manuaba (1998) bahwa tanda-tanda persalinan antara lain penipisan, pendataran dan terjadi pembukaan serviks,

118

kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), keluar cairan lendir bercampur darah melalui vagina. Dari pemeriksaan Ny. H dapat disimpulkan bahwa ibu G2P1A0 hamil 40 minggu partus kala I fase aktif . Ny. H hal ini normal sampai menjelang persalinan, his semakin kencang, frekuensi bertambah dan panjang. Bidan sebagai penolong persalinan bukan hanya memberikan pertolongan saja tetapi sebaiknya memberikan dukungan dan menenangkan ibu yang bersalin. Pada kehamilan Ny. H mengalami persalinan di usia kehamilan 40 minggu jika dihitung dari HPHT, Ny. H mengalami persalinan di usia kehamilan 40 minggu, tetapi berdasarkan pendapat Wiknjosastro (2005) ketepatan penentuan usia kehamilan berdasarkan pengukuran biometri janin : usia kehamilan 21-30 minggu, parameter biometri diameter biparietal, femur, dan lingkar perut ketepatannya 2 minggu dan 3 minggu. Usia kehamilan 30 minggu parameter biometri biparietal, femur, lingkar perut ketepatannya 4 minggu. Berdasarkan pendapat diatas jika USG dilakukan pada umur kehamilan lebih dari 30 minggu maka umur kehamilan 33 41 minggu. Menurut Wiknjosastro (2002), lamanya persalinan pada primigravida kala I berlangsung sekitar 13 jam dan pada multipara berlangsung sekitar 7 jam. Menurut Cunningham (2005), meskipun rata-rata persalinan kala I pada wanita multipara adalah sekitar 7 jam dan pada wanita multipara sekitar 4 jam terdapat variasi yang besar. Oleh karena itu, pernyataan pasti lamanya persalinan adalah tidak bijaksana. Pada kasus Ny. H proses persalinan kala I berlangsung selama 5 jam, terjadi 2 jam lebih cepat dibandingkan pendapat Wiknjosastro (2002), hal

119

ini disebabkan power (his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengejan), passange (jalan lahir tulang seperti ukuran panggul, jalan lahir otot) , passager (janin, plasenta, dan selaput ketuban), psikologi (ibu yang kooperatif, posisi meneran yang baik yaitu setengah duduk, ibu mendapat hidrasi dan nutrisi yang cukup sehingga mempunyai tenaga untuk meneran dan ibu ditemani keluarga selama proses persalinan) dan penolong persalinan yang trampil seperti bidan yang menolong persalinan. Selama persalinan Ny. H tidak ditemani oleh suaminya, Menurut pendapat IBI (2005), bahwa kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan dalam arti dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat, dan menurunnya persalinan dengan operasi. Selain itu kehadiran seorang pendamping juga dapat memberikan rasa nyaman, aman, semangat, dukungan emosional, dan dapat membesarkan hati ibu. Oleh sebab itu, sebaiknya ibu hamil harus didampingi oleh keluarganya selama menjalani proses persalinan. Tetapi hal ini tidak terjadi pada Ny. H, proses persalinan yang dialami Ny. H berlangsung cepat walaupun tidak ditemani oleh keluarga, hal ini dikarenakan power, passange, passager, psikologi ibu yang baik walaupun tidak ditemani keluarga dan penolong persalinan yang trampil. Sebaiknya bidan sebagai penolong persalinan harus tetap memberikan dukungan psikologis kepada ibu walaupun tidak ditemani oleh keluarga. Asuhan kala I yang diberikan adalah ibu dianjurkan untuk makan dan minum selagi ibu masih bisa makan dan minum, penkes ini diberikan dengan

120

tujuan jika ibu telah memasuki kala II dan waktunya mengejan, ibu tidak lemas dan mempunyai energi serta mencegah dehidrasi. Asuhan ini sesuai dengan Depkes RI (2007), yang menyatakan bahwa makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan membuat kontraksi tidak teratur dan kurang efektif, sehingga jika kontraksi lambat kemajuan persalinan pun akan lambat pula. Hal yang juga penting diperhatikan selama kala I adalah mempertahankan kandung kemih tetap kosong. Ibu harus berkemih paling sedikit 2 jam atau lebih sering (Saifuddin, 2002). Menurut Depkes (2004), kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi dan akan memperlambat turunnya bagian terbawah janin. Hal ini akan menambah rasa sakit, kesulitan untuk melahirkan plasenta, perdarahan pasca persalinan, dan mungkin menyebabkan partus macet, menyebabkan ibu tidak nyaman, dan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan. Selama kala I penulis menganjurkan ibu untuk sering berkemih. Selama ibu masih dapat berkemih sendiri, sebaiknya tidak menggunakan kateter karena dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Sebaiknya bidan sebagai penolong persalinan tetap memberikan pendidikan kesehatan mengenai hal-hal yang penting selama kala I seperti posisi selama persalinan, menganjurkan untuk makan dan minum selagi ibu masih bisa makan dan minum, mempertahankan kandung kemih tetap kosong. Menurut Lestari (2008) untuk menilai kemajuan persalinan, partograf dijadikan alat bantu yang digunakan untuk observasi dan menilai kemajuan

121

persalinan dengan menilai pembukaan melalui pemeriksaan dalam, serta mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Menurut Saifuddin 2002, jika pembukaan serviks melewati kanan garis partograf (garis bertindak) dikatakan fase aktif memanjang, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus segera dilakukan Pada kasus Ny. H pemantauan partograf tidak melewati garis bertindak dikarenakan his ibu yang adekuat. Dalam hal ini penulis sebagai pendamping persalinan memberikan dorongan moral pada ibu dalam menghadapi proses persalinan. Menurut Lestari (2008), dukungan psikis dapat mengurangi lamanya persalinan menghindari depresi pasca persalinan, mengurangi penggunaan analgesia, persalinan yang lebih singkat, mengurangi persalinan secara operatif dan persalinan dengan menggunakan alat dan banyak penelitian yang mendukung adalah kehadiran orang ke kedua saat persalinan berlangsung. Penelitian itu menunjukan bahwa ibu merasakan kehadiran orang kedua tersebut sebagai pendamping pertolongan persalinan / bidan, akan memberi kenyamanan pada saat bersalin. 4.2.2. KALA II Pada kala II kasus Ny. H berlangsung normal tanpa adanya masalah atau komplikasi, yaitu selama 10 menit dikarenakan his ibu yang adekuat yaitu 4 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik dan merupakan lama kala II yang normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Cunningham (2005) yang menyatakan bahwa lama kala II pada multipara adalah 20 menit sampai 30 menit. Hal ini didukung karena his yang adekuat, ibu yang kooperatif, posisi meneran yang baik yaitu setengah duduk dan ibu sudah mendapat hidrasi yang cukup sehingga mempunyai tenaga

122

yang cukup untuk meneran. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes RI (2007) yang menyatakan bahwa selama persalinan ibu harus mendapat asuhan sayang ibu seperti mendapat dukungan emosional baik dari penolong persalinan, pengaturan posisi yang sesuai dengan keinginan ibu, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi. Mengingat hal tersebut di atas, maka sebaiknya bidan sebagai penolong persalinan memberikan asuhan sayang ibu yang telah ditetapkan. Pada saat melahirkan Ny. H memilih posisi setengah duduk. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes RI (2007) yaitu pada saat persalinan, memperbolehkan ibu untuk mencari posisi apapun yang nyaman baginya, tetapi ibu tidak memperbolehkan untuk melahirkan bayi pada posisi terlentang. Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, dan plasenta) akan menekan vena cava inferior. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah dari ibu ke plasenta, sehingga menyebabkan hipoksia/defisiensi oksigen pada janin. Berbaring terlentang juga akan memperlambat kemajuan persalinan dan posisi ini akan menyulitkan ibu untuk meneran. Menurut Depkes (2007), posisi duduk atau setengah duduk memang seringkali nyaman untuk ibu dan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah, posisi ini pun memudahkan melahirkan kepala, namun kelemahan dari posisi berbaring atau lithotomi adalah membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi. Posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si

123

ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak ari ari juga berada di bawah bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu (Evariny, 2007). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa membiarkan ibu mengambil posisi yang diinginkannya selama meneran dan saat melahirkan akan memberikan banyak manfaat, termasuk sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan, lama kala dua yang lebih pendek, laserasi perineum yang lebih sedikit, lebih membantu meneran dan nilai Apgar yang lebih baik (Pusdiknakes, 2003). Oleh karena itu, hendaknya bidan tidak lagi mengarahkan ibu untuk mengambil posisi setengah duduk atau lithotomi dalam bersalin, tetapi membiarkan ibu memilih sendiri posisi persalinan yang ibu inginkan sesuai dengan kenyamanan ibu. Dalam kasus ini Ny. H memilih posisi setengah duduk, menurut Depkes RI (2007) posisi duduk atau setengah duduk seringkali nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala. Sebaiknya saat persalinan bidan mengizinkan ibu untuk memilih posisi yang sesuai dengan keinginannya selain posisi terlentang. Pada kasus Ny. H dilakukan tindakan amniotomi pada pembukaan 10 cm, warna putih jernih, volume 20 cc. Tindakan ini dilakukan sesuai dengan Manuaba (1998) yang menyatakan bahwa amniotomi adalah membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan didalam rongga

124

amnion dan indikasi amniotomi karena ketuban belum pecah pada pembukaan 10 cm, akselerasi persalinan, dan persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument. Pada kasus Ny. H persalinan dapat berlangsung dengan cepat karena dengan pecahnya ketuban terjadi tekanan pada fleksus Franken-hauser yang terletak pada pertemuan ligamentum utero-sacralis dan akan merangsang terjadinya reflex mengejan. Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali dan durasi 50-100 detik. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul secara reflektoris sehingga menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, kemudian perineum menonjol dan menjadi lebar anus membuka, labia mulai membuka dan tak lama lagi kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his dan dengan his kemudian mengedan maksimal kepala janin dilahirkan. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh lainnya. Setelah bayi lahir sesuai dengan pendapat Depkes RI (2007) segera penulis melakukan palpasi abdomen untuk memastikan adanya janin kedua. Apabila dalam menolong persalinan tidak dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan janin kedua dan langsung diberikan oksitosin 10 IU/IM maka akan terjadi kematian janin karena oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan menurunkan pasokan oksigen pada bayi. 4.2.3. Kala III.

125

Pada kasus Ny. H kala III berlangsung normal selama 9 menit sesuai dengan pendapat Wiknjosastro (2005), yaitu bahwa lepasnya plasenta yaitu 6-15 menit setelah bayi lahir. Pada pukul 17.51 WIB merupakan kala pengeluaran plasenta (kala III). Uterus teraba keras dengan fundus uteri sepusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Plasenta dilahirkan dengan menggunakan Manajemen Aktif Kala III yaitu dengan penyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM segera setelah bayi lahir, peregangan tali pusat terkendali dan masase uterus 15 detik pertama setelah plasenta lahir, hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Depkes 2002, mengenai 3 langkah utama yang dilakukan segera pada kala III, hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2002) yang bisa diakibatkan oleh tertinggalnya selaput plasenta maupun kotiledon yang tertinggal di uterus. Menurut Depkes (2007) menjelaskan sebelum melakukan peregangan tali pusat terkendali juga harus memeriksa terlebih dahulu kandung kemih karena kandung kemih yang penuh tidak hanya mengganggu rasa nyaman tetapi juga dapat menyebabkan masalah pada kala III. Anjurkan ibu untuk berkemih sendiri atau jika tidak dapat berkemih sendiri, petugas dapat merangsang agar ibu berkemih. Pada kasus Ny. H petugas menganjurkan ibu untuk berkemih sendiri. Hal ini sesuai dengan Depkes (2007) bahwa katerisasi kandung kemih dilakukan apabila kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit, meningkatkan resiko infeksi dan kemungkinan luka pada saluran kemih.

126

Pada Ny. H plasenta lahir spontan dan berlangsung selama 15 menit dan pengeluaran darah 150 cc. Menurut Mochtar (1998) seluruh proses pada kala III berlangsung selama 5-30 menit setelah bayi lahir dan pengeluaran darah kirakira 100-300 cc. Dengan dilakukan manajemen aktif kala III, persalinan kala III pada Ny. H menjadi lebih singkat dan mengurangi kehilangan darah serta menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif. Untuk selanjutnya bidan sebagai penolong persalinan dapat terus melaksanakan Manajemen Aktif Kala III sesuai dengan protap yang ada. Bidan haruslah tanggap memperhatikan perdarahan pada kala III ini jangan sampai melebihi batas normal. Pada prinsipnya pencegahan perdarahan post partum yaitu dengan meningkatkan kontraksi uterus dan mempercepat kala III persalinan ini. Tatalaksana kala III persalinan berbeda pada setiap center kesehatan. Banyak perasat-perasat untuk melahirkan plasenta salah satunya yang banyak digunakan untuk membuktikan plasenta telah lepas adalah perasat Brandt-Andrews. Pada pemeriksaan laserasi jalan lahir, tidak ditemukan laserasi pada perineum, hal ini dikarenakan perineum ibu yang elastis. 4.2.4. kala IV Pukul 18.06 WIB merupakan kala pengawasan (kala IV) dimana dilakukan pengawasan selama 2 jam yaitu observasi tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih, perdarahan, dan kontraksi uterus setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua kala IV, serta temperatur tubuh setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan karena 2 jam setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja

127

mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar (Saifuddin, 2002) dan hal ini sesuai dengan rekomendasi Depkes RI (2007). Hal yang perlu diperhatikan menurut Depkes (2007) pada pemantauan tersebut adalah melakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan, memperkirakan darah secara keseluruhan, evaluasi keadaan umum ibu dan mendokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan. Pada masa post partum setelah dibersihkan Ny. H tidak segera dipakaikan gurita atau pembebat perut Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2002), yang menyatakan bahwa pemakaian gurita pada ibu post partum merupakan tindakan yang tidak dianjurkan karena selama 2 jam pertama segera setelah post partum harus dilakukan pemeriksaan fundus uteri apakah berkontraksi baik atau tidak, jika ibu menggunakan gurita maka akan menyulitkan petugas kesehatan dalam mengobservasi kontraksi uterus, mengingat bahaya perdarahan akibat atonia uteri yang dapat mengancam nyawa ibu. Pada pemantauan kala IV Ny. H didapatkan hasil bahwa keadaan ibu dalam batas normal. TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, Pengeluaran darah 100 cc, perineum utuh. Jumlah darah yang menyebabkan syok pada ibu apabila ibu kehilangan darah sebanyak 2000-2500 cc. Selain itu kita dapat melihat jumlah perdarahan yang menyebabkan ibu syok yaitu terjadi

128

penurunan tekanan sistolik 10 mmHg, apabila terdapat hal seperti itu berarti ibu kehilangan darah sebanyak 500 cc. Segera setelah lahir, pada tanggal 26 Januari 2010, penulis tidak memberikan vitamin A (200.000 IU) I kapsul. Hal ini tidak sesuai pendapat Saifuddin (2006), bahwa salah satu penanganan yang diberikan pada ibu masa nifas adalah pemberian vitamin A (200.000 unit). Hal ini bertujuan agar Ny. H bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. Terapi lain yang diberikan adalah Sangovitin X tablet dengan dosis 1X1. Penulis menganjurkan ibu agar menyusui bayinya secara eksklusif dimulai dari sekarang sampai bayi berusia 6 bulan. Bayi sebaiknya disusui sesering mungkin. Bila bayi disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara refleks mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Efek samping dari pengeluaran oksitosin ini adalah memperbaiki involusi uterus. Selain itu pengaruh hormon oksitosin mengakibatkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar (Depkes, 2007). Penulis juga menganjurkan kepada ibu agar istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, menganjurkan ibu untuk makan dan minum, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif dimulai dari sekarang hingga 6 bulan kemudian. 4.3. Bayi baru lahir. Pukul 17.50 WIB bayi lahir spontan, letak belakang kepala, menangis kuat, warna kulit kemerahan. Setelah bayi lahir melakukan penilaian apgar score pada menit pertama dan pada ment kelima dan hasil yang didapat adalah A/S 9/10.

129

Menurut Mochtar (1998) penilaian apgar score dilakukan dengan menilai warna kulit, denyut jantung, reaki rangsangan, tonus otot dan pernapasan. Segera setelah itu penulis membersihkan jalan nafas bayi, memotong tali pusat. Hal ini sesuai dengan Depkes (2007). Bayi Ny. H lahir 3200 gram dengan panjang badan 49 cm, hal ini adalah normal karena sesuai dengan Saifuddin (2006) bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. Segera setelah dibungkus, bayi Ny. H segera diberi ASI. Sesuai dengan pendapat MNH (2002) yang menyatakan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam segera setelah bayi lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong. Anggota keluarga mungkin bisa membantunya untuk memulai pemberian ASI lebih awal. Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap bayi, memberikan kekebalan pasif melalui kolostrum, mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, dan merangsang kontraksi uterus. Pemberian ini didukung oleh kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI secara dini setelah diberikan penjelasan dan kebijakan RB Bayu Medika untuk melakukan bounding attachment dan rooming in pasca persalinan. Untuk selanjutnya pihak RB Bayu Medika diharapkan dapat terus menjalankan kebijakannya dengan mengizinkan ibu berada selalu berada dengan bayinya. Segera setelah lahir, bayi diletakkan di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu dan melakukan pemotongan tali pusat dan

130

mengikatnya. Segera setelah tali pusat diikat bayi diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu. Bayi Ny. S melakukan inisiasi menyusu dini selama 1 jam. Hal ini sesuai dengan rekomendasi Depkes (2008) yang menganjurkan bayi segera setelah lahir mendapatkan kontak kulit ke kulit dengan ibunya selama paling sedikit satu jam, bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. Bayi Ny. S dapat mencapai puting susu ibu dan menghisapnya pada usia sekitar 45 menit, hal ini sesuai dengan Righard dan Alade (1998), dalam penelitiannya terhadap 72 ibu yang baru melahirkan bayinya, bayi yang begitu dilahirkan, tali pusatnya dipotong, dikeringkan dengan cepat kemudian diletakkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan dibiarkan selama satu jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai merangkak ke arah payudara dan dalam usia 50 menit, ia bisa menyusui dengan baik (Nur, 2008). Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap bayi, memberikan kekebalan pasif melalui kolostrum, mencukupi kebutuhan nutrisi bayi dan merangsang kontraksi uterus. Pemberian ini di dukung oleh kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI secara dini setelah di berikan penjelasan dan kebijakan bidan praktek swasta untuk melakukan bounding attachment dan rooming in pasca persalinan. Untuk selanjutnya pihak Bidan praktek swasta diharapkan dapat terus menjalankan kebijakannya dengan mengizinkan ibu berada selalu dengan bayinya.

131

Tindakan yang dilakukan pada bayi baru lahir merupakan penanganan pencegahan yang dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat

menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Bayi Ny. H diberikan salep mata eritromisin 0,5%, hal ini sesuai dengan rekomendasi Depkes RI (2007) yang menyatakan bahwa salah satu perawatan segera bayi baru lahir adalah melakukan pencegahan infeksi pada mata yaitu dengan memberikan salep mata eritromisin 0,5%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006), yang menyatakan bahwa bayi baru lahir perlu diberikan obat profilaksis penyakit mata yaitu obat tetes mata (larutan perak nitrat 1%) atau salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia. Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari (Saifuddin,2002). Namun bayi Ny. H diberikan vitamin K karena kebijakan RB memberikan vitamin K, pemberian vitamin K ini bertujuan mencegah perdarahan pada bayi baru lahir karena sebagian besar defisiensi vitamin K. fungsi vitamin K berkaitan dengan gangguan pembekuan darah sehingga bayi tidak akan mengalami perdarahan. Perdarahan bayi baru lahir dapat terjadi dari gastrointestinal, kulit akibat suntikan dari umbilikusnya. Oleh karena itu perhatikan kemungkinan terjadi perdarahan dari tempat tersebut setiap saat khususnya pada 24 jam pertama.

132

Bayi Ny. H tidak diberikan imunisasi Hb 0 dari mulai 12 jam setelah lahir, hal ini dikarenakan adanya kebijakan BPS memberikan imunisasi Hb 0 sebelum ibu pulang ke rumah menurut Manuaba (2007) kini infeksi Hepatitis B dapat terjadi karena infeksi vertical atau didapat setelah lahir . Ini sesuai dengan rekomendasi Depkes (2008), yang menyatakan bahwa imunisasi Hepatitis B yang pertama kali diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6 bulan dengan interval dosis minimal 4 minggu karena imunisasi ini sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Pada bayi Ny. H tidak terjadi infeksi tali pusat tetapi tali pusat puput pada hari ke enam. Hal ini sesuai dengan Saiffudiin (2002) yang menyatakan bahwa tali pusat akan puput sebelum hari ketujuh. Hal ini dikarenakan bayi Ny. H sangat memperhatikan kebersihan pembungkus tali pusat. Menurut Saiffuddin (2004), perawatan tali pusat harus dijaga dalam keadaan bersih dan kering. Rekomendasi terbaru dari WHO adalah cukup membersihkan pangkal tali pusat dengan menggunakan air dan sabun, lalu dikering anginkan hingga benar-benar kering. Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol. Oleh karena itu, penulis mengingatkan ibu cara melakukan perawatan tali pusat dengan cara membungkus tali pusat dengan kasa steril kering yang diganti setiap mandi atau jika kotor. Hal ini tidak sesuai dengan rekomendasi Depkes RI (2007), yang menyatakan bahwa perawatan tali pusat yaitu jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Pada kasus Ny. H

133

tali pusat dibungkus dengan kasa steril kering karena alasan untuk menghindari kotoran menempel pada tali pusat dan untuk psikologis ibu. Bidan seharusnya memberikan asuhan sesuai dengan evidence based untuk hasil asuhan yang terbaik. Pada kunjungan rumah pertama atau hari ke-6 keadaan, kedua atau pada hari ke-14 dan ketiga atau pada hari ke-40 keadaan bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, berat badan bayi mengalami peningkatan sesuai dengan pendapat Wiknjosastro (2002) bahwa 3 hari pertama berat badan bayi akan turun dikarenakan bayi mengeluarkan mekonium sedangkan cairan yang masuk belum cukup. Namun pada hari ke-4 berat badan akan naik lagi sebanyak 1-2% (Manuaba, 1998). Pada bayi Ny. H kenaikan berat badan cukup besar yaitu 300 gram ini diakibatkan bayi menyusu kuat dan ASI yang keluar banyak, kunjungan kedua atau hari ke-14 dan ke-40 berat badan juga bayi mengalami kenaikan hingga berat badan bayi mencapai 4500 gram. Adapun penulis juga memberikan pendidikan kesehatan pada waktu kinjungan rumah pertama mengenai pencegahan hipotermi pada bayi yaitu jangan terlalu lama dimandikan dan segera dikeringkan jika bayi basah, bayi jangan diletakkan diatas meja atau tempat tidur tanpa alas dan bayi juga jangan diletakkan di ruangan ber AC. Penkes tersebut diberikan karena bayi bisa saja hipotermi melalui hal-hal tersebut diatas. Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi Depkes (2007) yang menyatakan bahwa kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme seperti evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi

134

4.4. Nifas Pada masa nifas dilakukan kunjungan nifas sebanyak 4 kali yaitu kunjungan pertama pada 6 jam setelah melahirkan, kunjungan kedua pada 6 hari setelah melahirkan dan kunjungan ketiga pada 14 hari setelah melahirkan serta kunjungan keempat pada 40 hari setelah melahirkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006), kunjungan masa nifas dilakukan minimal 4 kali yaitu pada 6 jam post partum, nifas hari ke-6, nifas minggu ke-2, dan nifas minggu ke-6. Menurut Saifuddin (2006), kunjungan pada nifas dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, serta memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Mochtar (1998) menyatakan bahwa setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari 38oC. Jika terjadi peningkatan melebihi 38oC berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Hal ini tidak terjadi pada Ny. H, karena suhu Ny. H dalam kisaran 36-37OC. Pada kunjungan pertama nifas 6 jam, tinggi fundus uteri ibu yaitu 2 jari di bawah pusat. Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar (1998), yang menyatakan bahwa setelah plasenta lahir maka TFU 2 jari di bawah pusat. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. H saat enam jam post partum adalah mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, memberi konseling pada ibu atau pada salah

135

satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipothermi, hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006). Bidan sebagai penolong persalinan harus memperhatikan tanda bahaya nifas karena menyangkut keselamatan ibu dan bayi. Pada kunjungan kedua nifas 6 hari, penulis melakukan asuhan pasca persalinan yang sesuai dengan pendapat Saifuddin (2002) yaitu memeriksakan involusi uteri, perdarahan, tanda-tanda demam, dan infeksi serta memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit dan memberikan konseling pada ibu mengenai perawatan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006). Selama melakukan kunjungan nifas, keadaan ibu dalam keadaan normal namun pada kunjungan nifas hari ke-6 TFU tidak teraba, hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Mochtar (1998) bahwa pada minggu pertama setelah melahirkan TFU di pertengahan simfisis pusat. Hal ini mungkin disebabkan proses involusi uterus Ny.H berjalan lebih cepat dari normal karena pemberian ASI yang baik dan Ny. H melakukan mobilisasi dini dan aktif. Sebaiknya bidan selalu memberikan konseling pada ibu post partum tentang pentingnya pemberian ASI dini dan mobilisasi dini bagi pemulihan keadaan ibu terutama dalam proses involusi uteri. Pengeluaran dari vagina ibu pada kunjungan hari

136

ke-6 ini adalah berwarna merah, kuning berisi darah dan lendir (Lochea sanguinolenta), hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba (1998), bahwa lochea Sanguinolenta keluar saat nifas 3-7 hari. Asuhan yang diberikan pada nifas hari ke-6 yaitu memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau), menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006). Pada kunjungan ketiga nifas 14 hari asuhan yang diberikan sama seperti saat nifas hari ke-6, hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006). Pada kunjungan ini didapatkan hasil tanda-tanda vital dalam batas normal, involusi uteri berjalan normal dengan fundus uteri tidak teraba. Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar (1998) 14 hari setelah melahirkan tinggi fundus tidak teraba. Ibu dapat menyusui bayinya, pengeluaran pervaginam Ny. S pada kunjungan nifas minggu ke-2 ini adalah berwarna kuning, tidak berdarah lagi (lochea serosa), hal ini adalah normal karena sesuai dengan pendapat Manuaba (1998), yang menyatakan bahwa Lochea serosa keluat saat nifas 7-14 hari, berwarna kuning, tidak berdarah lagi. Pada kunjungan ketiga 40 hari post partum didapatkan keadaan ibu baik, tidak ada keluhan, pengeluaran pervaginam berwarna putih (lochea alba), hal ini

137

sesuai dengan pendapat Manuaba (1998), bahwa lochea alba keluar setelah 14 hari post partum. Asuhan yang diberikan pada 40 hari setelah melahirkan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2002), bahwa hendaknya tenaga kesehatan menanyakan mengenai penyulit-penyulit yang ia dan bayi alami dan mengingatkan kembali mengenai KB secara dini. Adapun hasil yang didapat dari penyuluhan tersebut adalah ibu tidak mengalami kesulitan dan ibu memilih kontrasepsi suntik 3 bulan.

138

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN 1. Kehamilan Ny. E berlangsung normal. Ny. E mendapatkan asuhan antenatal standar. 2. Proses persalinan Ny. E berjalan normal. Ny. E mendapatkan asuhan persalinan normal yang sesuai standart termasuk asuhan sayang ibu dan managemen aktif kala III, dan beberapa asuhan sesuai standar yaitu melakukan Inisiasi Menyusui Dini. 3. Bayi Ny. E lahir spontan dan pemeriksaan fisik normal. Bayi Ny. E mendapatkan asuhan bayi lahir yang sesuai standart yaitu pemberian imunisasi Hepatitis B0 dan Vitamin K1. Selanjutnya asuhan pada neonatal berupa pendidikan kesehatan mengenai perawatan bayi sehari-hari, ASI Eksklusif, dan imunisasi. 4. Masa nifas Ny. E berlangsung normal. Kunjungan nifas pada Ny. E dilakukan sesuai standar yaitu kunjungan 6 jam post partum, nifas hari ke 6, nifas minggu ke 2, nifas minggu ke 6, dan asuhan yang diberikan sesuai kebutuhan saat itu berupa pendidikan kesehatan mengenai perawatan payudara, cara menyusui yang benar, menjaga kebersihan diri, istirahat, mobilisasi, dan KB. Selain itu, bayi Ny. E mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

139

5. Setelah memberikan asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir penulis sudah dapat melakukan

pendokumentasian dengan baik menggunakan metode SOAP dan dengan kerangka berpikir 7 langkah varney. SARAN 1. Bagi tenaga kesehatan ( bidan ) a. Mengingat pentingnya pelayanan antenatal yang

berkualitas bagi kesehatan maka diharapkan tenaga kesehatan ( bidan ) lebih memperhatikan kualitas pelayanan antenatal dibandingkan kuantitas. b. Mengingat asuhan pada setiap ibu hamil berbeda-beda, maka bidan seharusnya lebih meningkatkan pemberian asuhan yang berfokus pada setiap ibu hamil. c. Mengingat salah satu standar pemeriksaan antenatal adalah palpasi abdominal yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi maka bidan telah melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita ukur dalam posisi setengah duduk. Selain itu pemeriksaan Haemoglobin hendaknya dilakukan dua kali yaitu pada trimester I dan III, serta pemeriksaan posisi janin sebaiknya dilakukan pada usia lebih dari 36 minggu kecuali atas indikasi tertentu. d. Hendaknya bidan harus tanggap terhadap masalah tinggi fundus uteri ibu hamil yang tidak sesuai dengan usia

140

kehamilannya dan sebaiknya bidan selalu mengingatkan ibu hamil terutama yang sudah memasuki trimster III mengenai tanda- tanda persalinan. e. Mengingat pentingnya penanganan yang tepat selama proses persalinan demi keselamatan ibu dan bayi maka sebaiknya bidan memberikan asuhan sayang ibu serta tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi. 2. Bagi pihak Tempat Kesehatan a. Mengingat pentingnya pemberian imunisasi TT untuk

mencegah penyakit tetanus bagi ibu hamil dan janinnya sesuai dengan jadwal pemberiannya, hendaknya Poli KIA membuat kebijakan pemberian imunisasi TT pada kunjungan antenatal pertama yang sudah memasuki trimester II untuk kemudian imunisasi TT selanjutnya diberikan dengan jeda 4 minggu dari imunisasi TT pertama. b. Pada usia kehamilan trimester III, penulis telah menjelaskan termasuk antisipasi terhadap komplikasi yang mungkin timbul pada Ny. E sehubungan dengan melakukan kunjungan

pertama di usia kehamilan trimester III, yaitu melakukan pemeriksaan HB dan hasil anamnese faktor pendidikan yang hanya mencapai SMP. c. Mengingat pentingnya vitamin K1 dan imunisasi Hepatitis B0 untuk mencegah perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 pada

141

bayi baru lahir maka pihak BPS tetap memberikan imunisasi Hepatitis B0 dan Vitamin K1.

142

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Asuhan Persalinan normal. Jakarta : JNPK-KR Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. Prawihardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP. Varney, Helen.1997. Varneys Midwifer. 3th Ed New York. Jones and Balett Publisher.

143

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Umur Alamat : Ny. Eni : 21 tahun : Bambu Item Rt 02/09 Desa Bojong kulur, Kec. Gunung Putri Kab. Bogor.

Menyatakan program studi D III Akademi Kebidanan Bhakti Indonesia semester V (Lima). Dan surat ini adalah sebagai tanda persetujuan kontrak pasien dengan mahasiswi.

Bogor, 15 Desember 2010

Pasien

Mahasiswi

( Ny. Eni)

( Tuti Aditama )

144

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama NIM Tempat tanggal lahir Status Agama Alamat

: Tuti Aditama : 211.08.A.012 : Bogor, 11 April 1988 : Lajang : Islam : Bojong kulur, Rt 02 / Rw 09 Gunung putri- Bogor

Riwayat pendidikan a. SDN Bojong kulur 02- Bogor b. SLTP Sejahtera 2- cileungsi c. SPK MH Thamrin jakarta d PPB-SPK DepKes pekalongan e. Akademi Kebidanan Bhakti indonesia, Ciangsana- Bogor : 2008-2010 : 1982-1988 : 1988-1991 : 1991-1994 : 1994-1995

Pekerjaan Program PTT di pemalang, Jateng : 1995-1998

iv

145

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi kasus Komprehensif pada Ibu mulai kehamilan, persalinan dan nifas. Studi kasus komprehensif ini disusun guna memenuhi syarat dalam tugas Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Program Diploma III Kebidanan di program studi Kebidanan Bhakti Indonesia, ciangsana Bogor. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, perhatian, bimbingan, dan dorongan moril, materil,maupun spirituil. Maka pada kesempatan ini sudah selayaknya penulis menghaturkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada : 1. Poppy Jane Intania, S.SiT, selaku Direktur Akademi Bhakti Indonesia Ciangsana Bogor. 2.Dyan Oktaviany, S.SiT, selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang senantiasa memberikan dukungan , bimbingan dan arahan- arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. M.Furqon, SKM, selaku Dosen Metode Penelitian yang telah memberikan motivasi, dukungan, serta arahan-arahan kepada penulis dalam penyusunan ii Karya Tulis Ilmiah ini.

146

4. Staf dosen yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Keluarga tercinta yang telah memberi dukungan yang tulus baik

moril, materil dan spiritual untuk menyelesikan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Rekan-rekan mahasiswa angatan I Akademi Kebidanan Bhakti Indonesia senasib seperjuangan yang selalu saling mendukung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata dengan segala keterbatasan mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi para pembaca. Bogor, Oktober 2010

Penulis

Iii

147

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................. ABSTRAK................................................................................................................i KATA PENGANTAR.............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iii BAB I. 1.1. PENDAHULUAN.......................................................................... 1 Latar belakang..................................................................... 1 1.2. Rumusan masalah ................................................................3 1.2. Tujuan .................................................................................3 1.2.1. 1.2.2. Tujuan Umum........................................................ 3

Tujuan Khusus........................................................ 3 1.4. Manfaat..................................................................................3 1.5.Metode dan Teknik Penulisan.................................................4 1.6. Sistematika Penulisan............................................................5

BAB II BAB III BAB IV

TINJAUAN TEORI........................................................................7 KERANGKA KONSEP.................................................................23 METODE PENELITIAN...............................................................27

BAB VHASIL PENELITIAN....................................................................34

148

BAB VI BAB VII

PEMBAHASAN............................................................................38 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................41

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42 LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................43

149

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Lampiran II Lampiran III : Lembar konsultasi : Lembar Persetujuan : Lembar Pengesahan

150

LEMBAR PENGESAHAN Panitia Ujian Akhir Program Studi Kebidanan Bhakti Indonsia Bogor Tahun 2009/2010

Tim Penguji Penguji

( Penguji

( Mengetahui

Direktur Akademi Kebidanan Bhakti Indonesia

( Poppy Jane Intania, S.SiT )

151

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Telah di periksa, di setujui, untuk dipertahankan Pada Ujian Sidang Komprehensif Tanggal 16 Oktober 2010 Pembimbing I

( Dian oktaviany , S.SiT ) Pembimbing II

( M.Furqon, SKM ) Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Bhakti Indonesia

( Poppy Jane Intania, SSiT )

152

GAMBARAN PRILAKU IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUMAH BERSALIN BAYU MEDIKA BOJONG KULUR- BOGOR TAHUN 2010

DI SUSUN OLEH : NAMA : NIM : MIMIN 211.08.B.004

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI INDONESIA CIANGSANA - BOGOR 2010

153

GAMBARAN PRILAKU IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUMAH BERSALIN BAYU MEDIKA BOJONG KULUR - BOGOR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menempuh Ujian Akhir Diploma III Kebidanan

DI SUSUN OLEH : NAMA : NIM : MIMIN 211.08.B.004

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI INDONESIA CIANGSANA - BOGOR 2010

154

Anda mungkin juga menyukai