Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN POSTMATUR

Dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen Pembimbing:
Ns. Yunita Wulandari, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Heppy Yuliana ST181026


Herlinda Puspika Dewi ST181027
Iswatun Yuliyantini ST181028
Kartika Sari Purwaningsih ST181029
Kristiyaningsih ST181030
Lilis Utami ST181031
Lina Yulianni ST181032
Luh Iga Kinasih ST181033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia
kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus
uteri (Tanto, 2014). Kehamilan postmatur lebih mengacu pada janinnya,
dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku panjang, kulit keriput, plantara
creases yang sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh meconium
(Varney, 2007).
B. Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang
dikemukakan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas
sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 2011).
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan
oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim
semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi
sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena
ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 2010).
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar
esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu
kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain
adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar
estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta.
Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup
dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang
sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi
absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk
janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu
30% prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai
berikut:
1. Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
2. Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
3. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab
yang jarang terjadi.
4. Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
5. Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
C. Tanda dan Gejala
1. Gerakan janin jarang (secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau
secara objektif kurang dari 10x / menit).
2. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
 Stadium I: kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
 Stadium II: seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan
mekoneum (kehijuan di kulit).
 Stadium III: seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada
kuku, kulit dan tali pusat.
3. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
4. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
5. Rambut kepala lebih tebal.
D. Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga
tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai
resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 2010).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan
terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah
seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna
kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34-36
minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa
menyebabkan gawat janin.
Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin
postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar
(makrosomia) dan dapat menyebabkan distosia bahu. Pada kehamilan
lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan
adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai
kematian dalam rahim (Manuaba, 2010).
E. Pemeriksaan Penunjang
 USG: untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
 Kardiotokografi: untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
 Amniocentesis: pemeriksaan sitologi air ketuban.
 Amnioskopi: melihat kekeruhan air ketuban.
 Uji Oksitosin: untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
 Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
 Pemeriksaan sitologi vagina.
F. Pengaruh Terhadap Ibu dan Bayi
Pada ibu persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena
kontraksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang,
sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, perdarahan post partum yang mengakibatkan meningkatnya
angka morbiditas dan mortalitas. Pada bayi, persalinan postmatur
mengakibatkan jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42
minggu 3x lebih besar dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin
bervariasi, diantaranya berat janin bertambah, tetap atau berkurang.
G. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik – baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik,
apabila sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
4. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan
kemungkinan disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu
diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih peka terhadap sedative
dan narkosa.
5. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada
keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang,
pembukaan belum lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin,
primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi,
hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.
H. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur
 Hipoksia
 Hipovolemia
 Asidosis
 Sindrom gawat nafas
 Hipoglikemia
 Hipofungsi adrenal.
I. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama
(sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai
28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan
memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7
bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar
usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter
kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.Untuk itu perlu diketahui
dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu.
Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu
dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir
Bu A jatuh pada 2 Januari 2011. Saat ini tanggal 4 Maret 2011. Jumlah hari
sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7
diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data Subjektif:
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin,pekerjaan, status kewarganegaraan,
suku bangsa, pendidikan, alamat.
2. Keluhan utama
 Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
 Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
 Berat badan ibu mendatar atau menurun.
 Air ketuban terasa berkurang.
 Gerak janin menurun.
3. Riwayat Menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
4. Riwayat Obstetri
Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputikehamilan, persalinan,
nifas, anak serta KB yang pernah digaunakan. Termasuk didalanya
riwayat TT, serta penyulit yang dialami.
5. Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan
ini. Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya
pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
6. Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan factor genetic, sebagai
indikasi penyakit yang diturunkan oleh orang tua.
8. Pola kehidupan sehari-hari
Meliputi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien.
Data Objektif:
1. Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana
kesadaran pasien sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain
itu pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan
kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda- tanda vital, berat
badan, tinggi badan , lingkar lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan gizi pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Mata : Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu
anemia atau tidak,
Muka : edema atau tidak
Leher : apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar
tiroid maupun limfe
Dada : bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba
massa atau tumor, tanda-tanda kehamilan (cloasma
gravidarum, aerola mamae, colostrum)
Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia
kehamilan, luka bekas operasi
Genitalia : Dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta
pengeluaran pervaginam
Ekstremitas : Atas maupun bawah tidak oedem
 Palpasi
Abdomen : Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang
berhenti sama sekali. Dengan menggunakan cara Leopold:
Leopold I :
Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus
(TFU dalam cm) dan kemungkinan teraba kepala atau bokong
lainnya, normal pada fundus teraba bulat, tidak melenting, lunak
yang kemungkinan adalah bokong janin.
Leopold II:
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-
bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan
kemungkinan teraba, punggung, anggota gerak, bokong atau kepala.
Leopold III:
Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut ibu
dan apakah BTJ sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada
bagian bawah perut ibu adalah kepala.
Leopold IV:
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga
panggul dan dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa
masuknya ke PAP.
 Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160
kali/menit, irama teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang atau
lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka DJJ bisa kurang
dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak
teratur.
 Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan
dengan kekurangan vitamin B atau penyakit saraf, intoksikasi
magnesium sulfat.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
plasenta.
b. KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes
tanpa tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan
oksitosin)
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik >20%.
B. Diagnosa keperawatan
1. Dx. Post matur kehamilan
 Ansietas b/d proses kelahiran lama
 Nyeri b/d operasi sectio caesarea
 Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya keinginan untuk memperoleh
informasi.
2. Dx. Bayi Post matur
 Kerusakan integritas kulit b/d maserasi

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
dengan - Koping kecemasan)
Faktor keturunan, Setelah dilakukan asuhan selama  Gunakan pendekatan yang
Krisis 3x24 jam klien kecemasan teratasi dgn menenangkan
situasional, kriteria hasil:  Nyatakan dengan jelas harapan
Stress, perubahan  Klien mampu mengidentifikasi terhadap pelaku pasien
status kesehatan, dan mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dan apa
ancaman cemas yang dirasakan selama prosedur
kematian,perubah  Mengidentifikasi,  Temani pasien untuk memberikan
an konsep diri, mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
kurang menunjukkan tehnik untuk  Berikan informasi faktual mengenai
pengetahuan dan mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis
hospitalisasi  Vital sign dalam batas normal  Libatkan keluarga untuk
 Postur tubuh, ekspresi wajah, mendampingi klien
DO/DS: bahasa tubuh dan tingkat aktivitas  Instruksikan pada pasien untuk
- Insomnia menunjukkan berkurangnya menggunakan tehnik relaksasi
- Kontak mata kecemasan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
kurang
 Identifikasi tingkat kecemasan
- Kurang
istirahat  Bantu pasien mengenal situasi yang
- Berfokus pada menimbulkan kecemasan
diri sendiri  Dorong pasien untuk
- Iritabilitas mengungkapkan perasaan,
- Takut ketakutan, persepsi
- Nyeri perut  Kelola pemberian obat anti cemas
- Penurunan TD
dan denyut
nadi
- Diare, mual,
kelelahan
- Gangguan
tidur
- Gemetar
- Anoreksia,
mulut kering
- Peningkatan
TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan
bernapas
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit
berkonsentrasi
2. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan - Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan: - Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri - Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
(biologi, kimia, Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
fisik, psikologis), keperawatan selama 3x24 jam, pasien  Observasi reaksi nonverbal dari
kerusakan tidak mengalami nyeri, dengan kriteria ketidaknyamanan
jaringan hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
DS: penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
- Laporan secara menggunakan teknik mempengaruhi nyeri seperti suhu
verbal nonfarmakologi untuk mengurangi ruangan, pencahayaan dan kebisingan
DO: nyeri, mencari bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Posisi untuk  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menahan nyeri berkurang dengan menggunakan menentukan intervensi
- Tingkah laku manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non
berhati-hati  Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi: napas dala, relaksasi,
- Gangguan intensitas, frekuensi dan tanda distraksi, kompres hangat/ dingin
tidur nyeri)  Berikan analgetik untuk mengurangi
(matasayu,  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
tampak capek, nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
sulit atau  Tanda vital dalam rentang normal  Berikan informasi tentang nyeri
gerakan kacau,  Tidak mengalami gangguan tidur. seperti penyebab nyeri, berapa lama
menyeringai) nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Terfokus pada ketidaknyamanan dari prosedur
diri sendiri  Monitor vital sign sebelum dan
- Fokus sesudah pemberian analgesik pertama
menyempit kali.
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan
proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi,
contoh : jalan-
jalan,
menemui
orang
lain dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-
ulang)
- Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah,
perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic
dalam
tonus otot
(mungkin
dalam rentang
dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif
(contoh :
gelisah,
merintih,
menangis,
waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkel
uh kesah)
- Perubahan
dalam
nafsu
makan dan
minum
3. Kurang NOC: NIC :
Pengetahuan - Kowledge: disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
Berhubungan - Kowledge: health Behavior keluarga
dengan : Setelah dilakukan tindakan  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
keterbatasan keperawatan selama 3x24 jam dan bagaimana hal ini berhubungan
kognitif, pasien menunjukkan pengetahuan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
interpretasi tentang proses penyakit dengan cara yang tepat.
terhadap kriteria hasil:  Gambarkan tanda dan gejala yang
informasi yang  Pasien dan keluarga menyatakan biasa muncul pada penyakit, dengan
salah, kurangnya pemahaman tentang penyakit, cara yang tepat
keinginan untuk kondisi, prognosis dan program  Gambarkan proses penyakit, dengan
mencari pengobatan cara yang tepat
informasi, tidak  Pasien dan keluarga mampu  Identifikasi kemungkinan penyebab,
mengetahui melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat
sumber-sumber dijelaskan secara benar  Sediakan informasi pada pasien
informasi.  Pasien dan keluarga mampu tentang kondisi, dengan cara yang
menjelaskan kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan
 Sediakan bagi keluarga informasi
DS: Menyatakan lainnya tentang kemajuan pasien dengan cara
secara verbal
yang tepat
adanya masalah
 Diskusikan pilihan terapi atau
DO:
penanganan
ketidakakura tan
mengikuti  Dukung pasien untuk
instruksi, mengeksplorasi atau mendapatkan
perilaku tidak second opinion dengan cara yang
sesuai tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
4. Kerusakan NOC : NIC : Pressure Management
integritas kulit - Tissue Integrity: Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk menggunakan
berhubungan Membranes pakaian yang longgar
dengan : - Wound Healing: primer  Hindari kerutan pada tempat tidur
Eksternal : dan sekunder  Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Hipertermia Setelah dilakukan tindakan bersih dan kering
atau keperawatan selama 3x24 jam  Mobilisasi pasien (ubah posisi
hipotermia kerusakan integritas kulit pasien pasien) setiap dua jam sekali
- Substansi teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor kulit akan adanya kemerahan
kimia  Integritas kulit yang baik bisa  Oleskan lotion atau minyak/baby oil
- Kelembaban dipertahankan (sensasi, pada derah yang tertekan
- Faktor elastisitas, temperatur, hidrasi,
 Monitor aktivitas dan mobilisasi
mekanik pigmentasi)
pasien
(misalnya :  Tidak ada luka/lesi pada kulit  Monitor status nutrisi pasien
alat yang  Perfusi jaringan baik
 Memandikan pasien dengan sabun
dapat  Menunjukkan pemahaman
dan air hangat
menimbulkan dalam proses perbaikan kulit
 Kaji lingkungan dan peralatan yang
luka, tekanan, dan mencegah terjadinya sedera
menyebabkan tekanan
restraint) berulang
- Immobilitas  Mampu melindungi kulit dan  Observasi luka : lokasi, dimensi,
fisik mempertahankan kelembaban kedalaman luka, karakteristik,warna
- Radiasi kulit dan perawatan alami cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
Usia yang  Menunjukkan terjadinya tanda-tanda infeksi lokal, formasi
ekstrim proses penyembuhan luka traktusAjarkan pada keluarga tentang
- Kelembapan luka dan perawatan luka
kulit  Kolaborasi ahli gizi pemberian diae
- Obat-obatan TKTP, vitamin
Internal  Cegah kontaminasi feses dan urin
- Perubahan  Lakukan teknik perawatan luka
status dengan steril
metabolik  Berikan posisi yang
- Tonjolan mengurangi tekanan pada luka
tulang
- Defisit
imunologi
berhubun
gan
dengan
perkemba
ngan
- Perubahan
sensasi
- Perubahan
status
nutrisi
(obesitas,
teralu
kurus)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang
lahir telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat
menyebabkan beberapa komplikasi. Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi
antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang
merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi
baru lahir.
Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun
ada faktor yang diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang
dikemukakan adalah faktor hormonal yaitu kadar progesteron, kurangnya
air ketuban dan insufisiensi plasenta. Bayi postmatur menunjukan
gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar,
sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas
lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali
pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup
panjang. Banyak bayi postmatur Clifford meninggal dan sakit berat akibat
asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup
mengalami kerusakan otak.
B. Saran
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting
dengan gizi yang cukup dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang
hamil hendaklah mempersiapkan persalinan dengan sebaik-baiknya, serta
dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui kesehatan
janin dan sang ibu, selain itu juga penting dalam mendeteksi sedini
mungkin umur kehamilan ibu untuk menghindari kesalahan dalam
menentukan usia kehamilan sehingga kehamilan post matur dapat diakhiri
sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan
keselamatan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida B.G. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mitayani. (2009). Asuhan Keparawatan Maternitas. Jakarta: Salemba


Medikamed.unhas.ac.id/

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, ed.3. Jakarta :EGC.

Prawirorahardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan, ed.4. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirorahardjo

Sujiyatini. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Nuha


Medika

Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran: ed.4 Jilid 1. Jakarta: Media


Aesculapius.

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Varney’s Midwifery), ed.4,


vol.2. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai