Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN REFLEKSI STASE KEBIDANAN KOMPLEMENTER

NAMA : SISKA MARIANA


NPM : 225491517068

Introduction
Saat ini saya sedang menempuh Pendidikan profesi bidan semester kedua. Ini
adalah minggu pertama saya memasuki stase kebidanan komplementer. Kebetulan
saya mengambil kasus ini di TPMB disini kasus yang dibahas adalah asuhan kebidanan
komplementer pada ibu bersalin kala I dengan intervensi brithing ball.

Deskripsi
Sebagai mahasiswi profesi bidan saya menjalani beberapa stase di TPMB Pada
stase asuhan kebidanan komplementer ini saya diberi kesempatan untuk melakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif dan memberikan terapi brithing ball serta
melakukan konseling atau pendidikan kesehatan untuk ibu bersalin tentang cara
meneran yang baik. Pada refleksi kasus ini saya menemukan klien datang bersama
ibunya pukul 09.00 WIB. Klien bernama Ny. A umur 20 tahun mengeluh perutnya mulas
dan sakit menjalar ke pinggang sejak pukul 06.00 WIB, dan sudah keluar lendir dari
bercampur darah jalan lahir.
Hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, kesadaran CM, tanda-tanda
vital Ny. A TD 100/70 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.6 ℃, BB sebelum
hamil 51 kg, BB sekarang 60 kg. Anogenital terdapat pengeluaran lendir bercampur
darah. Leopold I: TFU 31 cm, pada bagian fundus teraba satu bagian besar, agak lunak,
dan tidak melenting (bokong janin). Leopold II: Pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil (ekstremitas janin). Pada bagian kiri perut ibu teraba satu tahanan
yang keras, memanjang seperti papan (punggung janin). Leopold III: Pada bagian
terbawah janin teraba satu bagian keras, bulat (kepala janin). Kepala sudah masuk
PAP. Leopold IV: Divergen. Penurunan 3/5, Mc. Donald 31 cm, TBJ 3.100 gram, His
(+), frekuensi 4x/10 menit, lamanya 40 detik. Kandung kemih kosong, DJJ : (+),
frekuensi 145 x/m, Punctum Maximum : ± 3 jari di bawah pusat sebelah kiri, pembukaan
4 cm, presentasi belakang kepala, penurunan hodge II (setinggi spina ischiadika),
molase belum teraba, ketuban utuh. Hb 12,1 gr/dL, protein urine (-).
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. A adalah membina hubungan
baik dengan klien dan bersikap ramah serta melakukan informed consent sesuai
prosedur. Memberikan penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksaan. Melakukan
observasi tanda-tanda vital ibu setiap 2 jam sekali, kontraksi dan DJJ setiap 30 menit
sekali dan pemeriksaan dalam ulang. Memberikan motivasi/semangat pada ibu agar
dapat mengurangi kecemasan ibu dan memunculkan rasa percaya diri ibu.
Memberitahu ibu bahwa proses persalinan adalah proses alamiah yang akan terjadi
pada setiap wanita hamil. Menghadirkan orang terdekat untuk mendampingi ibu.
Memberikan penerapan teknik bola persalinan (birthingball) dalam upaya mempercepat
proses persalinan. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dan memilih posisi senyaman mungkin serta
menganjurkan ibu miring kekiri. Mengajarkan kepada ibu teknik pernafasan.
Mengajarkan ibu cara meneran yang baik. Menyiapkan partus set, heacting set, serta
alat pertolongan bayi segera lahir pakaian ibu, dan perlengkapan bayi. Melakukan
observasi : memantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin.

Feelings
Setelah tatalaksana pada klien, saya merasakan kecemasan dan rasa nyeri yang
dialami oleh klien merupakan hal yang normal karena kelahiran yang pertama, namun disaat
yang bersamaan saya juga merasa tidak khawatir karena apa yang dialami oleh klien
merupakan proses persalinan adalah proses alamiah yang akan terjadi pada setiap
wanita hamil serta tidak termasuk kegawatdaruratan. Kemudian timbul pertanyaan
dalam diri saya:
a. Apakah penatalaksanaan yang diberikan sudah tepat?
b. Apakah pemberian brithing ball pada klien sudah tepat untuk dilakukan?
c. Apakah KIE & konseling yang diberikan mengenai cara meneran yang baik sudah
tepat dan mudah dimengerti oleh klien?
Evaluation
Setelah dilakukan penatalaksanaan dan konseling, klien mengetahui hasil
pemeriksaan. Tanda-tanda vital diobservasi setiap 2 jam sekali, kontraksi dan DJJ
setiap 30 menit sekali dan pemeriksaan dalam ulang. Klien sudah merasa tenang, tidak
terlalu cemas dan merasa semangat serta merasa percaya diri dalam menghadapi
persalinan karena klien mengerti bahwa proses persalinan adalah proses alamiah yang
akan terjadi pada setiap wanita hamil serta klien didampingi oleh ibunya. Klien
melakukan terapi teknik bola persalinan (birthingball) dalam upaya mempercepat
proses persalinan dan mengontrol nyeri dengan baik. Keluarga memberikan makanan
dan minuman pada klien serta klien melakukan mobilisasi dan memilih posisi senyaman
mungkin serta dan melakukan posisi miring kekiri. Klien mengerti tentang teknik
pernafasan yaitu menarik nafas dalam melalui hidung dan membuang nafas melalui
mulut jika terdapat kontraksi untuk relaksasi. Klien juga mengerti cara meneran yang
baik yaitu kedua kaki dibuka dan ditekuk kemudian kedua tangan merangkul paha,
kepala diangkat mata melihat perut, usahakan jangan bersuara. Memberitahu ibu
bahwa meneran dilakukan saat pembukaan sudah lengkap. Dan ibu mengerti cara
meneran yang baik dan penjelasan yang telah diberikan. Partus set, heacting set, serta
alat pertolongan bayi segera lahir pakaian ibu, dan perlengkapan bayi sudah disiapkan.

Analysis
Setelah melakukan pemeriksaan pada Ny. A yang pendekatannya melalui
manajemen kebidanan dan pemahaman tinjauan teoritis maka diagnosa yang
ditegakkan adalah Ny.A20 tahun G1P0A0 Gravida 39 minggu inpartu Kala I faseaktif,
Janin tunggal, hidup intra uterin, presentasi kepala dengan intervensi brithing ball.
Persalinan merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang dapat hidup dari lingkungan intrauterine ke lingkungan ekstrauterin. Persalinan
dikatakan normal apabila pengeluaran seluruh hasil konsepsi terjadi pada usia
kehamilan 37-42 minggu tanpa disertai dengan penyulit. Proses persalinan dimulai dari
adanya kontraksi rahim yang menyebabkan adanyapembukaan serviks. Proses ini
disebut dengan Kala I persalinan.
Kala I persalinan diartikan sebagai permulaan kontraksi sejati yang dapat
menyebabkan terjadinya pembukaan serviks dan diakhiri dengan pembukaan lengkap.
Kala I persalinan terdiri dari kala I fase laten dan kala I fase aktif. Kala I fase laten
adalah keadaan dimana pembukaan serviks berlangsung lambat hingga pembukaan 3
cm yang berlangsung selama 7-8 jam, sedangkan kala I fase aktif adalah keadaan
dimana pembukaan serviks berlangsung mulai dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm
yang berlangsung selama 6 jam yang terdiri dari 2 jam periode akselerasi, 2 jam periode
dilatasi maksimal dan 2 jam periode deselerasi. Fase ini ditemui pada primigravida.
Sehingga normalnya lama kala I persalinan pada primigravida berlangsung selama13-
14 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 6-7 jam.
Pada primigravida, lama kala I persalinan berlangsung lebih lama daripada
multigravida dikarenakan oleh adanya perbedaan proses dilatasi pada serviks.
Primigravida akan mengalami penipisan serviks secara sempurna saat memasuki
persalinan setelah itu baru terjadi pembukaan, sedangkan pada multigravida penipisan
dan pembukaan serviks akan terjadi secara bersamaan. Sokol, dkk dalam
Prawirohardjo (2014), melaporkan bahwa 25% persalinan pada primigravida dipersulit
oleh kelainan fase aktif.
Lamanya persalinan dapat berpengaruh terhadap kelelahan dan penurunan fisik
ibu bersalin. Menurut Lestari dalam Wahyuni (2017), kelelahan dapat mengakibatkan
beberapa penyulit pada kala I. Semakin lama persalinan, ibu bersalin akan merasakan
kelelahan yang semakin besar. Sebaliknya, kelelahan juga dapat mengakibatkan
persalinan berlangsung lebih lama karena mengakibatkan kontraksi uterus yang tidak
adekuat, akibatnya akan terjadi persalinan yang memanjang, peningkatan distres
maternal, danpeningkatan resikoperdarahan postpartum yang menyumbang angka
kematian ibu.
Kelelahan pada primigravida saat bersalin dapat dicegah dengan mempercepat
proses persalinan. Menurut Monroe dalam Mathew (2017), salah satu upaya untuk
mempercepat proses persalinan yaitu menggunakan birthing ball. Pada saat ibu
bersalin menggunakan birthing ball, posisi tubuh memungkinkan gravitasi
mempercepat dilatasiserviks. Birthing Ball dapat membantu mempersingkat lama kala
I fase aktif dimana ibu bersalin akan duduk diatas bola dengan gerakan memutar
pinggul. Hal ini memungkinkan kepala bayi menekan leher rahim yang dapat
mendorong dilatasi.
Birth ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana menggunakan bola. Kata birth
ball dapat diartikan ketika latihan dengan menggunakan bola diterapkan untuk ibu
hamil, ibu melahirkan dan ibu pasca melahirkan (Oktifa, dkk.2018). Teknik birth ball
merupakan salah satu cara yang dapat di aplikasikanoleh ibu hamil untuk memperoleh
ketenangan saat menghadapi kehamilan dan persalinan (Ilmiasih, 2019).
Birthball (bola kelahiran) adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala
I ke posisi yang membantu kemajuan persalinan. Sebuah bola terapi fisik dapat
digunakan dalam berbagai posisi. Dengan duduk di bola dan bergoyang-goyang
membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan
gravitasi, sambil meningkatkan pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan
bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mengsekresi
endorphin (Maurenne, 2015).
Pemberian birth ball exercise juga efektif untuk mengontrol nyeri. Nyeri pada
persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi
serviks, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan
segmen bawah rahim dan kompresi saraf diservik (Irawati, Susanti, & Haryono, 2019).
Nyeri persalinan muncul akibat perpaduan antara nyeri pada tubuh yang diakibatkan
dengan adanya kontraksi pada uterus yang disertai dengan meregangnya segmen
bawah rahim serta kondisi psikologis ibu selama persalinan (Wijayanti, Wahyuni, &
Wena Betsy Maran, 2021).
Menurut Yuhelva Destri & Andiani Shaqinatunissa, (2019) birth ball adalah bola
terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I untuk mengontrol nyeri persalinan, latihan
birth Ball dilakukan gerakan dengan posisi duduk di bola dan bergoyang-goyang
sehingga membuat rasa nyaman dan dapat mengontrol nyeri persalinan, sambil
meningkatkan pelepasan endorfin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang
reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi endorfin, ibu inpartu
melakukan gerakan ini selama ibu mengalami nyeri saat kontraksi, setelah itu dilakukan
fase istirahat dengan melakukan latihan relaksasi napas dalam.
Birth ball merupakan salah satu manajemen nyeri secara non farmakologis lebih
efektif dibandingkan dengan metode farmakologi yaitu bersifat murah, simple, efektif,
dan tanpa efek yang merugikan (Paninsari & Situmorang, 2021). Birth ball sendiri
banyak digunakan ibu inpartu kala I untuk membantu kemajuan persalinan dan
mengontrol nyeri persalinan kala I. Hal ini sesuai dengan penelitian Maria Ulfah &
Rosmaria (2021) menyebutkan bahwa penggunaan birth ball dengan posisi duduk
dibola untuk mengontrol nyeri persalinan kala I. Dengan melakukan gerakan duduk di
bola dan bergoyang-goyang membuat rasa nyaman sehingga dapat mengontrol nyeri
persalinan (Ulfah & Rosmaria, 2021).
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa penggunaan birth ball yang dilakukan
ibu bersalin dengan cara duduk dengan santai dan bergoyang di atas bola selama
kontraksi dapat membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan
(Sutriningsih et al., 2019). Kemudian dari penelitian juga menyebutkan bahwa
penggunaan birth ball yang dilakukan ibu bersalin dengan melakukan duduk dan
bergoyang diatas bola selama kontraksi dapat membantu ibu dalam mengurangi rasa
nyeri saat persalinan (Paninsari et al., 2021). Manfaat yang didapatkan dengan
menggunakan birth ball selama persalinan yaitu dapat mengontrol rasa nyeri selama
kontraksi uterus dan kecemasan, membantu proses penurunan kepala janin,
mengurangi durasi persalinan kala I. Latihan birth ball dapat meningkatkan mobilitas
panggul ibu inpartu. Latihan ini dilakukan dalam posisi duduk, yang diyakini untuk
mendorong persalinan dan mendukung perineum untuk relaksasi dan mengontrol nyeri
persalinan. Menurut peneliti latihan birth ball dapat bekerja secara efektif dalam proses
persalinan. (Kurniawati et al., 2017). Penggunaan birth ball selama persalinan
mencegah ibu dalam posisi terlentang secara terus-menerus (Makmun et al., 2021)

Pada intervensi ini penerapan teknik bola persalinan (birthingball) dalam upaya
mempercepat proses persalinan, yaitu :
a. Posisi duduk diatas bola sambil seperti melakukan ayunan atau membuat gerakan
memutar panggul, dapat membantu dalam penurunan janin dan juga membuat ibu
merasa lebih nyaman serta memberikan dukungan pada perineum tanpa banyak
tekanan dan membantu menjaga janin sejajar dipanggul. Saat duduk diatas bola
suami dapat memberikan sentuhan seperti memijat atau menggosok punggung
ibu untuk mengurasi rasa nyeri, serta memberikan tekanan lembut pada sudut
anyaman jari jempol dan jari telunjuk selama satu menit dengan gerakan melingkar
untuk merangsang kontraksi.
b. Berdiri dan bersandar diatas bola juga dapat mengurangi tekanan pada punggung,
pinggang, dan tulang ekor sehingga mengurangi rasa nyeri, dapat dilakukan
selama 5-10 menit.
c. Berlutut dan bersandar diatas bola mendorong gerakan panggul sehingga dapat
membantu janin posterior berubah menjadi posisi yang benar untuk dilahirkan,
dilakukan 5-10 menit.
d. Jongkok bersandar pada bola membantu memperluas outlet panggul dan
mempercepat turunnya bagian terendah janin serta membantu menguatkan kaki,
dilakukan 5-10 menit.
Dari hasil yang didapat, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dengan asuhan pada Ny. A.

Conclusion
Berdasarkan kasus Ny. A pengkaji menyimpulkan bahwa asuhan atau konseling
dan tata laksana pada kasus Ny. A sudah sesuai dengan prosedur dalam
penatalaksanaan asuhan persalinan kala I. Klien sudah merasa tenang, tidak terlalu
cemas dan merasa semangat serta merasa percaya diri dalam menghadapi persalinan
karena klien mengerti bahwa proses persalinan adalah proses alamiah yang akan
terjadi pada setiap wanita hamil serta klien didampingi oleh ibunya. Klien melakukan
terapi birthingball sesuai anjuran dalam upaya mempercepat proses persalinan dan
mengontrol nyeri dengan baik. Klien melakukan teknik pernafasan dengan menarik
nafas dalam melalui hidung dan membuang nafas melalui mulut jika terdapat kontraksi
untuk relaksasi. Klien juga mengerti cara meneran yang baik yaitu kedua kaki dibuka
dan ditekuk kemudian kedua tangan merangkul paha, kepala diangkat mata melihat
perut, usahakan jangan bersuara pada saat pembukaan sudah lengkap. Partus set,
heacting set, serta alat pertolongan bayi segera lahir pakaian ibu, dan perlengkapan
bayi sudah disiapkan.
Action Plan
Berdasarkan pengalaman dari kasus ini, maka bila ada kasus seperti ini lagi
pengkaji akan melakukan :
d. Pemeriksaan sesuai prosedur asuhan kebidanan
e. Akan tetap melakukan terapi brithing ball dalam upaya mempercepat proses
persalinan dan mengontrol nyeri.
f. Akan tetap memberikan KIE tentang teknik pernafasa, meneran dan
menganjurkan mobilisasi dan memilih posisi senyaman mungkin serta
menganjurkan ibu miring kekiri.
g. Akan tetap menganjurkan klien untuk melakukan brithing ball pada masa nifas.
Peta Konsep

Pasien datang ke
PMB untuk
bersalin Bidan memberikan
motivasi, terapi brithing
ball dan KIE teknik
pernapasan dan meneran
Bidan serta menganjurkan
melakukan mobilisasi dan miring kiri
anamnesa

Pasien tidak
Pasien cemas lagi dan
mengetahui paham dengan Pasien
hasil penjelasan melakukan
pemeriksaan bidan maka brithing ball
bidan bersiap sesuai anjuran
melakukan
brithing ball

Jika pasien
belum merasa Bidan melakukan
tenang dan tidak observasi dan
paham dengan pendokumentasian
penjelasan
bidan maka
bidan lakukan
konseling ulang
REFERENSI

Indrayani, T., & Riyanti, S. M. (2019). Pengaruh Penggunaan Birthing Ball Terhadap
Penurunan Skor Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Di Klinik Bersalin
Bekasi Tahun 2018. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 5(1).

Purwati, A. (2020). Pengaruh Teknik Bola Persalinan (Birthing Ball) Terhadap Penurunan
Bagian Bawah Janin Pada Ibu Primigravida Inpartu Kala I Fase Aktif Di Pmb
Ike Sri Kec. Bululawang Kab. Malang. Journal of Islamic Medicine, 4(1), 40-45.

Fitria, R., & Wahyuny, R. (2021). Efektivitas Pemberian Metode Birth Ball Terhadap
Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di BPM Rokan Hulu. Maternity and
Neonatal: Jurnal Kebidanan, 9(01), 44-54.

Anuhgera, D. E., Ritonga, N. J., Sitorus, R., & Simarmata, J. M. (2021). Penerapan Birth Ball
Dengan Teknik Pelvic Rocking Terhadap Lama Persalinan Pada Kala I Fase
Aktif. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 4(1), 70-76.

Yuliza, Z., Novita, A., & Jayatmi, I. (2022). Pengaruh Teknik Couterpressure Massage
dengan Birth Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di
PMB Wilayah Kelurahan Grogol Selatan dan Grogol Utara Kota Jakarta
Selatan Tahun 2022. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 1(1), 233-247.

Anda mungkin juga menyukai