Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A219075/Februari 2021


** Preseptor: dr. Sri Rosianti, M.Kes

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Oleh :
Utha Merta Rahim, S.Ked
G1A219075

Preseptor:
dr. Sri Rosianti, M.Kes

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAAL X
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Oleh :
Utha Merta Rahim,S.Ked
G1A219075

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Paal X
2021

Jambi, Februari 2021


Preseptor

dr. Sri Rosianti, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
ini dengan judul “Gangguan Cemas Menyeluruh”. Laporan ini merupakan bagian
dari tugas Program Studi Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Rotasi 2 di Puskesmas Paal X.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Sri Rosianti, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik dan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan kasus ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan
kasus ini. Sebagai penutup semoga kiranya laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.

Jambi, Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN...........................................................................................5

BAB II TINJAUANPUSTAKA...............................................................................12

BAB III ANALISIS KASUS....................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22

LAMPIRAN..............................................................................................................23

iv
BAB I
STATUS PASIEN

I. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny.D/Perempuan/54 th
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SMA
c. Alamat : RT 19 Kenali Asam Bawah
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 1 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Menengah
d. Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah permanen dengan dinding semen, beratap seng
dan berlantai keramik. Ukuran rumah sedang, pintu masuk terdapat di
bagian depan rumah. Keadaan rumah cukup bersih. Air yang digunakan
untuk masak, makan, minum dan mandi dari air berasal dari air PDAM dan
sumur bor, listrik berasal dari PLN.
e. Kondisi Lingkungan di sekitar Rumah
. Lingkungan sekitar rumah merupakan pemukiman tidak terlalu padat
penduduk, di samping ada perumahan , halaman depan rumah cukup bersih.
tetangga kiri kanan serta depan pasien merupakan sanak keluarga pasien.

3. Aspek Prilaku dan Psikologis di Keluarga


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal dengan seorang
suami, anak dan menantu. Suami pasien merupakan seorang Pegawai di salah satu
intansi pemerintah, anaknya seorang perempuan dan juga berkerja sebagai pegawai
honorer di intansi pemerintah serta menantunya bekerja sebagai pegawai bank.
Menurut pasien hubungannya dengan anggota keluarga dan sanak keluarga di
sekitar rumahnya cukup harmonis. Menurut keluarga, pasien merupakan seorang
dengan kepribadian yang ramah namun agak pendiam. Pasien juga sejak semula

2
memang seorang yang sangat perhatian hingga terkadang lebih cenderung menjadi
pencemas. Di rumah, pasien hanya hidup bersama suami, anak tunggalnya serta
menantu, dimana saat pagi hari mereka pergi bekerja dan pulang pada siang hingga
sore hari. Hal ini membuat pasien sering berada pada keadaan sendirian.

4. Keluhan Utama
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sering merasa cemas
yang memberat sejak ±6 bulan terakhir.

5. Riwayat Penyakit sekarang


Kurang lebih sejak 6 bulan terakhir pasien sering merasakan cemas,
semenjak cucu satu-satunya didiagnosis menderita kelainan jantung bawaan, dan
diprediksi kemungkinan tidak dapat bertahan hingga tumbuh besar. Menurut
pasien, rasa cemas yang dirasakan berupa perasaan kasihan dan sangat khawatir
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap cucunya. Namun cucunya
kemudian telah meninggal kurang lebih 2,5 bulan yang lalu.
Pada 2 bulan terakhir rasa cemas timbul pada hal-hal yang sederhana
seperti saat lupa meletakkan barang atau cemas jika melakukan sesuatu dan
terkadang rasa cemas muncul secara tiba-tiba dapat hampir beberapa hari
dalam satu minggu. Rasa cemas tersebut dirasakan juga hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Pasien sering merasa berdebar-debar yang kadang
disertai keringat dingin, pasien juga menjadi sulit untuk tidur saat malam hari
sehingga pada pagi harinya pasien sering merasa lesu dan kaku serta pegal
pada seluruh badannya. Pasien juga sering merasa kembung. Dan untuk
keluhan kembung, akan berkurang ketika pasien meminum obat. Untuk
keluhan dada berdebar dan kembungnya pasien sebelumnya telah berobat dan
dinyatakan hasil pemeriksaannya dalam batas normal.
Keluhan berupa sering melihat atau mendengar hal yang tidak dilihat
dan didengar orang lain (-). Keluhan dari keluarga terhadap pasien seperti
sering berbicara sendiri (-), berbicara meracau atau tidak masuk akal (-),
sering marah-marah atau mengamuk (-). Sering menyendiri (-), kehilangan

3
minat pada aktivitas keseharian (-). Sesak (-), nyeri dada (-), nyeri perut (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.

6. Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
 Riwayat gangguan kejiwaan (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat gastritis (-)
 Riwayat gangguan pertumbuhan & perkembangan (-)
 Riwayat rawat RSJ (-)

7. Riwayat penyakit dalam keluarga


 Keluhan serupa di keluarga (-)
 Riwayat gangguan kejiwaan di keluarga (-)

8. Riwayat makan, alergi, obat-obatan, perilaku kesehatan :


 Alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)
 Konsumsi rokok (-)
 Konsumsi alkohol (-)
 Konsumsi obat-obatan terlarang (-)
 Sehari-hari pasien yang merupakan IRT banyak menghabiskan waktunya
sendirian di rumah untuk bersih-bersih rumah dan memasak. Pasien jarang
berolah raga namun cukup suka makan sayur dan buah.

9. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital

4
o TD : 128/88 mmHg
o Nadi : 90 x/menit, regular, pulsasi cukup
o Pernafasan : 22 x/i, cepat dangkal.
o Suhu : 36,6 ºC
 BB/TB : 55 kg/151 cm IMT: 24,1 (overweight)
 Kepala : Normocepal
 Mata : CA (-), SI (-), Isokor, RC (+/+)
 Telinga : Nyeri tekan tragus(-), nyeri tarik auricula(-) sekret (-)
 Hidung : Deformitas(-), sekret (-)
 Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-)
 Tenggorok : Tonsil T1/T1, hiperemis(-),
 Leher : Pemb. KGB (-), Pemb. tiroid (-)
 Thorak : Bentuk dbn, deformitas (-),

Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris retraksi iga (-)
Palpasi Stem fremitus ka=ki
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Inspeksi Ictus Cordis terlihat di ICS IV Linea MCS
Palpasi Ictus Cordis teraba di ICS IV Linea MCS, thrill (-)
Perkusi Batas-batas jantung Atas :
ICS II kiri
Kanan : Linea parasternalis kanan
Kiri : ICS IV Linea MCS
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)

5
Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), refluks hepatojugular (-), nyeri ketok
CVA (-/-), Shifting dullnes (-),
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstrimitas
Superior : akral hangat, CRT<2s, sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : akral hangat, CRT<2s, sianosis (-/-), edema (-/-)

Status Psikiatri
a. Keadaan Umum
 Penampilan : Rapih
 Kesadaran : Compos Mentis
 Orientasi : W/T/O = baik
 Tingkah Laku : Kooperatif
b. Gangguan Berpikir
 Bentuk Pikir : Realistik
 Arus Pikir : Koheren
 Isi Pikir : Luas
c. Alam Perasaan
 Mood : Cemas
 Afek : Gelisah
 Kesesuaian : Sesuai
d. Persepsi
 Halusinasi :-
 Ilusi :-
e. Fungsi Intelektual
 Konsentrasi : Baik
 Orientasi : Baik
 Daya Ingat : Baik
6
 Pikiran Abstrak : Baik
f. Pengendalian Impuls : Baik
g. Daya Nilai : Baik
h. Tilikan 6
i. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat Dipercaya

10. Pemeriksaan Penunjang


Darah Rutin
WBC : 7.800 sel/mm3 darah
RBC : 3.14 juta sel/mm3
darah PLT : 238.000
sel/mm3 darah HGB : 11.8
g/dl

11. Usulan Pemeriksaan :-


12. Diagnosis Kerja :
Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Aksis II :-
Aksis III : Dispepsia Psikogenik (F45.8)
Aksis IV : Primary Support Group
Aksis V : GAF Scale 70-61

13. Diagnosis Banding (Aksis I)


 Gangguan Panik (F41.0)
 Depresi dengan gejala somatik (F33.01)
 Gangguan Somatisasi (F45.0)
 Gangguan cemas tidak spesifik (F41.9)

7
14. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang
diderita, bahwa disebabkan oleh faktor psikologis.
 Menjelaskan kepada pasien untuk cukup istirahat
 Menjelaskan pada pasien untuk banyak berolah raga
 Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga pola makan
seimbang
 Menjelaskan kepada pasien untuk tidak terlalu sering sendiri
dan berpikir negatif terhadap hal yang belum terjadi

b. Preventif
 Hindari dalam keadaan sendirian, perbanyak interaksi sosial
 Hindari dan kelola stress dengan baik
 Hindari merokok, konsumsi kopi, alkohol dan begadang

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Psikoterapi
 Tidur yang cukup dan berkualitas
 Perbanyak aktivitas dan interaksi dengan orang lain
 Rujuk ke psikiatri

Farmakologi :
 Clobazam tab 10 mg, 2x1
 Antasida Doen tab 400 mg; 2x1 tab
 Vit. B Komp; 1x1 tab

8
Obat Tradisional
 Valerian

Sebagai sedatif ringan dan obat tidur. Sering digunakan


sebagai substitusi dari sedatif sintetik yang lebih kuat seperti
benzodiazepin pada terapi neurosis dan ansietas yang
menimbulkan kesulitan tidur. In vitro, ekstrak air dari akar V.
officinalis menghambat re-uptake dan menstimulasi
pelepasan GABA yang dilabel radioaktif pada sinaptosom
yang diisolasi dari sediaan korteks otak tikus. Aktivitas ini
dapat meningkatkan kadar GABA ekstrasel pada celah sinaps
sehingga meningkatkan efek biokimia dan sifat GABA. Dapat
digunakan pada ansietas sebanyak 1 x 1 kapsul (100 mg
ekstrak akar) dan pada insomnia sebanyak 1 x 1 kapsul (600
mg ekstrak akar), 30 menit sebelum tidur.
d. Rehabilitatif
 Menaati nasihat dokter dan minum obat sesuai anjuran dokter
 Melakukan kontrol rutin ke Fasyankes
 Mengambil obat rutin ke Fasyankes

9
Resep Puskesmas
Resep Ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Utha Merta Rahim dr. Utha Merta Rahim
SIP : G1A219075 SIP : G1A219075
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota
Jambi, Jambi 36129 Jambi, Jambi 36129

Jambi, 2020 Jambi, 2020

R/ Diazepam tab 2 mg no VI
s.2.d.d tab 1 (ne iter) R/ Clobazam tab 10 mg no VI
  s.2.d.d tab 1 (ne iter)
R/ Antasida Doen tab 400 mg no VI  
s.2.d.d tab 1 ac R/ Antasida Doen tab 400 mg no VI
  s.2.d.d tab 1 ac
 R/ Vit.B complek tab 50 mg no III R/ Vit.B complek tab 50 mg no III
S1 dd tab 1   s.1.d.d tab 1

Pro : Ny. I (54 th)


Pro : Ny. I (54 th) Alamat: RT 19 KAB
Alamat: RT 19 KAB Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Utha Merta Rahim dr. Utha Merta Rahim
SIP : G1A219075 SIP : G1A219075
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru,
Kota Jambi, Jambi 36129 Kota Jambi, Jambi 36129

Jambi, 2020 Jambi, 2020

R/ Diazepam tab 2 mg no VI R/ Aprazolam tab 0,25 mg no x


s.2.d.d tab 1 (ne iter) s.3.d.d tab 1 (ne iter)
   
R/ Antasida Doen tab 400 mg no VI R/ Antasida Doen tab 400 mg no VI
s.2.d.d tab 1 ac s.2.d.d tab 1 ac
 
 
 R/ Vit.B complek tab 50 mg no III
S1 dd tab 1  R/ Vit.B complek tab 50 mg no III
s.1.d.d tab 1

Pro : Ny. I (54 th)


Pro : Ny. I (54 th) Alamat: RT 19 KAB
Alamat: RT 19 KAB Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon
adaptasi terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk “flight or
fight”. Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami
gangguan cemas menyeluruh.1
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder (GAD)) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit
untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.1,2
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan
timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan
social.1

2.2 Epidemiologi.
Gangguan cemas menyeluruh adalah keadaan yang lazim, perkiraan yang masuk
akal untuk prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8 persen. Rasio perempuan
banding laki-laki pada gangguan ini sekitar 2 banding 1 tetapi rasio perempuan

12
banding laki-laki yang dirawat inap di rumah sakit untuk gangguan ini sekitar 1
banding 1. Prevalensi seumur hidupnya adalah 45 persen.2,3
Kormobiditas
Gangguan cemas menyeluruh mungkin adalah gangguan yang paling sering
muncul bersamaan dengan gangguan jiwa lain, biasanya fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan panic, atau gangguan depresif. Mungkin 50 hingga 90 persen pasien
dengan gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan jiwa lain. Sebanyak 25
persen pasien akhirnya mengalami gangguan panik. Suatu tambahan presentase
pasien yang tinggi cenderung memiliki gangguan depresif berat. Gangguan lazim
yang terkait gangguan cemas menyeluruh adalah gangguan distimik, fobia sosial dan
spesifik, serta gangguan terkait zat2,3

2.3 Etiologi
Terdapat beberapa teori yang mendasari kecemasan ditinjau dari
kontribusi 2 ilmu, yaitu ilmu psikologi dan ilmu biologi.2,3,4
1. Teori psikologis
a. Teori psikoanalitik
Definisi Freud, kecemasan dipandang sebagai hasil dari konflik psikis
antara keinginan seksual atau agresif sadar dan ancaman sesuai dari realitas
superego atau eksternal. Dalam menanggapi sinyal ini, ego mengerahkan
mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak
dapat diterima dari muncul dalam kesadaran.
b. Teori perilaku
Teori-teori perilaku atau belajar dari kecemasan mendalilkan bahwa
kecemasan merupakan respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan
tertentu.
c. Teori eksistensial

13
Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-orang mengalami
perasaan hidup di alam semesta tanpa tujuan. Kecemasan merupakan respon
mereka terhadap kekosongan yang dirasakan dalam keberadaan dan makna.
2. Teori biologi
a. Otonom Sistem saraf
Sistem saraf otonom dari beberapa pasien dengan gangguan
kecemasan, terutama mereka dengan gangguan panik, menunjukkan nada
simpatik meningkat, beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang,
dan merespon berlebihan terhadap rangsangan moderat.
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan kecemasan pada basis studi
hewan dan tanggapan terhadap terapi obat adalah norepinefrin (NE),
serotonin, dan Î ³- aminobutyric acid (GABA).
 Norepinefrin
Teori umum tentang peran norepinefrin pada gangguan kecemasan
adalah bahwa pasien yang terkena mungkin memiliki sistem
noradrenergik buruk diatur dengan semburan sesekali aktivitas.
 Serotonin
Beberapa laporan menunjukkan bahwa meta-
chlorophenylpiperazine (MCPP), obat serotonergik dengan beberapa
efek dan nonserotonergic, dan fenfluramine (Pondimin), yang
menyebabkan pelepasan serotonin, lakukan menimbulkan
kecemasan meningkat pada pasien dengan gangguan kecemasan.
 GABA
Dari beberapa studi yang telah dilakukan menyebabkan peneliti
untuk berhipotesis bahwa beberapa pasien dengan gangguan
kecemasan memiliki fungsi abnormal reseptor GABA mereka,
meskipun sambungan ini belum terbukti secara langsung.

14
c. Otak-Imaging Studi
Berbagai studi pencitraan otak, hampir selalu dilakukan dengan gangguan
kecemasan tertentu, telah menghasilkan beberapa kemungkinan mengarah
pada pemahaman gangguan kecemasan. Dalam satu studi MRI,
cacat tertentu di lobus temporal kanan tercatat pada pasien dengan
gangguan panik.
d. Penelitian genetika
Penelitian genetik telah menghasilkan bukti kuat bahwa setidaknya
beberapa komponen genetik berkontribusi terhadap perkembangan
gangguan kecemasan. Keturunan telah diakui sebagai faktor predisposisi
dalam pengembangan gangguan kecemasan. Hampir setengah dari semua
pasien dengan gangguan panik memiliki setidaknya satu kerabat yang
terkena dampak.
e. Pertimbangan neuroanatomi
Lokus seruleus dan proyek inti raphe terutama ke sistem limbik dan korteks
serebral. Dalam kombinasi dengan data dari studi pencitraan otak, daerah
ini telah menjadi fokus dari banyak hipotesis tentang pembentukan substrat
neuroanatomi dari gangguan kecemasan.
 Sistem limbiks
Dua bidang sistem limbik telah menerima perhatian khusus dalam
literatur: peningkatan aktivitas di jalur septohippocampal, yang
dapat menyebabkan kecemasan.
 Korteks serebral
Korteks serebral frontal terhubung dengan wilayah parahippocampal,
cingulate gyrus, dan hipotalamus dan, dengan demikian, mungkin
terlibat dalam produksi gangguan kecemasan. Korteks temporal juga
telah terlibat sebagai situs patofisiologi pada gangguan
kecemasan.2,3,4

15
2.4 Patofisiologi

Pada kecemasan terjadi mekanisme sebagaimana terjadi pada stress. Terjadi


pengaktifan sistem saraf simpatis dan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Bila
sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang
bersamaan, maka dengan berbagai cara, keadaan ini akan meningkatkan kemampuan
tubuh untuk melakukan aktivitas yang besar, diantaranya dengan cara:5,6
1. Peningkatan tekanan arteri
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan
penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinalis dan
ginjal, yang tidak diperlukan untuk aktivitas motorik cepat
3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Peningkatan aktivitas mental
8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah.
Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas
fisik yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek tersebut. Keadaan ini sering
disebut sebagai respons stress simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan
kuat pada berbagai keadaan emosi, termasuk didalamnya kecemasan dan stres.5,6
Jika stress menyebabkan keseimbangan terganggu, maka tubuh kita akan
melalui serangkaian tindakan (respons stres) untuk membantu tubuh mendapatkan
kembali keseimbangan. Perjuangan untuk mempertahankan keseimbangan ini disebut
sebagai sindrom adaptasi umum. Ini adalah cara tubuh bereaksi terhadap stres dan
untuk membawa kembali sistem tubuh ke keadaan yang seimbang.6
Tahapan salah satu responnya disebut fase alarm, yang dicirikan oleh aktivasi
langsung dari sistem saraf dan kelenjar adrenal. Berikutnya fase resistensi, yang
ditandai dengan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis. HPA axis adalah

16
sistem terkoordinasi dari tiga jaringan endokrin yang mengelola respon kita terhadap
stres.6
HPA adalah bagian utama dari sistem neuroendokrin yang mengendalikan
reaksi terhadap stres dan memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses
tubuh seperti pencernaan, sistem kekebalan tubuh dan penggunaan energi. Spesies
dari manusia ke organisme yang paling kuno berbagi komponen dari sumbu HPA. Ini
adalah mekanisme untuk satu set interaksi di antara kelenjar, hormon dan bagian-
bagian tengah otak yang menengahi sindrom adaptasi umum. Sedikit kenaikan
kortisol memiliki beberapa efek positif termasuk semburan energi untuk alasan
bertahan hidup, peningkatan fungsi memori, semburan lebih rendah meningkatkan
kekebalan dan kepekaan terhadap rasa sakit.6
Masalah terjadi ketika kita meminta tubuh kita bereaksi terlalu sering atau
dengan perlawanan yang berlebihan - baik dari yang dapat mengakibatkan
meningkatnya kadar kortisol. Ketika stres diulangi, atau konstan, kadar kortisol
meningkat dan tetap tinggi - menyebabkan fase ketiga dari sindrom adaptasi umum
yang tepat disebut sebagai overload. Pada tahap overload, sistem tubuh mulai
memecah dan risiko penyakit kronis meningkat secara signifikan.6
Diketahui bahwa orang-orang normal tingkat kortisol dalam aliran darah
puncaknya terjadi pada pagi hari dan berkurang seiring berjalannya hari itu. Sekresi
kortisol bervariasi antar individu. Satu orang dapat mengeluarkan kortisol lebih tinggi
daripada yang lain dalam situasi yang sama. Penelitian juga menunjukkan bahwa
orang-orang yang mengeluarkan tingkat kortisol lebih tinggi sebagai respons terhadap
stres juga cenderung makan lebih banyak makanan, dan makanan yang lebih tinggi
karbohidrat daripada orang yang kurang mengeluarkan kortisol.6

2.5 Gambaran Klinis


Pasien dengan GAD mengalami rasa khawatir yang berlebihan, tidak realistis,
dan persisten, yang berhubungan dengan tegang otot, gangguan konsentrasi,
hiperaktivitas otonom, gelisah, dan insomnia. Ansietasnya berlebihan dan

17
mengganggu aspek kehidupan lain. Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi
sebagai napas pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala
gastrointestinal. Onset biasanya sebelum usia 20 tahun, dan adanya riwayat ketakutan
dan inhibisi sosial pada masa kanak-kanak. Lebih dari 80% pasien GAD juga
mengalami depresi mayor, distimia atau fobia sosial. Komorbid penyalahgunaan zat
biasa terjadi pada pasien ini, terutama alkohol dan/atau zat sedatif/hipnotik. Pasien
GAD khawatir berlebihan mengenai hal-hal kecil, dan hal ini mengganggu
kehidupan.4,7
Pasien dengan GAD biasanya mencari dokter umum atau dokter penyakit
dalam untuk membantu gejala somatik mereka. Selain itu, pasien pergi ke dokter
spesialis untuk gejala spesifik seperti diare kronis. Gangguan medis spesifik
nonpsikiatri jarang ditemukan dan perilaku pasien bervariasi saat mencari dokter.
Sejumlah pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang sesuai, lainnya mencari
konsultasi medis tambahan untuk masalah mereka.4,7,8

2.6 Diagnosis
Kriteria diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJ III yaitu:7
 Penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
free floating atau mengambang)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencangkup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb).
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).

18
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenagkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang berisfat sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Ansietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif, gangguan ansietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif
kompulsif.7

2.7 Diagnosis Banding


Diagnosis banding GAD mencangkup semua gangguan medis yang dapat
menyebabkan ansietas. Pemeriksaan medis harus mencangkup uji kimia darah standar,
EKG dan uji fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulan, putus alkohol, dan putus obat sedatif hipnotik atau
ansiolitik. Pemeriksaan status mental dan anamnesis harus menggali kemungkinan
diagnostik gangguan panik, fobia, dan gangguan obsesif kompulsif. 8,9
Umumnya pasien gangguan panik mencari terapi lebih dini, lenih dibuat tidak
mampu oleh penyakitnya, memiliki awitan gejala mendadak, dan tidak terlalu
direpotkan gejala somatik dibandingkan pasien GAD. Membedakan GAD dengan
gangguan depresif berat serta distimik dapat sulit dilakukan; kenyataannya kedua
gangguan ini sering muncul bersamaan. Kemungkinan diagnosis lain adalah
gangguan penyesuaian dengan ansietas, hipokondriasis, gangguan defisit-
atensi/hiperaktivitas dewasa, gangguan somatisasi, dan gangguan kepribadian.9

2.8 Tatalaksana

Terdapat tiga pendekatan terapeutik untuk mengatasi gejala berhubungan


dengan kecemasan yaitu:10,11,12
1. Manajemen krisis
2. Farmakoterapi

19
3. Psikoterapi
Manajemen krisis
Manajemen krisis adalah proses pendek yang di disain untuk menolong
sesorang menyembuhkan problem akut kepada tingkat fungsional normal mereka
melalui cara personal, social dan lingkungan.
Langkah – langkah dalam manajemen krisis :
 Pengukuran psikososial dari individu, bahwa keluarga ikut didalam krisis
 Pengembangan rencana dengan individu atau keluarga dalam krisis
 Penerapan rencana dan penggambaran secara personal
 Kelanjutan dari rencana (follow up)
Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :
1. Peredaaan gejala
2. Pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk jangka
pendek
3. Suportif (dukungan)
Farmakoterapi
Antiansietas adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan.
Receptor beta-blocker seperti propranolol danoxprenolol meskipun bukan merupakan
antiansietas dapat digunakan untuk orang yang mengalami gangguan cemas. Anti
ansietas juga dapat dikenal sebagai minor tranquillizers, anxiolytics atau ansiolitika.
Namun penggunaan antiansietas dosis tinggi dan jangka panjang dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikis.
Secara fisiologis, ansietas timbul karena hiperaktivitas dari system limbic
system saraf pusat yang terdiri dari “reseptor dopaminergic, noradrenergic dan
serotoninergic” yang dikendalikan oleh suatu penghambat neurotransmitter yaitu
neuron GABA-ergic (Gamma Amino Butiric Acid). Pengobatan antiansietas adalah
dengan mengurangi atau menekan aktivitas hambatan oleh neuron GABA-ergic itu
tadi sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.

20
Dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
 Benzodiazepin: Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam,
Bromazepam, Alprazolam
 Non-Benzodiazepin: Sulpiride, Buspirone, Hydroxyzine
A. Benzodiazepin
1. Farmakodinamik
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis
reseptor GABA, yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA(reseptor kanal
ion klorida kompleks) terdiri atas lima subunit yaitu α 1, α2, β1, β2 dan γ2.
Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik subunit γ 2 sehingga
pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan
masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan peningkatan potensial
elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.
Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan
ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsan. Sedangkan efek
perifernya: vasodilatasi koroner (pada pemberian IV) dan blokade
neuromuskular (pada pemberian dosis tinggi).
Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepin:
 Agonis penuh, yaitu senyawa yang sepenuhnya serupa efek
benzodiazepin misalnya: diazepam.
 Agonis parsial, yaitu efek senyawa yang menghasilkan efek
maksimum yang kurang kuat dibandingkan dibandingkan diazepam
 Inverse agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan kebalikan dari efek
diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip benzodiazepine
 Antagonis, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor
benzodiazepin misalnya: flumazenil.
2. Farmakokinetik

21
 Absorpsi. Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna kecuali
klorazepat (klorazepat baru diabsorpsi sempurna setelah
didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam
(nordazepam).
 Distribusi. Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein
plasma (albumin) dengan kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam)
hingga 99% (diazepam) bergantung dengan sifat lipofiliknya. Kadar
pada CSF sama dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd (volume of
distribution) benzodiazepin besar. Pada pemberian IV atau per oral,
ambilan benzodiazepin ke otak dan organ dengan perfusi tinggi
lainnya sangat cepat dibandingkan pada organ dengan perfusi rendah
(seperti otot dan lemak). Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan
disekresi ke dalam ASI.17
 Metabolisme. Metabolisme benzodiazepin di hati oleh enzim sitokrom
P450 melalui kelompok enzim CYP3A4 dan CYP2C19. Zat yang
menghambat CYP3A4 seperti eritromisin, klaritromisin, ritonavir,
itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari buah grapefruit dapat
mempengaruhi metabolisme benziodiazepin. Secara garis besar,
metabolisme benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi,
hidroksilasi, dan konjugasi. Metabolisme di hati menghasilkan
metabolit aktif yang memiliki waktu paruh lebih panjang
dibanding parent drug. Misalnya diazepam (t1/2 20-80 jam) setelah
dimetabolisme menjadi N-desmetil dengan waktu paruh eliminasi 200
jam.15 Golongan benzodizepin menurut lama kerjanya dibagi dalam 4
golongan:14,15
 Senyawa yang bekerja sangat cepat
 Senyawa bekerja cepat, t1/2 kurang dari 6 jam: triazolam,
zolpidem, zolpiklon

22
 Senyawa yang bekerja sedang, t1/2 antara 6-24 jam: estazolam,
temazepam
 Senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih dari 24 jam: flurazepam,
diazepam, quazepam.
 Ekskresi. Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui
ginjal.
3. Efek samping
Obat antiansetas selain dapat mengurangi kecemasan tetapi juga dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Semakin tinggi dosis obat
yang digunakan akan semakin tinggi juga efek samping yang muncul.
Berberapa efek samping yang muncul seperti merasa mengantuk, pandangan
berkabut, tidak dapat berkonsentrasi meskipun dalam penggunaan dosis yang
rendah, sebagian merasa memiliki masalah dengan melakukan pekerjaan,
sekolah atau aktifitas sehari-hari seperti menyetir mobil. Interaksi dengan
etanol (alkohol) menimbulkan efek depresi yang berat.
4. Interaksi
1. Teofilin (obat asma): menurunkan efek teofilin, akibatnya asma
mungkin tidak sembuh sempurna. Nama patenteofili: theophyl, heovent,
somophilin-T dan lain-lain.
2. Pil KB: menurunkan efek pil KB (ovulen, enovid) da meningkatkan
beberapa efek benzodiazepin (valium, librium).
3. Simetidin (pengobatan tukak lambung dan usus): meningkatkan efek
benzodiazepin, akibatnya efek samping obat meningkat (sedasi
berlebihan, pusing, hilang koordinasi otot, pada kasus berat terjadi
gangguan peredaran darah dan fungsi pernapasan.
4. Levodopa (pengobatan parkinson): valium menurunkan efek levodopa.
5. Rifampisin (pengobatan TB): menurunkan efek bezodiazepin sehingga
kecemasan idak hilang.

23
5. Cara Penggunaan
 Klobazam untuk pasien dewasa dan pada usia lanjut yang ingin tetap
aktif
 Lorazepam untuk pasien-pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal
 Alprazolam efektif untuk ansietas antosipatorik, mula kerja lebih cepat
dan mempunyai komponen efek antidepresan.
Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3
minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga
tercapai dosis pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif
pertahankan 4-8 mingu. Terakhir lakukan tapering off. Pemberian obat tidak
lebih dari 1-3 bulan pada sindroma ansietas yang disebabkan factor eksternal.
Penggunaan kronik benzodiazepin memiliki risiko
terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan. Ketergantungan relatif sering
terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat
atau unstable personalities. Untuk menghindari efek tersebut disarankan
pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Pada penghentian penggunaan
secara tiba-tiba, dapat timbul disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi
buruk, tremor, anoreksi serta pusing kepala. Oleh karena itu penghentian
penggunaan obat sebaiknya secara bertahap.
6. Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma,
miastena gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati
kronik. Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan
(paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas otot
meningkat dan gangguan tidur.
B. Buspiron
1. Farmakodinamik

24
Berbeda dengan benzodiazepin, buspiron tidak memperlihatkan
aktivitas GABAergik dan antikonvulsan. Buspiron merupakan antagonis
selektif reseptor serotonin postsinaps 5-HT1A di hipokampus; potensi
antagonis dopaminergiknya rendah sehingga risiko menimbulkan efek
samping ekstra piramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil. Studi klinik
menunjukkan buspiron merupakan antiansietas efektif yang efek sedatifnya
relatif ringan. Risiko timbulnya toleransi dan ketergantungan kecil. Obat ini
tidak efektif pada panic disorder. Efek antiansietas baru timbul pada
penggunaan 10-15 hari (bukan untuk penggunaan akut). Tidak ada toleransi
silang dengan benzodiazepin sehingga kedua obat tidak dapat saling
menggantikan.
2. Farmakokinetik
Buspiron diabsorpsi secara cepat pada pemberian peroral namun
mengalami metabolisme lintas pertama secara ekstensif, yaitu melalui proses
hidroksilasi dan dealkilasi. Bioavailabilitas 5% dan ikatan protein 95%.
Waktu paruh eliminasi buspiron adalah 2-4 jam, dan disfungsi hati dapat
memperlambatnya. Rifampin (penginduksi sitokrom P450) menurunkan
waktu paruh buspiron, sedangkan inhibitor CYP3A4 meningkatkan kadar
plasmanya. Buspiron diekskresikan melalui urine dan feces.
3. Efek samping
Buspiron hanya menyebabkan sedikit gangguan psikomotor dibanding
benzodiazepin. Efek samping antara lain: sakit kepala, mengantuk, mulut
kering, dan keluhan gastrointestinal (mual, sakit perut, diare). Pada pasien
yang menerima MAO inhibitor dapat terjadi peningkatan tekanan darah.
4. Indikasi dan pemilihan untuk tatalaksana ansietas
Pemilihan antiansietas didasarkan pada pengalaman klinik, berat
ringannya penyakit serta tujuan khusus pengobatan. Sebaiknya dimulai
dengan obat paling efektif dengan sedikit efek samping. Dosis harus

25
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan diberikan sebagai regimen terputus.
Seringkali sindrom ansietas diikuti gejala depresi, pada generalized
anxiety disorder antiansietas kerap digunakan bersama antidepresan golongan
SSRI.18 Buspiron adalahobat anti cemasbaru yang bertindak sebagai obat
penenang ringan. Dibutuhkan sekitar dua minggu untuk mempunyai efek
terhadapcemas. Tetapi buspiron memiliki berberapa keunggulan ibandingkan
dengan obat anti cemas lainnya yaitu bukan termasuk obat penenang yang
berarti tidak merusak memori dan koordinasi, tidak adiktif dan efek putus zat
yang minimal. Contoh penggunaan buspiron adalah 10-15mg/hari dibagi
dalam waktu 8-12 jam, boleh ditingkatkan dosis ke 15-30mg/hari peroral
dibagi dalam waktu 8-12 jam. Penggunaan obat ini tidak boleh melebihi
60mg/hari. Untuk meningkatkan efektivitas, penambahan dosis hingga 5
mg/hari dapat dilakukan dengan selang interval 2-3 hari.
C. Antidepresan : SSRI( selective serotonine reuptake inhibitor )
SSRI adalah obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan depresi,
gangguan kecemasan, dan berberapa digunakan dalam kasus gangguan
kepribadian. SSRI merupakan antidepresanterbaru Reuptake disebut inhibitor
serotonin selektif, atau SSRI. SSRI mengubahtingkat serotonin neurotransmitter
di otak, yang seperti neurotransmitter lain, membantu sel-sel otak berkomunikasi
dengan satu sama lain. SSRI dapat efektif terutama untuk pasien dengan
komorbid depresi. SSRI memiliki sifat anxiogenic pada saat digunakan pertama
kali untuk pengobatan.
Kerugian SSRI yang menonjol, terutama fluxetine (Prozac®) adalah bahwa
obat ini meningkatkan ansietas secara sementara. Oleh sebab itu, SSRI sertraline
(Zoloft ®) dan paroxetine (Paxil ®) adalah pilihan yang lebih baik. Mulailah
terapi dengan sertalin atau paroksetin ditambah benzodiazepin kemudian
menurunkan dosis benzodiazepin setelah 2-3 minggu terapi.18

26
D. Beta bloker agent
Beta blocker adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi dan permasalahan pada jantung. Namun beta blocker juga dapat
digunakan untuk menangani gangguan kegelisahan. Beta blocker bekerja dengan
menghalangi efek norepinefrin suatu hormone stress yang terlibat dalam respon
fight or flight. Beta blocker membantu mengontrol gejala fisik kecemasan seperti
denyut jantung yang cepat, suara gemetar, keringat berlebih, pusing, dan tangan
gemetar.
Beta blocker tidak mempengaruhi gejala emosional seperti cemas, tetapi
sangat membantu untuk fobia, fobia social, serta kecemasan akan kinerja sehari-
hari. Jika ingin mengatasi cemas contohnya seperti ingin memberikan pidato dapat
menggunakan beta blocker untuk mengurangi gejala gelisah. Contoh beta blocker
antara lain seperti propanolol (Inderal) dan atenolol (Tenormin).
Efek sampingnya antara lain:18
 Pusing
 Mengantuk
 Mual
 Nadi melambat
Psikoterapi
Psikoterapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan oleh seorang terapis yang
terlatih khusus pada seorang pasien dengan memakai cara profesional yang dilandasi
hubungan therapist-pasien yang khas, sehingga keluhan pasien tersebut dapat
dialihkan, diringankan, atau disembuhkan, mengembangkan pertumbuhan secara
positif.
Beberapa bentuk dasar dari psikoterapi :
a. Psikoterapi bentuk sugesti (supportive)
b. Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)
c. Psikoterapi jenis prilaku (behaviour therapy)10,11,12

27
Tabel 2.1 Nama Generik, Golongan, Sediaan, dan Dosis Antiansietas

No. Nama Generik Golongan Sediaan Dosis anjuran


1. Diazepam Benzodiazepin Tab 2-5 mg Peroral : 2-3 x 2-5 mg/hari
Broadspectrum Parentral/IV/IM: 2-10 mg/kali
2. Klordiazepoksoid Benzodiazepin Tab 5-10 mg Peroral : 2-3 x 5-10 mg/hari
Kap 5 mg
3. Lorazepam Benzodiazepin Tab 0.5-1-2 mg Peroral : 2-3 x 1 mg/hari
4. Clobazam Benzodiazepin Tab 10 mg Peroral : 2-3 x 10 mg/hari
5. Brumazepin Benzodiazepin Tab 1.5-3-6mg Peroral : 3 x 1.5 mg/hari
6. Oksazolom Benzodiazepin Tab 10mg Peroral : 2-3 x 10mg/hari
7. Klorazepat Benzodiazepin Cap 5-10mg Peroral : 2-3 x 5mg/hari
8. Alprazolam Benzodiazepin Tab 0.25-0.5-1 mg Peroral : 3 x 0.25-1mg/hari
Kap 0.25-0.5-1 mg
9 Prazepam Benzodiazepin Tab 5mg Peroral : 2-3 x 50-100 mg/hari
10. Sulpirid NonBenzodiazepin Cap 50mg Peroral : 100-200 mg/hari
11. Buspiron NonBenzodiazepin Tab 10mg Peroral : 2-3 x 10 mg/hari

2.9 Prognosis
Sebenarnya dalam beberapa kasus gangguan cemas dapat diatasi dengan baik
bila didapati diagnosis dini serta tatalaksana yang baik, namun sering kali gangguan
ini dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak terlalu mendasar dan penting sehingga
seringkali ditangguhkan oleh pasien untuk mencari pertolongan dalam menghadapi
gangguan yang diderita atau dialaminya.4,8,9

28
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah tertata dengan rapih dan cukup bersih. Lingkungan rumah
berupa lingkunganyang tidak padat penduduk dimana jarak antara satu rumah
dengan rumah lain cukup jauh. Namun dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan diagnosa dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh penyakit yang sama dengan pasien.
Hubungan antar keluarga harmonis. pasien merupakan seorang dengan
kepribadian yang ramah namun agak pendiam. Pasien juga sejak semula memang
seorang yang sangat perhatian pada anggota keluarga hingga terkadang cenderung
menjadi pencemas. Di rumah, pasien tinggal bersama suami, anak tunggalnya serta
menantu, dimana saat pagi hari mereka pergi bekerja dan pulang pada siang hingga
sore hari. Hal ini membuat pasien sering berada pada keadaan sendirian, yang dapat
memperparah perjalanan penyakit atau memperlambat penyembuhannya. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan diagnosis dengan hubungan keluarga.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pada kesehariannya pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang
banyak menghabiskan waktu dirumah. Aktivitas di rumah berupa bersih-bersih
dan memasak. Personal hygiene tiap anggota keluarga cukup baik. Pasien jarang
berolahraga namun cukup rutin konsumsi sayur dan buah. Tidak terdapat
hubungan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar dengan
penyakit pasien.

29
3.4 Analisis faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien merupakan seorang perempuan
usia 54 tahun. Pasien merupakan seorang yang menurut keluarga memiliki
kepribadian pendiam dan pencemas. Dalam kesehariannya pasien banyak
beraktivitas di rumah dalam keadaan sendirian. Pasien dalam 6 bulan terakhir
memiliki beban psikologis berupa rasa khawatirnya pada keadaan kesehatan cucu
satu-satunya. Hal- hal tersebut di duga merupakan faktor risiko dari penyakit yang
dialami pasien.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan


Anjurkan pasien untuk menghindari keadaan sendirian. Jelaskan juga untuk
mengindari dan kelola stress dengan baik. Dari segi pola hidup, untuk
menghindari konsumsi kopi, alkohol, merokok dan begadang.

3.6 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, bahwa
disebabkan oleh faktor psikologis. Menjelaskan kepada pasien untuk cukup
istirahat. Menjelaskan pada pasien untuk cukup olah raga. Menjelaskan kepada
pasien untuk menjaga pola makan seimbang. Menjelaskan pada pasien untuk
menghindari faktor risiko yang dapat memperburuk perjalanan penyakit seperti
pengelolaan stres yang buruk, pola hidup yang tidak sehat dan kurang berinteraksi
sosial dengan orang sekitar. Menaati nasihat dokter dan minum obat sesuai anjuran
dokter. Melakukan kontrol rutin ke Fasyankes. Mengambil obat rutin ke
Fasyankes

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Janet, M. Torpy MD. Generalized Anxiety Disorder. The Journal of The
American Medical Assosiation. 2011.
3. Gregory, Fricchion MD. Generalized Anxiety Disorder. The New England
Journal of Medicine. 2004.
4. Sadock, Benjamin J. Sadock, Virginia A. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Edisi ke-2. Jakarta. Penerbit Buku EGC: 2014.
5. Smith SN dan Vale WW (2006). The Role Of The Hypothalamic – Pituitary -
Adrenal Axis in Neuroendocrine Responses to Stress. Clinical Neuroscience, 8
(4): 383 -395
6. Reus, Victor I. Mental Disorders. Kasper, Dennis L et al. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 19th Edition. New York. McGraw Hill: 2015. P 2708-2709.
7. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III dan
DSM V. Edisi ke-1. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Universitas Atma
Jaya: 2013
8. Stein DJ, Hollander E et al. Textbook of Anxiety Disorders. American Psychiatric
Publishing. 2009. 399-435
9. Greist JH & Jefferson JW. Anxiety disorder. In: Review of General Psychiatry. 5th Ed.
Baltimore: Vishal. 2000. Cp.21.
10. Effective Recognition and Treatment of Generalized Anxiety Disorder in
Primary Care. The Journal of Clinical Psychiatry. 2004
11. Evelyn, Behar, dkk. Current theoretical models of generalized anxiety disorder
(GAD): Conceptual review and treatment implications. Journal of Anxiety
Disorder. 2009.
12. Antidepressan, Anxyolitics Drugs. MIMS Guideline. April 2011. Diunduh
tanggal 02 April 2017.

31
Lampiran. Dokumenasi

32

Anda mungkin juga menyukai