Oleh :
Utha Merta Rahim, S.Ked
G1A219075
Preseptor:
dr. Sri Rosianti, M.Kes
LAPORAN KASUS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Oleh :
Utha Merta Rahim,S.Ked
G1A219075
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
ini dengan judul “Gangguan Cemas Menyeluruh”. Laporan ini merupakan bagian
dari tugas Program Studi Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Rotasi 2 di Puskesmas Paal X.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Sri Rosianti, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik dan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan kasus ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan
kasus ini. Sebagai penutup semoga kiranya laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB II TINJAUANPUSTAKA...............................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22
LAMPIRAN..............................................................................................................23
iv
BAB I
STATUS PASIEN
I. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny.D/Perempuan/54 th
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SMA
c. Alamat : RT 19 Kenali Asam Bawah
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 1 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Menengah
d. Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah permanen dengan dinding semen, beratap seng
dan berlantai keramik. Ukuran rumah sedang, pintu masuk terdapat di
bagian depan rumah. Keadaan rumah cukup bersih. Air yang digunakan
untuk masak, makan, minum dan mandi dari air berasal dari air PDAM dan
sumur bor, listrik berasal dari PLN.
e. Kondisi Lingkungan di sekitar Rumah
. Lingkungan sekitar rumah merupakan pemukiman tidak terlalu padat
penduduk, di samping ada perumahan , halaman depan rumah cukup bersih.
tetangga kiri kanan serta depan pasien merupakan sanak keluarga pasien.
2
memang seorang yang sangat perhatian hingga terkadang lebih cenderung menjadi
pencemas. Di rumah, pasien hanya hidup bersama suami, anak tunggalnya serta
menantu, dimana saat pagi hari mereka pergi bekerja dan pulang pada siang hingga
sore hari. Hal ini membuat pasien sering berada pada keadaan sendirian.
4. Keluhan Utama
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sering merasa cemas
yang memberat sejak ±6 bulan terakhir.
3
minat pada aktivitas keseharian (-). Sesak (-), nyeri dada (-), nyeri perut (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
4
o TD : 128/88 mmHg
o Nadi : 90 x/menit, regular, pulsasi cukup
o Pernafasan : 22 x/i, cepat dangkal.
o Suhu : 36,6 ºC
BB/TB : 55 kg/151 cm IMT: 24,1 (overweight)
Kepala : Normocepal
Mata : CA (-), SI (-), Isokor, RC (+/+)
Telinga : Nyeri tekan tragus(-), nyeri tarik auricula(-) sekret (-)
Hidung : Deformitas(-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-)
Tenggorok : Tonsil T1/T1, hiperemis(-),
Leher : Pemb. KGB (-), Pemb. tiroid (-)
Thorak : Bentuk dbn, deformitas (-),
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris retraksi iga (-)
Palpasi Stem fremitus ka=ki
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
Inspeksi Ictus Cordis terlihat di ICS IV Linea MCS
Palpasi Ictus Cordis teraba di ICS IV Linea MCS, thrill (-)
Perkusi Batas-batas jantung Atas :
ICS II kiri
Kanan : Linea parasternalis kanan
Kiri : ICS IV Linea MCS
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
5
Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), refluks hepatojugular (-), nyeri ketok
CVA (-/-), Shifting dullnes (-),
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Ekstrimitas
Superior : akral hangat, CRT<2s, sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : akral hangat, CRT<2s, sianosis (-/-), edema (-/-)
Status Psikiatri
a. Keadaan Umum
Penampilan : Rapih
Kesadaran : Compos Mentis
Orientasi : W/T/O = baik
Tingkah Laku : Kooperatif
b. Gangguan Berpikir
Bentuk Pikir : Realistik
Arus Pikir : Koheren
Isi Pikir : Luas
c. Alam Perasaan
Mood : Cemas
Afek : Gelisah
Kesesuaian : Sesuai
d. Persepsi
Halusinasi :-
Ilusi :-
e. Fungsi Intelektual
Konsentrasi : Baik
Orientasi : Baik
Daya Ingat : Baik
6
Pikiran Abstrak : Baik
f. Pengendalian Impuls : Baik
g. Daya Nilai : Baik
h. Tilikan 6
i. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat Dipercaya
7
14. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang
diderita, bahwa disebabkan oleh faktor psikologis.
Menjelaskan kepada pasien untuk cukup istirahat
Menjelaskan pada pasien untuk banyak berolah raga
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga pola makan
seimbang
Menjelaskan kepada pasien untuk tidak terlalu sering sendiri
dan berpikir negatif terhadap hal yang belum terjadi
b. Preventif
Hindari dalam keadaan sendirian, perbanyak interaksi sosial
Hindari dan kelola stress dengan baik
Hindari merokok, konsumsi kopi, alkohol dan begadang
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Psikoterapi
Tidur yang cukup dan berkualitas
Perbanyak aktivitas dan interaksi dengan orang lain
Rujuk ke psikiatri
Farmakologi :
Clobazam tab 10 mg, 2x1
Antasida Doen tab 400 mg; 2x1 tab
Vit. B Komp; 1x1 tab
8
Obat Tradisional
Valerian
9
Resep Puskesmas
Resep Ilmiah 1
R/ Diazepam tab 2 mg no VI
s.2.d.d tab 1 (ne iter) R/ Clobazam tab 10 mg no VI
s.2.d.d tab 1 (ne iter)
R/ Antasida Doen tab 400 mg no VI
s.2.d.d tab 1 ac R/ Antasida Doen tab 400 mg no VI
s.2.d.d tab 1 ac
R/ Vit.B complek tab 50 mg no III R/ Vit.B complek tab 50 mg no III
S1 dd tab 1 s.1.d.d tab 1
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon
adaptasi terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk “flight or
fight”. Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami
gangguan cemas menyeluruh.1
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder (GAD)) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit
untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.1,2
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan
timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan
social.1
2.2 Epidemiologi.
Gangguan cemas menyeluruh adalah keadaan yang lazim, perkiraan yang masuk
akal untuk prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8 persen. Rasio perempuan
banding laki-laki pada gangguan ini sekitar 2 banding 1 tetapi rasio perempuan
12
banding laki-laki yang dirawat inap di rumah sakit untuk gangguan ini sekitar 1
banding 1. Prevalensi seumur hidupnya adalah 45 persen.2,3
Kormobiditas
Gangguan cemas menyeluruh mungkin adalah gangguan yang paling sering
muncul bersamaan dengan gangguan jiwa lain, biasanya fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan panic, atau gangguan depresif. Mungkin 50 hingga 90 persen pasien
dengan gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan jiwa lain. Sebanyak 25
persen pasien akhirnya mengalami gangguan panik. Suatu tambahan presentase
pasien yang tinggi cenderung memiliki gangguan depresif berat. Gangguan lazim
yang terkait gangguan cemas menyeluruh adalah gangguan distimik, fobia sosial dan
spesifik, serta gangguan terkait zat2,3
2.3 Etiologi
Terdapat beberapa teori yang mendasari kecemasan ditinjau dari
kontribusi 2 ilmu, yaitu ilmu psikologi dan ilmu biologi.2,3,4
1. Teori psikologis
a. Teori psikoanalitik
Definisi Freud, kecemasan dipandang sebagai hasil dari konflik psikis
antara keinginan seksual atau agresif sadar dan ancaman sesuai dari realitas
superego atau eksternal. Dalam menanggapi sinyal ini, ego mengerahkan
mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak
dapat diterima dari muncul dalam kesadaran.
b. Teori perilaku
Teori-teori perilaku atau belajar dari kecemasan mendalilkan bahwa
kecemasan merupakan respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan
tertentu.
c. Teori eksistensial
13
Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-orang mengalami
perasaan hidup di alam semesta tanpa tujuan. Kecemasan merupakan respon
mereka terhadap kekosongan yang dirasakan dalam keberadaan dan makna.
2. Teori biologi
a. Otonom Sistem saraf
Sistem saraf otonom dari beberapa pasien dengan gangguan
kecemasan, terutama mereka dengan gangguan panik, menunjukkan nada
simpatik meningkat, beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang,
dan merespon berlebihan terhadap rangsangan moderat.
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan kecemasan pada basis studi
hewan dan tanggapan terhadap terapi obat adalah norepinefrin (NE),
serotonin, dan Î ³- aminobutyric acid (GABA).
Norepinefrin
Teori umum tentang peran norepinefrin pada gangguan kecemasan
adalah bahwa pasien yang terkena mungkin memiliki sistem
noradrenergik buruk diatur dengan semburan sesekali aktivitas.
Serotonin
Beberapa laporan menunjukkan bahwa meta-
chlorophenylpiperazine (MCPP), obat serotonergik dengan beberapa
efek dan nonserotonergic, dan fenfluramine (Pondimin), yang
menyebabkan pelepasan serotonin, lakukan menimbulkan
kecemasan meningkat pada pasien dengan gangguan kecemasan.
GABA
Dari beberapa studi yang telah dilakukan menyebabkan peneliti
untuk berhipotesis bahwa beberapa pasien dengan gangguan
kecemasan memiliki fungsi abnormal reseptor GABA mereka,
meskipun sambungan ini belum terbukti secara langsung.
14
c. Otak-Imaging Studi
Berbagai studi pencitraan otak, hampir selalu dilakukan dengan gangguan
kecemasan tertentu, telah menghasilkan beberapa kemungkinan mengarah
pada pemahaman gangguan kecemasan. Dalam satu studi MRI,
cacat tertentu di lobus temporal kanan tercatat pada pasien dengan
gangguan panik.
d. Penelitian genetika
Penelitian genetik telah menghasilkan bukti kuat bahwa setidaknya
beberapa komponen genetik berkontribusi terhadap perkembangan
gangguan kecemasan. Keturunan telah diakui sebagai faktor predisposisi
dalam pengembangan gangguan kecemasan. Hampir setengah dari semua
pasien dengan gangguan panik memiliki setidaknya satu kerabat yang
terkena dampak.
e. Pertimbangan neuroanatomi
Lokus seruleus dan proyek inti raphe terutama ke sistem limbik dan korteks
serebral. Dalam kombinasi dengan data dari studi pencitraan otak, daerah
ini telah menjadi fokus dari banyak hipotesis tentang pembentukan substrat
neuroanatomi dari gangguan kecemasan.
Sistem limbiks
Dua bidang sistem limbik telah menerima perhatian khusus dalam
literatur: peningkatan aktivitas di jalur septohippocampal, yang
dapat menyebabkan kecemasan.
Korteks serebral
Korteks serebral frontal terhubung dengan wilayah parahippocampal,
cingulate gyrus, dan hipotalamus dan, dengan demikian, mungkin
terlibat dalam produksi gangguan kecemasan. Korteks temporal juga
telah terlibat sebagai situs patofisiologi pada gangguan
kecemasan.2,3,4
15
2.4 Patofisiologi
16
sistem terkoordinasi dari tiga jaringan endokrin yang mengelola respon kita terhadap
stres.6
HPA adalah bagian utama dari sistem neuroendokrin yang mengendalikan
reaksi terhadap stres dan memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses
tubuh seperti pencernaan, sistem kekebalan tubuh dan penggunaan energi. Spesies
dari manusia ke organisme yang paling kuno berbagi komponen dari sumbu HPA. Ini
adalah mekanisme untuk satu set interaksi di antara kelenjar, hormon dan bagian-
bagian tengah otak yang menengahi sindrom adaptasi umum. Sedikit kenaikan
kortisol memiliki beberapa efek positif termasuk semburan energi untuk alasan
bertahan hidup, peningkatan fungsi memori, semburan lebih rendah meningkatkan
kekebalan dan kepekaan terhadap rasa sakit.6
Masalah terjadi ketika kita meminta tubuh kita bereaksi terlalu sering atau
dengan perlawanan yang berlebihan - baik dari yang dapat mengakibatkan
meningkatnya kadar kortisol. Ketika stres diulangi, atau konstan, kadar kortisol
meningkat dan tetap tinggi - menyebabkan fase ketiga dari sindrom adaptasi umum
yang tepat disebut sebagai overload. Pada tahap overload, sistem tubuh mulai
memecah dan risiko penyakit kronis meningkat secara signifikan.6
Diketahui bahwa orang-orang normal tingkat kortisol dalam aliran darah
puncaknya terjadi pada pagi hari dan berkurang seiring berjalannya hari itu. Sekresi
kortisol bervariasi antar individu. Satu orang dapat mengeluarkan kortisol lebih tinggi
daripada yang lain dalam situasi yang sama. Penelitian juga menunjukkan bahwa
orang-orang yang mengeluarkan tingkat kortisol lebih tinggi sebagai respons terhadap
stres juga cenderung makan lebih banyak makanan, dan makanan yang lebih tinggi
karbohidrat daripada orang yang kurang mengeluarkan kortisol.6
17
mengganggu aspek kehidupan lain. Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi
sebagai napas pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala
gastrointestinal. Onset biasanya sebelum usia 20 tahun, dan adanya riwayat ketakutan
dan inhibisi sosial pada masa kanak-kanak. Lebih dari 80% pasien GAD juga
mengalami depresi mayor, distimia atau fobia sosial. Komorbid penyalahgunaan zat
biasa terjadi pada pasien ini, terutama alkohol dan/atau zat sedatif/hipnotik. Pasien
GAD khawatir berlebihan mengenai hal-hal kecil, dan hal ini mengganggu
kehidupan.4,7
Pasien dengan GAD biasanya mencari dokter umum atau dokter penyakit
dalam untuk membantu gejala somatik mereka. Selain itu, pasien pergi ke dokter
spesialis untuk gejala spesifik seperti diare kronis. Gangguan medis spesifik
nonpsikiatri jarang ditemukan dan perilaku pasien bervariasi saat mencari dokter.
Sejumlah pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang sesuai, lainnya mencari
konsultasi medis tambahan untuk masalah mereka.4,7,8
2.6 Diagnosis
Kriteria diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJ III yaitu:7
Penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
free floating atau mengambang)
Gejala-gejala tersebut biasanya mencangkup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb).
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).
18
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenagkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang berisfat sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Ansietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif, gangguan ansietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif
kompulsif.7
2.8 Tatalaksana
19
3. Psikoterapi
Manajemen krisis
Manajemen krisis adalah proses pendek yang di disain untuk menolong
sesorang menyembuhkan problem akut kepada tingkat fungsional normal mereka
melalui cara personal, social dan lingkungan.
Langkah – langkah dalam manajemen krisis :
Pengukuran psikososial dari individu, bahwa keluarga ikut didalam krisis
Pengembangan rencana dengan individu atau keluarga dalam krisis
Penerapan rencana dan penggambaran secara personal
Kelanjutan dari rencana (follow up)
Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :
1. Peredaaan gejala
2. Pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk jangka
pendek
3. Suportif (dukungan)
Farmakoterapi
Antiansietas adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan.
Receptor beta-blocker seperti propranolol danoxprenolol meskipun bukan merupakan
antiansietas dapat digunakan untuk orang yang mengalami gangguan cemas. Anti
ansietas juga dapat dikenal sebagai minor tranquillizers, anxiolytics atau ansiolitika.
Namun penggunaan antiansietas dosis tinggi dan jangka panjang dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikis.
Secara fisiologis, ansietas timbul karena hiperaktivitas dari system limbic
system saraf pusat yang terdiri dari “reseptor dopaminergic, noradrenergic dan
serotoninergic” yang dikendalikan oleh suatu penghambat neurotransmitter yaitu
neuron GABA-ergic (Gamma Amino Butiric Acid). Pengobatan antiansietas adalah
dengan mengurangi atau menekan aktivitas hambatan oleh neuron GABA-ergic itu
tadi sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.
20
Dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
Benzodiazepin: Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam,
Bromazepam, Alprazolam
Non-Benzodiazepin: Sulpiride, Buspirone, Hydroxyzine
A. Benzodiazepin
1. Farmakodinamik
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis
reseptor GABA, yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA(reseptor kanal
ion klorida kompleks) terdiri atas lima subunit yaitu α 1, α2, β1, β2 dan γ2.
Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik subunit γ 2 sehingga
pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan
masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan peningkatan potensial
elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.
Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan
ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsan. Sedangkan efek
perifernya: vasodilatasi koroner (pada pemberian IV) dan blokade
neuromuskular (pada pemberian dosis tinggi).
Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepin:
Agonis penuh, yaitu senyawa yang sepenuhnya serupa efek
benzodiazepin misalnya: diazepam.
Agonis parsial, yaitu efek senyawa yang menghasilkan efek
maksimum yang kurang kuat dibandingkan dibandingkan diazepam
Inverse agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan kebalikan dari efek
diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip benzodiazepine
Antagonis, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor
benzodiazepin misalnya: flumazenil.
2. Farmakokinetik
21
Absorpsi. Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna kecuali
klorazepat (klorazepat baru diabsorpsi sempurna setelah
didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam
(nordazepam).
Distribusi. Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein
plasma (albumin) dengan kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam)
hingga 99% (diazepam) bergantung dengan sifat lipofiliknya. Kadar
pada CSF sama dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd (volume of
distribution) benzodiazepin besar. Pada pemberian IV atau per oral,
ambilan benzodiazepin ke otak dan organ dengan perfusi tinggi
lainnya sangat cepat dibandingkan pada organ dengan perfusi rendah
(seperti otot dan lemak). Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan
disekresi ke dalam ASI.17
Metabolisme. Metabolisme benzodiazepin di hati oleh enzim sitokrom
P450 melalui kelompok enzim CYP3A4 dan CYP2C19. Zat yang
menghambat CYP3A4 seperti eritromisin, klaritromisin, ritonavir,
itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari buah grapefruit dapat
mempengaruhi metabolisme benziodiazepin. Secara garis besar,
metabolisme benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi,
hidroksilasi, dan konjugasi. Metabolisme di hati menghasilkan
metabolit aktif yang memiliki waktu paruh lebih panjang
dibanding parent drug. Misalnya diazepam (t1/2 20-80 jam) setelah
dimetabolisme menjadi N-desmetil dengan waktu paruh eliminasi 200
jam.15 Golongan benzodizepin menurut lama kerjanya dibagi dalam 4
golongan:14,15
Senyawa yang bekerja sangat cepat
Senyawa bekerja cepat, t1/2 kurang dari 6 jam: triazolam,
zolpidem, zolpiklon
22
Senyawa yang bekerja sedang, t1/2 antara 6-24 jam: estazolam,
temazepam
Senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih dari 24 jam: flurazepam,
diazepam, quazepam.
Ekskresi. Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui
ginjal.
3. Efek samping
Obat antiansetas selain dapat mengurangi kecemasan tetapi juga dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Semakin tinggi dosis obat
yang digunakan akan semakin tinggi juga efek samping yang muncul.
Berberapa efek samping yang muncul seperti merasa mengantuk, pandangan
berkabut, tidak dapat berkonsentrasi meskipun dalam penggunaan dosis yang
rendah, sebagian merasa memiliki masalah dengan melakukan pekerjaan,
sekolah atau aktifitas sehari-hari seperti menyetir mobil. Interaksi dengan
etanol (alkohol) menimbulkan efek depresi yang berat.
4. Interaksi
1. Teofilin (obat asma): menurunkan efek teofilin, akibatnya asma
mungkin tidak sembuh sempurna. Nama patenteofili: theophyl, heovent,
somophilin-T dan lain-lain.
2. Pil KB: menurunkan efek pil KB (ovulen, enovid) da meningkatkan
beberapa efek benzodiazepin (valium, librium).
3. Simetidin (pengobatan tukak lambung dan usus): meningkatkan efek
benzodiazepin, akibatnya efek samping obat meningkat (sedasi
berlebihan, pusing, hilang koordinasi otot, pada kasus berat terjadi
gangguan peredaran darah dan fungsi pernapasan.
4. Levodopa (pengobatan parkinson): valium menurunkan efek levodopa.
5. Rifampisin (pengobatan TB): menurunkan efek bezodiazepin sehingga
kecemasan idak hilang.
23
5. Cara Penggunaan
Klobazam untuk pasien dewasa dan pada usia lanjut yang ingin tetap
aktif
Lorazepam untuk pasien-pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal
Alprazolam efektif untuk ansietas antosipatorik, mula kerja lebih cepat
dan mempunyai komponen efek antidepresan.
Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3
minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga
tercapai dosis pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif
pertahankan 4-8 mingu. Terakhir lakukan tapering off. Pemberian obat tidak
lebih dari 1-3 bulan pada sindroma ansietas yang disebabkan factor eksternal.
Penggunaan kronik benzodiazepin memiliki risiko
terjadinya ketergantungan dan penyalahgunaan. Ketergantungan relatif sering
terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat
atau unstable personalities. Untuk menghindari efek tersebut disarankan
pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Pada penghentian penggunaan
secara tiba-tiba, dapat timbul disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi
buruk, tremor, anoreksi serta pusing kepala. Oleh karena itu penghentian
penggunaan obat sebaiknya secara bertahap.
6. Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma,
miastena gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati
kronik. Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan
(paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas otot
meningkat dan gangguan tidur.
B. Buspiron
1. Farmakodinamik
24
Berbeda dengan benzodiazepin, buspiron tidak memperlihatkan
aktivitas GABAergik dan antikonvulsan. Buspiron merupakan antagonis
selektif reseptor serotonin postsinaps 5-HT1A di hipokampus; potensi
antagonis dopaminergiknya rendah sehingga risiko menimbulkan efek
samping ekstra piramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil. Studi klinik
menunjukkan buspiron merupakan antiansietas efektif yang efek sedatifnya
relatif ringan. Risiko timbulnya toleransi dan ketergantungan kecil. Obat ini
tidak efektif pada panic disorder. Efek antiansietas baru timbul pada
penggunaan 10-15 hari (bukan untuk penggunaan akut). Tidak ada toleransi
silang dengan benzodiazepin sehingga kedua obat tidak dapat saling
menggantikan.
2. Farmakokinetik
Buspiron diabsorpsi secara cepat pada pemberian peroral namun
mengalami metabolisme lintas pertama secara ekstensif, yaitu melalui proses
hidroksilasi dan dealkilasi. Bioavailabilitas 5% dan ikatan protein 95%.
Waktu paruh eliminasi buspiron adalah 2-4 jam, dan disfungsi hati dapat
memperlambatnya. Rifampin (penginduksi sitokrom P450) menurunkan
waktu paruh buspiron, sedangkan inhibitor CYP3A4 meningkatkan kadar
plasmanya. Buspiron diekskresikan melalui urine dan feces.
3. Efek samping
Buspiron hanya menyebabkan sedikit gangguan psikomotor dibanding
benzodiazepin. Efek samping antara lain: sakit kepala, mengantuk, mulut
kering, dan keluhan gastrointestinal (mual, sakit perut, diare). Pada pasien
yang menerima MAO inhibitor dapat terjadi peningkatan tekanan darah.
4. Indikasi dan pemilihan untuk tatalaksana ansietas
Pemilihan antiansietas didasarkan pada pengalaman klinik, berat
ringannya penyakit serta tujuan khusus pengobatan. Sebaiknya dimulai
dengan obat paling efektif dengan sedikit efek samping. Dosis harus
25
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan diberikan sebagai regimen terputus.
Seringkali sindrom ansietas diikuti gejala depresi, pada generalized
anxiety disorder antiansietas kerap digunakan bersama antidepresan golongan
SSRI.18 Buspiron adalahobat anti cemasbaru yang bertindak sebagai obat
penenang ringan. Dibutuhkan sekitar dua minggu untuk mempunyai efek
terhadapcemas. Tetapi buspiron memiliki berberapa keunggulan ibandingkan
dengan obat anti cemas lainnya yaitu bukan termasuk obat penenang yang
berarti tidak merusak memori dan koordinasi, tidak adiktif dan efek putus zat
yang minimal. Contoh penggunaan buspiron adalah 10-15mg/hari dibagi
dalam waktu 8-12 jam, boleh ditingkatkan dosis ke 15-30mg/hari peroral
dibagi dalam waktu 8-12 jam. Penggunaan obat ini tidak boleh melebihi
60mg/hari. Untuk meningkatkan efektivitas, penambahan dosis hingga 5
mg/hari dapat dilakukan dengan selang interval 2-3 hari.
C. Antidepresan : SSRI( selective serotonine reuptake inhibitor )
SSRI adalah obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan depresi,
gangguan kecemasan, dan berberapa digunakan dalam kasus gangguan
kepribadian. SSRI merupakan antidepresanterbaru Reuptake disebut inhibitor
serotonin selektif, atau SSRI. SSRI mengubahtingkat serotonin neurotransmitter
di otak, yang seperti neurotransmitter lain, membantu sel-sel otak berkomunikasi
dengan satu sama lain. SSRI dapat efektif terutama untuk pasien dengan
komorbid depresi. SSRI memiliki sifat anxiogenic pada saat digunakan pertama
kali untuk pengobatan.
Kerugian SSRI yang menonjol, terutama fluxetine (Prozac®) adalah bahwa
obat ini meningkatkan ansietas secara sementara. Oleh sebab itu, SSRI sertraline
(Zoloft ®) dan paroxetine (Paxil ®) adalah pilihan yang lebih baik. Mulailah
terapi dengan sertalin atau paroksetin ditambah benzodiazepin kemudian
menurunkan dosis benzodiazepin setelah 2-3 minggu terapi.18
26
D. Beta bloker agent
Beta blocker adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi dan permasalahan pada jantung. Namun beta blocker juga dapat
digunakan untuk menangani gangguan kegelisahan. Beta blocker bekerja dengan
menghalangi efek norepinefrin suatu hormone stress yang terlibat dalam respon
fight or flight. Beta blocker membantu mengontrol gejala fisik kecemasan seperti
denyut jantung yang cepat, suara gemetar, keringat berlebih, pusing, dan tangan
gemetar.
Beta blocker tidak mempengaruhi gejala emosional seperti cemas, tetapi
sangat membantu untuk fobia, fobia social, serta kecemasan akan kinerja sehari-
hari. Jika ingin mengatasi cemas contohnya seperti ingin memberikan pidato dapat
menggunakan beta blocker untuk mengurangi gejala gelisah. Contoh beta blocker
antara lain seperti propanolol (Inderal) dan atenolol (Tenormin).
Efek sampingnya antara lain:18
Pusing
Mengantuk
Mual
Nadi melambat
Psikoterapi
Psikoterapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan oleh seorang terapis yang
terlatih khusus pada seorang pasien dengan memakai cara profesional yang dilandasi
hubungan therapist-pasien yang khas, sehingga keluhan pasien tersebut dapat
dialihkan, diringankan, atau disembuhkan, mengembangkan pertumbuhan secara
positif.
Beberapa bentuk dasar dari psikoterapi :
a. Psikoterapi bentuk sugesti (supportive)
b. Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)
c. Psikoterapi jenis prilaku (behaviour therapy)10,11,12
27
Tabel 2.1 Nama Generik, Golongan, Sediaan, dan Dosis Antiansietas
2.9 Prognosis
Sebenarnya dalam beberapa kasus gangguan cemas dapat diatasi dengan baik
bila didapati diagnosis dini serta tatalaksana yang baik, namun sering kali gangguan
ini dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak terlalu mendasar dan penting sehingga
seringkali ditangguhkan oleh pasien untuk mencari pertolongan dalam menghadapi
gangguan yang diderita atau dialaminya.4,8,9
28
BAB III
ANALISIS KASUS
3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh penyakit yang sama dengan pasien.
Hubungan antar keluarga harmonis. pasien merupakan seorang dengan
kepribadian yang ramah namun agak pendiam. Pasien juga sejak semula memang
seorang yang sangat perhatian pada anggota keluarga hingga terkadang cenderung
menjadi pencemas. Di rumah, pasien tinggal bersama suami, anak tunggalnya serta
menantu, dimana saat pagi hari mereka pergi bekerja dan pulang pada siang hingga
sore hari. Hal ini membuat pasien sering berada pada keadaan sendirian, yang dapat
memperparah perjalanan penyakit atau memperlambat penyembuhannya. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan diagnosis dengan hubungan keluarga.
29
3.4 Analisis faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien merupakan seorang perempuan
usia 54 tahun. Pasien merupakan seorang yang menurut keluarga memiliki
kepribadian pendiam dan pencemas. Dalam kesehariannya pasien banyak
beraktivitas di rumah dalam keadaan sendirian. Pasien dalam 6 bulan terakhir
memiliki beban psikologis berupa rasa khawatirnya pada keadaan kesehatan cucu
satu-satunya. Hal- hal tersebut di duga merupakan faktor risiko dari penyakit yang
dialami pasien.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Janet, M. Torpy MD. Generalized Anxiety Disorder. The Journal of The
American Medical Assosiation. 2011.
3. Gregory, Fricchion MD. Generalized Anxiety Disorder. The New England
Journal of Medicine. 2004.
4. Sadock, Benjamin J. Sadock, Virginia A. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Edisi ke-2. Jakarta. Penerbit Buku EGC: 2014.
5. Smith SN dan Vale WW (2006). The Role Of The Hypothalamic – Pituitary -
Adrenal Axis in Neuroendocrine Responses to Stress. Clinical Neuroscience, 8
(4): 383 -395
6. Reus, Victor I. Mental Disorders. Kasper, Dennis L et al. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 19th Edition. New York. McGraw Hill: 2015. P 2708-2709.
7. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III dan
DSM V. Edisi ke-1. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Universitas Atma
Jaya: 2013
8. Stein DJ, Hollander E et al. Textbook of Anxiety Disorders. American Psychiatric
Publishing. 2009. 399-435
9. Greist JH & Jefferson JW. Anxiety disorder. In: Review of General Psychiatry. 5th Ed.
Baltimore: Vishal. 2000. Cp.21.
10. Effective Recognition and Treatment of Generalized Anxiety Disorder in
Primary Care. The Journal of Clinical Psychiatry. 2004
11. Evelyn, Behar, dkk. Current theoretical models of generalized anxiety disorder
(GAD): Conceptual review and treatment implications. Journal of Anxiety
Disorder. 2009.
12. Antidepressan, Anxyolitics Drugs. MIMS Guideline. April 2011. Diunduh
tanggal 02 April 2017.
31
Lampiran. Dokumenasi
32