Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A219075/Januari 2021


** Preseptor: dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M

LOW BACK PAIN (LBP)

Oleh :
Utha Merta Rahim, S.Ked
G1A219075

Preseptor:
dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAAL X
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
LOW BACK PAIN (LBP)

Oleh :
Utha Merta Rahim,S.Ked
G1A219075

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Paal X
2021

Jambi, Januari 2021


Preseptor

dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Low Back Pain (LBP)” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat rotasi 2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN...........................................................................................5

BAB II TINJAUANPUSTAKA...............................................................................13

BAB III ANALISIS KASUS....................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................23

LAMPIRAN..............................................................................................................24

iv
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama : Ny. N
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 57 tahun
d. Pekerjaan/Pendidikan : Pensiunan/S1
e. Alamat : Kenali Asam Bawah, RT 05

1.2 Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan : Sudah Menikah
b. Jumlah Anak :4
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup

1.3 Aspek Psikologis Keluarga


 Pasien tinggal bersama anak dan cucunya
 Pasien sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak
dan mencuci pakaian sendiri. Pasien juga sering bermain dengan
cucu- cucunya.

1.4 Keluhan Utama


Nyeri punggung bagian bawah yang memberat sejak 3 hari sebelum datang
Puskesmas.

1.5 Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak ± 2 tahun yang lalu pasien mulai merasakan nyeri didaerah
punggung bawah. Nyeri dirasakan hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk dan
menjalar ke kaki, muncul terutama saat banyak bergerak dan beraktivitas
terutama seperti saat posisi terlentang, menuruni tangga dan memikul
beban, serta dirasa berkurang saat istirahat terutama dengan posisi agak

5
membungkuk. Semakin lama nyeri perlahan semakin memberat. Nyeri
tidak bertambah berat saat batuk atau bersin. Nyeri pada sendi lain (-),
kesemutan atau kebas pada kedua kaki (+), kelemahan kedua tungkai (-),
gangguan buang air kecil dan buang air besar (-), demam (-), penurunan
berat badan (-). ±3 hari sebelum ke Puskesmas pasien mengeluh nyeri
punggung bawah semakin berat sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari.

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat sering trauma/kecelakaan (+)
 Riwayat diabetes (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat keganasan (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-)
 Riwayat diabetes dalam keluarga (-)
 Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)

1.8 Riwayat Makan, Alergi, Obat, Perilaku Kesehatan Dll Yang Relevan
Pasien sudah tidak bekerja. Tinggal bersama anak, menantu, dan cucu-
cucunya. Sehari-hari pasien mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak dan mencuci pakaian sendiri. Saat muda hingga pensiun, pasien
lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan, pasien dapat seharian dalam posisi
duduk di kantor. Di rumah juga saat sebelum timbul keluhan pasien biasa naik
dan turun tangga penghubung ke lantai atas. Pasien mengaku saat ini aktivitas
harian banyak di rumah seperti bersih-bersih rumah, terdapat riwayat aktivitas
seperti mengangkat beban berat akhir-akhir ini, aktivitas naik turun tangga
sangat jarang setelah mulai muncul keluhan. Alergi obat-obatan (-), alergi
makanan (-) Pasien juga sering menemani cucu-cucunya untuk bermain.

6
1.9 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Pengukuran Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 96 x/menit, cepat, reguler, kuat angkat
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 20x/menit
Berat Badan : 56 kg
Tinggi Badan : 167 cm
IMT : 20,07 kg/m2 (normal)

Pemeriksaan Generalisata
1. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris
2. Mata Exopthalmus/enophatlmus : (-)
Kelopak : Normal
Conjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
Kornea : Normal
Pupil lensa : Bulat, isokor,
reflexcahaya +/+
Lensa : Normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : Baik
3. Hidung : Deviasi septum(-), sekret (-)
4. Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-/-), sekret (-/-)
5. Mulut : Bibir : lembab
Bau pernafasan : berbau (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Selapu lendir : normal

7
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-)
7. Thorax
Bentuk : Simetris,normochest, peleberan sela iga(-), otot
bantu nafas(-)
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan: ICS IV line parasternalis dextra
Batas jantung kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultas BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
i

Pulmo (Paru)
Pemeriksaa
Kanan Kiri
n
Inspeksi Gerakan dinding dada Gerakan dinding dada
simetris, retraksi (-) simetris, retraksi (-)
Palpasi Masa (-), krepitasi (-) Masa (-), krepitasi (-)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler(+), Wheezing (-), Vesikuler(+), Wheezing (-),
ronkhi (-) rhonki (-)

8. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar, caput medusa (-), venektasi (-).
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+),hepar lien ginjal tidak
teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas:

8
Superior : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik
Inferior : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik,
sianosis (-), krepitasi genu (-/-)

Anggota Gerak Bawah Kanan Kiri


Motorik
Pergerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Nyeri Nyeri Nyeri
Refleks
Fisiologis ++ ++
Patologis - -

Tes Laseque + +
Kontra Laseque + +
Patrick + +

Pemeriksaan Penunjang
- Tidak dilakukan pemeriksaan

1.10 Pemeriksaan Penunjang Anjuran


a. Foto rontgen lumbal AP / L
b. MRI lumbal

1.11 Diagnosa Kerja


Low Back Pain (M54.5)

1.12 Diagnosa Banding


Spondilosis (M47.9)
Spondylolisthesis (M43.1)
Radikulopati lumbal (M54.2)

1.13 Manajemen
Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit

9
yang diderita pasien, kemungkinan adalah penyakit degeneratif
karena akumulasi berbagai faktor terutama usia, sehingga sifat
terapi yang diberikan adalah simtomatis.
b. Konsumsi makananan yang cukup dan bergizi seperti buah dan
sayur, hindari makanan yang tinggi lemak seperti gorengan dan
santan
c. Menjaga berat badan ideal
d. Istirahat yang cukup
e. Menjaga lingkungan rumah agar bersih dan rapih serta tidak licin

Preventif :
a. Jangan melakukan aktivitas berat, seperti berjalan jauh dan
mengangkat beban yang berat serta jangan duduk atau tidur dalam
posisi yang salah.
b. Jangan dipijat bagian punggung yang sakit
c. Lebih berhati-hati saat ke kamar mandi, bisa dengan gunakan
sandal anti slip dan keset kaki di depan kamar mandi dan jika
memungkinkan menggunakan WC duduk.

Kuratif :
Non Farmakologi
• Kompres dengan air hangat atau mengoleskan balsem
yang
mengandung menthol atau piroxicam.

Farmakologi
• Ibuprofen tab 200 mg 2x1
• Vit B Complex tab 1x1
Tradisional
Kencur :
Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesik
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan
bahwa 200 ml sari kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai

10
khasiat analgesik yang tidak berbeda dengan metampiron 500 mg.
Sedangkan penelitian dengan beras kencur menunjukkan bahwa beras
kencur mempunyai efek analgesik yang tidak berbeda dengan novalgin.
Cara mengkonsumsinya adalah dengan menyiapkan sebanyak 3 x 1 tea
bag (5 g serbuk kencur)/hari yang masing-masing diseduh dalam 1
cangkir air diminum sebelum makan.

Rehabilitatif
1 Rutin kontrol ke Puskesmas
2 Fisioterapi

11
Resep Puskesmas
Resep Ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Utha Merta Rahim dr. Utha Merta Rahim
SIP : G1A219075 SIP : G1A219075
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota
Kota Jambi, Jambi 36129 Jambi, Jambi 36129

Jambi, Januari 2020 Jambi, Januari 2020

R/ Piroxicam tab 10 mg No VI R/Ibuprofen tab 200mg No VI


S 2 dd tab 1 S 2 dd tab 1
R/ Vit B cmplex tab 50 mg No V R/ Vit B cmplex tab 50 mg No V
S 1 dd tab 1 S 1 dd tab 1

R/ Antasid tab 500 mg No X R/ Antasid tab 500 mg No X


S 3 dd tab 1 ac S 3 dd tab 1 ac

Pro : Ny. N/57 th Pro : Ny. N/57 th


Alamat: Rt 05 KAB Alamat: Rt 05 KAB
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Utha Merta Rahim dr. Utha Merta Rahim
SIP : G1A219075 SIP : G1A219075
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru,
Kota Jambi, Jambi 36129 Kota Jambi, Jambi 36129

Jambi, Januari 2020 Jambi, Januari 2020

R/ Meloxicam tab 7,5 mg No X R/Methampiron tab 500 mg No X


S 2 dd tab 1 S 2 dd tab 1
R/ Vit B cmplex tab 50 mg No V R/ Vit B cmplex tab 50 mg No V
S 1 dd tab 1 S 1 dd tab 1

R/ Antasid tab 500 mg No X R/ Antasid tab 500 mg No X


S 3 dd tab 1 ac S 3 dd tab 1 ac

Pro : Ny. N/57 th Pro : Ny. N/57 th


Alamat: Rt 05 KAB Alamat: Rt 05 KAB
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Punggung Bawah (NPB)/ Low Back Pain(LBP)


2.1.1 Definisi
Nyeri punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) didefinisikan
sebagai nyeri yang dirasakan diantara sudut iga terbawah (Costal Margin) dan
lipat bokong bawah (Gluteal Inferior Fold) yaitu didaerah lumbal atau
lumbosakral.8

2.1.2 Etiologi
Kongenital
 Spina bifida
 Spondilolisis
 Spondilolistesis
Trauma
Inflamasi
 Rheumatoid arthritis
 Spondilitis angkilopoetika
Tumor
 Tumor benigna
 Tumor maligna
Proses Degeneratif
 Spondilosis
 Hernia nukleus pulposus (HNP)
 Osteoarthritis
 Stenosis spinal

2.2.3 Patofisiologi

13
Nyeri Punggung Bawah (NPB) secara umum seringkali terkait dengan
trauma mekanik akut, tetapi dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma
dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma dalam jangka panjang seringkali
ditemukan pada tempat kerja. Kebanyakan kasus NPB terjadi dengan adanya
pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan,
ketegangan otot, cedera otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang
belakang. tetapi keadaan ini dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik
seperti peradangan pada ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan
osteoporosis.9
Patofisiologi dari NPB sangatlah kompleks. Beragam struktur anatomi dan
elemen dari tulang lumbal (tulang, ligamen, tendon, otot, dan diskus) diyakini
sangat berperan dalam timbulnya gangguan. Sebagian besar dari elemen lumbal
memiliki inervasi sensorik, sehingga dapat memicu sinyal nosiseptif yang timbul
sebagai respons terhadap stimulus kerusakan jaringan. Sebab lainnya adalah
gangguan pada saraf, contohnya adalah skiatika. Pada kasus NPB kronis,
seringkali dijumpai penyebabnya adalah campuran antara nosiseptif dan
neurologis.10
Daerah lumbal, khususnya daerah LV-SI mempunyai tugas yang berat,

yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi
L5-S1. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan
pada sendi LV-SI. Daerah lumbal terutama LV-SI merupakan daerah rawan,
karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan
posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.11

2.2.4 Faktor Risiko


Faktor risiko yang ditemukan didalam penelitian di R.S. DR Hasan
Sadikin, Bandung menunjukkan penyebab NPB, antara lain ialah usia, jenis
kelamin, body mass index, kebiasaan merokok, kurang olahraga, dan posisi saat
melakukan tindakan anestesia,seperti posisi statis, posisi canggung, manual
handling procedure, dan kombinasi ketiganya.12

14
Usia
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.
Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa
saja dan pada umur berapa saja. Namun demikian, keluhan ini jarang dijumpai
pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa
faktor etiologi tertentu yang lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua.
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan
insiden tertinggi dijumpai pada decade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini
semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, tetapi pada kenyataannya keluhan lebih
sering terjadi pada wanita, misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi.
Selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang
akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.
Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat.
Pekerjaan
Faktor risiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot
rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan
barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran dan
kerja statis, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
penyebab serta penanggulangan keluhan ini.
Aktivitas /olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya seperti duduk, berdiri, tidur dan mengangkat

15
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada
pekerja kantor yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang
pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan
punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan
membungkuk atau menekuk kedepan. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada
kasur yang tidak menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai
lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat
beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan
posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih
dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih
dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton
lebih dari 2 jam dalam sehari ,berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan risiko timbulnya nyeri pinggang.
Kebiasaan merokok
Hubungannya dengan kejadian NPB, diduga karena perokok memiliki
kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke
tulang belakang.
Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lordosis,
maupun kifosis, menjadikan beban yang ditumpu oleh tulang belakang tidak pada
tempatnya, sehingga memudahkan timbulnya berbagai gangguan pada struktur
tulang belakang.
Riwayat episode NPB sebelumnya
Individu dengan riwayat episode NPB, memiliki kecenderungan dan risiko
untuk berulangnya kembali gangguan tersebut.

2.2.5 Klasifikasi
Berdasarkan lama perjalanan penyakitnya, nyeri punggung bawah
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu akut, subakut, dan kronis. Nyeri punggung
bawah akut didefinisikan sebagai timbulnya episode nyeri punggung bawah yang

16
menetap dengan durasi kurang dari enam minggu. Untuk durasi antara 6-12
minggu didefinisikan sebagai nyeri punggung bawah subakut, sedangkan untuk
durasi lebih lama dari 12 minggu adalah nyeri punggung bawah kronis.13
Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut: (a) viserogenik, (b)
vaskulogenik, (c) neurogenik, (d) psikogenik, dan (e) spondilogenik.4
a. NPB Viserogenik
NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di
ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
b. NPB Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung
atau nyeri menyerupai iskialgia. Iskialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N.
Iskiadikus ditandai dengan adanya nyeri atau rasa tidak enak di tungkai, baik
yang terasa setempat maupun yang menjalar sampai ke lutut atau lipatan lutut,
atau yang menjalar ke selangkangan.
c. NPB Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah,
yaitu pada:
1. Neoplasma
Neoplasma seperti neurinoma, hemangioma, ependimoma, dan meningioma
sering menyebabkan nyeri punggung bawah.
2. Araknoiditis
Araknoiditis merupakan gangguan rasa sakit yang disebabkan oleh
peradangan pada araknoid, salah satu dari membran yang mengelilingi dan
melindungi saraf tulang belakang.
3. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses degenerasi
diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum. Gejala
klinik yang timbul ialah adanya klaudikasio intermiten yang disertai rasa
kesemutan dan pada saat penderita istirahat maka rasa nyerinya masih tetap
ada.
d. NPB Psikogenik

17
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi.
e. NPB Spondilogenik
NPB spondilogenik ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik),
diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), serta proses
patologik di artikulasio sakroiliaka.
1. NPB osteogenik disebabkan oleh:
 Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberkulosa.
 Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis.
 Keganasan, dapat bersifat primer (terutama mieloma multipleks)
maupun sekunder/metastatik yang berasal dari proses keganasan di
kelenjar tiroid, paru-paru, payudara, hati, prostat dan ovarium.
 Kongenital, misalnya skoliosis lumbal. Nyeri yang timbul disebabkan
oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi.
 Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,
hipofosfatemia familial.
2. NPB diskogenik, disebabkan oleh:
 Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi progresif pada diskus
intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar
vertebra sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan
kanalis spinalis dan foramen intervertebra serta iritasi persendian
posterior. Rasa nyeri pada spondilisis ini disebabkan oleh terjadinya
osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatkan iskemi dan radang.
 Hernia Nukleus Pulposus (HNP), ialah keadaan di mana nucleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosus yang robek.
 Spondilitis Ankilosa, proses ini mulai dari sendi sakroiliaka, yang
kemudian menjalar ke atas, ke daerah leher yang terus berlanjut selama

18
lebih dari tiga bulan. Gejala permulaan berupa rasa kaku di punggung
bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan.
3. NPB miogenik, disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot
dan hipersensitif.
 Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang-ulang yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri.
Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh
yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi
otot mengurangi beban pada ligamentum dalam waktu yang wajar.
Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis
akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena
iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada
perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula.
 Spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana
jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau
kurang pemanasan. Spasme otot ini memberikan gejala yang khas, yaitu
adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap
gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.
Akan terjadi lingkaran antara nyeri, kejang atau spasme dan
ketidakmampuan bergerak.
 Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
karena imobilisasi.
 Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.
Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point). Dalam
pemeriksaan klinik terhadap penderita NPB, tidak jarang dijumpai adanya
noktah picu ini.

2.2.6 Manifestasi Klinis

19
Dari beberapa gejala penyakit spinal (nyeri, kekakuan, keterbatasan ruang
gerak dan deformitas) nyeri adalah yang paling penting. Empat jenis tipe nyeri
dapat dibedakan yaitu: lokal, referred, radicular dan sekunder akibat spasme otot.
Beberapa tipe nyeri ini dapat sering dipahami dari deskripsi pasien, hal terpenting
adalah pada karakter nyeri, lokasinya dan kondisi yang mempengaruhinya.14
Nyeri lokal disebabkan oleh beberapa proses patologis yang menimpa
struktur yang mengandung ujung serabut sensoris. Termasuk periosteum corpus
vertebrae, kapsula sendi apofiseal, otot, annulus fibrosus dan ligament sering
menyebabkan nyeri yang cukup jelas, sedangkan destruksi nucleus pulposus
sendiri menyebabkan nyeri yang minimal atau tidak sama sekali. Nyeri lokal
paling sering digambarkan sebagai nyeri yang menetap dan berdenyut, namun
dapat intermiten dan bersifat tajam serta tidak berbatas tegas, selalu terasa di
dalam atau dekat area vertebrae yang terkena. Biasanya terdapat upaya protektif
spontan pada segmen vertebrae dengan kontraksi musculus paravertebrae yang
intens dan pergerakan atau postur yang menetralkan spasme tersebut dan merubah
posisi jaringan cedera yang cenderung memperberat nyeri. Struktur superfisial
pada area yang terlibat juga nyeri dan tekanan langsung pada area tersebut
menimbulkan nyeri. Otot yang secara berkelanjutan berada pada spasme juga
menjadi nyeri dan sensitive terhadap tekanan dalam.14
Nyeri alih (referred pain) terdapat dua jenis, pertama adalah nyeri yang
diproyeksikan dari tulang punggung ke organ viscera dan struktur lain yang
terdapat di dalam lumbar dan dermatom di atas sacrum dan jenis yang lain adalah
nyeri yang diproyeksikan dari pelvis dan organ viscera abdomen ke tulang
punggung. Nyeri akibar penyakit dari bagian atas verterbrae lumbal sering
menjalar ke sisi samping, lateral panggul, pangkal paha dan paha baian depan. Hal
ini diakibatkan iritasi dari nervus nukleal superior yang berasal dari divisi
posterior nervus spinal lumbal tiga pertama dan menginervasi bagian superior
bokong. Nyeri dari bagian bawah segmen lumbal umumnya menjalar ke bokong
bagian bawah dan paha bagian posterior. Nyeri tipe ini umumnya lebih difus dan
kualitas nyeri yang dalam namun butuh waktu untuk menjadi lebih terproyeksi
secara lebih superfisial. Secara umum intensitas referred pain sejalan dengan

20
nyeri lokal. Dengan kata lain maneuver yang mengubah nyeri lokal memiliki efek
yang sama pada nyeri alih, meskipun kurang presisi sehingga disebut nyeri akar.
Nyeri dari penyakit visceral biasanya terasa di dalam abdomen, perut bagian
lateral, regio lumbar dan dapat dipengaruhi oleh keadaan aktivitas organ visera
dan kadang dengan asumsi posisi supinasi atau tegak. Hubungan karakter dan
perjalanan waktu dari nyeri tipe ini kurang berhubungan terhadap pergerakan
punggung.14
Nyeri radikuler atau nyeri radiks memiliki beberapa karakteristik nyeri
alih namun berbeda pada intensitasnya yang lebih besar, radiasi terhadap distal,
batas pada wilayah akar, dan faktor yang mempengaruhinya. Mekanismenya
adalah perenggangan, iritasi atau kompresi akar spinal di dalam atau bagian
sentral foramen intervertebralis. Nyerinya bersifat tajam, sering intens dan
biasanya bertumpang tindih pada rasa nyeri tumpul pada nyeri alih; umumnya
nyeri ini selalu beradiasi dari posisi parasentral dekat tulang belakang ke beberapa
bagian tungkai. Batuk, bersin, dan renggangan secara karakteristik memicu nyeri
radier yang tajam, meskipun tiap tindakan ini menggertarkan atau menggerakkan
tulang belakang dan memperberat nyeri lokal; kompresi vena jugular yang
meningkatkan tekanan intraspinal dan dapat menyebabkan desakan di dalam
posisi radiks, memiliki efek yang sama. Faktanya, beberapa maneuver
merenggangkan radiks nervus (tes laseque pada kasus sciatica memicu nyeri
radikuler. Pola paling sering adalah sciatica, nyeri yang berasal dari bokong dan
diproyeksikan disepanjang paha posterior atau posterolateral. Hal tersebut
dihasilkan dari iritasi radiks nervus L5 atau S1. Paresthesia atau kehilangan
sensoris superfisial, rasa sakit pada kulit, dan nyeri di daerah yang terbatas di
sepanjang saraf biasanya timbul bersamaan nyeri radicular. Jika radiks anterior
terlibat, dapat timbul kehilangan reflex, kelemahan, atrofi dan fasikulasi.14
Pasien dengan konstriksi parah yang mengelilingi pada cauda equine
karena spondilosis (lumbar stenosis), gangguan sensorimotor dan kadang nyeri
alih terangsang oleh berdiri dan berjalan. Gejala neurologis melibatkan betis dan
bagian belakang paha, yang lalu menstimulasi gejala yang diinduksi peningkatan
aktivitas fisik karena insufiensi vascular yang lalu diistilahkan sebagai

21
claudikasio spinal. Hal yang penting adalah observasi bahwa nyeri alih dari
punggung bagian bawah (pseudoradikular) tidak berproyeksi kebawah lutut
dantidak dibarengi perubahan neurologis disbanding mati rasa yang samar tanpa
gangguan sensoris yang nyata. Jaringan subkutan pada area nyeri alih juga dapat
nyeri, dan tentu saja nyeri lokal, alih dan radicular dapat muncul bersamaan.14
Nyeri akibat spasme otot umumnya timbul dala hubungannya terhadap
nyeri lokal. Spasme dipikirkan sebagai reflex nosiseptif untuk proteksi bagian
yang sakit terhadap gerak yang menimbulkan cedera. Spasme otot dihubungkan
dengan banyak gangguan punggung bawah dan dapat mengganggu postur normal.
Kontraki muscular kronik menimbulkan nyeri tumpul kadang nyeri keram.
Seseorang dapat merasakan ketegangan muskulus sakrospinalis dan gluteal dan
ditemukan dari palpasi bahwa nyeri terlokalisir pada area tersebut. Namun
kontribusi komponen nyeri ini pada NPB relatif kecil
Nyeri lain sering berasal dari tempat yang tidak dapat ditentukan
kadang digambarkan oleh pasien dengan penyakit kronik punggung bawah:
sensasi keram (tanpa spasme otot involunter); nyeri menusuk, merobek atau
berdenyut; rasa terbakar atau dingin. Sensasi ini, seperti pada kesemutan dan baal,
menunjukkan kemungkinan penyakit nervus atau radiks.14
Sebagai tambahan untuk menilai karakter dan lokasi nyeri, harus
ditentukan factor yang memperberat dan meringkan gejala, keteguhannya, dan
hubungannya dengan aktivitas dan istirahat, postur tubuh, tekukan maju, dan
batuk, bersin, dan ketegangan. Seringkali, petunjuk terpenting berasal dari
pengetahuan tentang mode onset dan keadaan yang memicu rasa sakit. Karena
banyak kondisi punggung yang menyakitkan akibat cedera yang terjadi saat
bekerja atau dalam kecelakaan mobil, kemungkinan pembesaran atau
perpanjangan rasa sakit untuk keperluan kompensasi harus selalu diingat.14

2.2.7 Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali dengan

22
kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Adanya
riwayat mengangkat beban yang berat dengan sikap tubuh yang salah dan
berulangkali, kegiatan fisik atau olahraga yang tidak biasa.8 Sifat nyeri yang
tajam, menusuk dan berdenyut, seringkali bersumber dari sendi, tulang dan
ligamen. Sedangkan rasa pegal, biasanya berasal dari otot. Nyeri yang disertai
dengan penjalaran ke arah tungkai menunjukkan adanya keterlibatan radiks saraf.
Sedangkan nyeri yang berpindah-pindah dan tidak wajar, sangat mungkin
merupakan nyeri psikogenik. Harus pula diperhatikan adanya gangguan miksi dan
defekasi untuk mengetahui gangguan pada radiks saraf. Hal lain yang perlu
diketahui adalah adanya demam selama beberapa waktu terakhir untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi, misalnya spondilitis. Riwayat penyakit
terdahulu dan riwayat pekerjaan harus diketahui untuk mempertajam penegakan
diagnosis.13
 Keluhan Utama: Nyeri diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong
bawah.
 Onset: akut, kronik, insidious, kronis-progresif.
 Kualitas: sifat nyeri (tumpul, seperti tertusuk, terbakar).
 Kuantitas: pengaruh nyeri terhadap ADL, frekuensi, durasi,
intensitas/derajat nyeri.
 Kronologis: riwayat penyakit sekarang.
 Faktor Memperberat: saat batuk, mengejan, membungkuk, aktivitas.
 Faktor Memperingan: istirahat.
 Gejala penyerta: kesemutan, rasa baal, gangguan berkemih, gangguan
BAB, disfungsi seksual.
 Riwayat penyakit dahulu: keluhan serupa sebelumnya, riwayat trauma,
riwayat .
 Riwayat penyakit keluarga: riwayat keganasan dalam keluarga.
 Riwayat sosial ekonomi: pekerjaan yang berhubungan dengan keluhan
utama.

23
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tanda vital
Pemeriksaan fisik neurologis:
 Pengukuran skala nyeri: VAS/NPRS/Faces Scale/CPOT
 Inspeksi (Range of motion, Alignment)
Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri
dan menolak untuk duduk, maka harus sudah dicurigai adanya suatu
herniasi diskus. Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan
mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis,
berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya
lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
o Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan
tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan
pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
o Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke
suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang
ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
o Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau
spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.8,13
 Palpasi

24
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan
jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur
pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan
neurologis.13
 Pemeriksaan nyeri ketok columna vertebrae
 Pemeriksaan nyeri tekan lamina
 Tes Provokasi (Valsava, Naffziger, Laseque, kontra
Laseque,Braggard/Sicard, Patrick, Kontra Patrick, nyeri ketok
costovertebrae)
o Tanda Laseque
Menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5
atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada
lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 90° dengan perlahan-
lahan kemudian dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang
positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.14
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan
lutut dalam keadaan ekstensi (straight leg rising). Modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu
nyeri radikuler.14
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk
menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai
penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral.14
o Tanda Laseque kontralateral

25
Dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak
nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada
tungkai kontralateral yang sakit.14
o Tes Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada
sendi sakroiliaka. Penderita dalam posisi berbaring. Tungkai dalam
posisi fleksi di sendi lutut sementara tumit diletakkan di atas lutut
tungkai yang satunya lagi, kemudian lutut tungkai yang difleksikan
tadi ditekan ke bawah. Apabila ada kelainan di sendi panggul maka
penderita akan merasakan nyeri di sendi panggul tadi.14
o Tes Kontra-Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi di sendi lutut dan sendi panggul,
kemudian lutut didorong ke medial; bila di sendi sakroiliaka ada
kelainan maka disitu akan terasa sakit.14
 Pemeriksaan motorik tungkai bawah
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya.13
 Pemeriksaan sensibilitas tungkai bawah
Membantu menentukan lokalisasi lesi sesuai dermatom yang terkena.
Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi
lokalisasi dibanding motoris.13
 Pemeriksaan otonom
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (atas indikasi):
Evaluasi komprehensif yang dapat dilakukan termasuk hitung darah
lengkap, penentuan laju endap darah dan tes spesifik. Secara khusus, tes ini sangat
berguna ketika infeksi atau keganasan dianggap sebagai kemungkinan penyebab
nyeri punggung pasien.8
 Laju endap darah

26
 Darah perifer lengkap
 Ureum, creatinin
 elektrolit
 C – reaktif protein (CRP)
 Faktor rematoid
 Urinalisa
 LCS
 Tumor marker (PSA, AFP, CEA, ALP, β-hCG, thyroglobulin, calcitonin)
Pemeriksaan Radiologis (atas indikasi):
X-ray
X-ray merupakan tes yang sederhana dan sangat membantu untuk
menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang
diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung. Foto X-ray dilakukan
pada posisi anteroposterior (AP), lateral dan bila perlu oblique kanan dan kiri.13
Myelografi
Myelografi adalah pemeriksaan X-ray pada spinal cord dan kanalis spinalis.
Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikkan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluroskopi dan gambar Xray. Myelogram digunakan untuk diagnosa
pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis,
atau abses spinal.13
Computted Tomografi Scan(CT-scan) & Magnetic Resonance Imaging(MRI)
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang. Sedangkan MRI
dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan.
Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat
menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki.
MRI juga dapat memperlihatkan diskus interveretebralis, nervus dan jaringan
lainnya pada punggung.13

27
MRI atau CT-Scan harus dipertimbangkan pada pasien dengan defisit
neurologis yang makin memburuk atau diduga adanya penyebab sistemik yang
menyebabkan nyeri punggung seperti infeksi atau neoplasma. Pemeriksaan tulang
terutama digunakan untuk mendeteksi metastasis tulang, fraktur yang tidak
terlihat dan infeksi.13

2.2.8 Diagnosis Banding


Pembagian Nyeri Punggung bawah menurut Alberta Canada:8
 Spondylogenik
 Nyeri neurogenik
 Nyeri punggung bawah vaskulogenik
 Nyeri punggung bawah viscerogenik
 Nyeri punggung bawah psikogenik

2.2.9 Tatalaksana
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB yaitu konservatif dan operatif.13
Terapi konservatif
Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), medikamentosa dan
fisioterapi.
Rehat baring
Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur
selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas atau per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus, dan
kemudian ditutup dengan lembar busa tipis. Setelah tirah baring dianggap
cukup, maka dapat dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang
korset. Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi otot-otot.13
Medikamentosa
Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB, yaitu
obat yang bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal. Obat simptomatik
antara lain analgetika (salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison,

28
prednisolon), Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) misalnya piroksikam,
antidepressan trisiklik (secara sentral) misalnya amitriptilin, dan obat
penenang minor misalnya diazepam, klordiasepoksid. Sedangkan obat-obatan
kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk spondilitis piogenik,
nukleolisis misalnya khimopapain, kolagenase (untuk HNP).8,13,15
Nyeri inflamasi:
 Anti inflamasi (steroid, NSAID sesuai fornas)
 Relaksan otot (Esperison HCl, Diazepam, Tizanidin)
 Analgetik opioid lemah (Codein)
 Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Nyeri neuropatik:
 Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (Carbamazepine, Gabapentin,
Okscarbazepine, Fenitoin, Asam Valproat, Pregabalin)
 Anti depresant (amitryptiline)
 Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
 Analgetik opioid lemah (Codein)
 Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Nyeri campuran (kombinasi nyeri inflamasi dan neuropatik)
 Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada sindroma radikuler (atas
indikasi).

Fisioterapi8,13
 Terapi panas
Menggunakan kantong dingin–kantong panas. Lakukan dengan
menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa
nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa
nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat).
 Elektro stimulus
Contohnya seperti acupunture, ultra sound, radiofrequency lesioning,
spinal endoscopy, percutaneous electrical nerve stimulation (PENS),

29
electro thermal disc compression, dan transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS).
 Traksi
Tarikan pada badan (punggung) untuk kontraksi otot.
 Massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merelaksasikan otot belakang
dan melancarkan perdarahan.
Terapi invasif minimal (atas indikasi):
 Lumbar facet joint pain: Radiofrekuensi ablasi pada cabang medial rami
dorsales (1B+), injeksi kortikosteroid intra-articular
 Sacroiliac jointpain: radiofrekuensi ablasi
 Coccygodynia: ganglion impar block, terapi elektrothermal intra-discal
(IDET)
 Injeksi proloterapi

Terapi operatif 8,13


Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.
Indikasi dilakukan tindakan operatif yaitu:
 Sciatica dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu; nyeri
berat/intractable/menetap/progresif.
 Sindroma kauda equine, dimana diskus bagian tengah menekan kauda
equine dengan gejala inkontinensia urin dan alvi, paraparesis dan deficit
sensorik pada kedua tungkai.
 Bila kompresi radiks saraf disertai deficit motoric terutama kelumpuhan
quadricep atau tidak dapat dorsofleksi kaki.
 Terdapat iskialgia berat >4 bulan.
Beberapa tindakan operatif yang dapat dilakukan :
a. Laminectomy : prosedur bedah untuk memisahkan lamina dari vertebrae.

30
b. Discectomy : prosedur bedah untuk memisahkan bagian yang keluar
dari diskus. Biasanya dilakukan pada kasus HNP.
c. Endoscopy : prosedur bedah menggunakan serat fiber optic yang
memungkinkan tidak dilakukannya operasi terbuka.

2.2.10 Prognosis8
Ad vitam : Tergantung etiologi dan beratnya defisit neurologis
Ad sanationam : Tergantung etiologi dan beratnya defisit neurologis
Ad Fungsionam : Tergantung etiologi dan beratnya defisit neurologis

31
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga:


Pasien tinggal bersama anak, menantu, dan cucu. Keharmonisan
keluarga baik. Tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan
keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

3.2 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar:

a. Sehari-hari pasien biasa memasak dan mencuci pakaian sendiri.


b. Pasien dan keluarga mengaku selalu menjaga makanan yang dimakan dari
aspek gizi dan kebersihan. Pasien mengaku di keluarganya memang kurang
aktivitas berolahraga, karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing
dan memang seharian bekerja kantoran. Dari prilaku kesehatan keluarga,
kurangnya aktivitas olah raga secara tidak langsung dapat menjadi faktor
predisposisi timbulnya nyeri pinggang.

3.3Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini:

 Faktor usia; pasien sudah berusia 57 tahun dimana menurut teori dari
semua faktor resiko pada LBP, bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin
lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
 Jenis kelamin; Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama
terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, tetapi pada

32
kenyataannya keluhan lebih sering terjadi pada wanita, misalnya pada saat
mengalami siklus menstruasi. Selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
 Aktivitas pasien sehari-hari seperti berjalan kaki setiap hari; melakukan
pekerjaan rumah; pekerjaan mencuci baju; pekerjaan memasak dapat
mencetus atau pun memperberat rasa nyeri pada sendi yang sakit.
Penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya
seperti duduk, berdiri, tidur dan mengangkat beban pada posisi yang salah
dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantor yang
terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi,
atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya
pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan
membungkuk atau menekuk kedepan. Posisi tidur yang salah seperti tidur
pada kasur yang tidak menopang tulang belakang.

3.4 Analisis untuk mengurangi paparan:

Pasien dilarang melakukan aktivitas berat, seperti berjalan jauh dan


mengangkat beban yang berat serta jangan duduk atau tidur dalam posisi
yang salah. Jangan dipijat bagian punggung yang sakit. Jaga berat badan
ideal, untuk berat badan ideal pada pasien ini adalah sekitar 56 kg. Lebih
berhati-hati saat ke kamar mandi, bisa dengan gunakan sandal anti slip dan
keset kaki di di depan kamar mandi dan jika memungkinkan menggunakan
WC duduk dan rutin kontrol kepuskesmas dan minum obat secara teratur.

3.5 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga:

Pasien kita edukasi mengenai penyakit yang dideritanya, menjelaskan kepada


pasien penyebab dari penyakitnya, kemungkinan adalah penyakit degeneratif
karena akumulasi berbagai faktor terutama usia, sehingga sifat terapi yang
diberikan adalah simtomatis. Istirahat yang cukup. Konsumsi makananan yang

33
cukup dan bergizi seperti buah dan sayur, hindari makanan yang tinggi lemak
seperti gorengan dan santan. Menghindari aktivitas berat. Lebih berhati- hati
dalam aktivitas terutama di tempat yang licin. Mentaati nasihat dokter.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Duthey B. Background Paper of Low Back Pain. Pain Priority Medicines


for Europe and the World. 2013.
2. Janet KF, George MH, Robert PA, Anne MJ, Jane DD, Andrea SW et al.
The rising prevalence of chronic low back pain. North Carolina: American
Medical Association; 2009
3. Tomita S, Arphorn S, Muto T, Koetkhlai K, Naing SS, Chaikittiporn C.
Prevalence and risk factors of low back pain among thai and myanmar
migrant seafood processing factory workers in Samut Sakorn Province,
Thailand. Thailand: Industrial Health; 2010
4. Harsono. Kapita Selekta Neurologi edisi ke-dua. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press; 2009
5. Mckinley M, O’loughlin VD. Human Anatomy 3 rd Edition. New York :
Mcgraw-Hill; 2008
6. Vitriana. Aspek Anatomi Dan Biomekanik Tulang Lumbosakral Dalam
Hubungannya Dengan Nyeri Pinggang. Bandung: FK Unpad/Rsup
Dr.Hasan Sadikin; 2001
7. Snell RS. Clinical Anatomy by Systems. New York: Lippincott wilkin;
2006.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Acuan Panduan Praktik
Klinis Neurologi. 2016
9. Purba JS, Ng DS. Nyeri punggung bawah: patofisiologi, terapi
farmakologi dan non-farmakologi akupunktur. Medicinus 2008; 21(2): 38-
42 6.
10. Rossignol M, Arsenault B, Dionne C, Poitras S, Tousignant M, Truchon
M, et al. CLIP Practice Guideline : Clinic on Low-Back Pain in
Interdisciplinary Practice guidelines. Montreal Public Health Department.
2007. 7.
11. New Zealand Guidelines Group. New Zealand Acute Low Back Pain
Guide. 2004.
12. Patrianingrum M, Oktaliansah E, Surahman E. Prevalensi dan faktor risiko
nyeri punggung bawah di lingkungan kerja anestesiologi Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif. 2015: vol 3.
13. Winata SD. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dari
Sudut Pandang Okupasi. Fakultas Kedokteran Ukrida. 2013
14. Robert AH. Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology Ed.
8. New York: McGraw-Hill. 2005
15. Chou R et al. Diagnosis and Treatment of Low Back Pain: A Joint Clinical
Practice Guideline from the American College of Physicians and the
American Pain Society. American College of Physicians. 2007

35
Lampiran. Dokumentasi

36

Anda mungkin juga menyukai