Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

Prolaps Uteri

Pembimbing :

dr. Iskandar Musgamy SpOG

Pendamping :

dr. Siti Hadidjah Hasyim

dr. Djoko Santoso

Penyusun :

dr. Eka Sri Rahayu

RSUD PANGERAN JAYA SUMITRA

2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama :dr. Eka Sri Rahayu


Dokter Internsip RSUD Kota Baru

Judul Laporan Kasus : Prolaps Uteri. Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka
Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) di bagian Obsgyn, Kalimantan Selatan.

Kotabaru, Mei 2019

Mengetahui :

dr. Iskandar Musgamy Sp.OG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat, penulis telah berhasil menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Prolaps Uteri”.

Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas dokter

Internship. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak dalam penulisan ini, sangatlah tidak mudah. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada dr. Iskandar Musgamy Sp.OG yang selalu

membimbing dan memberi saran pada penulisan ini.

Tulisan responsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati,

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kotabaru, Mei 2019

2
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ………………………………………………………………….. i

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iii

BAB I STATUS PASIEN…………………………………………………………….. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............………………………………………………. 6

SIMPULAN…….………………………………………………………………….. 29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 30

3
BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas

Nama pasien : Ny. H


Umur : 51 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pekerja pabrik
Agama : Islam
Suku : Banjar
Alamat : Jl. Nelayan RT 006 Tarakan
No. MR : 058058
Tanggal MRS : 10 Mei 2019

B. Anamnesis

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Mei 2019

1. Keluhan Utama : Keluar benjolan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan benjolan keluar dari alat kelamin sejak 2 bulan terakhir. Benjolan sebesar

telur ayam, benjolan muncul perlahan. Keluar cairan (+) setiap bergerak, warna keputihan, kental, darah

(-). Terasa tidak nyaman saat berjalan (+), nyeri (-). Benjolan dapat dimasukkan ke dalam kelamin, namun

keluar lagi. Nyeri pinggang dan punggung (-). Nafsu makan menurun, BB turun dari 50 kg sekarang 40 kg.

Demam (-), BAB (+) dan BAK (-).

Pasien datang sendiri dengan keluhan nyeri kepala belakang sejak 1 hari SMRS. Pusing (+), nyeri ulu hati (+),

pandangan mata kabur (-), sesak (-), mual (-), muntah (-). Pasien tidak mengeluhkan keluar air-air maupun

darah. Pasien juga tidak merasakan nyeri perut tembus ke belakang. Pasien rutin kontrol di poli kandungan

RSUD Kotabaru, terdiagnosis hipertensi dalam kehamilan sejak pertama kali ANC di bulan pertama dan dapat

terapi antihipertensi dari Sp.OG. Pasien tidak mengangkat benda berat.

Riwayat persalinan: 1 kali dibidan, lahir normal, bayi cukup bulan, BBL 2500 gram dan jenis kelamin

perempuan

1
Riwayat Penyakit Dahulu:

Hipertensi (-), Asma (-), DM (-) dan Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Asma (-), Hipertensi (-), DM (-) dan Alergi (-)

Riwayat Haid :

Menarche usia 12 tahun, selama 7 hari, siklus 28 hari.

Riwayat Perkawinan :

Perkawinan 1 kali

Suami pasien telah meninggal

Riwayat KB :

Tidak memakai KB

Riwayat Obstetri :

Tempat Anak
No. bersalin/ Tahun Kehamilan Jenis Persalinan
penolong Sex Berat Keadaan

1. Bidan Aterm Spt BK PR 2500 Hidup

C. Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Kompos mentis / GCS 4-5-6

Bentuk badan : kurus

Tanda Vital : Tekanan darah : 90/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,0o C

BB : 40 kg

TB : 153 cm

IMT : 17,08 kg/m2 (Berat badan kurang)

2
Kepala dan leher

- Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra -/-, pupil isokor,

reflex cahaya +/+

- Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga, tidak ada gangguan

pendengaran

- Hidung : Bentuk normal, tidak tampak deviasi septum, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis,

tidak ada pernapasan cuping hidung

- Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid,

tidak ada peningkatan JVP.

Thorax

- Paru : Inspeksi : bentuk normal, gerak napas simetris dan ICS tidak melebar

Palpasi : fremitus teraba simetris, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : sonor +/+, tidak ada nyeri ketuk

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), whezing (-/-)

- Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : tidak teraba thrill

Perkusi : sulit dilakukan terhalang payudara

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, bising jantung tidak ada

Abdomen

Distensi (-)

Ekstremitas atas dan bawah

Atas : Edema (-), gerak normal, parese (-), nyeri gerak (-)

Bawah : Edema (-), gerak normal, parese (-), nyeri gerak (-)

Refleks patella : (+)

D. STATUS OBSTETRIK

Inspeksi : Perut tampak massa gestasi

Palpasi : TFU = 20 cm

Presentasi kepala

Auskultasi : DJJ (+) 141x/menit

TBJ : 1240 gr

3
His : -

Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium (RSUD Kotabaru)


18 Februari 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 13,1 L (13-16)/W(12-14) g/dL
Hematokrit 39,3 L(40-48)/W(12-14) % F.
Eritrosit 5,52 L(4.50-5.50)/W(4.0-5.0) jt/Ul
MCV 71,2 82.0-92.0 fL
MCH 23,7 27,0-31,0 pg
MCHC 33,3 31,0-36,0 g/Dl
Lekosit 10,9 4,0-10.0 ribu/ul
Hitung Jenis
- Basofil 0,2 0-1.0 %
- Eosinofil 2,4 1.0-3.0 %
- Neutrofil 64,1 50.0-70.020.0-48.0 %
- Limfosit 26,9 20.0-48.0 %
- Monosit 6,4 2.0-8.0 %
Trombosit 150 150-450 ribu/ul
Asam urat 9,6 L(3,5-7,2)/W(2,6-6,0) mg/dL
Glukosa Sewaktu 108 <140 mg/dL
Ureum 24 15-39 mg/dL
Kreatinin 0,7 L(0,9-1,3)/W(0,6-1,1) mg/dL
SGOT 31 <40 U/L
SGPT 20 <41 U/L

URINALISA LENGKAP FULL AUTOMATIC


Makroskopis
Warna Kuning Kuning muda-tua
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1.015 1.003-1030
Ph 6 4.5-8.0
Protein +++ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/Hb + Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit esterase Negatif Negatif
Mikroskopis
Sel epitel +
Leukosit 2-3 1-5/LPB
Eritrosit 10-15 1-3/LPB
Silinder Negatif /LPB
Kristal Negatif /LPB
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
Diagnosis

Superimposed Preeklamsia + BSC 2x

G. Penatalaksanaan

4
• Pasang 02
• Drip MgSO4 sesuai protap
• IVFD D5 500cc/24 jam
• Po. Nifedipin 3x10 mg
• Po. Metildopa 3x250 mg
• Pematangan paru
• R/ terminasi dan rujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin
• Cek DL,UL,USG.
• Pasang DC menetap.
• Monitor : Keluhan/VS/His/tanda impending eklampsia

H. Follow Up

Tanggal
Follow up S O A P

18/03/2019 Nyeri kepala TD: 190/120 Superimpossed • Pasang 02


(+) pusing (+) N: 94 Preeklamsia + • Drip MgSO4 sesuai
nyeri ulu hati T: 36,7 BSC 2x protap
(-) pandangan R: 20 • IVFD D5 500cc/24 jam
mata kabur (-) • Po. Nifedipin 3x10 mg
sesak (-) mual St. obstetri: • Po. Metildopa 3x250
(-) muntah (-) TFU 20 cm mg
DJJ (+) 141 • Monitor :
x/m Keluhan/VS/His/tanda
Kontraksi (-) impending eclampsi
19/03/2019 Nyeri kepala TD: 180/100 Superimpossed • Pasang 02
(+) bagian N: 92 Preeklamsia + • Drip MgSO4 sesuai
belakang T: 36,9 BSC 2x protap
pusing (+) R: 22 • IVFD D5 500cc/24 jam
nyeri ulu hati • Po. Nifedipin 3x10 mg
(-) pandangan St. obstetri: • Po. Metildopa 3x250
mata kabur (-) TFU 20 cm mg
sesak (-) mual DJJ (+) 137 • Monitor :
(-) muntah (-) x/m Keluhan/VS/His/tanda
Kontraksi (-) impending eklampsia

• Rujuk ke RSUD Ulin


Banjarmasin

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prolaps uteri yaitu turunnya uterus ke dalam introitus vagina. Mempengaruhi

kualitas hidup yang sebabkan dari gejala akibat dari penekanan dan

ketidaknyamanan dari prolaps uteri tersebut.1 Prolaps uteri merupakan salah satu dari

prolaps organ pelvis dan menjadi kasus nomor dua tersering setelah cystourethrocele

(bladder and urethral prolapse).2 Prolaps uterus dapat disebabkan karena kelemahan

otot, fasia dan ligemen penyokongnya.3

Prolapsus organ genitalia masih menjadi masalah kesehatan pada wanita yang

insidennya mencapai 40% pada wanita usia diatas 50 tahun.4 Frekuensi prolapsus

genitalia di beberapa negara berbeda, seperti dilaporkan di klinik Gynecologie et

Obstetrique Geneva insidesnya 5,7% dan pada priode yang sama di Hambrug 5,4%,

Roma 6,4%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya cukup tinggi

sedangkan pada orang Negro Amerika, Indonesia kurang. Penyebabnya terutama

adalah melahirkan dan pekerjaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal

meningkat serta kelemahan dari ligamentum-ligamentum karena hormonal pada usia

lanjut.5

1.2 Anatomi Genitalia Interna pada Wanita

1. Uterus

Uterus pada orang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer

yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal

2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian

bawah). Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan kiri

masuk ke uterus.5

6
Gambar 1. Anatomi organ genitlia interna pada wanita.6

7
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul

dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina

sedang korpus uteri mengarah ke depan dan membentuk sudut 120 o-130o dengan

serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri

mengarah ke belakang) pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.5

Gambar 2. Hubungan axis uterus, serviks, dan vagina.6

8
2. Jaringan Penunjang Genitalia Interna pada Wanita

Uterus berada di rongga panggul dalam anteversiofleksio sedemikian rupa,

sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis dan bagian belakang setinggi

artikulasio sakrokoksigea. Jaringan-jaringan itu ialah:5,7

Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackenrodt) merupakan

ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun. Ligamentum

ini terdiri atas jaringan ikat tebal, berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah

lateral ke dinding pelvis. Ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain arteri dan

vena uterina.5

Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum yaitu ligamentum

yang juga menahan uterus agar tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari

bagian belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os sakrum

kiri dan kanan.5,7

Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum yaitu ligamentum yang

menahan uterus dalam posisi antefleksi, dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan

kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.5,7

Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum, berjalan dari os pubis

melalui kandung kemih, dan seterusnya sebagai ligamentum vesikouterina sinistrum

dan dekstrum ke serviks.5,7

Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum yaitu ligamentum yang

berjalan dari uterus ke arah lateral dan tidak banyak mengandung jaringan ikat,

sebetulnya ligamentum ini adalah bagian dari peritoneum viserale yang meliputi

uterus, kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Dibagian lateral dan belakang

ligamentum ini ditemukan ovarium sinistrum dan dekstrum. Untuk memfiksasi

uterus ligamentum ini tidak banyak artinya.5,7

Ligamentum infundibulopelvikum yaitu ligamentum yang menahan tuba

Fallopii, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Ditemukan persarafan,

9
saluran-saluran limfe, arteri dan vena ovarika. Sebagai alat penunjang ligamentum

ini tidak banyak artinya.5

Ligamentum ovarii proprium sinistrum dan dekstrum, yaitu ligamentum

yang berjalan dari sudut kiri dan kanan belakang fundus uterus ke ovarium.

Ligamentum ini berasal dari gubernakulum; jadi asalnya sama dengan ligamentum

rotundum, yang juga berasal dari gubernakulum.5

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Prolaps Uteri

Prolaps uteri adalah turunnya uterus ke dalam introitus vagina yang

diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan penyokong

(fasia).1,8

2.2 Etiologi

Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan

penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri dan memperburuk prolaps yang sudah

ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap,

prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dan sebagainya. Jadi,

tidaklah mengherankan bila prolapsus genitalia terjadi segera sesudah partus atau

dalam masa nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya

prolapsus uteri. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya

adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.5

2.3 Klasifikasi Prolaps Uteri

Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat

antara ahli ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam

klasifikasi yang dikenal yaitu:5

A. Prolapsus uteri tingkat I, dimana serviks uteri turun sampai introitus vaginae;

Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus vaginae;

Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina, prolapsus ini juga

dinamakan prosidensia uteri.5

11
B. Prolapsus uteri tingkat I, serviks masih berada di dalam vagina; Prolapsus uteri

tingkat III, serviks keluar dari introitus vaginae sedang pada prosidensia uteri,

uterus seluruhnya keluar dari vagina.5

12
C. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vaginae; Prolapsus uteri

tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian; Prolapsus uteri

tingkat III, uterus keluar dari introitus vaginae lebih dari ½ bagian.5

D. Prolapsus uteri tingakat I, serviks mendekati prosessus spinosus; Prolapsus uteri

tingkat II, serviks terdapat antara prosessus spinosus dan introitus vaginae;

Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus vaginae.5

E. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus uteri

tingkat IV (prosidensia uteri).[5]

2.4 Faktor Resiko Prolaps Uteri

1. Multiparitas

Persalinan pervaginam adalah yang paling sering dikutip sebagai faktor risiko

untuk prolaps uteri. Tidak ada kesepakatan apakah itu kehamilan atau kelahiran itu

sendiri yang merupakan predisposisi disfungsi dasar panggul. Banyak penelitian

telah dijelaskan menunjukkan bahwa melahirkan tidak meningkatkan kecenderungan

wanita untuk prolaps uteri. Studi Organ Penyokong Panggul (POSST), peningkatan

paritas dikaitkan dengan peningkatan kejadian prolaps. Risiko prolaps organ pelvis

meningkat 1,2 kali pada persalinan pervaginam. Studi kohort yang dilakukan di

Oxford pada 17.000 wanita untuk membandingkan wanita nulipara dengan wanita

yang telah mengalami dua kali melahirkan, mengalami peningkatan delapan kali

lipat berkunjung ke rumah sakit menghasilkan prolaps organ pelvis.9

2. Usia

Seperti dijelaskan sebelumnya, usia lanjut juga terlibat dalam pengembangan

prolaps organ pelvis. Studi POSST ada 100-persen peningkatan risiko prolaps untuk

setiap dekade kehidupan. Wanita berusia 20 sampai 59 tahun, kejadian prolaps organ

pelvis berlipat ganda dengan setiap dekade. Seperti risiko prolaps organ pelvis

13
lainnya, penuaan adalah proses yang kompleks. Peningkatan insiden mungkin akibat

dari penuaan fisiologis dan proses degeneratif serta hipoestrogenisme.9

14
3. Penyakit jaringan ikat

Wanita dengan gangguan jaringan ikat lebih mungkin untuk mengembangkan

prolaps organ pelvis. Sebuah studi seri kasus kecil, sepertiga dari wanita dengan

sindrom Marfan dan tiga perempat dari wanita dengan sindrom Ehlers-Danlos

melaporkan riwayat prolaps organ pevis.9

4. Ras

Prevalensi perbedaan ras, prolaps organ pelvis telah dibuktikan dalam

beberapa penelitian. Perempuan kulit hitam dan Asia menunjukkan risiko terendah,

sedangkan wanita Hispanik memiliki risiko tertinggi. Meskipun perbedaan

kandungan kolagen telah dibuktikan antara ras, perbedaan ras di tulang panggul juga

mungkin memainkan peran. Misalnya, perempuan kulit hitam lebih sering memiliki

lengkungan kemaluan sempit dan panggul android atau antropoid. Bentuk-bentuk ini

adalah pelindung terhadap prolaps organ pelvis dibandingkan dengan panggul

ginekoid khas wanita Kaukasia yang paling.9

5. Peninggian tekanan intraabdomen

Peningkatan tekanan intra-abdomen yang kronis diyakini memainkan peran

dalam patogenesis prolas organ pelvis. Kondisi ini dapat sebabkan oleh obesitas,

sembelit kronis, batuk kronis, dan angkat berat berulang-ulang. Sejumlah penelitian

mengidentifikasi obesitas sebagai faktor risiko independen untuk stres inkontinensia

urin. Hubungan dengan perkembangan prolaps organ pelvis kurang jelas. Berkenaan

dengan mengangkat, sebuah studi Denmark menunjukkan bahwa asisten perawat

yang terlibat dengan angkat berat berulang berada pada peningkatan risiko untuk

menjalani intervensi bedah untuk prolaps, dengan rasio odds 1,6. Merokok dan

penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) juga telah terlibat dalam pengembangan

prolaps organ pelvis, meskipun sedikit data mendukung hubungan ini. Batuk kronis

menyebabkan kenaikan tekanan intra-abdomen, tidak ada mekanisme yang jelas.

15
Beberapa percaya bahwa senyawa kimia dalam tembakau yang dihirup dapat

menyebabkan perubahan yang menyebabkan POP daripada batuk kronis sendiri.9

16
2.5 Patofisiologi Prolaps Uteri

Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan ligamentum

membentuk dasar pelvis. Prolaps uteri terjadi ketika dasar pelvis yaitu otot dan

ligamentum mengalami peregangan, terjadi kerusakan, dan kelemahan sehingga

mereka tidak sanggup untuk menyokong organ pelvis sehingga uterus dan organ

pelvis lainnya jatuh ke introitus vaginae. Prolaps bisa saja terjadi secara tidak

komplet atau pada beberapa kasus yang berat, terjadi prolaps yang komplet sehingga

uterus jatuh sampai keluar vagiana.2

Gambar 3. Prolaps uteri.10

17
Gambar 04. Anatomi daras panggul.[8]

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita

yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,

sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.

Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:5

Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genialia

eksterna.2 Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita

berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang. 2 Prolaps uteri dapat

menyebabkan gejala sebagai berikut:

18
‒ Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu

berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet

sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.

19
Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena

infeksi serta luka pada portio uteri.2

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan

mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Pasien dengan prolaps uteri

biasanya mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari alat kelaminnya. [5] Pasien

biasanya mengeluhkan yaitu rasa berat pada atau rasa tertekan pada pelvis. Pada saat

duduk pasien meraskan ada benjolan seperti ada bola atau kadang-kadang keluar dari

vagina. Nyeri pada pelvis, abdomen atau pinggang. Nyeri pada saat berhubungan.

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan genikologi biasanya mudah dilakukan, Friedman dan Little

menganjurkan sebagai berikut yaitu penderita dalam posisi jongkok disuruh

mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah portio uteri pada

posisi normal atau portio telah sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri

sudah keluar dari vagina. Penderita berbaring dalam posisi litotomi, ditentukan pula

panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari ukuran normal

dinamakan elongasio kolli.5 Berikut adalah stadium untuk prolaps uteri:2,8

 Stadium 0: Tidak ada prolaps.

 Stadium I: Sebagian besar portio distal mengalami prolaps > 1 cm di atas

himen.

 Stadium II: Sebagian besar portion distal mengalami prolaps ≤ 1 cm di

proksimal atau distal himen.

 Stadium III: Sebagian besar portio distal mengalami prolasp > 1 cm dibawah

himen tetapi benjolan tidak lebih 2 cm dari panjang vagina.

 Stadium IV: Prolaps komplet termasuk bagian dari vagina.

20
Gambar 5. Prolaps uteri

21
3. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak begitu banyak membantu. Tes Papanicolaou

(Pap smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada kasus yang jarang

terjadi yang dicurigai karsinoma, meskipun ini harus ditangguhkan ke dokter

perawatan primer atau dokter kandungan.2

 Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG bisa digunakan untuk membendakan prolaps dari

kelainan-kelainan lain.2

2.8 Penatalaksanaan Prolaps Uteri

1. Observasi

Derajat luasnya prolaps tidak berkaitan dengan gejala. Mempertahankan

prolaps tetap dalam stadium I merupakan pilihan yang lebih tepat. Beberapa wanita

mungkin lebih memilih untuk mengobservasi lanjutan dari prolaps. Mereka juga

harus memeriksakan diri secara berkala untuk mencari perkembangan gejala baru

atau gangguan (seperti buang air kecil atau buang air besar terhambat, erosi vagina).8

22
2. Terapi Konservatif

 Latihan otot dasar panggul

Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi

pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk

menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi.

Namun dari penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review of conservative

management prolaps uterus yang diterbitkan pada tahun 2006 menyimpulkan

bahwa latiahan otot dasar panggul tidak bukti ilmiah yang mendukung.

Caranya ialah, penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar

panggul seperti biasanya setelah selesai berhajat atau penderita disuruh

membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba

menghentikkanya.5,8,9

 Pemasangan pessarium

Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni

menahan uterus di tempatnya selama pessarium tersebut dipakai. Oleh karena

jika pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Meskipun bukti yang

mendukung penggunaan pessarieum tidak kuat, mereka digunakan oleh 86%

dari ginekolog dan 98% dari urogynaecologists. Prisip pemakaian pessarium

ialah bahwa alat tersebut membuat tekanan pada dinding vagina bagian atas,

sehingga bagian dari vagina tersebut besereta uterus tidak dapat turun dan

melewati vagina bagian bawah. Pessarium yang paling baik untuk prolaps

genitalia ialah pessarium cincin, terbuat dari plastik. Jika dasar panggul

terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier.5,8

 Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak

antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vagina, ukuran tersebut

dikurang 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan dipakai.

23
 Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit kedalam vagina.

Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke

forniks vagina posterior. Kadang-kadang pemasangan pessarium dari plastik

mengalami kesukaran.

 Apabila pessarium tidak dapat dimasukkan, sebaiknya dipakai pessarium dari

karet dengan per didalamnya.

 Untuk mengetahui setelah pemasangan, apakah ukuran cocok, penderita

24
disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita

disuruh jalan-jalan, apabila ia tidak merasa nyeri, pessarium dapat

diteruskan.

 Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita

diawasi secara teratur. Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2 – 3 bulan

sekali, vagian diperiksa dengan inspekulo untuk menentukan ada

tidaknya perlukaan. Pessarium dibersihkan dan dicucihamakan dan

kemudian di pasang kembali.

 Indikasi penggunaan pessarium:

‒ Kehamilan.

‒ Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi.

‒ Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan.

‒ Penderita menolak untuk dioperasi.

‒ Untuk menghilangkan gejala yang ada, sambil menunggu waktu

operasi dapat dilakukan.

25
Gambar 6. Jenis-jenis pessarium. A. Cube pessary. B. Gehrung pessary. C. Hodge

with knob pessary. D. Regula pessary. E. Gellhorn pessary. F. Shaatz

pessary. G. Incontinence dish pessary. H. Ring pessary.I. Donut

pessary.9

26
Gambar 7. Tempat pemasangan cicin pessarium.12

27
Gambar 8. Cara pemasangan pessarium (A,B dan C) dan cara melepaskannya (D).9

3. Terapi Bedah

Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Jika dilakukan

pembedahan untuk prolaps uteri, prolaps vagina perlu ditangani pula. Terdapat

prolaps vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolaps uteri atau

prolaps uteri yang ada belum perlu dioperasi. Di Inggris dan Wales pada tahun 2005-

2006, 22.274 operasi dilakukan untuk prolaps vagina. Beberapa literatur melaporkan

bahwa dari operasi prolaps rahim, disertai dengan perbaikan prolaps vagina pada

waktu yang sama. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung

dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak

atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan. Macam-

macam operasi untuk prolaps uterus sebagai berikut:8

28
 Ventrofiksasi

Wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak, dilakukan

operasi untuk uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan ligamentum

rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan

cara operasi Purandare.5

 Operasi Manchester

Operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri dan penjahitan

ligamentum kardinale yang telah dipotong, di muka serviks dilakukan pula

kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan

untuk memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio kolli). Tindakan

ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus dan distosia

servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah

penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini

ligamentum kardinale diperpendek sehingga uterus akan terletak dalam posisi

anteversifleksi dan turunnya uterus dapat dicegah.5

 Histerektomi vagina

Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolaps uterus dalam tingkat lanjut

dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak

vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, atas pada

ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan

dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps

vagina di kemudian hari.5

 Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)

Pada waktu obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca

operasi belum baik untuk wanita tua yang seksualnya tidak aktif lagi dapat

dilakukan operasi sederhana dengan menjahit dinding vagina depan dengan

29
dinding vagina belakang sehingga lumen vagian tertutup dan uterus terletak

di atas vagina. Operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan retrokel sehingga

dapat menimbulkan inkontinensia urinae. Obstipasi serta keluhan prolaps

lainnya juga tidak hilang.5

30
2.9 Komplikasi Prolaps Uteri

Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri. Prosidensia uteri disertai

dengan keluarnya dinding vagina (inversio) karena itu mukosa vagina dan

serviks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputih-putihan.5



Dekubitus. Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser

dengan paha dan pakaian dalam hal itu dapat menyebabkan luka, radang dan

lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu

dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita berusia

lanjur.5

Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli. Jika serviks uteri turun ke

dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat,

karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta pembendungan

pembuluh darah, serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang

pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elongasio kolli.5



Kemandulan. Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae

atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.5

2.10 Prognosis

Sebagian besar wanita (lebih dari 40%) yang mempunyai prolaps derajat

awal biasanya timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali. Latihan

otot dasar panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps derajat awal.1

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina yang

diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan

penyokong (fasia).

2. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan

penyulit merupakan penyebab prolapsus uteri dan memperburuk prolaps yang

sudah ada.

3. Prolapsus uteri tingkat I yaitu serviks uteri turun sampai introitus vaginae;

Prolapsus uteri tingkat II yaitu serviks menonjol keluar dari introitus vaginae;

Prolapsus uteri tingkat III yaitu seluruh uterus keluar dari vagina dan

prosidensia uteri (tingkat IV).

4. Gejala yang sering mucul adalah perasaan adanya suatu benda yang

mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna. Rasa sakit di panggul dan

pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring, keluhan menghilang

atau menjadi kurang.

5. Penatalaksanaan pada prolaps uterus yaitu: observasi, konservarif, dan terapi

pembedahan.

3.2 Saran dan Kritik

Dengan kerendahan hati, penulis sadar bahwa dalam artikel ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari

pembaca, diharapkan demi kesempurnaan karya tulis dimasa-masa yang akan datang.

32
Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 | 18
KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang – Kampar

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Faraj R, Broome J. Laparoscopic Sacrohysteropexy and Myomectomy for


Uterine Prolapse: A Case Report and Review of the Literature. Journal of
Medical Case Report 2009. [database on the NCBI]. [cited on September 23,
2013]; 02:1402. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC2783099/pdf/1752-1947-3-99.pdf.

2. Barsoom RS, Dyne PL. Uterine Prolapse in Emergency Medicine. Medscape


Article. [database on the medscape] 2011. [cite on September 28, 2013].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/797295-
overview#showall.

3. Anhar K, Fauzi A. Kasus Prolapsus Uteri di Rumah Sakit DR. Mohammad


Hoesin Palembang Selama Lima Tahun (1999 – 2003). Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSMH
Palembang. [database on the internet]. [cited on September 23, 2013].
Available from: http://digilib.unsri.ac.id/download/ KASUS
%20PROLAPSUS%20UTERI%20DI%20RUMAH%20SAKIT% 20DR_
%20MOHMMAD%20HOESIN.pdf.

4. Detollenaere RJ, Boon J, Stekelenburg J, Alhafidh AH, Hakvoort RA, et al.


Treatment of Uterine Prolapse Stage 2 or Higher: A Randomized Multicenter
Trial Comparing Sacrospinnosus Fixation with Vaginal Hysterectomy (SAVE
U Trial). BMC Womens Health Journals 2011. [database on the NCBI]. [cited
on September 23, 2013]; 02:1402. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3045971/ pdf/1472-6874-11-
4.pdf.

5. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Edisi


Kedua, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2009. Hal: 9-11,432,433,436,437

6. Anatomy of Uterine [Image on the Gray’s Anatomy Student Consult]


2010. [cited on September 27, 2013]. Available from:
http://www.studentconsult.com/bookshop/chome/default.cfm?shortcut=an
atomy.

7. Standring S, Ellis H, Healy JC, Johnson D, Williams A, et al. Gray’s


Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th Edition.
[textbook of Anatomy]. Elsevier Churchill Livingstone: 2008.

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 | 19


KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang – Kampar

34
8. Doshani A, Teo R, Mayne CJ, Tincello DG. Uterine Prolapse. Clinical
Review 2007. [database on the NCBI]. [cited on September 23, 2013];
335:819-823. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC2034734/pdf/bmj-335-7624-cr-00819.pdf.

9. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG. Williams Gynecology. The McGraw-Hill Companies. 2008.

10. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. International Urogynecological


Association 2011. [article in the internet]. [cited on
September 27, 2013]; 335:819-823. Available from:
http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_po
p.pdf.

11. Vita DD, Giordano S. Two Succesful Natural Pregnancies in a Patient with
Severe Uterine Prolapse: A Case Report. J Med Case Report 2011. [database
on the NCBI]. [cite on September 28, 2013]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3180421/.

12. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. International Urogynecological


Association 2011. [article in the internet]. [cited on
September 27, 2013]; 335:819-823. Available from:
http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_po
p.pdf.

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 | 20


KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang – Kampar

35

Anda mungkin juga menyukai