Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS DIPERSIAPKAN

INFEKSI

Pembimbing:
dr. Hastari, Sp.S

Disusun oleh:
Alfi Syahri Lubis
41181396000003

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus
dipersiapkan mengenai Spondilitis TB

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di stase
Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada:

1. dr. Hastari, Sp.S selaku pembimbing presentasi kasus dipersiapkan


2. Semua dokter dan staf pengajar di SMF Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Jakarta.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah kasus dipersiapkan ini sangat penulis harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca, terutama
dalam bidang neurologi.

Jakarta, Januari 2022

Penulis
BAB I

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. RM

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Sawangan, Depok

Pendidikan : Tamat SD

II. ANAMNESIS

(Dilakukan allo-anamnesis pada tanggal 12 Januari 2022)

a. Keluhan Utama

Kelemahan anggota gerak bawah sejak 2 minggu yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Neuro RSUP Fatmawati dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak
bawah sejak 2 minggu yang lalu. Kelemahan dirasakan mendadak, namun kaki masih bisa di
tekuk dan di gerakan sendiri. Keluhan disertai dengan nyeri pinggang vas 4-5, nyeri tidak
menjalar, lokasi nyeri tidak dapat ditunjuk, nyeri memberat saat perubahan posisi membaik
saat berbaring. Nyeri dirasakan hilang timbul,nyeri seperti ditusuk. Pasien juga mengeluh
adanya penurunan beart badan. 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh batuk
berdahak disertai sesak napas, sesak napas dirasakan memberat saat aktivitas membaik saat
istirahat. Pasien juga mengaku mengalami demam naik turun namun suhu tidak diukur
disertai keringat malam. Riwayat benjolan dan trauma di punggung di sangkal. Riwayat
kejang, penurunan kesadaran, sulit menelan disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini. Riwayat hipertensi, DM, jantung, paru
disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan serupa di keluarga tidak ada. Riwayat hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung pada
keluarga tidak diketahui.

e. Riwayat Kebiasaan dan Sosial

Pasien bekerja sebagai karyawan pabrik. Saat ini pasien sudah tidak bekerja. Kegiatan pasien
sehari-hari di rumah, tinggal bersama orang tua. Riwayat merokok dan minum alkohol tidak
ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum Tampak sakit sedang


Kesadaran Compos mentis, E4M6V5
Tinggi Badan 160 cm
Berat badan 55 kg
Indeks Massa Tubuh 21,4 kg/m2 (normoweight)
Tanda vital
- Tekanan darah 120/80 mmHg
- Frekuensi Nadi 98 kali/menit, regular, isi cukup
- Pernafasan 20 kali/menit
- Suhu 36,7  C

Status Generalis
Kepala
- Bentuk Normosefal
- Wajah Simetris
- Rambut Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata Konjungtiva anemis (-/-); Sklera ikterik (-/-); Pupil
bulat isokor; Reflek cahaya langsung (+/+), tidak
langsung (+/+); oedem palpebra (-/-), Shadow test
(-/-), arkus sennilis (-/-)
- Hidung Deviasi septum (-); Epistaksis (-/-); Sekret (-/-);
- Telinga Aurikula normal; MAE lapang
- Mulut Oral hygine baik
Leher Trakea di tengah, tidak tampak pembesaran, KGB,
JVP 5-2cmH2O
Thoraks
- Paru
- Inspeksi Bentuk normal; simetris; Jejas (-); Massa (-),
Retraksi intercostal (-/-)
- Palpasi Nyeri tekan (-/-); Krepitasi (-/-)
- Perkusi Redup/Sonor
- Auskultasi Vesikuler melemah pada paru kanan, Rhonki (+/-),
Wheezing (-/-)
- Jantung
- Inspeksi
- Palpasi Ictus kordis tidak terlihat
Ictus kordis teraba di ICS VI linea midclavicula 1
- Perkusi jari medial sinistra, thrill (-). Heaving (-), lifting (-)
Batas jantung kanan ICS IV linea parasternal
- Auskultasi dekstra, batas kiri jantung ICS V linea
midclavicular sinistra 1 jari ke medial
BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi Datar; Jejas (-); Massa (-)
- Auskultasi Bising usus (+) normal
- Palpasi Supel; Nyeri tekan epigastrium (-); Hepar tidak
teraba; Lien tidak teraba
- Perkusi Timpani
Genitalia Tidak diperiksa
Ekstremitas CRT < 2detik, Oedema pretibial (-/-), Sianosis (-/-)

Status Neurologis
GCS E4M6V5
Pupil Bulat isokor, diameter 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Tanda
Kaku kuduk (-) Brudzinsky I (-)
Rangsang
Lasegue <70/<70 Brudzinsky II (-)
Meningeal
Kernigue >135/>135
Nervus
Kanan Kiri
Kranialis
N.I Normosmia Normosmia

N. II

Visus 6/60 dengan 6/60 dengan


keterbatasan ruang keterbatasan ruang

Lapang pandang Normal Normal

Tes Ishihara Normal Normal

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. III, IV, VI Ortoforia

Kedudukan Bola Ortoforia


Normal ke segala
Mata
arah
Normal ke segala
Pergerakan Bola Mata
arah
Pupil Isokor

Bentuk Bulat Isokor

RCL (+) Bulat

RCTL (+) (+)

N. V (+)

Motorik

Sensorik

N. VII
Baik Baik
Motorik
M. Frontalis Normal Normal

M. Orbicularis Oculi Normal Normal

M. Buccinator Normal Normal

M. Orbicularis Oris Normal Normal

Pengecap Lidah
Tidak dilakukan
N. VIII
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Rinne
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Weber
Tidak dilakukan
Swabach
Tidak ada deviasi
N. IX, N. X
Tidak ada deviasi
Uvula
Tidak ada deviasi
Arkus faring

Palatum Mole Normal


Normal
N. XI Normal
Normal
M. Trapezius

M.
Sternokleidomastoideus Tidak ada deviasi

N. XII Tidak ada

Pergerakan lidah Tidak ada

Atrofi Tidak ada

Fasikulasi

Tremor
Sistem 555 555
motorik 5 5

333 333
3 3
Kekuatan
Otot
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Normotonus Normotonus
Sistem Sensasi raba : hipostesi
sensorik Sensasi nyeri : normal

Fungsi Miksi : Normal


Vegetatif Defekasi : Normal
Sekresi keringat : normohidrosis
Reflek Biseps : (+2/+2)
fisiologis Triseps : (+2/+2)
Patela : (+1/+1)
Tendon achiles: (+1/+1)
Reflek Hoffman-Tromner: (-/-)
patologis Babbinski : (+/+)
Chaddok : (+/+)
Gordon : (+/+)
Gonda : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Schaeffer : (-/-)
Klonus lutut : (-/-)
Klonus tumit : (-/-)

Pemeriksaan Laboratorium (13/01/22)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11.5 g/dL 11.7 – 15.5

Hematokrit 34.1% 33 – 45

Leukosit 7.3 ribu/ul 5,0 - 10,0

Trombosit 439 ribu/ul 150 – 440


Eritrosit 4.09 juta/uL 4,40 - 5,90

Indeks eritrosit

MCV 83.4 fl 80.0 – 100.0

MCH 28.0 pg 26.0 – 34.0

MCHC 33.6 g/dl 32.0 – 36.0

RDW-CV 13.7% 11.5 – 14.5

KIMIA KLINIK

FUNGSI HATI

SGOT 100 <=32

SGPT 202 <=33

FUNGSI GINJAL

Ureum darah 17.2 mg/dl 16.6 – 48.5

Kreatinin darah 0.56 mg/dl 0.51 – 0.95

Asam urat darah 2.8 2.4 – 5.7

Hitung Jenis

Basofil 0 0–1

Eosinofil 0 1–3

Netrofil 76 50 – 70

limfosit 16 20 – 40

Monosit 5 2–8

Luc 3 <=5

Elektrolit
Jumlah darah
limfosit absolut Hasil
1173 Nilai Rujukan
>=1500
Natrium (darah) 132 136 -145
Rasio(darah
Kalium neutrofil
) limfosit 4.7
3.4 3.5 -5.1
Klorida (darah) 95 98 -107
LED 102.0 0 - 20
Diabetes
Gula darah sewaktu 94 70 – 140
Glukosa 2 jam PP 119 70 – 139
Lemak
Trigliserida 123 <=150
Kolesterol total 154 <=200
Kolesterol HDL 18 >=60
Kolesterol LDL direk 112 <=99
Foto toraks

Kesan: efusi pleura kanan


Tidak tampak kelainan radiologis pada paru yang tervisualisasi
Curiga destruksi end plate inferior korpus vertebra T8 dan end plate superior korpus vertebra T9
Foto Whole spine

Kesan: Spondilitis pada level T8-T9 ec susp TB


Tidak tampak fraktur, kompresi, maupun listesis pada tulang-tulang vertebra lainnya
Efusi pleura kanan
IV. RESUME
Pasien datang ke Poli Neuro RSUP Fatmawati dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak bawah
sejak 2 minggu yang lalu. Kelemahan dirasakan mendadak, namun kaki masih bisa di tekuk dan di
gerakan sendiri. Keluhan disertai dengan nyeri pinggang vas 4-5, nyeri tidak menjalar, lokasi nyeri
tidak dapat ditunjuk, nyeri memberat saat perubahan posisi membaik saat berbaring. Nyeri dirasakan
hilang timbul,nyeri seperti ditusuk. Pasien juga mengeluh adanya penurunan beart badan. 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh batuk berdahak disertai sesak napas, sesak napas
dirasakan memberat saat aktivitas membaik saat istirahat. Pasien juga mengaku mengalami demam
naik turun namun suhu tidak diukur disertai keringat malam. Riwayat benjolan dan trauma di
punggung di sangkal. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, sulit menelan disangkal. BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan paraparesis tungkai, lasaque (+/+) kekuatan
kedua motorik ekstremitas bawah 3,babinski (+/+),chaddok (+/+) gordon (+/+) sensasi raba hipostesi.
Dari laboratorium didapatkan Hb 11.5, Hematokrit 34.1, SGOT/SGPT 100/202, natrium 132, kalium
3.4, klorida 95, kolesterol HDL 18, LDL 112 mg/dL. Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan hasil
efusi pleura kanan. Tidak tampak kelainan radiologis pada paru yang tervisualisasi. Curiga destruksi
end plate inferior korpus vertebra T8 dan end plate superior korpus vertebra T9. Pada Foto Whole
spine didapatkan Spondilitis pada level T8-T9 ec susp TB. Tidak tampak fraktur, kompresi, maupun
listesis pada tulang-tulang vertebra lainnya. Efusi pleura kanan.

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : paraparese umn, hipostesi, laseque (+/+), babinski (+/+),
chadok(+/+),gordon (+/+)

Diagnosis Topis : medula spinalis torakal 8-9

Diagnosis Etiologis : Mycobacterium tuberculosis

Diagnosis Patologis : destruksi

Diagnosis Kerja: paraparese umn , Spondilitis TB

VI. TATALAKSANA

Medikamentosa

Nacl 0,9% + neurobion

Mekobalamin 500mg

Etambutol 1000 mg

Streptomisin 750 mg

Curcuma

Aspar k

neurodex

Non Medikamentosa

Konsul rehab medik

Konsul paru
Konsul penyakit dalam

Rencana MRI

VII. PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad malam

Ad Sanationam : dubia ad malam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spondilitis TB
1. Definis
Spondilitis tuberkulosis didefinisikan sebagai infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dari satu atau
lebih komponen tulang belakang vertebra, diskus intervertebralis, jaringan lunak spinal atau ruang
ekstradural. Infeksi dimulai di bagian anterior tubuh vertebral, berdekatan dengan endplate dengan
progresifitas penyakit, diskus intervertebralis menjadi terlibat dengan kehilangan selanjutnya dalam
ketinggian diskus.Perkembangan penyakit menyebabkan kolaps vertebral dan penyempitan di bagian
anterior yang menyebabkan angulasi dan karakteristik deformitas gibus
2. Etiologi dan patogenesis spondilitis tuberkulosis
Keterlibatan tulang belakang biasanya merupakan hasil dari penyebaran Mycobacterium
tuberculosis ke dalam pembuluh darah padat dari tulang spongiosa dari tubuh vertebral. Tempat
infeksi primer adalah lesi paru atau infeksi sistem genitourinari. Penyebaran terjadi baik melalui rute
arteri ataupun vena. Sebuah arterial arcade, di daerah subchondral setiap vertebra, berasal dari arteri
spinal anterior dan posterior; arcade ini membentuk pleksus yang kaya akan vaskular. Pleksus
vaskular ini memfasilitasi penyebaran infeksi yang hematogen di daerah paradiskal. Batson’s
paravertebral venous plexus di vertebra adalah sistem tanpa katup yang memungkinkan aliran darah
bebas di kedua arah tergantung pada tekanan yang dihasilkan oleh rongga intraabdomen dan
intratorakal setelah aktifitas berat seperti batuk. Penyebaran infeksi melalui sistem vena intraoseous
mungkin bertanggung jawab untuk lesi tubuh vertebral sentral. Pada pasien dengan tuberkulosis
vertebral noncontiguous, adalah sistem vena vertebral yang menyebarkan infeksi ke beberapa
vertebra.
Spondilitis tuberkulosis pada awalnya tampak pada bagian inferior anterior dari tubuh vertebral.
Kemudian menyebar ke bagian tengah tubuh atau disk. Lesi paradiskal, anterior, dan sentral adalah
tipe umum dari keterlibatan vertebral. Di lesi sentral, disk tidak terlibat, dan keruntuhan tubuh
vertebral menghasilkan vertebra plana. Vertebra plana menunjukkan kompresi lengkap dari tubuh
vertebral. Pada pasien yang lebih muda, diskus terutama terlibat karena lebih bersifat vaskularisasi. Di
usia tua, diskus tidak utama terlibat karena avaskular terkait usia. Pada spondilitis tuberkulosis, ada
keterlibatan lebih dari satu ruas tulang belakang karena arteri segmentalnya bercabang dua untuk
memasok dua vertebra yang berdekatan. Penyebaran penyakit di bawah ligamen longitudinal anterior
atau posterior melibatkan beberapa vertebra yang bersebelahan. Kurangnya enzim proteolitik dalam
infeksi mikobakteri (dibandingkan dengan infeksi piogenik) telah diduga sebagai penyebab
penyebaran infeksi subligamen.
Infeksi yang ditularkan melalui darah biasanya mengendap di korpus vertebral yang berdekatan
dengan diskus intervertebralis. Diikuti dengan destruksi tulang dan kaseasi, akibat infeksi yang
menyebar ke ruang diskus dan vertebra yang berdekatan. Ketika tubuh vertebral runtuh satu sama
lain, terjadi angulasi tajam (atau kifos). Pembentukan kaseasi dan abses dingin dapat meluas ke
vertebra yang berdekatan atau keluar ke jaringan lunak paravertebral. Ada risiko besar kerusakan
korda spinalis karena tekanan oleh abses atau tulang yang terlepas, atau iskemik dari trombosis arteri
tulang belakang. Dengan penyembuhan, rekalsifikasi vertebra dan fusi tulang dapat terjadi. Namun,
jika terdapat banyak angulasi ke depan, tulang belakang biasanya 'tidak sehat', dan flare sering terjadi,
dengan penyakit lebih lanjut dan keruntuhan lebih lanjut. dengan kifosis yang progresif ada risiko
kompresi korda spinalis.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Spondilitis tuberkulosis diklasifikasikan berdasarkan Gulhane Askeri Tip
Akademisi (GATA) menjadi 5 kelompok. Sistem klasifikasi ini dibuat berdasarkan kriteria klinis dan
radiologis antara lain: formasi abses, degenerasi diskus, kolaps vertebra, kifosis, angulasi sagital,
instabilitas vertebra, dan defisit neurologis. Sedangkan untuk menilai derajat keparahan, memantau
perbaikan klinis, dan memprediksi prognosis pasien spondilitis TB dengan adanya cedera medulla
spinalis maka American Spinal Injury Association (ASIA) memodifikasi sistem klasifikasi oleh
Frankle.
Tabel 1. Klasifikasi berdasarkan GATA

Tabel 2. Klasifikasi spondilitis TB berdasarkan ASIA 19

4. Manifestasi Klinik
Seperti manifestasi klinik pasien TB pada umumnya, pasien mengalami keadaan sebagai
berikut, berat badan menurun selama 3 bulan berturutturut tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa
sebab yang jelas. Gejala pertama biasanya dikeluhkan adanya benjolan pada tulang belakang yang
disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan punggungnya,
sehingga seakan-akan kaku. Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau
mengangkat barang dari lantai. Nyeri tersebut akan berkurang jika pasien beristirahat. Keluhan
deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus disertai oleh timbulnya gibbus
yaitu punggung yang membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta
dapat berkembang secara progresif. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat disertai oleh
paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada tulang belakang yang dapat menjalar ke
rongga dada bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal. Paraplegia pada pasien spondilitis TB
dengan penyakit aktif atau yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2 tipe defisit
neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset awal, dan paraplegia
pada pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang beberapa tahun setelah penyakit primer
sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi dapat ditemukan fokus infeksi pada bagian anterior korpus vertebre
dan menyebar ke lapisan subkondral tulang. Pada beberapa kasus infeksi terjadi di bagian anterior dari
badan vertebrae sampai ke diskus intervertebrae yang ditandai oleh destruksi dari end plate. Elemen
posterior biasanya juga terkena. Penyebaran ke diskus intervertebrae terjadi secara langsung sehingga
menampakkan erosi pada badan vertebra anterior yang disebabkan oleh abses jaringan lunak.
Ketersediaan Computerized Tomography Scan (CT Scan) yang tersebar luas dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) telah meningkat penggunaannya pada manajemen TB tulang belakang.
CT scan dikerjakan untuk dapat menjelaskan sklerosis tulang belakang dan destruksi pada
badan vertebrae sehingga dapat menentukan kerusakan dan perluasan ekstensi posterior jaringan yang
mengalami radang, material tulang, dan untuk mendiagnosis keterlibatan spinal posterior serta
keterlibatan sacroiliac join dan sacrum. Hal tersebut dapat membantu memandu biopsi dan intervensi
perencanaan pembedahan. Pemeriksaan CT scan diindikasikan bila pemeriksaan radiologi hasilnya
meragukan.
Magnetic resonance imaging (MRI) dilaksanakan untuk mendeteksi massa jaringan,
appendicular TB, luas penyakit, dan penyebaran subligamentous dari debris tuberculous. Biopsi
tulang juga dapat bermanfaat pada kasus yang sulit, namun memerlukan tingkat pengerjaan dan
pengalaman yang tinggi serta pemeriksaan histologi yang baik. Pada pemeriksaan histologi akan
ditemukan nekrosis kaseosa dan formasi sel raksasa, sedangkan bakteri tahan asam tidak ditemukan
dan biakan sering memberikan hasil yang negatif.
6. Diagnosis
Diagnosis spondilitis tuberkulosis ditegakkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang.
Konfirmasi etiologi dengan ditemukannya bakteri tahan asam berbentuk batang pada spesimen biopsi.
Ironisnya, diagnosis biasanya baru dapat ditegakkan pada stadium lanjut, saat sudah terjadi deformitas
tulang belakang dan defisit neurologis. Secara klinis gejala dari tuberkulosa tulang dan sendi adalah
non- spesifik dan secara klinis sering lamban, sehingga sering menimbulkan keterlambatan yang
signifikan dalam mendiagnosis dan yang dihasilkan adalah destruksi tulang dan sendi.
7. Tatalaksana
Pengobatan non-operatif dengan menggunakan kombinasi paling tidak 4 jenis obat anti
tuberkulosis. Pengobatan dapat disesuaikan dengan informasi kepekaan kuman terhadap obat.
Pengobatan INH dan rifampisin harus diberikan selama seluruh pengobatan. Regimen 4 macam obat
biasanya termasuk INH, rifampisin, dan pirazinamid dan etambutol. Lama pengobatan masih
kontroversial. Meskipun beberapa penelitian mengatakan memerlukan pengobatan hanya 6-9 bulan,
pengobatan rutin yang dilakukan adalah selama 9 bulan sampai 1 tahun. Lama pengobatan biasanya
berdasarkan dari perbaikan gejala klinis atau stabilitas klinik pasien.
Pengobatan operatif
a. Debridement adalah suatu tindakan membuang jaringan mati berupa jaringan lunak, nanah,
dan sekuester. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara kuretase, pencucian, osteotomi, dan
nekrotomi. Pendekatan yang dapat dilakukan antara lain, pendekatan transpedikular, anterior,
posterior, dan melalui kostotransverektomi.
b. Refreshing (refresh tepi defek) Refreshing dilakukan dengan tujuan mencapai bagian tulang
dan jaringan sehat. Tindakan ini dapat dicapai dengan melakukan osteotomi, nekrotomi,
kuretase, dan sequeterektomi. Pembuktian bahwa tindakan telah mencapai bagian tulang dan
jaringan sehat dilakukan melalui pemeriksaan makroskopis dengan memperhatikan tanda-
tanda vital jaringan seperti tulang mengkilap, darah segar dari tulang, dan tidak lagi terdapat
jaringan yang mudah lepas.
c. Stabilisation (stabilisasi kesatuan vertebra) Stabilisasi dicapai dengan menambahkan dan
menempatkan benda kaku untuk menyangga struktur tulang yang tidak stabil. Alat yang
digunakan berupa sistem sekrup dan rod yang pada umumnya terbuat dari titanium yaitu suatu
material logam yang bersifat inert. Sistem sekrup dan rod ini dapat dipasang di sisi anterior
maupun posterior tergantung pada operator yang memasang berdasarkan sisi tulang belakang
yang dianggap kuat menyangga tulang belakang yang tidak stabil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Faried, A., Hidayat, I., Yudoyono, F. and Hanafi, R., 2015. Spondylitis
tuberculosis in neurosurgery department Bandung Indonesia. JSM Neurosurg
Spine, 3(3), p.1059
2. Alavi, S.M. and Sharifi, M., 2010. Tuberculous spondylitis: risk factors and
clinical paraclinical aspects in the south west of Iran. Journal of infection and
public health, 3(4), pp.196-200
3. Chen, C.H., Chen, Y.M., Lee, C.W., Chang, Y.J., Cheng, C.Y. and Hung, J.K.,
2016. Early diagnosis of spinal tuberculosis. Journal of the Formosan Medical
Association, 115(10), pp.825-836

Anda mungkin juga menyukai