STROKE ISKEMIK
Disusun Oleh :
Nadia Khairunnisa
41171096100006
Pembimbing :
Bismillahirahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Diskusi Topik
berjudul Stroke Iskemik untuk memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk membantu menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis di ruang
Stroke Unit Gedung Anggrek RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada Jumat, 12
April 2019.
Keluhan Utama
Kelemahan pada sisi tubuh kiri sejak 2 jam smrs.
3
Tiga hari smrs pasien mulai kesulitan untuk berjalan karena terasa lemah
pada kaki kirinya. Pasien jalan menggunakan tongkat, padahal sebelumnya
tidak. Selain itu pasien juga tidak nafsu makan karena sulit menelan. Pasien
berobat ke dokter penyakit dalam dan dikatakan tensinya tinggi, lalu pasien
diberi obat vitamin saraf dan obat darah tinggi berupa Amlodipin 1 x 10 mg.
Satu minggu smrs pasien hanya merasa kesemutan pada kaki kirinya, tangan
tidak ada keluhan. Keluhan lemas tidak ada. Pasien dapat berjalan dan
beraktivitas seperti biasa. Pasien tidak tahu ia menderita darah tinggi dan ia juga
tidak memiliki keluhan nyeri kepala atau tegang di tengkuk.
4
1.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di ruang rawat Stroke Unit pada tanggal 12 April 2019.
a. Tanda Vital
(Saat di IGD)
Nadi : 85 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Nadi : 72 kali/menit
Pernapasan : 16 kali/menit
5
b. Status Generalis
Hidung Deviasi septum nasi -/-, cavum nasi lapang pada kedua
lubang hidung, rhinore -/-, konka nasi eutrofi/eutrofi
6
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea
parasternal dekstra, batas jantung kiri pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Timpani
b. Status Neurologis
GCS E4 M6 V5 (15)
Kaku kuduk :-
Brudzinski I : -/-
Brudzinski II : -/-
7
Nervus Kranialis
Kanan Kiri
N. I Normosmia Normosmia
N. II
N. III, IV, VI
8
Pupil
Isokor Isokor
N. V
Cabang Sensorik
N. VII
Motorik :
9
Sensorik :
N. VIII
Normal
N. IX, X
Uvula Ditengah
N.XI
N.XII
10
Tremor (-) (-)
Refleks Fisiologis
Refleks biseps +2 +2
Refleks triseps +2 +2
Refleks patella +2 +2
Refleks achilles +2 +2
Refleks Patologis
11
Sistem Motorik
Gerakan Involunter
Sistem Sensorik
Proprioseptif
Eksteroseptif
12
Suhu : Tidak dilakukan
Fungsi Otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Fungsi Koordinasi
13
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (09/04/2019)
HEMATOLOGI
Hematokrit 30 % 32-45
VER/HER/KHER/RDW
FUNGSI HATI
SGOT 19 mg/dl 0 – 34
SGPT 10 mg/dl 0 – 40
14
DIABETES
ELEKTROLIT DARAH
FUNGSI GINJAL
HEMATOLOGI - HEMOSTASIS
PT 13.9 detik
INR 1.03
15
EKG (09/04/2019)
16
CT Scan Kepala Axial dan Coronal (09/04/2019)
Kesan : Tidak tampak / belum tampak infark secara CT Scan saat ini. Tidak tampak
perdarahan intra/ekstra cerebral.
1.5 Resume
17
Tn. DS 69 tahun datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan kelemahan pada
sisi tubuh sebelah kiri sejak 2 jam smrs. Wake up stroke (+). Keluhan disertai
sulit saat menelan. Riwayat hipertensi (+) sejak 3 hari smrs, konsumsi obat
Amlodipine 1 x 10 mg dan vitamin saraf diminum teratur. Saat datang di IGD
pasien dilakukan penanganan langsung berupa trombolisis. Dari pemeriksaan
fisik hipertensi (+), tangan kanan 151/95 mmHg dan tangan kiri 147/90 mmHg.
Pada mata arkus senilis +/+, visus ODS 4/60. Motorik hemiparese sinistra
dengan kekuatan motork 4. Pemeriksaan MMSE hasil 22 yaitu gangguan
kognitif ringan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan anemia Hb 7.2 g/dl,
hematokrit menurun yaitu 30%, trombosit meningkat 503.000/ul, hypokalemia
2.98 mmol/l. pada EKG didapatkan RBBB. Foto thorax AP didapatkan
kardiomegali, aorta elongasi dan kalsifikasi arcus aorta. Pada CT Scan kepala
axial dan coronal didapatkan tidak/belum tampak infark atau perdarahan
intra/ekstra cerebral saat ini.
1.6 Diagnosis
Diagnosis klinis : Hemiparese sinistra, Hipertensi grade I, Anemia,
Hipokalemia
Diagnosis Etiologi : Trombosis
Diagnosis Topis : Korteks dextra
Diagnosis Kerja :
18
Head up 30o
O2 nasal kanul 2 lpm
Miring kanan - miring kiri
Konsultasi TS jantung
Kosultasi TS penyakit dalam
Konsultasi TS rehabilitasi medik
Medikamentosa
1.9 Prognosis
Ad vitam : Bonam
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
20
Pada otak besar, arteri yang paing berperan adalah arteri serebri
anterior, arteri serebri media, dan arteri serebri posterior. Arteri serebri
anterior mensuplai area sensorik dan motorik, terutama mengenai daerah
kaki. Arteri serebri media mensuplai area motorik dan sensorik homonkulus
daerah lengan, tangan, dan muka. Arteri serebri posterior mensuplai lobus
oksipital dan sebagian batang otak3.
Struktur di fossa cranii anterior dan medial terutama disuplai oleh arteri
carotis interna (sirkulus anterior), sedangkan fossa cranii posterior
diperdarahi oleh arteri vertebralis (sirkulus posterior). Arteri karotis interna
adalah salah satu dari dua cabang terminal arteri karotis komunis yang pada
sisi kanan berasal dari arcus aorta dalam suatu trunkus brachiocephalica.
Arteri karotis komunis sinistra langsung dari arkus aorta. Arteri karotis
membawa 80% darah yang diperlukan otak, terutama memberi darah dari
bagian depan, atas, dan lateral. Suplai utama arteri karotis adalah ke area
supra tentorial yang berisi otak besar. Arteri vertebralis berasal dari arteri
subklavia masing-masing sisi berjalan naik ke leher dalam kanal tulang
yang dibentuk oleh foramina transversae vertebrae cervicalis.. Membawa
darah terutama untuk area infra tentorial yang berisi serebelum, batang otak,
serta bagian belakang dan bawah hemisfer otak3.
21
2.2 Stroke Iskemik
2.2.1 Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional pada otak, baik fokal
maupun global yang terjadi mendadak dan gejalanya berlangsung
>24 jam yang disebabkan oleh gangguan vaskular atau pembuluh
darah otak tanpa ada faktor lain selain vaskular. Definisi lain dari
stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan
gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
dalam otak yang timbul secara mendadak (detik-jam) dengan gejala
yang sesuai dengan daerah yang terganggu. Istilah lain stroke yaitu
cerebro-vascular accident (CVA), cerebro-vascular disease (CVD),
atau apoplexy5. Sedangkan definisi stroke menurut WHO stroke
dirangkum dalam sebuah kriteria, berikut kriterianya :
1. Mendadak
2. Lebih dari 24 jam
3. Terdapat defisit neurologis fokal maupun global
4. Disebabkan karena gangguan vaskular
Stroke terbagi dua, stroke perdarahan dan stroke bukan
perdarahan. Stroke bukan perdarahan dikenal dengan stroke
iskemik. Stroke iskemik adalah penurunan perfusi otak yang terjadi
mendadak akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah otak oleh
trombus maupun emboli sehingga menyebabkan defisit neurologis5.
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar 2013 (Riskesdas) prevalensi stroke di Indonesia meningkat
dari 8.3% pada tahun 2007 menjadi 12.1% pada tahun 2013,
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan 57,9%. Prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi yaitu di Sulawesi
Utara sebesar 10,8%. Sedangkan prevalensi stroke berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala yaitu Sulawesi Selatan
17.9%6.
22
Prevalensi stroke terjadi semakin tinggi seiring bertambahnya
usia, kelompok usia tertinggi yaitu ≥75 tahun (43%) dan memiliki
prevalensi sama antara laki-laki dan perempuan. Prevalensi stroke
berdasarkan penyebab yaitu 81% stroke disebabkan oleh stroke
iskemik, sedangkan 19% disebabkan oleh stroke hemoragik6.
2.2.3 Etiologi
Stroke iskemik bisa disebabkan oleh masalah-masalah yang
ada pada sistem kardio, vaskuler dan hematologi itu sendiri. Kondisi
yang berhubungan dengan iskemia fokal cerebral antara lain :
24
a. Hipertensi
Risiko stroke trombotik pada orang dengan
hipertensi meningkat 4.5 kali dibandingkan orang yang
tidak hipertensi. Pada hipertensi, terjadi perubahan
pembuluh darah. Pada arteri kecil, perubahan yang terjadi
adalah penebalan tunika intima dan peningkatan
permeabilitas endotel. Proses ini akan terus berlanjut
hingga terjadi deposit lipid dan kolesterol pada tunika
muskularis yang membentuk thrombus. Lumen pembuluh
darah menyempit dan berkelok-kelok.
Pada arteriol, akibat hipertensi kronik adalah
nekrosis fibrinoid. Hal ini menyebabkan kelemahan dan
herniasi dinding arteriol dan membuat rupture tunika
intima. Akibatnya terjadilah mikroaneurisma (Charcot-
Bouchard) yang rentan rupture menyebabkan perdarahan.
Selain itu juga terjadi pengerasan pada dinding vaskular
sehingga terjadi gangguan autoregulasi. Pembuluh dara
jadi sulit vasodilatasi/vasokonstriksi. Hal ini membuat
gangguan perfusi otak.
b. Diabetes Melitus
Pada penderita diabetes terjadi hiperglikemia. Salah
satu komponen gula yang terakumulasi adalah sorbitol.
Sorbitol terakumulasi di dinding pembuluh arteri sehingga
menyebabkan gangguan osmotic dan bertambahnya
kandungan air intrasel. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya oksigenasi.
25
c. Merokok
Salah satu zat pada rokok adalah nikotin. Nikotin
berpengaruh pada sistem saraf simpatis dan proses
trombotik. Nikotin merangsang aktivasi simpatis sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan curah
jantung dan peningkatan aliran darah ke otak. Dalam
proses trombotik, nikotin mengaktivasi enzim
siklooksigenase, sehingga menurunkan produksi
prostasiklin dan tromboksan. Agregrasi trombosit menjadi
meningkat dan terjadi penyempitan lumen vaskular.
2.2.5 Klasifikasi
Secara garis besar, stroke dibdagi menjadi stroke hemoragik
dan non-hemoragik (atau yang sekarang lebih umum disebut stroke
iskemik). Stroke hemoragic adalah stroke perdarahan, dibagi
menjadi perdarahan intraserebral (ICH) dan perdarahan
subarachnoid (SAH). Sedangkan stroke iskemik dibagi berdasarkan
perjalanan penyakitnya. Secara perjalanan penyakitnya stroke dibagi
menjadi6 :
26
a. Transient Ischaemic Attack (TIA)
Devisit neurologis yang bersifat sementara dan sembuh total
tanpa gejala sisa dalam waktu <24 jam.
b. Reversible Ischaemic Neurologic Deficit (RIND)
Defisit neurologis yang memiliki mekanisme kompensasi dan
mampu memulihkan fungsi neurologis dalam 24 jam – 2
minggu.
c. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang terjadi. Terjadi akibat penyumbatan
parsial dari thrombus pada pembulus darah otak. Progresivitas
atau beratnya defisit neurologis bertambah seiring berjalannya
waktu. Umumnya terjadi 2 x 24 jam, sedangkan khusus sistem
vestibulobasiler 3 x 24 jam.
d. Completed Stroke
Defisit neurologis yang terjadi dan menetap dan tidak adanya
perbaikan atau menjadi normal dalam waktu 3 minggu.
2.2.6 Patogenesis5,7
Terdapat tiga komponen yang mendasari pathogenesis stroke
iskemik. Thrombus, emboli dan penurunan tekanan perfusi.
Thrombosis adalah penyumbatan lumen vaskular akibat oklusi lokal
pembuluh darah. Kelainan pada vaskular yang dapat membentuk
thrombus dan menyebabkan thrombosis ataralain aterosklerosis,
dysplasia fibromuscular, arteritis, diseksi pembuluh darah dan
perdarahan pada plak aterosklerosis yang berisi material lipid.
Material lipid ini akan secara bertahap menutupi lumen vaskular
sehingga terjadi sumbatan.
Untuk menjaga struktur otak tetap hidup dan dapat
metabolisme dengan baik, otak membutuhkan supply aliran darah
yang adekuat. Kebutuhan aliran darah otak normal adalah 40-50
ml/100 g berat otak/menit dan kebutuhan minimal adalah sekitar 5-
8 ml/100 g berat otak/menit.
27
Transient Ischaemic Attack (TIA) terjadi apabila aliran darah
ke otak terganggu dan menyebabkan terganggunya fungsi otak
secara singlet tanpa adanya kematian sel otak. Pemulihan TIA cepat,
seperti pada pemberian trombolisis spontan. Defisit neurologis
hanya terjadi kurang dari 24 jam dan dapat pulih sempurna.
Jika keadaan iskemia berlanjut terus, defisit neurologis yang
terjadi dapat lebih lama durasinya. Seperti pada RIND, defisit
neurologis berlangsung leih dari 24 jam sampai 2 minggu lalu pulih.
Hal ini karena hipoperfusi pada otak telah berhasil diatasi. Namun
apabila thrombus yang terbentuk masih parsial, masih tinggi
kemungkinan sumbatan yang terjadi akan bertambah. Sehingga
deficit neurologis yang terjadi juga semakin memberat. Kejadian
inilah yang disebut stroke in evolution. Apabila keadaan tormbus
sudah benar-benar mengoklusi lumen vaskular, daerah di tempat
tersebuta akan terjadi hipoksia. Keadaan itu bila tidak ditangani akan
menjadi complete stroke dengan gangguan neurologis menetap.
Arteri-arteri pada otak merupakan end artery, sehingga jalur
kolateral normalnya tidak dapat menyediakan darah dalam jumlah
yang cukup untuk mempertahakan jaringan otak di distal arteri yang
tiba-tiba teroklusi. Akan tetapi jika suatu arteri menyempit dengan
lambat dan progresif, sirkulasi kolateral dapat terbentuk. Akibatnya
infark terlihat lebih kecil dan lebih sedikit neuron hilang.
Emboli dapat berupa thrombus yang lepas dan menyumbat
lumen vaskular atau berasal dari jantung Embolus terdiri dari
agregasi platelet, thrombus, platelet-trombus, kalsium. Tidak ada
mekanisme tunggal yang mendasari kejadian kardioemboli. Emboli
sekunder karena kelainan katup misalnya atrial fibrilasi terjadi
akibat stasis aliran darah. Saat emboli mencapai sirkulasi serebri
akan menyebabkan obstruksi arteri yang memvaskularisasi otak
tersebut sehingga terjadi iskemi pada neuron dan pembuluh darah.
Bila kejadian ini berlanjut akan menjadi infark.
28
Disekeliling area otak yang mengalami infark biasanya hanya
mengalami gangguan perfusi sementara yang disebut daerah
penumbra. Daerah ini masih bisa diselamatkan dengan reperfusi
segera. Jika penumbra tidak dapat diselamatkan maka akan menjadi
infark dan infark akan meluas. Pada daerah yang iskemik, terjadi
penurunan kadar ATP sehingga terjadi kegagalan pompa
kalium/natrium serta peningkatan laktat intraseluler. Kalium akan
banyak masuk kedalam sel sehingga mengakibatkan edema
sitotoksik, inflamasi dan kerusakan DNA.
terjadi kejang.
29
d. Arteri komunikans posterior
Hemianopsia homonym dan defisit thalamik
e. Arteri khoroidea anterior
Hemiparese dan hemihipestesia kontralateral dan
hemianopsia homonym kontralateral
f. Sindrom vascular thalamik
Terdapat tremor saat istirahat, gerakan motorik koreoatetoik
dengan tangan talamik (postur kontraktur abnormal pada tangan.
Selain itu jika mengenai arteri talamogenikulata maka dapat
ditemukan hemiparese kontralateral sementara, hemianestesia
kontralateral, nyeri spontan, hemiataksia, astereognosis, gerakan
koreoatetoik kontralataeral.
g. Sindrom vascular cerebellum
Defisit cerebellar terdiri dari hemiataksia, dysmetria,
lateropulsi, dysdiadokokinesia, nystagmus, vertigo, gangguan
keseimbangan.
h. Sistemvertebrobasiler
30
2.2.8 Diagnostik5,6,7
a. Anamnesis
Pada anamnesis yang pertama ditanyakan adalah keluhan
utama. Keluhan utama pada stroke iskemik dapat berupa
kelemahan pada salah satu sisi tubuh, bicara pelo, bibir mencong,
liur terus keluar dari mulut, kesulitan menelan dan lain
sebagainya. Jarang ditemukan keluhan utama nyeri kepala hebat,
penurunan kesadarah dan muntah pada stroke iskemik. Hal yang
penting ditanyakan saat anamnesis adalah onset sejak kapan,
terjadi saat sedang istirahat atau beraktivitas, ada progresifitas,
atau langsung terjadi defisit neurologi, keluhan penyerta, riwayat
penyakit dahulu terutama yang menjadi faktor risiko dari
tumbulnya stroke.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan kesadaran
Umumnya pada kasus stroke iskemik keadaan umum
tampak sakit sedang. Kesadaran pasien compos mentis
dengan GCS 15, namun tidak menutup kemungkinan
kesadarannya somnolen dengan GCS dibawah 15, hal ini
dapat terjadi bila lokasi iskemik di batang otak atau ada
komponen metabolic penyebab penurunan kesadaran.
Tanda vital
Tekanan darah dapat dijumpai hipertensi atau normal,
namun biasanya hipertensi. Frekuensi nadi dan laju
pernapasan beragam, tergantung kondisi pasien saat
datang.
Status generalis
Dilakukan untuk mencari abnormalitas dari sistem tubuh.
Pemeriksaan mata, mulut, tenggorokan, jantung, dan
ekstremitas dilakukan untuk mencari adanya faktor risiko.
31
Status neurologis
Penting dilakukan untuk mencari abnormalitas/deficit
neurologis pada pasien. dapat digunakan sebagai
perbandingan sesudah dan sebelum terapi diberikan.
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
EKG
CT Scan
Dilakukan untuk memastikan apakah stroke yang terjadi
merupakan mekanisme infark atau suatu perdarahan dan juga
untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya. Selain
itu CT scan juga penting untuk memastikan lokasi dan luas lesi
infark.
MRI
Dilakukan untuk menunjukkan iskemia dalam beberapa menit
setelah onset. Untuk konfirmasi daerah iskemik yang tidak
begitu jelas terlihat saat CT Scan.
DSA
Visualisasi patologik pembuluh darah otak, untuk diagnostic.
Keterangan :
D : tekanan darah
32 diastolik
A : faktor atheroma yaitu DM dan penyakit jantung
(0: ada, 1: tidak ada)
Interpretasinya :
Skor >1 : Stroke hemoragic
Skor <-1 : Stroke iskemik
Skor -1 s/d 1 : Meragukan, lihat CT Scan
33
c. Skor Hassanudin
1 Tekanan darah
Sistol 200, Diastol 110 7.5
Sistol < 200, Diastol < 110 1
2 Waktu terjadinya serangan
Sedang berkegiatan 6.5
Tidak sedang berkegiatan 1
3 Sakit kepala
Sangat hebat 10
Hebat 7.5
Ringan 1
Tidak ada 0
4 Kesadaran menurun
Langsung (bbrp menit s/d 1 jam stlh onset) 10
1 jam s/d 24 jam setelah onset 7.5
Sesaat, tapi pulih kembali 6
24 jam setelah onset 1
Tidak ada 0
5 Muntah proyektil
Langsung (bbrp menit s/d 1 jam stlh onset) 10
1 jam s/d 24 jam setelah onset 7.5
Sesaat, tapi pulih kembali 6
24 jam setelah onset 1
Tidak ada 0
Interpretasi :
Non hemoragic stroke < 15
Hemoragic stroke 15
34
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi pada stroke dibagi menjadi komplikasi neurologi dan
non neurologi. Komplikasi neurologi antara lain adalah edema serebri
dan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan
herniasi atau kompresi batang otak, kejang dan transformasi
hemorargik. Komplikasi non neurologi berupa artimia jantung, ulkus
dekubitus, pneumonia, edema paru, stress ulcer pada lambung dan
syndrome inappropriate anti-diuretik hormone (SIDH)6.
2.2.11 Pencegahan
Pencegahan primer yaitu mencegah stroke pertama dengan
mengobati faktor resiko predisposisi. Komponen yang terpenting
adalah terapi hipertensi arterial secara efektif. Normalisasi tekanan
darah dapat mengurangi resiko stroke iskemik hingga 40%. Faktor
resiko lain yang dapat dikontrol adalah merokok, DM, fibrilasi atrium.
Pencegahan sekunder memiliki tujuan mencegah stroke setelah
setidaknya terjadi satu episode iskemia serebri. Pemberian aspirin
dosis rendah (100 mg/hari) menurunkan resiko stroke berulang hingga
25%. Anti platelet lain seperti klopidogrel dan ticlopidine memiliki
efek protektif yang lebih nyata daripada aspirin tetapi harganya lebih
mahal. Antikoagulan seperti warfarin sangat efektif menurunkan
resiko stroke pada pasien dengan fibrilasi atrium dan denyut jantung
ireguler9.
36
2.2.13 Rehabilitasi
Tujuan dari dari rehabilitasi stroke adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi stroke dan memaksimalkan fungsional.
Rehabilitasi stadium akut yang terutama dilakukan adalah mobilisasi.
Rehabilitasi ini dimulai sesudah prosesnya stabil 24-72 jam sesudah
serangan. Sejak awal terapi wicara diikutsertakan untuk melatih otot-
otot menelan dan kesulitan bicara yang biasanya terganggu pada
stadium akut. Peran psikolog penting untuk mengevaluasi status
psikis dan membantu kesulitan keluarga11.
37
DAFTAR PUSTAKA
7. Sudoyo, Aru. 2011. Ilmu Penyakit dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
10. Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi Duus Edisi 4. Indonesia : EGC
11. Harsono. 2015. Buku Ajar Neurologi Klinis. UGM : Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia
38