Anda di halaman 1dari 49

VERTIGO PERIFER

Oleh:
Ali Subekti

Pembimbing:
dr. Nidia Suriani, Sp. S.M.Biomed
PENDAHULUAN
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar
dan goyang. Vertigo merupakan subtipe dari “diz-ziness” yang
secara definitif merupakan ilusi gerakan.

Yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar
terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan
berputar.
 Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan
yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan,
rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir
balik.

 Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada


individu dengan prevalensi sebesar 7 %. Beberapa
studi telah mencoba untuk menyelidiki epidemiologi
dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular
dizziness.
 Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang
paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar
20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis
dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu
sekitar 54%.

 Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih


banyak ditemukan pada wanita disbanding pria (2:1),
sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita

 Nama : NY. H
 Umur : 48 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Bangko
 Tanggal masuk : 8 Maret 2020
 Tanggal Pemeriksaan : 8 Maret 2020
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Status : Menikah
 Agama : Islam
 No CM : 096528
Anamnesis
Keluhan Utama: Pusing berputar sejak 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan : Mual dan muntah

RPS:
Pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Raden Mattaher oleh
keluarganya dengan keluhan pusing berputar sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien merasa lingkungan disekitarnya berputar.
Pusing berputar yang terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang duduk
dan mengobrol dengan suaminya, pusing berputar timbul sangat kuat
pada awalnya dan menghilang setelah beberapa saat. Saat ini, Pasien
mengaku jika memiringkan posisi kepalanya kekiri dan kekanan maka
pusing menjadi bertambah berat dan berkurang apabila pasien
memejamkan matanya.
Lanjutan:
Rasa pusing ini juga disertai rasa mual dan muntah, muntah sebanyak
± 3 kali,muntah berisi makanan yang dimakan sebelumnya. Pasien
juga mengeluhan telinga berdengung dan terasa penuh . Keluhan
pandangan ganda, kabur atau gelap serta melihat cahaya seperti
pelangi disangkal. Keluhan kesemutan di sekitar mulut disangkal,
Kedua tangan dan kaki terasa baal disangkal. Keluhan jantung
berdebar dan sakit dada di sangkal. BAB dan BAK dalam batas
normal.
RPD:
- Vertigo (+)
- Hipertensi (-)
- DM (-)
- Asma (-)
- Alergi (-)

RPO:
Obat-obat diuretik (-)
Pemakaian Insulin (-)
Pemakaian obat-obat asma/ bronkodilator (-)
• RPK:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang
sama.

 RKS:
Pasien seorang pedagang rumah makan.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Kesadaran Compos Mentis
TD 130/80 mmHg
Frekuensi 88 x/menit, reguler, isi
N cukup, kuat angkat
RR 19 X/menit, abdominalthoracal
T 37,0⁰C

SpO2 99%
 Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-)
 Telinga : tidak ada kelainan
 Hidung : tidak ada kelainan
 Mulut : tidak ada kelainan
 Leher : TVJ R-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Fisik
Thorax
Depan Kanan Kiri
I Simetris, retraksi dinding dada (-), bentuk dada normal
P Fremitus N Fremitus N
P Sonor Sonor
A Vesikuler Normal Vesikuler Normal
Ronchi (-) wheezing (-) Ronchi (-) wheezing (-)

Belakang Kanan Kiri


I Simetris, bentuk dada normal
P Fremitus N Fremitus N
P Sonor Sonor
A Vesikuler Normal Vesikuler Normal
Ronchi (-) wheezing (-) Ronchi (-) wheezing (-)
Pemeriksaan Fisik
JANTUNG
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : batas atas jantung : ICS III
batas kanan jantung : linea parasternal dextra
batas kiri jantung : 1 jari medial linea
midclavicula sinistra
 Auskultasi : HR : 88 x/menit, reguler, bising (-)
ABDOMEN
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Soepel Hepar/Lien/Renal tidak teraba
 Perkusi : Tympani, shifting dullness (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Pemeriksaan Fisik
EKSTREMITAS:
 Superior : edema (-/-), pucat (-/-)

 Inferior : edema (-/-), Pucat (-/-)

 Kelemahan kekuatan otot ekstremitas atas dan

bawah (-) sensorik normal.


 Reflek fisiologis (+) refleks patologis (-)

KEKUATAN OTOT:
5555 5555
5555 5555
Pemeriksaan Fisik
Status Neurologis
A. G C S : E4 M6 V5
Pupil : Isokor (3 mm/3 mm)
Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+/+)
Tanda Rangsang Meningeal
 Kaku kuduk : (-)

 Laseque : (-)

 Kernig : (-)

 Brudzinski I : (-)

 Brudzinski II: (-)


Pemeriksaan Fisik
Nervus Kranialis
Nervus III (otonom) Kanan Kiri
1. Ukuran pupil

2. Bentuk pupil
3 mm 3 mm
3. Refleks cahaya langsung bulat bulat
+ +
+ +
4. Refleks cahaya tidak langsung - -
- -
5. Nistagmus - -
- -
6. Strabismus
7. Eksoftalmus
8. Melihat kembar
Nervus III, IV, VI (gerakan
Kanan Kiri
Pemeriksaan Fisik
Nervus Kranialis
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)  
Membuka mulut Dalam batas normal
Menggigit dan mengunyah Dalam batas normal
Nervus VII (fungsi motorik) Kanan Kiri

1. Mengerutkan dahi Dalam batas normal Dalam batas normal


2. Menutup mata Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Menggembungkan pipi Dalam batas normal Dalam batas normal
4. Memperlihatkan gigi Dalam batas normal Dalam batas normal
5. Sudut bibir Dalam batas normal Dalam batas normal

Nervus IX & X (fungsi motorik) Kanan Kiri


Bicara Dalam batas normal Dalam Dalam batas normal Dalam
Menelan batas normal batas normal
Nervus XI (fungsi motorik)    
1. Mengangkat bahu Dalam batas normal Dalam batas normal
2. Memutar kepala Dalam batas normal Dalam batas normal
Nervus XII (fungsi motorik)  
1. Artikulasi lingualis Dalam batas normal
2. Menjulurkan lidah Dalam batas normal
Pemeriksaan Fisik
Nervus Kranialis
Kelompok Sensoris
Dalam batas normal
1. Nervus I (fungsi penciuman)
2. Nervus V (fungsi sensasi
Dalam batas normal
wajah)
3. Nervus VII (fungsi
Dalam batas normal
pengecapan)
4. Nervus VIII (fungsi
Tidak dilakukan pemeriksaan
pendengaran dan
keseimbangan)
 
Pemeriksaan fisik:

 romberg test (+),


 tandem gait (-),
 unterberger (stepping test) (-),
 past pointing (-),
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal

Rujukan

Hemoglobin 11,8 13,0-18,0 g/dL


Hematokrit 35,4 42-52 %
Eritrosit 6,34 4,4 – 5,9 106/uL
Leukosit 12,22 4,0-10,0 103/uL
Trombosit 215 150-450 103/uL

Na 143,73 135-148
K 3,82 3,5-5,3
Cl 108,70 98-110
Ca 1,12 1,19-1,23

Ureum 20

Kreatini 0,6

Glukosa sewaktu 109 mg/dL <200 mg/dL


23

Diagnosa Kerja
Vertigo Perifer ec Maniere Disease

Diagnosa Klinis : Pusing berputar


Diagnosa Topis : Gangguan sistem vestibular perifer
Diagnosa Etiologi : Meniere Disease

Diagnosa Banding
 : Vertigo Perifer ec Maniere Disease
Vertigo Perifer ec BPPV
Vertigo Perifer ec Vestibular Neuritis
Penatalaksanaan
Farmakologis :
 O2 Nasal Canul 2L/menit

 IVFD Nacl 0,9% 20 tpm + Keterolac drip 30mg

 Inj. Ondansentron 1x4 mg

 Inj. Ranitidin 2x50 mg

 PO: Betahistin 3x6 mg

 PO: Alprazolam 0,5 mg

Non-farmakologis:
 Istirahat

 Memperbaiki pola dan asupan diet

 Latihan berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian mata ditutup

 Olahraga yang menggerakan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring )
Prognosis

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Definisi

Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti


berputar dan goyang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe
dari “diz-ziness” yang secara definitif merupakan ilusi gerakan,
dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang
berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar
kita rasakan berputar
VERTIGO
SISTEM KESEIMBANGAN
Batang otak,
SENTRAL serebelum,
VESTIBULER serebrum

Labirin dan saraf


PERIFER vestibula

Retina : otot bola


mata
VISUAL DAN
NON VESTIBULER
SOMATOKINETIK

Kulit, sendi, otot


VERTIGO
PENYEBAB UMUM
Berdasarkan anatominya :
1. Vertigo non-sistematis
Yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat, bukan oleh
kelainan sistem vestibular perifer. Kelainan dapat terjadi pada : mata,
propioseptik, sistem saraf pusat, kelaina endokrin, kelainan
psikoneurosis
2. Vertigo sistematis
Yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem vestibular (yaitu
labirin, nervus VIII atau inti vestibularis). Kelainan dapat terjadi pada telinga,
N.VIII, inti vestibularis
VERTIGO
PENYEBAB UMUM
 Keadaan lingkungan
 Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

 Obat-obatan (alkohol, gentamisin)

 Kelainan sirkulasi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena

berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri


vertebral dan arteri basiler
 Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam

telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional


vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri

 Herpes zoster

 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)


VERTIGO
PENYEBAB UMUM
 Peradangan saraf vestibuler
 Penyakit Meniere
 Kelainan neurologis
 Sklerosis multipel

 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,

persarafannya atau keduanya


 Tumor otak

 Tumor yang menekan saraf vestibularis.

 System saraf pusat


 Trauma

 Epilepsy

 Hipoksia serebri : anemia, arteriosklerosis, hipertensi kronis, dll

 Infeksi : meningitis, encephalitis, dll


ETIOLOGI abnormalitas dari
organ-organ vestibuler,
visual, ataupun sistem

Infeksi propioseptif

Neoplas
ma
Tumor pada
daerah
serebelopontin

Iskemia
atau Infark
Proses
demielinisasi
VERTIGO
PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau Vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
 mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan
apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.

Teori
Teori
Otonomik
Otonomik
Teori
Teori Teori
Teori Konflik
Konflik
Neurohumora
Neurohumora sensori
sensori
ll

Teori
Teori Patofisio
Patofisio
Sinap logi

Teori
Teori Neural
Neural
Missmatch
Missmatch

Teori
Teori
Overstimulasi
Overstimulasi
VERTIGO
PATOFISIOLOGI
Teori Overstimulasi :
 Rangsang yang berlebihan  hiperemi kanalis semisirkularis  fungsinya
terganggu  vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
Teori Neural Mismatch :
 Pengembangan teori konflik sensorik.
 Otak mempunyai memori/ ingatan tentang pola gerakan tertentu;
 Jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/ tidak sesuai dengan pola
gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
 Tapi lama kelamaan akan terbiasa.
 Jika pola tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi
sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala
VERTIGO
PATOFISIOLOGI
Teori Konflik Sensori :
 Terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai
reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi
kiri dan kanan→kebingungan sensorik di sentral→nistagmus (usaha koreksi
bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum),
berputar (berasal dari sensasi kortikal)
VERTIGO
Perbedaan Klinis Vertigo Vestibular dan Non Vestibular
Vertigo Vastibuler Vertigo Non-vastibuler
Sifat vertigo Rasa berputar(True vertigo) Rasa melayang, sempoyongan
Sifat serangan Episodik Kontinyu
Mual muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan obyek visual

Situasi pencetus - Ramai orang, lalu lintas macet,


sibuk, pasar swalayan

Letak lesi Sistem Vastibular Sistem visual, somatosensorik


(propioseptif)
Klasifikasi
  Vertigo vestibuler perifer Vertigo vestibuler sentral

Kejadian Episodik, Konstan


  onset mendadak  

Satu arah Bervariasi


Arah nistagmus (spinning)
   

Aksis nistagmus Horizontal atau rotatorik


Horizontal, vertikal, oblik, atau rotatorik
   

Tipe nistagmus Fase lambat dan cepat


Fase ireguler atau setimbang (equal)
   

Bisa terjadi Tidak ada


Hilang pendengaran, tinitus
   

Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi

Tidak ada
Gejala neurologis lainnya Sering disertai defisit saraf kranial serta
 
  tanda-tanda serebelar dan piramidal
 
VERTIGO
Penegakan Diagnosis
ANAMNESIS :
1. Bentuk vertigo (melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik
perahu, dsb.
2. Keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo. (perubahan posisi kepala
dan tubuh, keletihan, ketegangan)
3. Profil waktu (timbulnya akut, perlahan-lahan, hilang timbul, kronik,
progresif/membaik).
4. Keluhan lain (keluhan pada telinga, pandangan kabur, mual muntah,dsb).
VERTIGO
Penegakan Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK :
 Umum
kemungkinan kelainan sistemik yang dicurigai mendasari timbulnya
vertigo seperti hipotensi ortostatik.
 Neurologi
untuk mengevaluasi apakah kelainannya di sentral atau perifer.
PEMERIKSAAN FISIK

Uji Tandem
Romberg gait
Past-ponting test
Uji (Uji Tunjuk
unterberger Barany)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Neuroimaging: CT-
Laboratori scan, arteriografi,
Magnetic Resonance
um darah Imaging (MRI)

Neurofisiologi
Elektronistagm
Elektroensefalog
rafi (EEG)
ografi (ENG)
VERTIGO
Penatalaksanaan

TERAPI

TERAPI SIMTOMATIK TERAPI REHABILITATIF TERAPI KAUSAL (bedah)


Tatalaksana
Penatalaksanaan medika-mentosa vertigo mempunyai tujuan utama
sebagai berikut:
Mengeliminasi keluhan vertigo
Memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler
Mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif.

Golongan Ca-Blocker:
Flunarisin: dosis 5-10 mg (1x1)
Sinarisin: dosis 25 mg (3x1)
Golongan Antihistamin
Prometasin: dosis 25-50 mg (3x1)
Dimenhidrinat: dosis 50 mg (3x1)
Golongan Antikolinergik
Skopolamin: dosis 0,6 mg (3x1)
Atropin: dosis 0,4 mg (3x1)
Golongan Menoaminergik
Amfetamin: dosis 5-10 mg (3x1)
Efedrin: 25 mg (3x1)
Tatalaksana
Golongan Phenotiazine
Proklorperasin: dosis 3 mg (3x1)
Klorpromasin: dosis 25 mg (3x1)

Golongan Benzodiazepin
Diazepam: dosis 2-5 mg (3x1)

Golongan Butirofenon
Haloperidol: dosis 0,5-2 mg (3x1)

Golongan Histaminik
Betahistik: dosis 8 mg (3x1)

Golongan Antiepilepsi
Karbamazepin: dosis 200 mg (3x1)
Fenitoin: dosis 100 mg (3x1)
VERTIGO
Pencegahan
 Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi
 Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri
dari tempat tidur
 Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang
 Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu
benda dari ketinggian
 Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar
(horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.
 Makan secara teratur, tidak berlebihan atau kekurangan dan mengandung
gizi yang lengkap
 Mengurangi beban pikiran (stress psikis) & Istirahat yang cukup (tidur
pulas)
ANALISA KASUS
Kasus Analisa kasus
-Pasien datang dengan keluhan kepala pusing -Timbul karena terdapat gangguan alat
berputar, sempoyongan, dan pandangan buram keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
hilang timbul sejak beberapa bulan terakhir ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi
aferen) yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Respon penyesuaian otot menjadi
tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan
gejala lainnya.

-Pada pemeriksaan laboratorium pasien dalam -Pada pasien vertigo, biasanya tidak ditemukan
batas normal kelainan dari hasil pemeriksaan penunjang
kecuali jika disertai dengan keadaan lain.
Penegakkan diagnosis vertigo dapat dilakukan
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Sekitar 20-40% pasien dapat didiagnosis segera
setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Kasus Analisa kasus
-Dari hasil pemeriksaan fisik: romberg test (+), -Hasil pemeriksaan tersebut sesuai dengan
tandem gait (-), unterberger (-), past pointing kriteria pemeriksaan neurologis berdasarkan
(-), dan stepping test (-) Joesoef dan Wahyudi yang menunjukkan
bahwa pasien menderita gangguan vestibuler.

Terapi yang dapat diberikan berupa IVFD Nacl bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan
0,9% 20 tpm + Keterolac drip 30mg dan di tambahkan keterolac untuk mengurangi
rasa nyeri
Inj. Ranitidin 2x50 mg merupakan golongan antagonis H2 yang
bertujuan untuk menurunkan produksi asam
lambung.
merupakan golongan benzodiazepin yang
PO: Alprazolam 0,5 mg bertujuan untuk mengurangi kecemasan.

ondansentron sendiri merupakan agonis


sedangkan antiemetik (ondansentron) untuk reseptor 5-HT3, obat yang bekerja pada
gejala mual muntah yang dialami oleh pasien, susunan saraf pusat dengan menekan pusat
muntah.
Betahistine bekerja dengan memperlebar
Betahistine (versilon) yang tujuannya untuk spinchter prekapiler sehingga meningkatkan
gejala vertigo aliran darah pada telinga bagian dalam.
Betahistin mengatur permeabilitas kapiler pada
telinga bagian dalam, dengan demikain
menghilangkan endolymphatic hydrops.
Kesimpulan

 Ada banyak variasi vertigo sehingga diperlukan


menajemen diagnostik yang baik agar tatalaksana yang
diberikan sesuai dengan kondisi pasien.

 Menghindari faktor pencetus dapat menjadi salah satu


pencegahan terhadap vertigo.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai