VERTIGO PERIFER
Pembimbing :
Omar Akbar, dr.
Disusun oleh :
Redo Widhio Mahatvavirya, dr.
PROGRAM DOKTER
INTENSHIP RSAU DR. M.
SALAMUN
KOTA BANDUNG
2021
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. SM
Tanggal lahir : 30 Maret 1987
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Setiabudi
Suku bangsa : Sunda
Tanggal pemeriksaan: 27 Nov 2021
1. Airway
Tidak tampak ada hambatan jalan napas
Pasien tidak tampak sianosis
2. Breathing
Laju napas : 26 x/menit
Tidak tampak penggunaan otot-otot bantu pernapasan
3. Circulation
Laju Nadi : 87 x/menit
Suhu : 37 oC
4. Disability
Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
5. Exposure
Pasien menggunakan pakaian yang tidak ketat
1
2.3. ANAMNESIS
(Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Pusing berputar
Pasien memiliki riwayat hipertensi dalam pengobatan rutin amlodipine 10 mg. Pasien
tidak merokok, mengkonsumsi Alkohol, maupun konsumsi obat – obatan lainnya.
Selama sakit pasien belum mengkonsumsi obat.
2
Riwayat Operasi
Pasien tidak memiliki riwayat operasi
A. Status Sekarang
B. Status Generalis
a. Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya (+/+)
Nystagmus horizontal (+)
Hidung : Rhinorrhea (-/-), conchae hipertrofi (-/-), edema (-/-),
hiperemis (-/-)
Mulut : Mukosa hiperemis (-), edema (-), atrofi papil lidah (-),
deviasi lidah (-), stomatitis (-), gingivitis (-), tonsil
T1/T1
b. Leher : Tidak ada kelainan
C. Status Neurologis
Rangsang meningen : Kaku kuduk (-), Brudzinsky 1 (-) Brudzinsky 2 (-),
Kernig (-)
Saraf Cranial : CNI
Penciuman dalam batas normal
3
CN II
Ketajaman pengelihatan dalam batas normal
Funduskopi tidak dilakukan
CN III/IV/VI
Ptosis -/-
Posisi mata sentral
Reflex cahaya ODS +/+
Gerak bola mata: nystagmus horizontal (+ ) dengan
provokasi
CN V
Sensorik: oftalmikus, maksilaris dan mandibularis dbn
Motorik: Kontraksi otot maseter dan temporal dbn
CN VII
Gerakan wajah simetris dan tidak ditemukan parese
CN VIII
Tidak ditemukan gangguan pendengaran
CN IX-X
Refleks menelan baik
Arkus faring dan uvula dbn
Pengecap 1/3 posterior tidak dilakukan
CN XI
Kontraksi otot sternokleiomastoid dan trapezius dbn
CN XII
Gerak lidah dan artikulasi baik
Tremor (-) Fasikulasi (-) Atropi papil (-)
Motorik atas : Tonus baik, fasikulasi -/- kekuatan 5/5
bawah : Tonus baik, fasikulasi -/- kekuatan 5/5
4
2.5. DIAGNOSIS BANDING
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Meniere's disease
2.6. DIAGNOSIS
Vertigo perifer tidak spesifik
2.7. TALAKSANA
Non medikamentosa:
Lakukan manuver Brand-Darrof 3x10 siklus per hari
Konsul dr. Gatot, Sp.S, advis:
RL 16 tpm
PCT tab 3x500mg
Betahistin 3x6mg
Flunarizin 3x10mg
Ranitidin 3x1amp
Ondansetron 3x1amp
2.8. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
5
BAB III
PEMBAHASAN
Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular
yang diprovokasi oleh gerakan kepala
Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual. serangan
6
biasanya dicetuskan oleh gerakan objek sekitar, misalnya di tempat
keramaian atau lalu lintas macet.
Perbedaan kedua jenis vertigo tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Vertigo Vestibular
7
kepala. Berakhir kurang dari 1 menit dan lebih sering terjadi pada pagi hari
saat bangun tidur. Disebabkan oleh adanya debris di kanalis semisirkularis
atau di kupula. Dapat disertai dengan adanya mual, muntah, dan nistagmus
perifer.
Vestibular Neuritis: Infeksi pada vestibular nerve yang menyebabkan
degenerasi dari nerve yang disebabkan oleh virus. Vertigo terjadi secara
mendadak, bertahan dalam beberapa hari, dan sering diikuti dengan gejala
vegetatif.
Meniere’s Disease: Gangguan telinga bagian dalam yang juga dikenal
sebagai idiopathic endolymphatic hydrops, yaitu kondisi meningkatnya
tekanan hydraulic pada telinga bagian dalam. Akumulasi peningkatan tekanan
menyebabkan gejala berupa: (i) fluctuating hearing loss, (ii) occasional
episodic vertigo (biasanya sensasi berputar, terkadang sangat berat), (iii)
tinnitus, (iv) aural fullness (tekanan, ketidaknyamanan, rasa penuh pada
telinga).
8
gejala teritorial dari arteri basilar dan arteri serebri posterior, yaitu: disartri,
parestesi perioral dan ekstremitas bawah, serangan jatuh, dan skotoma atau
halusinasi visual.
Epilepsi
Epilepsi vestibuler yang disebabkan baik oleh lesi fokal dilobus temporal
gyrus superior atau korteks asosiasi parietal, yang menerima proyeksi
vestibular nilateral dari thalamus ipsilateral.
Gejala : perasaan melayang/berputar seperti mau jatuh. Gejala episodik
vertigo sebagai suatu serangan atau aura bangkitan epilepsi psikomotor.
Trauma
Merupakan sekuele yang paling sering setelah mengalami trauma kepla dan
leher serta barotrauma.
Gambaran : sindrom vertigo vestibularis sentral yang disebabkan oleh
disfungsi batang otak dan Paroxymal Positioning Vertigo klasik yang mudah
dikenali.
b. Vertigo Non Vestibular
Pemeriksaan fisik :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 22x /menit
Nadi : 87x permenit
9
Suhu : 37o C
Pemeriksaan Neurologis :
Pada pasien ditemukan nystagmus positif dengan arah gerakan horizontal pada
pemeriksaan dengan provokasi. Penegakan diagnosis vertigo dilakukan dengan
pemeriksaan Dix Hallpike untuk menemukan nystagmus. Umumnya pasen vertigo
perifer akan menunjukan nystagmus positif yang bertahan kurang lebih 40 detik.
10
Gambar 1. Pemeriksaan Dix Hallpike
Test romberg
Pemeriksa berada di belakang pasien
Pasien beridiri tegak dengan kedua tangan di dada, kedua mata terbuka
Amati selama 30 detik
Setelah itu pasien diminta menutup mata dan diamati selama 30 detik
Jika pada keadaan mata terbuka pasien sudah jatuh → kelainan serebelum
Jika pada mata tertutup pasien cenderung ke satu sisi →
vestibular/propioseptif
3.3 Tatalaksana
Penatalaksanaan pertama kali yang diberikan pada pasien vertigo adalah terapi
simptomatik dengan lama pengobatan yang bervariasi. Berikut adalah
penatalaksanaan pasien vertigo perifer vestibular.
Pasien diminta duduk di pinggir tempat tidur dengan kaki menggantung. Lalu
jatuhkan badan ke arah kanan dan kiri, pertahankan selama 30 detik, lalu duduk
kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-
11
masing diulang 5-10 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
latihan pagi dan sore hari.
Terapi Farmakologi
12
3.4 Prognosis
Prognosis penyakit vertigo perifer umumnya baik. Meskipun begitu gejala
vertigo dapat muncul berulang sehingga dapat menganggu aktivitas penderita
secara episodik, tergantung dari frekuensi serangan pada masing-masing
penderita. Pada vertigo perifer tidak terjadi gangguan dalam otak, maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa penyakit vertigo perifer tidak mengancam nyawa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Drachman DA. Dizziness. In: Feldman E. Current diagnosis in neurology, 4th ed.
Mosby year book. St Louise. 1994; 264-270
Breven M, dkk. Benign paroxysmal positional vertigo: Diagnostic criteria. J Vestib
Res. 2015. (25):105–117
Dian, sofiati, dkk. Pemeriksaan fisik dasar neurologi berbasis ilustrasi kasus catakan
I. Bandung: RS.Hasan Sadikin; 2013. P. 127-135
Aninditha T, Wiratman W. Buku ajar neurologi. Departemen neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Chap 18 hal 267-270
IDI. Panduan praktik klinik bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
Jakarta: IDI;2014. P. 269-275
Nurimaba, Nurdjaman, dkk. Pedoman Tata Laksana Vertigo. Jakarta: PERDOSSI.
2012.
Kurniawan. M, Suharjanti. I, Pinzon R.T. Acuan Panduan Praktis Klinis Neurologi.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia(PERDOSSI) Hal 133-137.
Faralli M, Cipriani L, Del Zompo MR, et al. Benign paroxysmal positional vertigo
and migraine: analysis of 186 cases. B-ENT. 2014. 10(2):133-9.
Yetiser S, Ince D. Diagnostic Role of Head-Bending and Lying-Down Tests in
Lateral Canal Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Otol Neurotol. 2015 May 1
Power L, Murray K, Szmulewicz DJ. Characteristics of assessment and treatment in
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). J Vestib Res. 2019 Dec 13
14