Anda di halaman 1dari 63

KELOMPOK V

Fasilitator : dr. Anna Marthea Veronicha

Anggota Kelompok :

Made Ayu Suryati FAA 118 005


As Gaby Clarita Purba FAA 118 011
Isti Rahmawati Luneto FAA 118 017
Rindayudwi Yulianty FAA 118 023
Agnes Tiffani Purba FAA 118 029
Syafi rah Rosanti Hakrah FAA 118 036
Haleyoan Sofinia FAA 118 042
Eysha Kythana FAA 118 049
Aristah Sisadhi FAA 118 056
Anjelia Krispila FAA 118 057
PEMICU 1
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke Poli Saraf RS Doris Sylvanus dengan
keluhan kedua kelopak mata turun dan tidak bisa membuka mata terutama sebelah kanan
sejak tiga hari yang lalu. Pasien menyadari kelopak mata sebelah kanan lebih turun hampir
separuhnya dari kelopak mata kiri dan terkadang disertai penglihatan ganda terutama ketika
mata lelah karena banyak membaca atau menonton televisi dalam waktu yang lama dan pulih
kembali setelah pasien beristirahat.
Pasien juga mengeluh sesak nafas hal tersebut dialami terutama saat beraktivitas tapi
juga menghilang setelah beristirahat. Selain itu pasien mengeluh kedua lengan terasa lemas,
Keluhan lemas pada kedua tangan sejak 1 bulan yang lalu. Namun semakin memberat sampai
menganggu aktivitas pada 1 minggu terakhir ini. Keluhan lemas dirasakan hilang-timbul.
Lemas terutama timbul/bertambah berat pada siang atau sore hari jika pasien beraktivitas dan
hilang/berkurang pada pagi hari setelah pasien bangun tidur atau beristirahat.
Pasien juga mengeluhkan sejak 2 bulan terakhir ini. ketika ia berbicara terlalu banyak,
semakin lama suaranya semakin serak, melemah dan bahkan menghilang tetapi pasien masih
dapat memberikan jawaban dengan jelas.
Keluhan lain seperti sulit menelan, suara sengau, sulit mengunyah, sesak nafas, pusing,
mual-muntah, bicara pelo, tremor, kesemutan/kebas/kekakuan anggota gerak, demam, batuk-
batuk lama dan penurunan berat badan disangkal oleh pasien. BAK dan BAB tidak terdapat
keluhan. 
Kata sulit
◦ Suara sengau
◦ Bicara pelo
◦ Kebas
◦ Tremor
Kata Kunci
◦ Identitas : Perempuan 45 tahun
◦ Keluhan utama :
kedua kelopak mata turun, dan sebelah kanan lebih turun dari kelopak mata kiri dan tidak bisa membuka mata
sebelah kanan
- Onset : 3 hari yang lalu
◦ Keluhan penyerta :
1. penglihatan ganda
- sifat muncul : ketika mata lelah karena banyak membaca/ menonton dan pulih ketika beristirahat
2. Sesak napas
- factor memberat : aktivitas
- factor memperingan : istirahat
3. Lengan terama lemas
- onset : 1 bulan yang lalu dan bertambah parah sejak 1 minggu terakhir
- sifat keluhan : hilang timbul
- factor yang memperberat : beraktivitas
- factor yang memperingan : beristirahat
4. Serak
- onset 2 bulan terakhir
Identifikasi masalah
◦ Mengapa Keluhan kelopak mata kanan pada pasien lebih turun hampir sepenuhnya
dari kelopak mata kiri dan terkadang disertai penglihatan ganda ?
◦ Mengapa kedua lengan pasien terasa lemas dan bersifat hilang timbul?
◦ Apa factor penyebab dari keluhan turunnya kelopak mata pada pasien?
◦ Mengapa keluahan sesak napas yang dialami pasien memberat saat aktivitas dan
hilang saat istirahat?
◦ Apa penyebab dari suara pasien yang semakin serak dan semakin menghilang?
Analisis masalah
karena ada kemungkinan pasien ini mengalami myasthenia gravis
yaitu kelemahan otot tertentu dalam tubuh pada myasthenia gravis ada dua
macam ada yang okuler dan generalisata berdasarkan keluhan utama
pertama kali pasien datang yaitu kelopak mata termasuk miastenia okuler
karena hanya mempengaruhi otot yang menggerakkan mata.
kelopak mata gejala dari miastenia okuler termasuk penglihatan
ganda adalah fokus dan kelopak mata mengapa dan menyebabkan
penglihatan ganda atau otak dengan halus mengontrol otot-otot mata agar
mata tetap selaras kelemahan otot mata menyebabkan ketidak serasian mata
yang menyebabkan mata melihat objek yang sama di dua lokasi yang
berbeda penglihatan ganda adalah gejala umum dari myasthenia gravis
karena kondisi isi ini sangat sering mempengaruhi kekuatan otot mata
Cont’
myasthenia gravis adalah suatu kondisi menyebabkan kelemahan otot
tertentu dalam tubuh biasanya saraf mengirim sinyal kuota menggunakan
bahan kimia yang disebut asetilkolin ini memberitahu otot kapan harus
bergerak pada pasien dengan myasthenia gravis sistem kekebalan tubuh
secara keliru mengganggu reseptor otot untuk asetilkolin tersebut sehingga
reseptor ini tidak berfungsi atau tidak dapat bekerja dengan baik otot-otot
yang terpengaruh mudah lelah jumlah lemahan biasanya fluktuatif dan
mungkin lebih buruk di akhir hari di sisi lain ada namanya myasthenia gravis
generall dia mempengaruhi otot-otot di seluruh tubuh selain gejala visual
myasthenia gravis generalisata dapat menyebabkan kesulitan berbicara
kesulitan menelan dan kelemahan pada lengan atau kaki
Cont’
◦ kelemahan tersebut akan menyebar melalui otot okuler otot wajah otot leher otot
ekstremitas gejala lain paling serius dari myasthenia gravis adalah kesulitan
bernafas pasien myasthenia gravis dengan insufisiensi pernapasan atau
ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan nafas paten dikatakan krisis
perempuan vokal dapat menghambat jalan nafas tetapi lebih umum saluran udara
terhambat oleh sekresi pasien yang tidak dapat dikeluarkan karena batuk terlalu
lemah
◦ Jawaban no 3 analisis :
kelemahan otot okular menyebabkan turunya kelopak mata merupakan gejala
paling awal pada pasien miastenia gravis. Penyebabnya diduga karena serangan
autoimun terhadap reseptor asetilkolin pada neurotransmiter junction
Spider web Perempuan (40 th)

Anamnesis Pemeriksaa
- Keluhan utama n fisik dan
- Keluhan penyerta penunjang

Gangguan Sistem
NeuroMuscular
Junction

Differential Diagnose:
1. Guillain barre syndrome
Diagnosis kerja : 2. Lambrtbeaton myasthenia
Miatenia Gravis syndrome
3. Sindrom horner
Hipotesis
Perempuan 45 tahun berdasarkan hasil anamnesis pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan neurologis pasien didiagnosis Miastenia Gravis
Pertanyaan terjaring
1. Interpretasikan data tambahan!
2. Jelaskan Miastenia Gravis:
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Etiologi
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
7. Faktor risiko
8. Diagnosis
9. Tatalaksana
10. Komplikasi
11. Pencegahan
12. Prognosis
3. Jelaskan tabel DD!
4. Tuliskan resep yang sesuai untuk pasien!
JAWABAN PERTANYAAN TERJARING

INTERPRETASI DATA
TAMBAHAN
Anamnesis
o Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
- Hipertensi (-)
- Kencing manis atau DM (-)
- Batuk-batuk lama (-)
- Alergi terhadap obat dan makanan (-)
- Asma (-)

Pemeriksaan fisik
o KU : tampak sakit sedang
o Kesadaran : compos mentis
o Tanda Vital:
- TD : 130/80 mmHg ( Prehipertensi)
- HR : 80x/menit
- RR : 22 x/menit (Takipnea)
- T : 37,5 OC
o Kepala /Leher
◦ Konjungtiva anemis - / -
◦ sklera ikterik - / -
◦ ptosis + / +
◦ lagoftalmus - / -
◦ pupil bulat isokor, diameter 3 mm/ 3 mm
◦ refleks cahaya langsung + / +
◦ refleks cahaya tidak langsung + / +
o Thoraks : Jantung dan Paru dalam batas normal
o Abdomen : Dalam batas Normal
o Ekstremitas
◦ Superior dan Inferior Akral hangat + / +
◦ edema - / -
Pemeriksaan Neurologis
o GCS : E4V5M6 = 15

o Tanda rangsang meningeal : -


o Nervus Kranialis
- N. I (Olfaktorius)
◦ Normosmia :+/+
- N. II (Optikus)
◦Acies visus : Baik / baik
◦Visus campus : Baik / baik
◦Lihat warna : Baik / baik
◦Funduskopi : Tidak dilakukan
- N. III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducens)
◦ Kedudukkan bola mata : Ortoposisi + / +
◦ Pergerakkan bola mata : Baik ke segala arah

◦Lagofthalmus : - / -
◦Ptosis : + / +
◦Nystagmus :-/-
◦Diplopia :+/-
◦Pupil
 Bentuk : Pupil Bulat, isokor, diameter 4mm/4mm
 Reflek cahaya langsung :+/+
 Reflek cahaya tidak langsung : + / +
- N. V (Trigeminus)
◦ Cabang Motorik
 Gerakan rahang : Baik
 Menggigit : Baik
◦ Cabang sensorik
 Ophtalmicus : Baik / baik
 Maksilaris : Baik / baik
 Mandibularis : Baik / baik
◦ Refleks
 Kornea : + / +
 Jaw reflex : - / -
- N. VII (Fascialis)
◦Motorik
Sikap wajah : Kesan mencong tidak ada
Angkat alis : Baik / baik
Mengerutkan dahi : Baik / baik
Menutup mata : Baik / baik
Menyeringai : Baik / baik
Plika nasolabialis : Tidak ada bagian yang lebih mendatar
◦Sensorik
Pengecapan lidah 2/3 depan : Baik
- N. VIII (Vestibulocochlearis)
◦ Vestibular
Vertigo : -
Nistagmus :-

◦ Koklearis: Baik / baik

- N. IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)


◦ Motorik
Kedudukan uvula : Berada di tengah
Kedudukan arcus faring : Tidak ada deviasi
Bersuara : Disfonia (+)
Menelan : Terganggu
◦ Sensorik :Baik
- N. XI (Accesorius)
◦ Mengangkat bahu : Baik / baik
◦ Menoleh : Baik / baik
- N.XII (Hypoglossus)

◦ Pergerakkan lidah: Baik • Eksteroseptif


- Nyeri : Baik / baik
◦ Menjulurkan lidah : Lurus ke depan
- Suhu : Tidak dilakukan
◦ Atrofi :- - Raba : Baik / baik
◦ Fasikulasi :- • Tes pita suara : (+) Suara pasien berangsur-angsur
◦ Tremor :- menurun dan menghilng
◦ Sistem Motorik ketika menghitung 1-20
• Refleks Fisiologis : + (Normal)
 Trofi : eutrofi
• Refleks Patologis : Negatif
 Tonus : normotonus • Fungsi Serebelar
 Kekuatan otot : - Ataxia :-
o Ekstremitas superior : 5555/5555 - Tes Romberg : Baik
- Disdiadokokinesia: Baik
o Ekstremitas inferior : 5555/5555
- Jari-jari : Baik
 Gerakkan involunter : - Jari-hidung : Baik
- Tremor :-/- - Tumit-lutut : Baik
- Chorea :-/- - Rebound phenomenon : Baik
- Atetose :-/-
- Hipotoni :-/-
• Fungsi Otonom
- Miokloni :-/-
- Miksi : Baik
- Tics :-/- - Defekasi : Baik
◦ Sistem Sensorik - Sekresi keringat : Baik
- Getar : Tidak dilakukan
- Sikap : Baik / baik
Pemeriksaan Penunjang

Hematologi
Pemeriksaan Hasil Keterangan Rujukan
Hemoglobin 13,7 Normal 11,0-16,5 g/dl
Hematokrit 41 Normal 33-45 %
Leukosit 15.000 Tinggi 3500-10.000/uL
Trombosit 248 Normal 150-500/uL
Eritrosit 5,9 Normal 4,40-5,90/uL

Fungsi Ginjal
Pemeriksaan Hasil Keterangan Rujukan

Ureum darah 29 Normal 10-50 mg/dL

Kreatinin darah 0,8 Normal P: 0.7-1,2


W: 0,5-1.0
Diabetes
Pemeriksaan Hasil Keterangan Rujukan

Gula Darah Sewaktu 89 normal < 200 mg/dL

Elektrolit Darah
Pemeriksaan Hasil Keterangan Rujukan

Natrium 138 Normal 135-147 mmol/L

Kalium 4,3 Normal 3,5-5,1 mmol/L

Klorida 106 Normal 95-107 mmol/L


Sumber :
- https://fk.uns.ac.id/static/file/GABUNGAN_MANUAL_SEMESTER_3-2012-ED.pdf
- MUHAMMAD ZUR’AN ASYROFI. 2018. HUBUNGAN SKOR GLASGOW COMA SCALE (GCS) DENGAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI IGD RSUD Dr.
H. ABDUL MOELOEK. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG .
Myasthenia Gravis
Definisi
Penyakit autoimun yang menyerang hubungan antara sistem saraf (nervus) dan
system otot (muskulus) (neuromuscular junction) yang ditandai dengan kelemahan
otot dan cepat lelah akibat adanya antibody thd AChR  jumlah AChR di NMJ
berkurang.

Sumber : Alwi I, Setiyohadi B, Sudoyo A.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed VI Jilid III. Jakarta : Interna
Publishing. 1709-1713.
Epidemiologi
Insiden Miastenia gravis mencapai 1 dari 7500 penduduk,
menyerang semua kelompok umur. Penelitian epidemiologi telah menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi penyakit Miastenia gravis dan angka
kematian yang meningkat di atas umur 50 tahun. Pada umur 20-30 tahun
Miastenia gravis lebih banyak dijumpai pada wanita. Sementara itu diatas 60
tahun lebih banyak pada pria (perbandingan ratio wanita dan pria adalah 3:2
Etiologi
Dalam MG, antibodi terhadap asetikolin (ACh) reseptor nikotinik pasca-sinaptik
terbentuk pada sambungan neuromuskuler saraf perifer. Kompleks imun antibodi-
antigen dan terkait dengan peradangan menghasilkan disfungsi yang menghambat
transmisi neuromuskuler yang normal.Pada sebagian besar pasien, antibodi IgG
menyerang reseptor asetilkolin (AChRs), tetapi mereka juga dapat diarahkan otot
kinase spesifik/muscle konase spesific (Musk).
Limfosit T juga terlibat dalam patogenesis MG, sebagai subset spesifik dari sel T
yang dikenal untuk menanggapi rangsangan antigenik dan mengaktifkan sel-sel B
AChR-spesifik . Reaksi toleransi imunitas diduga melibatkan timus (hiperplasia atau
timoma) yang terjadi pada sebagian besar pasien dengan MG.
Patofisiologi
Sumber
◦Abbas Jowkar, MD; Chief Editor: Nicholas Lorenzo,
MD.2018. Myasthenia Gravis.
https://emedicine.medscape.com/
◦Ropper AH, Brown, Robert H. ,. Adam And Victor's
Principles of Neurology. In: Myasthenia Gravis And
Related Disorders Of The Neuromuscular Junction 8 th
ed. United State of America: McGraw-Hill Medical
Publishing Division; 2005.
◦Zhu-Yi Li. 2016. China guidelines for the diagnosis
and treatment of myasthenia gravis.
Neuroimmunology and Neuroinflammation
Manifestasi klinis
◦ Kelemahan otot yang progresif pada penderita
◦ Kelemahan meningkat dengan cepat pada kontraksis otot yang berulang
◦ Pemulihan dalam beberapa menit atau kurang dari satu jam, dengan istirahat
◦ Kelemahan biasanya memburuk menjelang malam
◦ Otot mata sering terkena pertama ( ptosis , diplopia ) , atau otot faring lainnya
( disfagia , suara sengau )
◦ Kelemahan otot yang berat berbeda pada setiap unit motorik
◦ Kadang-kadang , kekuatan otot tiba-tiba memburuk
◦ Tidak ada atrofi atau fasikulasi
Cont’
Tanda dan gejala
Mata
• Ptosis, kadang-kadang bergantian dari satu mata ke mata lainnya
• Diplopia
• Kelemahan penutupan mata
Bulbar
• Disartria dengan bicara hidung
• Disfagia dengan regurgitasi hidung
• Kelemahan wajah
Cont’
Serviks
  • Kelemahan fleksor leher menyebabkan head-lag saat mengangkat dari posisi berbaring
• Kelemahan ekstensor leher yang bermanifestasi sebagai nyeri leher posterior dan
kepala-drop

Lengan
• Kelemahan ekstremitas proksimal, lengan lebih dari kaki Kelemahan ekstensor jari

Pernafasan
• Kelemahan otot interkostal dan diafragma menyebabkan gagal napas
• Penggunaan otot tambahan terkadang tidak menonjol
Klasifikasi
Kelas I Adanya kelemahan otot-otot okular, kelemahan pada saat menutup mata, dan
kekuatan otot-otot lain normal.
Kelas Iia Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau keduanya. juga terdapat
kelemahan otot-otot orofaringeal yang ringan.
Kelas Iib Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau keduanya. Kelemahan
pada otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan dibandingkan klas IIa.
Kelas IIIa Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya secara
predominan. Terdapat kelemahan otot orofaringeal yang ringan.
Kelas IIIb Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya secara
predominan. Terdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otot- otot aksial, atau
keduanya dalam derajat ringan.
Kelas IVa Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-otot aksial.
Otot orofaringeal mengalami kelemahan dalam derajat ringan.
Kelas IVb Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau keduanya secara
predominan. Selain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot anggota tubuh, otot-
otot aksial, atau keduanya dengan derajat ringan.
Penderita menggunakan feeding tube tanpa dilakukan intubasi.
Kelas V Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.
Sumber : Jowkar, Abbas. 2018. Myasthenia Gravis. University of North Carolina at Chapel Hill School of Medicine.
[Medscape]
Faktor risiko
• Penyakit timus
• Riwayat keluarga penyakit autoimun: lupus eritematosus sistemik, rheumatoid
arthritis, scleroderma
• Riwayat keluarga myasthenia gravis.
• Wanita usia < 40 tahun
• Laki-laki usia > 50 tahun
DIAGNOSIS
Anamnesis
◦ Adanya kelemahan/ kelumpuhan otot yang berulang setelah aktivitas dan membaik
setelah istirahat. Tersering menyerang otot-otot mata (dengan manifestasi: diplopi
atau ptosis), dapat disertai kelumpuhan anggota badan (terutama triceps dan
ekstensor jari-jari), kelemahan/kelumpuhan otot-otot yang dipersarafi oleh nervi
cranialis, dpat pula mengenai otot pernafasan yang menyebabkan penderita bisa
sesak.
Tes klinik sederhana:
◦ a). Tes watenberg/simpson test : memandang objek di atas bidang antara kedua
bola mata > 30 detik, lama-kelamaan akan terjadi ptosis (tes positif).
◦ b). Tes pita suara : penderita disuruh menghitung 1-100, maka suara akan
menghilang secara bertahap (tes positif).
Cont’
◦ Uji Tensilon (edrophonium chloride)
Endrofonium merupakan antikolinesterase kerja pendek yang memperpanjang kerja
acetilkolin pada nerumuscular juction dalam beberapa menit
◦ Uji Prostigmin (neostigmin)
Pada tes ini disuntikkan 3 cc atau 1,5 mg prostigmin methylsulfat secara
intramuskular (bila perlu, diberikan pula atropin 0,8 mg). Bila kelemahan itu benar
disebabkan oleh Miastenia gravis maka gejala-gejala seperti misalnya ptosis,
strabismus atau kelemahan lain tidak lama kemudian akan lenyap
Laboratorium
◦ Anti striated muscle (anti-SM)
antibody Tes ini menunjukkan hasil positif pada sekitar 85% pasien yang menderita
timoma dalam usia kurang dari 40 tahun.Sehingga merupakan 12 salah satu tes
yang penting pada penderita Miastenia gravis.
◦ Anti-muscle-specific kinase (MuSK) antibodies.
Hampir 50% penderita Miastenia gravis yang menunjukkan hasil anti-AChR Ab
negatif (Miastenia gravis seronegatif), menunjukkan hasil yang positif untuk anti-
MuSK Ab.
◦ Anti-asetilkolin reseptor antibodi
◦ Hasil dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu Miastenia gravis,
dimana terdapat hasil yang postitif pada 70%-95% dari penderita Miastenia gravis
generalisata dan 50% - 75 % dari penderita dengan Miastenia okular murni menunjukkan
hasil tes anti-asetilkolin reseptor antibodi yang positif.
◦ Elektrodiagnostik
◦ Pemeriksaan elektrodiagnostik dapat memperlihatkan defek pada transmisi neuro muscular
melalui 2 teknik : Single-fiber Electromyography (SFEMG), Repetitive Nerve Stimulation
(RNS)
◦ Gambaran Radiologi
◦ Chest x-ray (foto roentgen thorak) Dapat dilakukan dalam posisi anteroposterior dan
lateral. Pada roentgen thorak, thymoma dapat diidentifikasi sebagai suatu massa pada
bagian anterior mediastinum.
◦ MRI pada otak dan orbita sebaiknya tidak digunakan sebagai pemeriksaan rutin
◦Sumber:
Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. In:
Taut Neuromuskular. 6 th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012. med.unhas.ac.id
TATALAKSANA
Non farmakologi
◦ Memberi waktu istirahat yang cukup untuk tubuh
◦ Menjaga kondisi untuk tidak kelelahan
◦ Menghindari stress
◦ Mencegah terjadinya infeksi
Farmakologi
Cont’
◦ Anticholinesterase atau cholisnesterase inhibitor bekerja menghambat enzim
hydrolisis dari ACh pada cholinergic synapse sehingga Ach akan bekerja lebih lama
pada neuromuscular junction. Pyrodostigmine bromide dan neostigmine bromide
merupakan obat anticholinesterase yang paling sering digunakan.
Dosis awal pyrodostigmine pada orang dewasa berkisar antara 30-60 mg tiap 4-8
jam.
Sedangkan pada bayi dan anak-anak diberikan 1mg/kg dan neostagmine 0,3
mg/kg.
Dosis maksimum per hari dari pyrodostigmine adalah 360 mg atau 6 tablet.
Tymectomy
IGiv
Komplikasi
◦ Krisis maesnetik, karena pemburukan miastenia gravis. Bisa menyebabkan
kematian, karena lumpuhnya otot diafragma dan otot interkostal.
◦ Krisis kolinergik, karena pengunaan antikolinesterase yang lama.
 osteoporosis, katarak, hiperglikem
Gastritis, penyakit peptic ulcer
Pneumocystis carinii
Pencegahan
◦ Belum ada hal yang dapat mencegah miastenia gravis
◦ Mencegah parahnya miastenia gravis :
- Istirahat yang cukup
- Rutin check up
Prognosis
◦ Prognosis kesembuhan pasien MG sangat bervariasi, dapat terjadi remisi total hingga
kematian. Dengan penanganan yang baik dan terpadu, penderita MG memiliki tingkat
kesembuhan yang tinggi. Perlu diingat bahwa MG tidak dapat disembuhkan secara
sempurna. Namun, tanda dan gejala yang ditimbulkan dapat dihilangkan/dikurangi.
◦ Pada Miastenia gravis Ocular, dimana kelemahan pada mata menetap lebih dari 2 tahun,
hanya 10-20% yang berkembang menjadi Miastenia gravis generalisata.
Penanganan dengan steroid dan imusupresi masi kontroversial.
◦ Grob melaporkan angka kematian 7 %, membaik 50 % dan tidak ada perubahan 30 %.(1)
◦ The mortality rate of MG is 30%. With also the development of mechanical ventilation
and intensive care technique, nowadays the mortality (due to directly MG or indirectly
other complication) decreases to below 5%.(2)
◦ Ad Functionam : dubia ad Bonam
◦ Ad Vitam : dubia ad bonam
◦ Ad Sanationam: dubia ad Bonam
Diagnosis banding
MYASTHENIA GRAVIS GUILLAIN BARRE SYNDROME LAMBERT-EATON SINDROM HORNER
MYASTHENIC SYNDROM

Merupakan penyakit Penyakit pada system saraf penyakit autoimun yang Gangguan persarafan
autoimun yang tepiyang langka jarang terjadi, ditandai simpatis pada mata
menyerang menyebabkan kelemahan dengan kelemahan pada menimbulkan kumpulan
DEFINISI neuromuscular junction otot bahkan apabila parah otot dan gangguan gejala yang terdiri dari
bisa terjadi kelumpuhan otonom miosis, ptosis, dan
anhidrosis.

Adanya antibodi terhadap - Disebabkan oleh proses - Idiopatik atau adanya - Ada kerusakan atau
reseptor Ach sehingga autoimun menimbulkan sindrom paraneoplastik gangguan pada jalur
jumlah AchR di pembengkakan syaraf yang memproduksi saraf simpatis (terjadi
ETIOLOGI paralisasis)
neuromuscular junction peripheral, sehingga antibodi terhadap - dapat merupakan
berkurang mengakibatkan tidak presynaptic VGCC kongenital, didapat
adanya pesan dari otak sehingga terjadi ataupun murni herediter
untuk melakukan gerakan kegagalan pengikatan - Terganggunya serat
yang dapat diterima oleh vesikel pada membran serat simpatis secara
otot yang terserang. presinaptik yang sentral atau perifer
- Bisa karena infeksi virus, melepaskan Ach
bakteri, dan vaksinasi
MYASTHENIA GRAVIS GUILLAIN BARRE LAMBERT-EATON SINDROM HORNER
SYNDROME MYASTHENIC SYNDROM

- Ditandai suatu kelemahan - kelemahan bilateral - Otot yang melemah - Sindroma Horner’s
otot dan cepat Lelah yang progresif dan - Kesulitan berjalan terdiri dari ptosis,
- Terjadi seiring penggunaan didahului baal selama - Sensasi kesemutan di miosis, enoftalmus
otot secara berulang
2-3 minggu setelah tangan atau kaki dan anhidrosis
- Semakin berat diakhir hari
- Menghilang atau membaik mengalami demam - Fatigue - warna kemerahan di
dengan istirahat - gangguan pada N. - Dry mouth sisi wajah yang sakit
- Pada awal muncul sering Fasialis sisi bilateral, - Kesulitan berbicara
MANIFESTAS menyerang otot kelopak facial flushing, dan menelan
I KLINIS mata dan Gerakan bola kesulitan memulai - Kesulitan bernapas
mata (ptosis dan diplopia) BAK, kelainan dalam - Bladder and bowel
- Dapat menyerang otot berkeringat, dan changes
wajah: px menggeram saat penglihatan kabur - Erectile dysfunction
tersenyum serta seperti
tanpa ekspresi (blurred visions). - Ptosis
- Di otot faring: disfagia dan
suara sengau
- Bisa pada otot pernapasan :
sesak napas
MYASTHENIA GRAVIS GUILLAIN BARRE LAMBERT-EATON SINDROM HORNER
SYNDROME MYASTHENIC SYNDROM

Anamnesis : Anamnesis: Anamnesis: Anamnesis:


- Ditemukan keluhan sesuai gejala - Ditemukan keluhan sesuai - Ditemukan keluhan sesuai - Ditemukan keluhan sesuai
klinis pasien MG gejala klinis gejala klinis gejala klinis
- Kelemahan/kelumpuhan otot yang
berulang setelah aktivitas dan Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik:
membaik saat istirahat Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan akan didapatkan Pemeriksaan tulang belakang
sensibilitas, reflek fisiologis, penurunan refleks tendon dan servikal
Pemeriksaan fisik : refleks patologis dan derajat disfungsi otonom pemeriksaan penunjang:
Ditemukan adanya gambaran klinis kelumpuhan motoris.
pada pasien pemeriksaan penunjang: foto thorax , CT-Scan, MRI
Pemeriksaan penunjang: - Elektrodiagnostik (EMG)
DIAGNOSIS Pemeriksaan penunjang: - Darah lengkap, berupa - Pemeriksaan antibody
1. TES KLINIK SEDERHANA (tes pemeriksaan kimia darah (VGCC)
watenberg dan tes pita suara) secara komplit - Skrining keganasan : X-
2. FARMAKOLOGIK (uji tensilon, - EMG : kecepatan hantaran Ray / CT-scan / MRI paru
uji prostigmin) saraf menurun
3. LABORATORIUM/ TES - Pemeriksaan profil CSF
ANTIBODY (Anti striate muscle (cerebrospinal fluid) :
antibody, Anti-MuSK antibody, adanya kenaikan protein dan
Anti Ach-R antbody) jumlah sel
4. ELEKTRODIAGNOSTIK
(Repetitive Nerve
Stimulation/RNS, Singl-Fiber
Electromyography/ SFEMG)
5. RADILOGI (chest x-ray, CT-
Scan, MRI)
SUMBER
1. Gravis, Baim. 2016. Miasthenia Gravis. Diakses melalui
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-1-_-Miasthenia-Gravis.pdf pada Rabu,
15 April 2020 pukul 20.20
2. Rahayu, Tutiek. Mengenal Guillain Barre Syndrome(GBS). Jurdik Biologi FMIPA UNY. Diakses melalui
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3525-9136-1-PB.pdf pada Rabu, 15 April 2020 pukul 22.00
3. Thy, P. Nguyen., Roger, S. Taylor. 2019. Guillain Barre Syndrome. Diakses melalui
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532254/ pada Rabu, 15 April 2020 pukul 22.30
4. Wijayanti, Sri., Putra, Purna., Sudewi, Raka. 2012. Sindrom Lambert-eaton Pada Karsinoma Timus. Diakses melalui
http://www.neurona.web.id/paper/810.pdf pada Kamis 16 April 2016 01.00
5. Jayarangaiah, A., Kariyanna P. 2019. Lambert Eaton Myasthenic Syndrome. Diakses melalui
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507891/ pada Kamis, 16 April 2020 pukul 01.30
6. Unhas. 2016. SINDROM HORNER. Diakses melalui
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-2-_-Sindrom-Horner.pdf pada Kamis 16
April 2020 pukul 02.00
Resep
Dr.aa.kk
SIP.No.118000
Jl.kelinci no.1 Palangka Raya
Telp. 12345678910
Palangka Raya, 20 desember 2012

R/ pyrodostigme 60mg tab No. XLII


S 3 dd tab I cc

R/ prednison 5mg tab No. XLII


S 3 dd tab I cc

Pro : Ny. X
Umur : 45 tahun
Alamat : jln.kyky

Anda mungkin juga menyukai