Anda di halaman 1dari 68

Laporan Kasus

Ny. ND 25 Tahun dengan Status


Epileptkus
Jolanda Aprilia Sianturi, S.Ked.
Pembimbing:
dr. Hasymi Hanafiah, Sp.S

KEPANITRAAN KLINIK SMF NEUROLOGI RSUD DR. M. YUNUS FAKULTAS


KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB
1
Pendahulua
n
BAB I
PENDAHULUAN

● Status epileptikus merupakan keadaan emergensi medis berupa kejang ( seizure) persisten
atau berulang yang dikaitkan dengan mortalitas tinggi dan kecacatan jangka panjang.
Etiologi yang mendasari sangat menentukan prognosis status epileptikus. Pendekatan
penatalaksanaan status epileptikus telah mengalami perubahan dibandingkan beberapa
tahun yang lalu seiring pemahaman mengenai patofisiologi aktivitas kejang, namun
penatalaksanaan status epileptikus saat ini sangat bervariasi antar institusi karena masih
kurangnya data pendukung
Lanjutan…

Epilepsy Foundation of America (EFA) mendefinisikan Status Epileptikus sebagai kejang yang
terus-menerus selama paling sedikit 30 menit atau adanya dua atau lebih kejang terpisah tanpa
pemulihan kesadaran diantaranya. Definisi status epileptikus menurut International Leagu
Against Epilepsy (ILAE) adalah kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode waktu
tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa jika seseorang mengalami kejang persisten atau seseorang yang tidak
sadar kembali selama lima menit atau lebih harus dipertimbangkan sebagai status epileptikus.
Lanjutan…

Penulisan laporan kasus ini ditujukan untuk memenuhi tugas


kepaniteraan klinik di Bagian Neurologi RSUD DR. M. Yunus Bengkulu
dan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa/mahasiswi
kedokteran khususnya tentang “Status Epileptikus”.
BAB
II
LAPORAN KASUS
Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : Ny. DW
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat : Jl. Durian Bumi Ayu
Agama : Islam
Nomor RM : 718342
Masuk RS : 17 April 2023
Pemeriksaan : 19 April 2023
DATA
SUBJEKTIF

01 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan kejang seluruh tubuh lebih
dari 3x berlangsung kurang lebih 5 menit sejak 1 jam
SMRS.
DATA
SUBJEKTIF

01 Keluhan Tambahan
Pasien mengeluhkan sakit kepala (+) seperti ditekan diseluruh bagian
kepala, pandangan berkunang (+), kelamahan dan kesemutan anggota gerak
atas dan bawah sisi kiri. Telinga berdenging (-), mual (-), muntah (-), pusing
berputar (-), tampak kilatan cahaya pada mata (-).
DATA
SUBJEKTIF
02 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kejang lebih dari 3x berlangsung kurang lebih 5
menit sejak 1 jam SMRS. Kejang seluruh badan, disertai mata melirik ke atas,
setelah kejang pasien tampak linglung. Pasien juga mengeluhkan pusing pada
seluruh bagian kepala seperti tertekan, pandangan berkunang, serta kelemahan dan
terasa kesemutan pada anggota gerak atas dan bawah sisi sebelah kiri. Pasien tidak
sanggup mengangkat kaki dan tangan sebelah kiri pasien dikarenakan terasa lemas
dan terasa tidak ada kekuatan untuk mengangkatnya.
DATA
SUBJEKTIF
02 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien memiliki riwayat kejang berulang sejak masih kecil. Pasien rutin
meminum obat dari spesialis syaraf yaitu carbamazepin 2x400 mg dan folavit 1x1.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sebanyak 3 kali, yang disertai sakit
kepala (+) seperti ditekan dan pandangan berkunang. Pasien sudah 3 hari SMRS
tidak ada mengonsumsi obat kejang yang rutin dikonsumsi pasien. Riwayat trauma
pada kepala sebelumnya disangkal.
DATA
SUBJEKTIF
03 Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat stroke sebelumnya disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
• Riwayat kejang sebelumnya (+) sejak pasien masih kecil
DATA
SUBJEKTIF
Riwayat penyakit
04 keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa, riwayat
hipertensi, DM, dan stroke pada keluarga disangkal

05 Riwayat sosial
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

Riwayat Pengobatan
- Konsumi obat rutin carbamazepin 2x400
mg
- Folavit 1x1
DATA
SUBJEKTIF

06 Riwayat Pengobatan
• Konsumi obat rutin carbamazepin 2x400 mg namun sudah 3 hari
terakhir tidak ada mengonsumsi obat
• Folavit 1x1
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M6V5

Tekanan darah : 120/70 mmHg.

Nadi : 66 kali/menit.

Pernapasan : 20 kali/menit.

Suhu : 36,9 oC

SpO2 : 98% room air


Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Conjuctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+),
Ø pupil isokor (2 mm/2 mm), ptosis (-)
Hidung : Deviasi (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan (-), perdarahan (-)
Mulut : Sianosis (-), pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor, sariawan (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB & tiroid (-)
Telinga: Nyeri tekan tragus (-), sekret (-), deformitas (-)

Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada statis dinamis kanan=kiri, retraksi dinding
dada (-), deformitas (-)
Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan
normal
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler normal (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Status Generalis
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas-batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler (+), gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Simetris (+), jejas (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ektremitas
Akral : Hangat seluruh ekstremitas
Edema : Tidak ada (-/-)
Sianosis : Tidak ada (-/-) CRT : < 2 detik
Pemeriksaan Neurologi

Kesadaran
Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M6V5.

Gerakan tidak normal : Tidak ada.


Nervus Kranialis
Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : (-) Ditemukan tahanan pada tengkuk.


Brudzinski I : (-/-) Tidak ditemukan fleksi pada tungkai.
Brudzinski II : (-/-) Tidak ditemukan fleksi pada tungkai.
Laseque : (-/-) Tidak terdapat tahanan pada tungkai kanan
sebelum mencapai 70o, terbatas akibat nyeri
Kernig : (-/-) Tidak timbul tahanan pada tungkai kanan
sebelum mencapai 135o, terbatas akibat nyeri.
Nervus Kranialis
N-I (Olfaktorius) : Normosmia
N-II (Optikus)
Visus : 6/6
Warna : Baik
Lapang pandang : Baik
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan.
N-III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis, Abdusens)
Gerakan bola mata
Kanan : Atas, bawah, lateral, medial, atas lateral, atas medial, bawah lateral, bawah medial dalam
batas normal.
Kiri Atas, bawah, lateral, medial, atas lateral, atas medial, bawah lateral, bawah medial dalam
: batas normal.
Ptosis : (-/-).
Pupil : Isokor, bulat, ukuran 2mm/2mm.
Refleks pupil
Refleks cahaya langsung : (+/+).
Refleks cahaya tidak langsung : (+/+).
Nervus Kranialis
N-V (Trigeminus)
Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : (+) / (+)
N-V2 (maksilaris) : (+) / (+)
N-V3 (mandibularis) : (+) / (+)

(+) → pasien dapat menunjukkan tempat rangsang.


(+) → pasien dapat menunjukkan tempat rangsang.
Motorik : Trismus (-), risus sardonikus (-),
: mengunyah (+)
Refleks kornea Normal
Nervus Kranialis
N-VII (Fasialis)
Sensorik (indra pengecap) : +
Motorik
Angkat alis : (+/+)
Menutup mata : (+/+)
Menggembungkan pipi : (+/+)
Menyeringai : (+/+)
Gerakan involunter : (-/-).
N-VIII (Vestibulocochlearis)
Keseimbangan
Nistagmus : (-).
Tes romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pendengaran
Pemeriksaan garpu tala : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Nervus Kranialis
N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Refleks menelan : Baik
Refleks batuk : Baik
Perasat lidah 1/3 anterior : Baik
Refleks muntah : Normal
Posisi uvula : Normal, deviasi (-)
Posisi arkus faring : Simetris
N-XI (Aksesorius)
Kekuatan M.sternocleidomastoideus :
Kekuatan M.trapezius : (+) / (+)
(+) / (+)
N-XII (Hipoglosus)
Tremor lidah : Tidak ada (-)
Atrofi lidah : Tidak ada (-)
Deviasi lidah : Tidak ada (-)
Fasikulasi : Tidak ada (-)
Pemeriksaan Motorik
Ekstremitas atas Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Kekuatan 5555 4444
Gerak Normal Normal
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Refleks fisiologis
Bisep (+) (+)
Trisep (+) (+)
Achiles (+) (+)
Patela (+) (+)
Refleks patologis
Hoffman, Tromer (-) (-)

Ekstremitas bawah
Motorik
Kekuatan 5555 44444
Gerak Normal Normal
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Refleks fisiologis
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Refleks patologis
Babinski (+) (+)
Chaddoks (+) (+)
Sensibilitas
Rasa suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rasa nyeri (+) (+)
Rasa raba (+) (+)
Kordinasi Cara Berjalan dan Keseimbangan

Romberg Test : Sulit dinilai.


Tandem Walking : Sulit dinilai.
Finger To Finger Test : Sulit dinilai.
Finger To Nose Test: Sulit dinilai.
Sistem Otonom

Miksi : BAK menggunakan foley kateter.


Defekasi : Belum ada BAB selama di rumah sakit.

Fungsi Kortikal
Atensi : Dalam batas normal.
Konsentrasi : Dalam batas normal.
Disorientasi : Dalam batas normal.
Kecerdasan : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Bahasa : Dalam batas normal.
Memori : Tidak ditemukan gangguan memori.
Agnosia : Dalam batas normal.
Uji Provokasi Nyeri
Tes Patrick : (-/-)
Tes Kontrapatrick : (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah (17 April 2023)

Pemeriksaan Darah Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Hematokrit 37 vol% 40-54 vol%
Hemoglobin 13 g/dL 12,0 - 15,0 g/dL
Leukosit 12.800/uL 4.000 - 10.000/uL
Trombosit 256.000/uL 150.000 - 450.000/uL
Kimia Darah
Glukosa Darah Sewaktu 134 mg/dL <160 mg/dL
Ureum 14 mg/dL 20 – 40 mg/dL
Creatinine 0,6 mg/dL 0,5 – 1,2 mg/dL
Elektrolit
Natrium 134 mmol/L 135 – 145 mmol/L
Kalium 3.8 mmol/L 3,4 – 5,3 mmol/L
Chlorida 104 mmol/L 50 – 200 mmol/L
Swab Antigen Covid-19 Negatif Negatif
Pemeriksaan CT-Scan Kepala Non Kontras (22 April 2023)

Experrtise:
Tampak massa berbatas tidak tegas, tepi relatif reguler, dengan komponen solid dan kistik, disertai
kalsifikasi yang ekstensif, kesan intraventrikuler lateralis yang disertai dilatasi ventrikel lateralis
kanan.
Kesan:
Suspek massa intraventrikular ec DD/central neurocytoma DD/oligodendroglioma
RESUME
● Seorang perempuan Ny. ND 25 tahun Pasien datang ke IGD RSUD M Yunus dengan
keluhan kejang berulang sebanyak 3 kali dengan masing-masing durasi kurang lebih 5
menit sejak 1 jam SMRS, pasien tidak sadar setelah kejang, kejang seluruh tubuh disertai
dengan mata melirik ke atas, kaku, tidak ada mengeluakan busa.
● Pada pemeriksaan status neurologis pada N.III, IV, VI, ditemukan pupil isokor, bulat,
ukuran 2mm/2mm. Pada pemeriksaan motorik, kekuatan gerak ekstremitas atas adalah
5555 | 4444, esktremitas bawah 5555 | 4444. Dari pemeriksaan laboratorium terdapat
leukosit meningkat : 12.200/ul. Dari pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras tampak
massa berbatas tidak tegas, tepi relatif reguler, dengan komponen solid dan kistik, disertai
kalsifikasi yang ekstensif, kesan intraventrikuler lateralis yang disertai dilatasi ventrikel
lateralis kanan, kesan: Suspek massa intraventrikular ec DD/central neurocytoma
DD/oligodendroglioma
01 02
Diagnosis Klinis Diagnosis Etiologi
Seizure, cephalgia, Massa
fatique

03
Topis
DIAGNOSIS
Intraventrikular
Tatalaksana
Non-Medikamentosa
• Komunikasi, informasi, edukasi kepada keluarga pasien mengenai keadaan
pasien.
• Monitor keadaan kejang, perbaikan nilai motorik dan memperbaiki kondisi
sakit kepala.
• Monitor keadaan umum, vital sign, dan status neurologis.
Tatalaksana
Medikamentosa
IVFD RL xx gtt Fenitoin 3x100 mg PO

Drip diazepam 2 ampul dalam D5


Ketorolac drip 1x30mg i.v
%/8 jam (Tanggal 17-04-20239)

Dexametason 3x5 mg IV Omeprazole 1x40 mg IV

Paracetamol infus k/p


Ceftriaxon 2x1 gr IV Kateter
FOLLOW UP

Tanggal S-O A P
18.04.23 S/ Pusing (+), lemas (+), mual/muntah (-), kejang (-) Obs. seizure e.c status  IVFD RL xx gtt/menit
O/ epileptikus  Fenitoin 3x100 mg po
KU : Tampak sakit sedang  Ketorolac 1x 30 mg iv
GCS E4M6V5 (Compos mentis)  Ceftriaxon 2x1 gr iv
T: 125/78 mmHg.  Omeprazole 1x40 mg iv
N: 82 kali/menit.  Dexametason 3x 5 mg iv
P: 20 kali/menit.  Paracetamol infus k/p iv
S: 36,3 oC.
SpO2: 99% dengan 02 3 lpm
Pulmo: vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Mata: ptosis (-/-), isokor 2mm/2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).
Kekuatan motorik:
5555 | 4444
5555 | 4444
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), laseque (-/-),
kernig (-).
Refleks patologis babinski (-/-), chaddock (-/-), oppenheim (-).
Uji Provokasi Nyeri: Tes Patrick: (-/-) Tes Kontrapatrick (-/-)
Sensorik:+/+
FOLLOW UP
S/ Pusing (+) mulai berkurang, lemas (+), mual/muntah (-), kejang Obs. seizure e.c Status  IVFD RL xx gtt/menit
(-) epileptikus  Fenitoin 3x100 mg po
O/  Ketorolac 1x 30 mg iv
KU : Tampak sakit sedang  Ceftriaxon 2x1 gr iv
GCS E4M6V5 (Compos mentis)  Omeprazole 1x40 mg iv
T: 125/78 mmHg.  Dexametason 3x5 mg iv
N: 82 kali/menit.  Paracetamol infus k/p
P: 20 kali/menit.
S: 36,3 oC.
SpO2: 99% dengan 02 3 lpm
Pulmo: vesikuler (+/+)ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Mata: ptosis (-/-), isokor 2mm/2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).
Kekuatan motorik:
5555 | 4444
5555 | 4444
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-),laseque (-/-), kernig (-).
Refleks patologis babinski (-/-), chaddock (-/-), oppenheim (-).
Uji Provokasi Nyeri: Tes Patrick: (-/-) Tes Kontrapatrick (-/-)
Sensorik:+/+
FOLLOW UP
20.04.2023 S/ Pusing (-), lemas (+) berkurang, mual/muntah (-), kejang Obs. seizure e.c Status  IVFD RL xx gtt/menit
(-) epileptikus  Fenitoin 3x100 mg
O/  Ketorolac 1x1
KU : Tampak sakit sedang  Ceftriaxon 2x1 gr
GCS E4M6V5 (Compos mentis)  Omeprazole 1x40 mg
T: 115/77 mmHg.  Dexametason 3x1
N: 77 kali/menit.  Paracetamol infus k/p
P: 19 kali/menit.  Pasien boleh pulang, rawat jalan
S: 36,5 C.
o

SpO2: 99% room air Terapi pulang:


Pulmo: vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)  Fenitoin 2x100 mg
Mata: ptosis (-/-), isokor 2mm/2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).  Citicolin 2x500 mg
Kekuatan motorik:  Lansoprazole1x30 mg
5555 | 5555  Dexametason 2x0.5 mg
5555 | 5555  Becom C 1x1
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), laseque
(-/-),kernig (-).
Refleks patologis babinski (-/-), chaddock (-/-), oppenheim
(-).
Uji Provokasi Nyeri: Tes Patrick: (-/-) Tes Kontrapatrick (-/-)
Sensorik:+/+
BAB III
Tinjauan
Pustaka
Pendahuluan

Status epileptikus (SE) adalah suatu kegawatdaruratan neurologis yang


membutuhkan intervensi agresif guna mencegah kerusakan sel saraf atau kematian.
Insiden tahunan SE dilaporkan berkisar antara 2,9-57 per 100.000 orang, tergantung
usia dan populasi. Diperkirakan bahwas etidaknya ada 2,5 juta kasus SE setiap tahun
di seluruh dunia. Perkiraan mortalitas akibat SE berkisar antara 17-23% dan
mortalitas bisa menjadi lebih tinggi apabila disertai keadaan-keadaan tertentu. Pada
kasus neurologi akibat SE berupa defisit neurologis berat mencapai 11% dan
perburukan fungsional mencapai 23%
Status epileptikus adalah keadaan dimana terjadi kejang berulang-ulang dan di antara dua
serangan pasien tetap tidak sadar atau pasien kejang satu kali akan tetapi lama kejang lebih
dari 30 menit. Namun sekarang setiap kali kita mendapatkan pasien kejang sudah sudah
dianggap sebagai SE atau apabila sudah berlangsung lebih dari 5 menit. 1

Gambaran klinis SE mencakup aktivitas motorik tonik dan atau klonik kontinyu yang
berhubungan dengan gangguan kesadaran yang jelas. Kebanyakan kasus SE (75%) gejalanya
mudah terlihat dan mencakup kejang umum berulang tanpa pemulihan sempurna di antara
kejang. 1
Definisi

Bangkitan / serangan kejang adalah letupan akibat lepas muatan listrik sel neuron SSP mendadak,
serentak, berlebihan, abnormal dan sementara.
Epilepsi adalah kondisi klinis penderita cenderung dapat serangan kejang epileptik berulang.
Status epileptikus
Dari penelitian terdahulu status epileptikus didefinisikan sebagai terjadinya kejang yang kontinyu terjadi
lebih dari 1 jam, namun dari penelitian klinis selanjutnya menunjukkan bahwa perubahan pada otak bisa
terjadi ketika serangan ini berlangsung selama 30 menit, oleh sebab itu waktu serangan epilepsi ini lebih di
persingkat.
Epilepsy Foundation of America mendefinisikan status epileptikus adalah bangkitan yang berlangsung
lebih dari 30 menit atau dua/lebih bangkitan dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran.
Epidemiologi
Perbandingan antara terjadinya kasus status epileptikus antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Tidak
ada perbedaan perbandingan terhadap angka terjadinya kasus status epileptikus pada ras/suku tertentu.
Frekwensi lebih tinggi pada usia muda, dan insidensi meningkat seiiring bertambahnya usia. Lebih dari 70%
kasus status epileptikus terjadi pada anak-anak, namum insidensi status epileptikus pada beberapa penelitian,
ditemukan lebih tinggi pada populasi yg berusia lebih dari 60 th dengan angka kejadian 83 kasus per 100.000
populasi, serangan sering terjadi pada usia 15-91th dengan usia rata-rata 62th.
Patofisiologi

Otak terdiri dari jutaan sel neuron yang satu dengan lainnya saling berhubungan. Hubungan antar
neuron tersebut terjalin melalui impuls listrik dengan bahan perantara kimiawi yang dikenal
sebagai neurotransmiter.
Dalam keadaan normal, lalu-lintas impuls antar neuron berlangsung dengan baik dan lancar. Apabila
mekanisme yang mengatur lalu-lintas antar neuron menjadi kacau dikarenakan breaking system
pada otak terganggu maka neuron-neuron akan bereaksi secara abnormal. Neurotransmiter yang
berperan dalam mekanisme pengaturan ini adalah Glutamat, yang merupakan brain’s excitatory
neurotransmitter dan GABA (Gamma Aminobutyric Acid), yang bersifat sebagai brain’s
inhibitory neurotransmitter. Golongan neurotransmiter lain yang bersifat eksitatorik adalah
aspartat dan asetil kolin, sedangkan yang bersifat inhibitorik lainnya adalah noradrenalin,
dopamine, serotonin (5-HT) dan peptida.
Klasifikasi
Status epileptikus diklasifikasikan menjadi :
Status epileptikus konvulsiv (Generalized convulsive SE)
Status epileptikus non konvulsiv
Epilepsi parsial kontinyu

Status epileptikus konvulsiv (Generalized convulsive SE)


Tipe ini merupakan tipe yang sering terjadi dan tipe yang cenderung berbahaya dari
epileptikus, generalized dissini berarti mengarah pada aktivitas listrik pada korteks
yang berlebihan dan abnormal. Sementara convulsive mengarah pada aktivitas
motorik dari kejang.
Pada status epileptikus non konvulsiv, dibagi
menjadi 2 kategori:
● SE absence
● Partial kompleks
Epilepsi parsial kontinyu
Epilepsi parsial kontinyu merupakan
serangan kejang yang berasal dari area
korteks cerebri dan tidak ada
perubahan pada kesadaran. Status
epileptikus fokal dapat terjadi di semua
regio korteks. Ketika menyerang
kortex motorik cerebri, gejala yang
timbul berupa kedutan yang repetitif,
ritmik dan fokal pada wajah maupun
bagian tubuh lainnya. Biasanya pasien
tetap sadar.
Etiologi
Faktor penyebab :
Tumor otak
Infark serebri
Meningitis
Trauma
Ensefalitis
Faktor pencetus :
Minum OAE tidak teratur
Penghentian OAE mendadak
Bila withdrawal peminum alkohol/
pecandu obat penenang.
Infeksi sistemik
Gangguan metabolik dengan akibat
gangguan keseimbangan elektrolit
● Pemeriksaan Penunjang
● 1. Elektroencephalography (EEG)
● 2. Brain imaging
● 3. pemeriksaan laboratorium
● Tatalaksana
● Status epileptikus (SE) tonik klonik merupakan keadaan kegawatdaruratan neurologis
yang membutuhkan tindakan cepat dan tepat. Status epileptikus perlu di hentikan, karena:
● Semakin lama kejang berlangsung semakin sulit di kontrol dan semakin banyak kerusakan
sel otak. Kerusakan sel otak terutama oleh bangkitan eksistasi yang terus menerus dan
bukan oleh komplikasi aktivitas kejangnya.
● Tetapi, faktor sistemik (hiperpireksia) dapat menimbulkan kerusakan sel otak.
● Oleh karenanya sebaiknya seizure dapat dihentikan dalam waktu 30 menit baik secara
klinik maupun elektronik.
● Prinsip penanganan SE adalah hentikan kejang segera dan jangan menunda
pemberian obat anti kejang karena takut efek samping dari obat yang akan
menghentikan henti nafas.
● Penatalaksanaan SE harus dimulai dengan penanganan 5B (Breathing, Blood, Brain,
Bowel, Bladder) untuk menstabilkan kondisi pasien. Suhu badan, tekanan darah,
bacaan elektrokardiogram, serta fungsi respirasi harus dipantau. “Pulse oximetry”
atau analisa gas darah arteri dilakukan untuk memeriksa oksigenasi. Bantuan nafas
diberikan jika diperlukan, selanjutnya dipasang jalur intravena untuk rehidrasi dan
penggunaan vasopresor mungkin diperlukan jika pasien mengalami hipotensi.
STADIUM PENATALAKSANAAN
Stadium I (0-10 menit)  Memperbaiki fungsi kardio respirasi
 Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen, resusitasi

Stadium II (1-60 menit)  Pemeriksaan status nerologik


 Penukuran tekanan darah, nadi, dan suhu
 EKG (elektro kardio grafi)
 Memasang infus paa pembuluh darah besar
 Megambil darah 50-100 cc darah untuk pemeriksaan lab
 Pemberian OAE emergensi:
Diazepam 10-20 g iv (keceatan pemberian ≥ 2-5 mg/menit atau rectal apat
diulang 15 menit kemudian)

 Memasukkan 50 cc glukosa 50% dengan atau tanpa Thiamin 250 mg intravena

Stadium III (0-60/90 menit)  Menentukan etiologi


 Bila kejang berlangsung terus selama 30 menit seteah pemberian diazepam
pertama, beri phenytoin iv 15-18mg/kg dengan kecepatan 50 mg/menit
 Memulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan
 Mengoreksi komplikasi

Stadium IV (30-90 menit)  Bila kejang tetapi tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer pasien k ICU, beri
propofol (2mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu) atau thiopentone (100-250 mg bolus
iv pemberian dalam 20 menit, dilanjutkan dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit),
dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan klinis atau bangkitan EEG terakhir,
lalu dilakukan tapering off
 Memantau bangkitan dan EEG, tekanan intracranial, memulai pemberian OAE
dosis rumatan
TIPE TERAPI PILIHAN TERAPI LAIN
SE Lena Benzodiazepine IV/Oral Valproate IV

SE Parsial Kompleks Clobazam Oral Lorazepam/phenyton/Phenobarbital IV

Benzodiazepin, lamotrigine, topiramate, mthylphenidate,


SE Lena atipikal Valproate Oral sterod oral

Methylhenidate, steroid
SE tonik Lamotrigine oral
Anastesia dengan thiopentone, phenobarbital, propofol
SE nonkonvulsivus pada pasien Phentoin IV atau Phenobarbtal atau midazolam
koma
OBAT DOSIS DEWASA

MIDAZOLAM 0,1-1 mg/kgBB dengan kecepatan pemberian 4 mg/menit dilanjutkan dengan


pemberian 0,05-0,4 mg/kgBB/jam melalui infuse

THIOPENTHONE 100-250 mg bolus, diberikan dalam 20 detik kemudian dilanjutkan denan bolus 50 mg
setiap 2-3 menit samapai bangkitan teratasi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian
dalam infus 3-5 mg/kgBB/jam

PENTOBARBITAL 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan 25 mg/menit, kemudian 0,5-1 mg/kgBB ditingkatkan
sampai 1-3 mg/kgBB/jam

PROPOFOL 2 mg/kgBB kemudian dtingkatkan menjadi 5-10 mg/kgBB/jam


● Perawatan
Lama perawatan
● Status epileptikus pada grandmal epilepsi → segera setelah status epileptikus
teratasi 1-3 hari
● Status epileptikus pada epilepsi fokal → tergantung kausanya, 3-4 minggu.
Indikasi rawat inap
● Status epileptikus
● Bangkitan berulang
● Kasus bangkitan pertama
● Epilepsi intraktabel
Komplikasi
● Hipertermi
● Gangguan perkembangan asam-basa, elektrolit
● Gangguan pernafasan
● Hipotensi
Prognosis
● Beberapa faktor membantu menentukan prognosis pasien dengan SE. Etiologi merupakan
determinan keluaran yang penting, angka mortalitas yang tinggi terlihat berhubungan
dengan etiologi yang berupa hipoksia, anoksia, penyakit serebrovaskular, perdarahan dan
abnormalitas metabolik. Selain itu durasi SE juga merupakan determinan prognosis yang
penting. Terapi yang tepat untuk kejang berkepanjangan atau berulang, mencegah SE
yang akan terjadi. Dengan durasi SE yang lebih panjang, pemenuhan kebutuhan
metabolik otak yang meningkat menjadi lebih sulit, dan bisa terjadi beberapa penyulit
sistemik dan neurologis. Hilangnya autoregulasi sistemik bisa menyebabkan komplikasi
seperti hipotensi, hipoksia, hipoglikemia, asidosis metabolik, hiperpireksia, dan gagal
nafas. 1,2
Kesimpulan
● Status epileptikus adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau
dua/lebih bangkitan dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran.
● Pada timbulnya kejang, ada tiga kejadian yang saling terkait: Fungsi neuron
penghambat (inhibitorik) kerjanya kurang optimal sehingga terjadi pelepasan
impuls epileptik berlebihan; Fungsi neuron eksitatorik berlebihan sehingga
terjadi pelepasan impuls epileptik yang berlebihan; dan otak yang normal itu
sendiri juga mempunyai potensi untuk mengadakan pelepasan abnormal
impuls epileptic (sinkronisasi dari epileptic discharge)
● Diagnosis status epilepsi ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinik dalam
bentuk bangkitan epilepsi yang berlangsung selama lebih dari 30 menit atau dua/lebih
bangkitan dimana diantara 2 bangkitan tidak didapatkan pemulihan kesadaran, dan
dipastikan dengan pemeriksaan penunjang EEG.
● Tatalaksana pada status epileptikus berupa tatalaksana umum dan tatalaksana spesifik
yang sesuai dengan stadium status epileptikus.
● Prognosis pengobatan kasus baru, sekitar 70-80% akan berhenti dalam beberapa tahun
pertama. Setelah bangkitan epilepsi berhenti, dan rekurensi rendah, maka OAE bisa
dihentikan
Edukasi pasien
● Jika terjadi kejang yang berlangsung lama pada pasien status epileptikus, maka
pasien harus segera di bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
● Obat anti epilepsi harus dikonsumsi secara teratur, dan tidak boleh di hentikan
sendiri sebelum dinyatakan berhenti oleh dokter.
● Pada saat terjadi serangan kejang pada pasien, tidak boleh memasukkan makanan,
minuman ataupun obat ke dalam mulut penderita.
BAB IV
Pembahasan
Pembahasan
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien mengalami kejang e.c status
epileptikus. Hal yang didapatkan berdasarkan anamnesis yaitu pasien datang ke IGD
dengan keluhan kejang seluruh tubuh lebih dari 3x berlangsung kurang lebih 5 menit
sejak 1 jam SMRS. Durasi setiap kejang lebih kurang 5 menit. Saat kejang
berlangsung tubuh pasien kelojotan dengan mata melotot melihat keatas. Pasien tidak
sadarkan diri setelah kejang berlangsung. Pasien juga tidak ingat dengan kejadian saat
terjadinya kejang. Pasien sebelumnya pernah mengalami hal serupa sejak pasien
masih kecil. Pasien rutin mengkonsumsi obat anti kejang dari dokter spesialis saraf
yaitu carbamazepin 2x400 mg dan folavit 1x1 namun dalam 3 hari terakhir pasien
tidak mengkonsumsi obat anti kejang. Pasien juga mengeluhkan mual,muntah, nyeri
kepala dan kelehaman pada tangan dan kaki sebelah kiri.
Pada pemeriksan fisik umum didapatkan GCS normal dengan GCS E 4M6V5, tekanan darah
120/70 mmHg, dan tanda vital lain dalam batas normal, tidak ditemukan ikterik ataupun
anemis pada sklera pasien, serta pemeriksaan toraks dan abdomen dalam batas normal. Pada
pemeriksaan neurologis tidak ditemukannya tanda rangsang meningeal namun didapatkan
kelemahan kekutan motorik 4444/4444 pada tangan dan kaki sebelah kiri. Pada pemeriksaan
refleks fisiologis tidak didapatkan peningkatan refleks dan pada pemeriksaan patologis
didapatkan hasil babinsky dan chaddock negatif. Pemeriksaan penunjang yang harus
dilakukan adalah CT Scan kepala tanpa kontras. Dari hasil CT scan didapatkan tampak massa
berbatas tidak tegas, tepi relatif reguler, dengan komponen solid dan kistik, disertai kalsifikasi
yang ekstensif, kesan intraventrikuler lateralis yang disertai dilatasi ventrikel lateralis kanan,
kesan: Suspek massa intraventrikular ec DD/central neurocytoma DD/oligodendroglioma
Setelah itu, selanjutnya pasien dirawat dengan pengobatan Fenitoin 3x100
mg po sebagai OAE, Inj. Omeprazole 1x40 mg untuk mencegah stress
ulcer, Inj. Ceftriaxone 2x1 gr sebagai terapi untuk menurunkan tingkat
leukositosis, dan ketorolac 1x 30 mg iv untuk keluhan nyeri yang dirasakan
pada pasien.
KESIMPULA
N
Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan
tiba-tiba yang merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak.
Jika gangguan aktivitas listrik ini terbatas pada area otak tertentu , maka dapat
menimbulkan kejang yang bersifat parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik
terjadi di seluruh area otak maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat umum.
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan yaitu, epilepsi, kejang
demam, hipoglikemia, hipoksia, hipotensi, tumor otak, meningitis,
ketidakseimbangan elektrolit, dan overdosis obat. Meskipun penyebab dari kejang
beragam namun pada fase awal tidak perlu untuk melabelnya masuk pada kelompok
mana, karena manajemen jalan nafas dan penghentian kejang adalah prioritas awal
pada pasien dengan kejang aktif.
KESIMPULA
N

Penegakkan diagnosis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
berupa CT-Scan kepala, prognosis pada pasien dubia.
Kesimpulan
THANK YOU
!
Any questionss?

Anda mungkin juga menyukai