Anda di halaman 1dari 14

Laporan Kasus

Benign Paroxysmal Positional Vertigo

Penyaji :
dr. Florencia Vanya Vaniara

Pendamping :
dr. Junita Indah Mayasari Siregar

Program Internsip
Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Provinsi DKI Jakarta
Periode 4 Maret 2019 – 5 Juli 2019
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. H
Nomor Rekam Medis : 0003666
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cengkareng Timur RT 001/001
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pemeriksaan : 21 Juni 2018

1.2 Anamnesis Pasien


Keluhan Utama :
Pusing berputar 1 jam SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 1 jam SMRS. Keluhan pusing
dirasakan seperti lingkungan sekitar pasien yang berputar. Saat keluhan muncul
pasien tidak dapat beraktivitas. Keluhan pusing muncul setiap kali pasien
berpindah posisi misalnya dari posisi tidur ke duduk atau duduk ke berdiri dan
begitu pula sebaliknya. Keluhan dirasakan lebih ringan apabila pasien tidak
berpindah posisi dan menutup mata.
Pasien mengeluh adanya rasa mual berat bersamaan dengan pusing
berputar. Mual disertai dengan muntah sebanyak 2 kali di rumah saat diberikan
minum, muntahan berupa makanan dan minuman, tidak terdapat darah. Pasien
mengeluhkan nyeri ulu hati dan nafsu makan dikatakan normal sebelum keluhan
muncul. Pasien tidak dapat membuka mata ataupun makan dan minum saat
keluhan muncul.
Keluhan lain seperti telinga berdenging, telinga terasa penuh dan
penurunan kemampuan pendengaran disangkal oleh pasien. Keluhan tinnitus,
demam, nyeri kepala, rasa lemas atau lelah disangkal oleh pasien. Keluhan
kelemahan atau perubahan sensasi pada wajah, badan atau anggota gerak tubuh,
rasa kesemutan atau mati rasa disangkal oleh pasien. Riwayat trauma sebelumnya
disangkal oleh pasien. Keluhan pandangan kabur atau penglihatan ganda
disangkal oleh pasien. Keluhan saat buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, dan mendapat
pengobatan di UGD, keluhan membaik setelah diberikan obat suntik. Riwayat
maag juga dimiliki pasien. Riwayat infeksi telinga, hipotensi, hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, kolestrol, asma atau penyakit paru lainnya, dan
penyakit ginjal disangkal oleh pasien. Riwayat operasi, trauma atau perdarahan
pada telinga disangkal oleh pasien. Riwayat konsumsi obat-obatan rutin atau
dalam jangka panjang disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat
penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, kolestrol, asma atau
penyakit paru, dan penyakit ginjal disangkal oleh pasien.

Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Riwayat merokok dan
konsumsi alkohol disangkal oleh pasien. Riwayat konsumsi makanan dengan
kandungan tinggi kolestrol atau garam disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan dan Alergi
Pasien masih memiliki tablet betahistin dari pengobatan sebelumnya.
Riwayat alergi disangkal oleh pasien.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Status Umum dan Vital Sign
Kondisi Umum : Sedang
GCS : 15 (E4 V5 M6)
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit, regular, isi cukup
Frekuensi Nafas : 20 kali/menit, regular
Suhu Axila : 36,7oC
Skala Nyeri / VAS : 0 (Tidak ada nyeri)

Status Gizi
Berat Badan : 60 kilogram
Tinggi Badan : 165 centimeter
Body Mass Index : 22.04 kg/m2

Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor
THT
Telinga : Hiperemi -/-, edema -/-, sekret -/-, nyeri tarik -/-
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret -/-
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
Leher : JVP dalam batas normal, Pembesaran KGB (-)
Thorax
Cor Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di MCL sinistra ICS IV, kuat angkat (-)
thrill (-)
Perkusi : Batas atas ICS II, batas bawah ICS V, batas kanan PSL
dekstra ICS IV, batas kiri MCL sinistra ICS V
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus Normal / Normal
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Hangat + / + Edema - / -
+/+ -/-

Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal :
Kaku Kuduk : -
Kernig : -/-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -/-
Nervus Cranialis :
N. I (Olfaktorius)
Subjektif : Tidak ada kelainan
Objektif : Tidak di evaluasi
N. II (Optikus)
Visus : Tidak tampak kelainan
Lapang pandang : Tidak tampak kelainan
Pengenalan warna : Tidak di evaluasi
Funduskopi : Tidak di evaluasi
N. III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)
Kedudukan bola mata : Simetris
Ptosis : -/-
Nistagmus : Sulit untuk di evaluasi
Pergerakan mata : Baik ke segala arah
Strabismus : -/-
Refleks Cahaya : +/+
Refleks Akomodatif : Tidak di evaluasi
N. V (Trigeminus)
Fungsi motorik : Baik
Fungsi sensorik : Tidak di evaluasi
Refleks kornea : Tidak di evaluasi
N.VII (Facialis)
Saat istirahat : Simetris
Mengerutkan dahi : Simetris
Menutup mata : Simetris
Viscero sensorik : Tidak di evaluasi
Viscero motorik : Tidak di evaluasi
N.VIII (Oktavus)
Tes bisik : Tidak di evaluasi
Tes garpu tala : Tidak di evaluasi
Tes Romberg : Tidak di evaluasi
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Arkus Faring : Simetris
Kualitas suara : Baik, Disfoni (-), Disarti (-)
Kemampuan menelan : Disfagi (-)
Viscero sensorik : Tidak di evaluasi
Viscero motorik : Tidak di evaluasi
N. XI (Aksesorius)
M. Sternoklidomastodius : Kontraksi baik
M. Trapezius : Bahu simetris
N. XII (Hipoglosus)
Posisi Lidah : Simetris
Lidah Atropi :-
Lidah Tremor :-
Artikulasi : Baik
Fungsi Badan dan Anggota Gerak
Anggota gerak atas
Tenaga : 555 / 555
Tonus : Normal
Sensibilitas : Tidak di evaluasi
Refleks Fiologis : Tidak di evaluasi
Refleks Patologis : Tidak di evaluasi
Anggota gerak bawah
Tenaga : 555 / 555
Tonus : Normal
Sensibilitas : Tidak di evaluasi
Refleks Fisiologis : Tidak di evaluasi
Refleks Patologis : Tidak di evaluasi
Fungsi Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
Cara Berjalan : Sulit untuk di evaluasi
Test Romberg : Tidak di evaluasi
Test Finger to nose : Sulit untuk di evaluasi
Test Finger to knee : Sulit untuk di evaluasi
Fungsi Vegetatif
Kemampuan miksi : Tidak ada kelainan
Kemampuan defekasi : Tidak ada kelainan

1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium pada pasien
1.4 Diagnosis dan Diagnosis banding
Benign Paroxysmal Positional Vertigo DD Meniere’s disease, vertigo sentral

1.5 Manajemen Pasien


Medikamentosa :
- Betahistin 3 x 1 tablet (PO)
- Omeprazole 1 x 1 tablet (PO) k/p nyeri ulu hati
- Domperidon 3 x 1 tablet (PO) k/p mual

KIE
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit BPPV, penyebab
dan rencana terapi awal dan lanjutan yang akan di berikan.
- Kontrol ke poli saraf untuk penanganan lebih lanjut dan edukasi maneuver
Brand Darroft
- Mengenali gejala vertigo sehingga dapat ditangani lebih awal dan segera dibawa
ke UGD bila diperlukan
- Selama gejala berat jangan makan dan minum
- Kontrol kembali ke UGD atau poli saraf apabila keluhan memberat atau muncul
keluhan lain.

1.6 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

1.7 Resume
Pasien perempuan, 55 tahun, datang ke UGD dengan keluhan pusing
berputar sejak 1 jam SMRS. Keluhan pusing dirasakan seperti lingkungan sekitar
pasien yang berputar disertai rasa mual yang berat. Keluhan pusing muncul setiap
kali pasien berpindah posisi misalnya dari posisi tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri dan begitu pula sebaliknya, keluhan dan keluhan lebih ringan apabila
pasien tidak berpindah posisi dan menutup mata. Pasien sempat muntah 2 kali di
rumah.
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, dan mendapat
pengobatan di UGD, keluhan membaik setelah diberikan obat suntik. Riwayat
hipertensi, hipotensi, kolestrol,dan infeksi telinga disangkal oleh pasien. Riwayat
konsumsi obat-obatan sebelum keluhan muncul, disangkal oleh pasien. Riwayat
pengobatan ke dokter dan mendapat obat untuk pusing berputar (Merislon) dan
lambung (Acitral syrup) namun keluhan tidak membaik.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum cukup, GCS 15,
Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit,
tax 36,7 oC dan skala nyeri 0. Status gizi masih dalam batas normal. Status
generalis dalam batas normal. Tanda rangsang meningeal tidak ada, tinnitus tidak
ada, nistagmus sulit untuk dievaluasi, kelemahan anggota gerak tidak ada, fungsi
kordinasi dan keseimbangan sulit di evaluasi. Pada pasien tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
Pasien didiagnosis dengan Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV).
Pasien mendapatkan medikamentosa berupa betahistin, omeprazole dan
domperidon. Prognosis ad vitam bonam, prognosis ad functionam bonam dan
prognosis ad sanationam dubia ad bonam.
BAB II
PEMBAHASAN

Pasien perempuan, 55 tahun, datang ke UGD dengan keluhan pusing


berputar sejak 1 jam SMRS. Keluhan pusing dirasakan seperti lingkungan sekitar
pasien yang berputar disertai rasa mual yang berat. Keluhan pusing muncul setiap
kali pasien berpindah posisi misalnya dari posisi tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri dan begitu pula sebaliknya, keluhan dan keluhan lebih ringan apabila
pasien tidak berpindah posisi dan menutup mata. Pasien sempat muntah 2 kali di
rumah.
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, dan mendapat
pengobatan di UGD, keluhan membaik setelah diberikan obat suntik. Riwayat
hipertensi, hipotensi, kolestrol, dan infeksi telinga disangkal oleh pasien. Riwayat
konsumsi obat-obatan sebelum keluhan muncul, disangkal oleh pasien.
Etiologi vertigo umumnya dibagi menjadi 2 yaitu sentral dan peripheral.
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum.1 Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala
lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah. Perlu dicari gejala
gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi. Penderita gangguan
serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan gerak supinasi dan
pronasi tangannya secara berturut-turut (dysdiadokinesia). Percobaan tunjuk –
hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan kemudian setelah itu
menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya gejala
atakia.1,2
Vertigo perifer dapat diidentifikasi dengan episode (serangan) vertigo yang
berlangsung beberapa detik. Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa
detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak
diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan. Pada episode vertigo yang berlangsung beberapa
menit atau jam dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu dipikirkan kemungkinan tejadinya neuronitis vestibular
merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit ini,
mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak,
dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi
pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik
mungkin dijumpai nistagmus.1,2,3
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum cukup, GCS 15,
Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit,
tax 36,7 oC dan skala nyeri 0. Status gizi masih dalam batas normal. Status
generalis dalam batas normal. Tanda rangsang meningeal tidak ada, nistagmus
sulit untuk dievaluasi, kelemahan anggota gerak tidak ada, fungsi kordinasi dan
keseimbangan sulit di evaluasi. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
Pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien mendukung letak lesi
perifer, karena tidak ditemukan adanya gangguan kesadaran, gangguan saraf
kranial atau gangguan pada batang otak pasien. Terdapat beberapa jenis
pemeriksaan status neurologis yang dapat dilakukan untuk membedakan vertigo
tipe perifer atau sentral seperti test Romberg, Dix Hallpix untuk menilai
nistagmus pasien.1,3.4 Pada pasien kedua pemeriksaan ini tidak dilakukan karena
kondisi keluhan pasien yang cukup berat, dan hasil dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik lainnya cukup mengarah ke diagnosis vertigo tipe perifer.
Tatalaksana utama dari vertigo terdiri atas tatalaksana kausal, tatalaksana
simptomatik dan tatalaksana rehabilitatif.1,4 Pasien didiagnosis dengan Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Pasien mendapatkan medikamentosa
berupa dipenhidramin, omeprazole, ondansetron injeksi dan obat pulang
betahistin, omeprazole dan ondansetron. Prognosis ad vitam bonam, prognosis ad
functionam bonam dan prognosis ad sanationam dubia ad bonam.
Tujuan pemberian medikamentosa adalah untuk mengurangi gejala vertigo
yang timbul. Tatalaksana simptomatik lebih dahulu dilakukan untuk
mempermudah terapi rehabilitatif yaitu latihan Brandt Daroff pada pasien, dimana
proses perbaikan alami terjadi dalam 1 minggu dan menjadi stabil untuk
beraktivitas sehari-hari dalam 2-3 minggu, latihan Brandt Daroff dikatakan dapat
mempercepat proses adaptasi. Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan
dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan
vestibular. Timbulnya mekanisme bisa berasal baik dari system saraf tepi maupun
dari system saraf pusat, dalam usaha memperoleh keseimbangan baru sehingga
tanda kegawatan (alarm reaction) yang merupakan sebab terjadinya vertigo akan
dihilangkan.5,6,7
Tatalaksana kausal pada pasien tidak dilakukan karena perlu dicari tahu
secara lebih spesifik dimana lokasi dari otolith berada, pada telinga kanan atau
kiri, pada kanalis semisirkularis superior, kanalis semisirkularis posterior atau
kanalis semisirkularis lateral. Berdasarkan studi, sebagian besar kasus BPPV
disebabkan karena otolith yang memasuki kanalis semisirkularis posterior yang
posisinya berada dibawah saat pasien sedang dalam posisi tidur atau berdiri,
sedangkan kasus BPPV yang meliputi kanalis semisirkular lateral dan superior
lebih jarang ditemukan. Pada kasus BPPV maneuver Brandt Darroft lebih efektif
dibandingkan medikamentosa.1,7
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam, hal ini dilihat dari tidak
terganggunya fungsi organ-organ vital tubuh. Prognosis ad funtionam adalah
bonam dengan melihat fungsi keseimbangan dan pendengaran pasien yang masih
baik setelah mendapatkan medikamentosa. Sedangkan prognosis ad sanationam
adalah dubia ad bonam, karena melihat rekurensi untuk kasus BPPV cukup sering,
terutama karena sebagian besar kasus BPPV sulit ditemukan etiologinya. Edukasi
mengenai penyakit, terapi dan kemungkinan rekurensi penting pada kasus ini.6,7
BAB III
PENUTUP

Vertigo adalah perasaan subjektif seakan lingkungan penderita bergerak


atau berputar. Biasanya disertai dengan keluhan mual dan kehilangan
keseimbangan (terjatuh). Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau
bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali.
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua yaitu vertigo periferal dan vertigo
sentral. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang
disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan. BPPV pada kasus ini termasuk dalam vertigo
periferal. Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak
normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah
percabangan otak dan serebelum.
Pengobatan vertigo dapat secara kausatif, simptomatik dan rehabilitatif
bergantung pada kebutuhan masing-masing pasien. Edukasi pada pasien penting
pada kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Riyanto Wreaksoatmodjo. 2004. Vertigo : Aspek Neurologi. Bogor.


Online.
2. Wulandari S. 2013. Vertigo. http://www.academia.edu/29062606/VERTIGO
3. Kembuan, Mieke A.H.N. 2009. "Patofisiologi Vertigo". Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan FK UNSRAT Manado. 1: Hal 31-36.
4. Bashir, Khalid, Furqan Irfan, and Peter A Cameron. 2014. "Management Of
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) In The Emergency
Department".
5. Neil Bhatacharyya, MD., Samuel P. Gubbels, MD., Seth R. Schwartz, MD,
MPH. et al. 2017. Clinical Practice Guideline: Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (Update). Otolaringology-Head and Neck Surgery 156
(3S).
6. Wijayakusumah. 2008. Vertigo. Online.
http://fk.wijayakusumasby.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%2520Penyakit
%2520Saraf/Vertigo%2520%255BCompatibility%2520Mode)
7. Sutarmi, Rusdy dan Abdul Gofir. 2018. Bunga Rampai Vertigo. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai