Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus Radiologi

Cerebral Venous Thrombosis

Disusun oleh:

Cynthia Chandra

00000012210

Dibimbing oleh:

dr. Koesbandono Sp.Rad

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi

Siloam Hospital Lippo Village

Periode: 11 Februari 2019 – 2 Maret 2019


Bab I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN:
o Nama : Ny. C
o Umur : 27 tahun
o Jenis Kelamin : Perempuan
o Nomor Medical Record : SHLV 4563**
o Agama : Katolik
o Tanggal Masuk RS : 20 Desember 2018

B. ANAMNESIS
o Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyonya C datang ke Siloam Hospital Lippo Village pada tanggal 20 Desember
2018 dengan keluhan utama sakit kepala sejak 2 bulan yang lalu sebelum masuk
rumah sakit. Sakit kepala yang dirasakan seperti berdenyut atau menekan dengan
skala 4/10 dan semakin lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh adanya
kejang berulang selama 4 kali dengan durasi kurang lebih 5 menit. Kejang diawali
kebas – kebas di anggota gerak kiri dan wajah. Selain itu pasien juga mengeluh
tangan kirinya lemah dan ada muntah. Pasien menyangkal adanya pandangan
double dan tidak ada demam.

o Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah memiliki keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung.

o Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung di keluarga
pasien.

o Riwayat Sosial dan Ekonomi

Pasien sehari-hari tinggal bersama orang tua. Pasien tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum alkohol.
o Riwayat Alergi

Pasien menyangkal adanya riwayat alergi obat atau makanan

o Riwayat Pengobatan

Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan sebelumnya.

C. Pemeriksaan Fisik
o GCS : (E4, M6, V5)
o Keadaan umum : Tampak sakit sedang
o Kesadaran : compos mentis
o Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah : 120/80mmHg
 Frekuensi nadi : 68x/min
 Frekuensi nafas : 18x/min
 Suhu tubuh : 36°C
 Saturasi O2 : 98%
o Status Gizi:
 Berat Badan : 51 kg
 Tinggi Badan : 159 cm
 Status gizi : Normal
o Kulit
 Sianosis(-), Ikterik(-), lesi(-), bersisik(-)

o Kepala dan Leher


 Kepala
 Bentuk kepala normocephaly, penyebaran rambut merata dan
normal, tidak terdapat deformitas dan benjolan
 Mata

 Simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

 Hidung
 Bentuk hidung simetris, tidak terdapat secret
 Bibir
 Mukosa bibir basah, tidak ada sianosis
 Mulut
 Faring hiperemis(-), tonsil membesar(-), detritus(-), lesi(-)
 Telinga
 Bentuk telinga simetris, secret(-)
 Leher
 Tidak ada bruit karotid
o Toraks
 Inspeksi
 Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris, tidak ada luka
operasi, retraksi(-)
 Palpasi
 Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, taktil fokal fremitus
baik kiri dan kanan.
 Perkusi
 Tidak ada pembesaran jantung, suara paru sonor, batas paru-hepar
normal
 Auskultasi
 Bunyi Jantung S1/S2, Suara nafas vesikuler
o Abdomen
 Inspeksi
 Bentuk perut datar, tidak terdapat bekas luka, tidak terdapat massa,
 Auskultasi
 Bising usus terdengar dalam batas normal
 Perkusi
 Timpani pada seluruh lapang abdomen
 Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan, shifting dullness(-), hepar tidak teraba
2 jari dibawah arkus costa dan lien tidak teraba pada pemeriksaan
schuffner.
o Ekstremitas
 Tremor(-), sianosis(-), jaundice(-), anemik(+), deformitas(-), ulkus(-),
edema(-)

o Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal:
 Kaku kuduk :-
 Tanda Lasegue : > 70º / > 70º
 Tanda Kerniq : > 135º / > 135º
 Brudzinski I :-
 Brudzinski II :-

Saraf Kranial Kanan Kiri

Nervus I Normal Normal

Nervus II
 Visus 6/6 6/6
 Lapang pandang sama dengan pemeriksa sama dengan pemeriksa
 Warna normal normal

Nervus III, IV, VI


Ortoforia Ortoforia
 Sikap bola mata
Normal Normal
 Celah Palpebra
Bulat, 3 mm Bulat , 3 mm
 Pupil
+ +
 RCL
+ +
 RCTL
- -
 Nistagmus
 Pergerakan bola mata
Nervus V
 Motorik Simetris Simetris
Inspeksi
Normotonus Normotonus
Palpasi
Normal Normal
Membuka mulut
Normal Normal
Gerakan rahang
 Sensorik
Normal Normal
Sensibilitas V1
Sensibilitas V2 Normal Normal

Sensibilitas V3 Normal Normal

 Reflex Kornea Normal Normal


Nervus VII
Normal Normal
 Sikap mulut istirahat
Normal Normal
 Angkat alis, kerut dahi,
tutup mata dengan kuat
Normal Normal
 Kembung pipi
Terangkat dan Simetris
 Menyeringai Terangkat dan Simetris

Nervus VIII

Nervus cochlearis
Normal
 Suara gesekan jari Normal
Normal Normal
Nervus vestibularis

Nervus IX,X

 Arkus faring Simetris Simetris

 Uvula Ditengah Ditengah

 Disfoni - -
- -
 Disfagi
Normal Normal
 Reflex faring

Nervus XI

 Sternocleidomastoid Normal Normal

 Trapezius Normal Normal


Nervus XII

 Deviasi -
-
 Atrofi -
-
 Tremor -
-
Normal
 Menjulurkan lidah Normal
Normal Normal
 Kekuatan

Motorik

 Inspeksi :
 Tonus otot :

Normotonus Normotonus

Normotonus Normotonus

 Kekuatan motorik :

5555 3333

5555 5555

 Gerakan involunter : tidak ada

 Refleks fisiologis :

Kanan Kiri

Biceps +2 +2

Triceps +2 +2

KPR +2 +2

APR +2 +2

 Reflex pathologis :

Kanan Kiri

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Hoffman Schaffer - -

Gordon - -
Schaffer - -

Sensorik
Kanan Kiri
Ekstremitas atas
-Raba (+) (+)
-Nyeri (+) (+)
-Posisi sendi (+) (+)
-Getar (+) (+)
Ekstremitas bawah
-Raba (+) (+)
-Nyeri (+) (+)
-Posisi sendi (+) (+)
-Getar (+) (+)

Koordinasi

 Tes tunjuk hidung : normal


 Tes tumit lutut : normal
 Disdiadokokinesis : normal
Otonom

 Miksi : normal
 Defekasi : normal

o Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal

Hemoglobin 13.60 g/dL 11.7-15.50


Hematokrit 44.10 % 35.00 – 47.00

Eritrosit (RBC) 5.33 106/µL 3.80-5.20

Leukosit (WBC) 8.86 103/µL 3.60 – 11.00

Platelet Count 317 103/µL 150.00 – 440.00


Differential Count
Basophil 0 % 0–1
Eosinophil 2 % 1–3
Band neutrophil 3 % 2–6
Segment neutrophil 72 % 50 – 70
lymphocyte 16 % 25 – 40
Monocyte 7 % 2–8
ESR 3 mm/hours 0-20
MCV 82.70 fL 80.00 – 100.00
MCH 25.50 Pg 26.00 – 34.00
MCHC 30.80 g/dL 32.00 – 36.00
PT 10.30 Seconds 9.4-11.3
APTT 34.50 Seconds 27.70-40.20
SGOT 11 U/L 0 – 32
SGPT 20 U/L 0 – 33
Ureum 32.0 mg/dL < 50.00
Creatinine 0,59 mg/dL 0.5 – 1.1
eGFR 145.2 mL/mnt/1.73 m2 ≥ 60.00
Gula Darah Sewaktu 125.0 mg/dL < 200.0
Sodium (Na) 139 mmol/L 137 – 145
Kalium (K) 4.5 mmol/L 3.6 – 5.0
Clorida (Cl) 104 mmol/L 98 – 107
D-dimer 4.02 µg/mL 0.00 – 0.3
Thrombocyte Aggregation
Agregasi + 1 µM ADP 3.9 % 0.5 – 14.3
Agregasi + 2 µM ADP 48.0 % 12.3 – 32.1
Agregasi + 5 µM ADP 58.6 % 41.6 – 76.4
Agregasi + 10 µM ADP 63.9 % 57.5 – 89.1
Conclusion Cenderung Hiperagregasi
Bilirubin
Total Bilirubin 0.22 mg/dL 0.20 – 1.2
Direct Bilirubin 0.22 mg/dL 0.00 – 0.50
Indirect Bilirubin 0.10 mg/dL 0.00 – 0.70
Lipid Profile
Total Cholesterol 137 mg/dL < 200
HDL Cholesterol 45.0 mg/dL >= 60
LDL Cholesterol 74 mg/dL < 100
Trygliceride 162 mg/dL 50 - 150
Apo A1 120 mg/dL 122 – 161
Apo B 82 mg/dL 69 – 105
Ratio APO B : APO A1 0.68 0.8 – 1.0
Small – Dense LDL 0.9 > 1.2
Fasting Blood Glucose 87.0 < 100

 Pemeriksaan MRI Kepala dan MR Venography


Teknik :
Multiplanar T1, T2, FLAIR, DWI dan ADC Scans Kepala serta MRV tanpa
dan dengan kontras Gadovist 1 mmol/ml sebanyak 5 mL serta MRA kepala
dengan teknik 3D TOF.
Ditemukan :
 Tampak Infark Hemoragik dengan luxury perfusion di subcortical
lobus frontal bilateral (terutama kanan)
 Pasca pemberian kontras, masih tampak filling defect di dalam
sinus sagitalis superior terutama di aspek anterior. Filling kontras
di cerebral sinus lainnya tampak baik
 Tampak arachnoid cyst di parietal kanan parasagittal (ukuran +/- 2,6
x 3 x 1,65 cm)
 Midline Shift / efek massa : tidak ada
 Basal Ganglia, Thalamus : Normal
 Kapsula Interna : Normal
 Midbrain, Pons, Medulla : Normal
 Cerebellum : Normal
 Ventrikel : Normal
 Sisterna Basalis : Normal
 Arteri Intrakranial : Normal
 Sella : Normal
 Orbita : Normal
 Sinus Paranasal dan Mastoid : Normal
 CV Junction : Normal
 Tulang : Normal

MR Cerebral Angiografi

 Arteri Karotis Interna Kanan : Normal


 Arteri Karotis Interna Kiri : Normal
 Arteri Cerebri Media kanan : Normal
 Arteri Cerebri Media kiri : Normal
 Arteri Cerebri Anterior kanan : Normal
 Arteri Cerebri Anterior kiri : Normal
 Arteri Comunicans Anterior : Normal
 Arteri Vertebralis Kanan : Normal
 Arteri Vertebralis Kiri : Normal
 Arteri Basilaris : Normal
 Arteri Cerebri Posterior Kanan : Normal
 Arteri Cerebri Posterior Kiri : Normal
 Arteri Comunicans Posterior Kanan : Normal
 Arteri Comunicans Posterior Kiri : Tidak Tervisualisasi

MR Venography:

Tampak Defek/thrombosis pada sinus sagitalis superior terutama di


aspek anterior. Telah tampak flow minimal di aspek anterior sinus
sagitalis superior. Pada MRI Kontras , tidak terlihat defek/thrombus.
Cerebral sinus lainnya tampak baik. Tidak tampak defek/thrombosis.

Kesan :

 Infark Hemoragik dengan luxury perfusion di subcortical lobus


frontal bilateral (terutama kanan)
 Hemosiderosis/bekas pendarahan subarachnoid mengisi sulci lobus
frontal bilateral
 Pasca pemberian Kontras, masih tampak filling defect di dalam
sinus sagitalis superior terutama di aspek anterior. Filling kontras di
cerebral sinus lainnya tampak baik.
 Arachnoid cyst di parietal parietal kanan parasagittal (ukuran +/- 2,6
x 3 x 1,65 cm)
 Struktur otak/intracranial lainnya dalam batas normal

 Tidak tampak malformasi vaskuler maupun SOL Intrakranial
 Defek/thrombosis pada sinus sagitalis superior terutama di aspek
anterior. Telah tampak flow minimal di aspek anterior sinus sagitalis
superior. Struktur arteri intracranial pada circullus willisi dan
vertebrobasiler dalam batas normal
 Tidak tampak stenosis signifikan, aneurisma maupun AVM
 Pemeriksaan DSA
Laporan :
DSA Cerebral
Keterangan klinis : Thrombosis sinus sagitalis superior
Arteri Carotis Kanan-Kiri, Arteri Cerebri Anterior dan Media Kanan-
Kiri:
Bifurcatio Carotis Normal. Bentuk dan Kaliber normal, tidak tampak
stenosis, aneurysma atau malformasi vaskular.
Arteri Vertebralis Kanan-Kiri, Arteri Basilaris:
Bentuk dan Kaliber normal, tidak tampak stenosis, aneurysm atau
malformasi vaskular.
Cerebral Sinus:
Filling defek kontras pada sinus sagitalis superior. Pengisian kontras pada
cerebral sinus tampak masih baik . Tidak tampak restriksi venous outflow.
Cerebral sinus lainnya dalam batas normal, filling dan flow kontras tampak
baik sampai dengan vena jugularis, bentuk dan kalibernya normal.

Kesan:
 Thrombosis sinus sagitalis superior.
 Cerebral Sinus lainnya dalam batas normal dengan filling dan flow
kontras baik.
 Sistem arteri carotis, arteri intracranial dan vertebrobasilar dalam
batas normal. Tidak tampak stenosis, aneurysma atau malformasi
vascular.

D. Resume

 Nyonya C datang ke Siloam Hospital Lippo Village pada tanggal 20


Desember 2018 dengan keluhan utama sakit kepala sejak 2 bulan yang
lalu sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala yang dirasakan seperti
berdenyut atau menekan dengan skala 4/10 dan semakin lama semakin
memberat.
 Pasien juga mengeluh adanya kejang berulang selama 4 kali dengan
durasi kurang lebih 5 menit. Kejang diawali kebas – kebas di anggota
gerak kiri dan wajah. Selain itu pasien juga mengeluh tangan kirinya
lemah dan ada muntah.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan monoparesis pada tangan kiri.
 Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan eritrosit,
segment neutrophil, D-dimer, trigyliceride, dan penurunan limfosit,
MCH, MCHC, ratio APO B : APO A1, dan Small – Dense LDL. Selain
itu pada pemeriksaan thrombocyte aggregation ditemukan cenderung
hiperagregasi.
 Pada pemeriksaan MRI, MR Venography, dan DSA ditemukan adanya
infark hemoragik dan Thrombosis sinus sagitalis superior.

E. Diagnosis Kerja
Cerebral Venous Thrombosis

F. Diagnosis Banding
 Brain tumor

G. Prognosis
o Ad Vitam : Dubia ad bonam
o Ad functionam : Dubia ad bonam
o Ad Sanationam : Dubia ad bonam

H. Tata Laksana
o Tata Laksana Farmakologis
 Heparin 20.000 IU
 Diazepam 10 mg IV
Bab II

Analisis Kasus

Pembahasan Kasus

Berdasarkan anamnesis, Nyonya C datang ke Siloam Hospital Lippo


Village pada tanggal 20 Desember 2018 dengan keluhan utama sakit
kepala sejak 2 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sakit kepala
yang dirasakan seperti berdenyut atau menekan dengan skala 4/10 dan
semakin lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh adanya kejang
berulang selama 4 kali dengan durasi kurang lebih 5 menit. Kejang
diawali kebas – kebas di anggota gerak kiri dan wajah. Selain itu pasien
juga mengeluh tangan kirinya lemah dan ada muntah. Dari hasil
anamnesis ini didapatkan gejala-gejala yang menyerupai cerebral
venous thrombosis (CVT) dimana gejala tersering yang dialami pasien
CVT adalah sakit kepala, kejang, motor, sensory/language deficits.
Gejala klinis yang timbul ini akibat dari trombosis sinus serebral
meningkatkan tekanan vena, mengganggu penyerapan cairan
serebrospinal, dan pada akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial. Peningkatan tekanan intrakranial memperburuk hipertensi
venular dan kapiler dan berkontribusi terhadap perdarahan parenkim dan
edema vasogenik dan sitotoksik yang akhirnya menyebabkan timbulnya
keluhan sakit kepala, kejang, gangguan neurologis. Namun keluhan-
keluhan seperti sakit kepala, kejang juga dapat ditemukan pada kasus
pseudotumor serebri dan brain tumor seperti glioblastoma paling sering
maka dari itu cerebral venous thrombosis didiganosis banding dengan
brain tumor (glioblastoma).
Akan tetapi jika dilihat dari faktor resiko dan epidemiologinya,
cerebral venous thrombosis lebih sering terjadi pada pasien dengan jenis
kelamin perempuan dengan usia reproduktif. Sedangkan glioblastoma
dapat terjadi pada semua usia namun lebih sering terjadi setelah usia 40
tahun dengan puncak 65 – 75 tahun dan laki-laki lebih sering terkena.
Pasien pada kasus ini berjenis kelamin perempuan dengan usia 27 tahun
termasuk usia reproduktif sehingga memiliki faktor resiko terjadinya
cerebral venous thrombosis. Namun diagnosis ini belum bisa ditegakkan
hanya dilihat dari gejala klinis dan faktor resiko. Oleh karena
pemeriksaan lainnya diperlukan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya monoparesis tangan kiri
yang menunjukkan terdapat gangguan neurologis. Hal ini sesuai dengan
gejala klinis cerebral venous thrombosis. Pada pemeriksaan
laboratorium yang mendukung diagnosis cerebral venous thrombosis
adalah ditemukan adanya peningkatan D-dimer yang menunjukkan
resiko terjadinya venous thrombosis dan pada pemeriksaan thrombocyte
aggregation didapatkan cenderung hiperagregasi. Hal ini menunjukkan
resiko terjadinya pembentukan thrombus dalam pembuluh darah tinggi.
Namun pemeriksaan fisik dan laboratorium belum cukup untuk
menyingkirkan differential diagnosis. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti MRI, MR venography dan DSA
yang merupakan pemeriksaan gold standard untuk menegakkan
diagnosis cerebral venous thrombosis.
Pada pemeriksaan MRI, MR Venography dan DSA ditemukan
adanya infark hemoragik lobus frontal bilateral dan filling defek kontras
pada sinus sagitalis superior yang menunjukkan adanya thrombosis
sinus sagitalis superior. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami pasien
yang terkena thrombosis sinus sagitalis superior yaitu adanya kejang dan
motor deficits.
Secara keseluruhan, dari anamnesis hingga pemeriksaan penunjang,
pasien dapat didiagnosis terkena cerebral venous thrombosis.
Diagnosis Kerja
Cerebral Venous Thrombosis

Cerebral Venous Thrombosis adalah kondisi dimana adanya bekuan darah


dari vena serebral pada otak. Diagnosis yang akurat dan segera mengenai Cerebral
Venous Thrombosis sangat penting, karena terapi yang tepat waktu dan benar dapat
membalikkan proses penyakit dan secara signifikan mengurangi risiko komplikasi
akut dan gejala sisa jangka panjang serta menentukan prognosis penyakit.

Jenis kelamin wanita, usia reproduktif, penggunaan kontrasepsi oral, dan


kehamilan merupakan faktor resiko terjadinya CVT. Selain itu penyakit seperti
infeksi, Protein C, protein S, and anti-thrombin defisiensi, Factor V Leiden, mutasi
prothrombin G20210A, antiphospholipid syndrome, polycythemia,
thrombocythemia, cerebral vascular malformations juga menjadi faktor resiko
penyebab CVT.

Gejala klinis cerebral venous thrombosis paling sering muncul adalah sakit
kepala, kejang, motor, sensory or language deficits, gangguan status mental,
penurunan kesadaran, diplopia, dan kehilangan penglihatan. Penegakkan diagnosis
cerebral venous thrombosis tidak bisa hanya dari gejala klinis karena gejala seperti
ini juga terdapat pada brain tumor. Oleh karena itu pemeriksaan penunjang seperti
MRI, MR Venography dan DSA dibutuhkan untuk menyingkirkan diagnosis
lainnya.

Pemeriksaan MRI dengan MR Venography adalah teknik pemeriksaan


paling sensitif untuk mendiagnosa cerebral venous thrombosis. Kombinasi sinyal
yang tidak normal dan tidak adanya flow yang sesuai pada MRV mendukung
diagnosis CVT. Pada MRI gambar dari perubahan sinus tersumbat yaitu dalam 5
hari pertama thrombus isointense pada gambar T1-weighted dan hypointense pada
T2-weighted images dikarenakan peningkatan deoxyhemoglobin. Setelah 5 hari
terjadi peningkatan sinyal pada T1 dan T2-weighted images karena
methemoglobin. Setelah 1 bulan ada pola variabel sinyal yang mungkin menjadi
isointense. Sinus yang mengalami trombosis kronis masih menunjukkan sinyal
rendah pada gradien echo (GRE) dan susceptibility-weighted image (SWI). Non-
thrombosed hypoplastic sinus tidak memiliki sinyal abnormal rendah pada
GRE/SWI. Gradient echo T2 weighted images meningkatkan diagnosis CVT
khususnya isolated cortical venous thrombosis yang ditunjukkan hypointense
tubular atau gambar bulat. Setelah injeksi kontras (gadolinium) trombus muncul
sebagai lesi isointense central pada sinus vena dengan peningkatan sekitarnya.
MRV memiliki beberapa keterbatasan termasuk terbatasnya resolusi spasial dan
saturasi sinyal aliran. Turbulen, aliran sinus yang lambat dan flow gap umumnya
terlihat pada gambar venografi TOF MR dan mungkin salah didiagnosis sebagai
trombosis.

(A) T2-weighted flair images menujukkan temporal hemorrhagic infarct. (B) T1-
weighted MRI menunjukkan sinyal hiperintense pada sinus lateral kanan dan vena
jugular sesuai thrombus.

(C) MR venography menunjukkan absence of flow (D) konsisten dengan oklusi


sinus lateral
Pemeriksaan MRI memiliki keterbatasan karena flow artifacts dapat menyebabkan
false positive dan tidak adanya sinyal hiperintense pada T1 and T2-weighted images
saat fase trombosis akut sehingga sangat sulit dibedakan dengan pembuluh darah
normal. Pemeriksaan MRV sendiri juga memiliki keterbatasan yaitu sulit
membedakan trombosis dan hypoplasia. Walaupun MRV dikombinasikan dengan
MRI, diagnosis sulit ditegakkan terutama isolated cortical vein thrombosis karena
cortical veins sangat bervariasi dalam jumlah, ukuran dan lokasi. Vena kecil yang
tersumbat pada tingkat kortikal sulit untuk diidentifikasi dengan menggunakan
MRI. Hanya oklusi vena terbesar dapat terdeteksi pada MRV sehingga terkadang
membutuhkan angiografi seperti DSA untuk menunjukkan indirect signs seperti
collateral venous pathways, atau delayed local venous drainage. Selain itu juga
untuk mengevaluasi kondisi seperti dural AVM, distal aneurisma dan dural
arteriovenous fistula pada pasien dengan venous sinus thrombosis. Oleh karena itu
DSA menjadi pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnosis cerebral
venous thrombosis.

(A) (B)

Gambar (A) dan (B) menunjukkan Tampak trombosis pada sinus sagitalis superior
( panah merah), sinus straight( panah biru) dan sigmoid dan sinus transversus (
panah kuning).
Diagnosis Banding

Brain tumor (Glioblastoma)

Glioblastoma merupakan tumor ganas yang paling umum terjadi di otak


yang berasal dari sel glial. Glioblastoma dapat terjadi pada semua usia namun lebih
sering terjadi setelah usia 40 tahun dengan puncak 65 – 75 tahun dan laki-laki lebih
sering terkena.

Gejala klinis glioblastoma adalah adanya peningkatan tekanan intracranial


menimbulkan sakit kepala dan terjadinya penurunan fungsi saraf secara progresif
disertai kejang. Glioblastoma adalah tumor yang sangat agresif, disertai dengan
berbagai komplikasi yang berkaitan dengan penyakit dan pengobatan yang
mendasarinya. Oleh karena itu diagnosis yang akurat dan cepat sangat penting
untuk mengoptimalkan kualitas hidup.

Pemeriksaan pencitraan untuk diagnosis awal glioblastoma meliputi MRI.


Pada MRI hampir semua glioblastoma meningkat dengan kontras gadolinium dan
menunjukkan massa berbentuk tidak teratur dengan pusat nekrosis hipointense.
Adanya nekrosis merupakan ciri khas glioblastoma dan baru bisa diklasifikasikan
sebagai glioblastoma menurut sistem klasifikasi WHO. Edema vasogenik yang
mengelilingi (dapat menyebabkan efek massa), perdarahan, dan distorsi atau
perpindahan ventrikel juga dapat dilihat pada pemeriksaan pencitraan. Pada sekitar
13% kasus, glioblastoma dapat muncul sebagai multifokal (lebih dari dua), lesinya
jauh (lesi kedua tidak berdampingan dengan lesi primer), atau penyakit difus, dan
telah diketahui bahwa infiltrasi tumor mikroskopis meluas biasanya telah
divisualisasikan sebelumnya dengan adanya kelainan sinyal pada MRI.
(A) Gambar T1 setelah diberikan kontras gadolinium menunjukkan tumor
glioblastoma. (B) Axial Flair menunjukkan edema vasogenik menyebabkan
efek masa pada ventrikel lateral kiri. (C) T1 pre gadolinium menunjukkan
perdarahan (warna putih) sepanjang margin lateral posterior tumor. (D)
multifocal tumor
DAFTAR PUSTAKA

1. Ferro J, Canhão P. Identification, differential diagnosis, and therapy for cerebral


venous thrombosis. Critical Care of the Stroke Patient. :501-514.

2. Davis M. Glioblastoma: Overview of Disease and Treatment. Clinical Journal


of Oncology Nursing. 2016;20(5):S2-S8.

3. Moscote-Salazar L, Alcala-Cerra G, Alvis-Miranda H, Castellar-Leones S.


Cerebral sinus venous thrombosis. Journal of Neurosciences in Rural Practice.
2013;4(4):427.

4. Bousser M-G, Ferro JM. Cerebral venous thrombosis: an update. The Lancet
Neurology. 2007;6(2):162–70.

5. Chiewvit P, Piyapittayanan S, Poungvarin N. Cerebral venous thrombosis:


diagnosis dilemma. Neurology International. 2011;3(3):13.

6. Alexander BM, Cloughesy TF. Adult Glioblastoma. Journal of Clinical


Oncology. 2017;35(21):2402–9.

7. Chamberlain MC. Radiographic patterns of relapse in glioblastoma. Journal of


Neuro-Oncology. 2011;101:319–323. doi: 10.1007/s11060-010-0251-4

8. Leach J, Fortuna R, Jones B, Gaskill-Shipley M. Imaging of Cerebral Venous


Thrombosis: Current Techniques, Spectrum of Findings, and Diagnostic
Pitfalls. RadioGraphics. 2006;26(suppl_1):S19-S41

9. Wasay M, Azeemuddin M. Neuroimaging of Cerebral Venous Thrombosis.


Journal of Neuroimaging. 2005;15(2):118-128.

Anda mungkin juga menyukai