AULIA
DR. REZA | DR. CEMARA | DR. AARON | DR. CLARISSA
OFFICE ADDRESS:
Jakarta Medan
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007 Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872 Sari, Kec. Medan Selayang 2013
WA. 081380385694/081314412212 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p re p . co . i d
ILMU
P E N YA K I T
DALAM
Soal no 1
• Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke klinik dokter umum
dengan keluhan nyeri pada ulu hati sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri
terutama setelah makan. Pasien sering terbangun pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah, namun tidak ada
demam. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat dan
mengkonsumsi obat lansoprazole selama 1 minggu namun tidak ada
perubahan. BAB dan BAK normal. Pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai adanya kelainan. Pemeriksaan laboratorium Hb 12,8 g/dL,
leukosit 8500, LED 15 mm/jam, tes fungsi hati dalam batas normal
amilase dan lipase dalam batas normal. Apakah usulan pemeriksaan
penunjang yang paling tepat?
a. Barium Meal
b. USG
c. CT Scan abdomen
d. Skintigrafi
e. Gastroscopy
• Jawaban: E. Gastroscopy
1. Dispepsia
• Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas.
• Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut
yaitu:
• nyeri epigastrium,
• rasa terbakar di epigastrium,
• rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual,
muntah, dan sendawa.
• Dispepsia yang telah diinvestigasi terdiri dari dispepsia organik & fungsional.
• Dispepsia organik terdiri dari ulkus gaster, ulkus duodenum, gastritis erosi, gastritis,
duodenitis dan proses keganasan
• Untuk dispepsia fungsional, keluhan berlangsung setidaknya selama tiga bulan terakhir
dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan.
1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17.
3.Mundt LA, Shanahan K. Serous body fluid. Graff’s Text book of urinalysis and body fluids. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Willams & Wilkins; 2011. p.241-52.
Etiology
CAP- Aspiration Pneumonia HAP- Aspiration Pneumonia
• Generally results from predominantly • Often occurs among elderly patients and
anaerobic mouth bacteria (anaerobic and others with diminished gag reflex; those with
microaerophilic streptococci, fusobacteria, nasogastric tubes, intestinal obstruction, or
gram-positive anaerobic nonspore-forming ventilator support; and especially those
rods), Bacteroides species (melaninogenicus, exposed to contaminated nebulizers or
intermedius, oralis, ureolyticus), unsterile suctioning.
Haemophilus influenzae, and Streptococcus • High-risk groups: seriously ill hospitalized
pneumoniae patients (especially patients with coma,
• Rarely caused by Bacteroides fragilis (of acidosis, alcoholism, uremia, diabetes
uncertain validity in published studies) or mellitus, nasogastric intubation, or recent
Eikenella corrodens antimicrobial therapy, who are frequently
• High-risk groups: the elderly; alcoholics; IV colonized with aerobic gram-negative rods);
drug users; patients who are obtunded; patients undergoing anesthesia; those with
stroke victims; and those with esophageal strokes, dementia, or swallowing disorders;
disorders, seizures, poor dentition, or recent the elderly; and those receiving antacids or
dental manipulations. H2 blockers (but not sucralfate).
• Hypoxic patients receiving concentrated O2
have diminished ciliary activity, encouraging
aspiration.
Pemeriksaan
Laboratorium
• CBC: leukocytosis often present.
• Sputum Gram stain.
Imaging
• Chest x-ray often reveals bilateral, diffuse patchy infiltrates and posterior
segment upper lobes. Chemical pneumonitis typically affects the most
dependent regions of the lungs.
• Aspiration pneumonia of several days’ or longer duration may reveal
necrosis (especially community-acquired anaerobic pneumonias) and even
cavitation with air-fluid levels, indicating lung abscess.
Tatalaksana
Community-acquired anaerobic aspiration pneumonia
• clindamycin (600 mg IV twice daily followed by 300 mg q6h orally).
• Intravenous penicillin G (1 to 2 million U q4 to 6h) can also still be used.
• Alternative oral agents include:
• amoxicillin-clavulanate (875 mg orally twice daily),
• amoxicillin plus metronidazole or oral moxifloxacin (400 mg orally once daily).
• Do not use metronidazole alone, as this is associated with high failure rates.
• Jawaban: C. 2(HRZE)/4(HR)3
Soal no 5
5. Tn. Martis Ashura King, 23 tahun, datang ke RS dengan keluhan
utama batuk berdahak kental warna kuning sejak 2 minggu smrs. Selain
itu pasien juga mengeluh terdapat demam ringan. Selain gejala-gejala
tersebut pasien juga mengalami peningkatan keringat pada malam hari.
Pasien juga mengaku terdapat penurunan berat badan sebanyak 3 kg
dalam 1 bulan terakhir. Pemeriksaan selanjutnya yang disarankan untuk
pasien ini adalah...
a. Foto toraks PA
b. Tes Mantoux
c. PCR TB
d. Pemeriksaan sputum ziehl neelsen
e. Kultur Lowenstein Jensen
• Jawaban: C. PCR TB
4-5. Tuberkulosis
• Penyakit infeksi yang di sebabkan oleh mycrobacterium tubercolosis
dengan gejala yang sangat bervariasi
• Kuman TB berbentuk batang, memiliki sifat tahan asam terhadap
pewarnaan Ziehl Neelsen sehingga dinamakan Basil Tahan Asam
(BTA).
Tanda dan Gejala
1. Gejala lokal/ gejala respiratorik
batuk - batuk > 2 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat
badan menurun
Pemeriksaan fisik
• Pada TB paru tergantung luas kelainan struktur paru. Umumnya terletak
di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior ,
serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah.
• Pleuritis TB kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan
di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara
napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat
cairan.
• Pada limfadenitis TB terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor),
kadang-kadang di daerah axila
Alur Diagnosis TB Dan TB Resistan Obat Di Indonesia
Terduga TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
5. Tuberculosis
dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg
(- -) (+ +) Sensitive Indeterminate Resistance
(+ -)
Tidak bisa
dirujuk
Ulangi Foto Toraks
TB RR
TB Terkonfirmasi pemeriksaan (Mengikuti alur
Bakteriologis TCM yang sama
Foto Terapi
dengan alur
Toraks Antibiotika
pada hasil
Non OAT
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan
Pengobatan
mikrokopis BTA
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan
TB Lini 1 negatif (- -) )
OAT Lini 1 dan Lini 2
Gambaran Tidak Mendukung TB;
Mendukung
TB
Bukan TB; Cari
kemungkinan penyebab
penyakit lain
Ada
Perbaikan
Tidak Ada
Perbaikan TB RR; TB Pre TB XDR
Algoritma TB
Klinis Klinis, ada
TB MDR
Nasional 2016
XDR
faktor risiko
TB TB, dan atas
Terkonfirmasi Bukan TB; Cari pertimbangan
Klinis Lanjutkan Pengobatan
kemungkinan dokter Pengobatan TB RO
TB RO
penyebab dengan Paduan Baru
penyakit lain
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB
TB
Terkonfirmasi yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
Klinis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan
gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
Pengobatan indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)
TB Lini 1
Pembagian kasus TB
a. Kasus baru c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang belum pernah mendapat Adalah pasien yang tidak mengambil
pengobatan dengan OAT atau sudah pernah obat 2 bulan berturut-turut atau lebih
menelan OAT kurang dari satu bulan. sebelum masa pengobatannya selesai.
b. Kasus kambuh (relaps) d. Kasus gagal
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya Adalah pasien BTA positif yang
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan masih tetap positif atau kembali
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan menjadi positif pada akhir bulan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan pengobatan)
positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologik dicurigai lesi aktif / Adalah pasien dengan hasil BTA
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus negatif gambaran radiologik
dipikirkan beberapa kemungkinan : positif menjadi BTA positif pada
Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll)
akhir bulan ke-2 pengobatan
Dalam hal ini berikan dahulu antibiotik selama e. Kasus kronik / persisten
2 minggu, kemudian dievaluasi.
Adalah pasien dengan hasil
Infeksi jamur pemeriksaan BTA masih positif setelah
TB paru kambuh selesai pengobatan ulang kategori 2
dengan pengawasan yang baik
Tuberkulosis
OAT kategori-1: 2(HRZE) / 4(HR)3
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru
• Jawaban: C. Nitrogliserin
6-7-8. Sindrom Koroner Akut
Sindrom Koroner Akut
• Gejala khas
Rasa tertekan/berat di bawah dada, menjalar ke lengan kiri/leher/rahang/bahu/ulu hati.
Dapat disertai berkeringat, mual/muntah, nyeri perut, sesak napas, & pingsan.
• Angina stabil:
Umumnya dicetuskan aktivtas fisik atau emosi (stres, marah, takut), berlangsung 2-5 menit,
Angina karena aktivitas fisik reda dalam 1-5 menit dengan beristirahat & nitrogliserin
sublingual.
• Jawaban: A. Osteocalcin
10-11. Osteoporosis
• Penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas
massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah.
• Compromised bone strength
• Tipe osteoporosis
• Osteoporosis tipe I pasca menopause (defisiensi esterogen)
• Osteoporosis tipe II senilis (gangguan absorbsi kalsium di usus)
• Faktor risiko osteoporosis
• Usia, genetik, lingkungan, hormon, sifat fisik tulang
• Dapat menyebabkan fraktur patologis
10. Klasifikasi Osteoporosis
10. Osteoporosis
Tanda dan Gejala
• Seringnya tanpa gejala
– silent disease
• Gejala lain yang dapat
muncul
Nyeri punggung
Fraktur patologis
Penurunan tinggi
badan
Imobilisasi
Kifosis bertambah
11. Biomarker Bone Turnover
Biochemical markers of bone turnover reflect bone formation or bone resorption. These markers (both
formation and resorption) may be elevated in high-bone-turnover states (eg, early postmenopausal
osteoporosis) and may be useful in some patients for monitoring early response to therapy.
Currently available serum markers of bone formation (osteoblast products) include the following:
• Bone-specific alkaline phosphatase (BSAP)
• Osteocalcin (OC)
• Carboxyterminal propeptide of type I collagen (PICP)
• Aminoterminal propeptide of type I collagen (PINP)
Currently available urinary markers of bone resorption (osteoclast products) include the following:
• Hydroxyproline
• Free and total pyridinolines (Pyd)
• Free and total deoxypyridinolines (Dpd)
• N-telopeptide of collagen cross-links (NTx) (also available as a serum marker)
• C-telopeptide of collagen cross-links (CTx) (also available as a serum marker)
• Tetrate-resistant acid phosphatase (TRAP)
Fraktur Kompresi pada Osteoporosis
• Wedge fractures –
collapse of the
anterior or posterior
of the vertebral body
• Biconcave
fractures – collapse
of the central portion
of both vertebral
body endplates
• Crush fractures –
collapse of entire
vertebral body
Gambaran Rontgen Pada Osteoporosis
Soal no 12
• Seorang laki-laki, 39 tahun, datang ke praktek dokter umum dengan
keluhan sesak disertai batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Pasien sejak
kecil sering mengalami batuk pilek yang berulang sehingga pasien
harus di rawat di RS. Ibu dan kakak kandung pasien sering mengalami
hal serupa. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak kurus
dengan status gizi kurang, terdapat bantuan otot pernapasan aktif,
hipersonor dan wheezing di kedua lapang paru. Pada pemeriksaan tes
keringat didapatkan kadar natrium dan klorida keringat meningkat
diatas 60 mmol/l. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Asma Bronkiale
b. Kistik Fibrosis
c. Bronkiektasis
d. TB Paru
e. PPOK
Manifestasi Klinis
• Failure to thrive in children
• Increased anterior/posterior chest diameter
• Basilar crackles and hyperresonance to percussion
• Digital clubbing
• Chronic cough
• Abdominal distention
• Greasy, smelly feces
12. Cystic Fibrosis
Pemeriksaan Lab
• Pilocarpine iontophoresis (sweat chloride test) diagnostic of CF if
sweat chloride is >60 mmol/L on two separate tests on consecutive
days.
• DNA testing may be useful for confirming the diagnosis and providing
genetic information for family members.
Pemeriksaan Imaging
• Chest x-ray focal atelectasis, peribronchial cuffing, bronchiectasis,
increased interstitial markings, hyperinflation
• High-resolution chest CT scan: bronchial wall thickening, cystic
lesions, ring shadows (bronchiectasis)
Tatalaksana
• Non Farmakologi
• Mucus clearance (using postural drainage techniques, chest percussion)
• Encouragement of regular exercise and proper nutrition
• Psychosocial evaluation and counseling of patient and family members.
• Farmakologis
• Antibiotic therapy based on results of Gram stain and culture and sensitivity of
sputum.
• Bronchodilators for patients with airflow obstruction.
• Long-term pancreatic enzyme replacement
Soal no 13
• Seorang wanita, 55 tahun, datang ke dokter praktek umum dengan
keluhan bengkak pada kaki kiri sejak 3 minggu sebelumnya. Sudah
berobat ke puskesmas namun tidak ada perbaikan. Riwayat
pengobatan limfoma. Pemeriksaan TTV dbn. Pemeriksaan fisik seperti
gambar dibawah. Stemmer sign (+)
• Apakah diagnosis yang tepat pada kasus diatas?
a. Limfangitis
b. Limfedema
c. Insuffisuensi vena kronik
d. Thrombosis vena dalam
e. Buerger disease
• Jawaban: B. Limfedema
13. Lymphoedema
Definisi
• A primary role of the lymphatic system is to transport proteins from
the interstitium to the heart.
• When the transport capacity of the lymphatic system is reduced,
proteins accumulate in the interstitium.
• Accumulated proteins attract water, which creates a high protein
swelling in the subcutaneous tissues called lymphedema.
Etiologi
Primary Lymphedema
• Occurs when the lymphatic system does not maturate properly during fetal
development.
1. Aplasia.
2. Hypoplasia.
3. Hyperplasia.
• Can be familial, genetic, or hereditary.
• Lymphedema congenital: symptoms present at birth.
• Lymphedema praecox: symptoms onset before the age of 35 (commonly
during puberty).
• Lymphedema tardum: symptoms onset at the age of 35 or after.
Etiologi
Secondary Lymphedema
• Occurs secondary to a disruption or obstruction of the lymphatic
system caused by:
1. Filariasis (#1 cause worldwide).
2. Lymph node surgery/radiation due to cancer (#1 cause in the United States).
3. Other: chronic venous insufficiency (CVI) deep vein thrombosis (DVT),
infection, surgery/trauma, lipedema, and obesity
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan
Laboratorium
• Blood urea nitrogen, creatinine, liver function tests, albumin, urine
analysis, and thyroid function tests are obtained to exclude possible
systemic causes of edema.
• Genetic testing may be practical in defining a specific hereditary
syndrome with a discret gene mutation such as lymphedema
distichiasis (FOXC2), Milroy’s disease (VEGFR-3), Meige’s disease, or
Klippel-Trenaunay-Weber syndrome.
Stemmer Sign
• Jawaban: E. Loperamide
15. IBS
• Irritable Bowel Syndrome (IBS) kelainan fungsional usus kronik
berulang dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang
berkaitan dengan defekasi atau perubahan kebiasaan buang air besar
setidaknya selama 3 bulan.
• Rasa kembung, distensi, dan gangguan defekasi merupakan ciri-ciri
umum dari IBS.
• Tidak ada bukti kelainan organik.
• Jawaban: C. Pannus
16. Rheumatoid Arthritis
• Penyakit inflamasi kronik dengan penyebab yang belum diketahui, ditandai oleh
poliartritis perifer yang simetrik.
• Merupakan penyakit sistemk dengan gejala ekstra-artikular.
• Berbagai faktor risikonya meliputi infeksi (mycoplasma, EBV, parvovirus, rubella), genetik,
wanita usia produktif.
• Terdapat:
• inflamasi dan proliferasi synovium
• Kartilago sendi menghilang
• Erosi juxtarticular
Rheumatoid Arthritis
• Skor 6/lebih: definite RA.
• Faktor reumatoid: autoantibodi terhadap IgG
Gambaran Klinis dan Patofisiologi
• GEJALA UMUM
• Demam
• Lemas
• Penurunan Berat Badan
• GEJALA LOKAL
• Poliartritis simetris terutama
pada PIP, MCP
• Kekakuan sendi >30 menit
• Sendi merah, bengkak
• Deformitas sendi
• EKSTRA-ARTIKULAR
• Nodul Rematoid
• Keratokonjungtivitis sicca
• Efusi pericardium
• Pyoderma gangrenosum
• Anemia
Terapi
1. Synthetic DMARDS 3. low-dose
glucocorticoids
2. Biologic DMARDS
O’Dell J. et al. Rheumatoid Arthtritis in Imboden JB. et al. Current Diagnosis and Treatment Rheumatology. 3rd edition. 2013
Kompetensi Dokter Umum
O’Dell J. et al. Rheumatoid Arthtritis in Imboden JB. et al. Current Diagnosis and Treatment Rheumatology. 3rd edition. 2013
Ciri OA RA Gout Spondilitis Ankilosa
Awitan
Arthritis
Prevalens Female>male, >50
tahun, obesitas
gradual
Female>male
40-70 tahun
gradual
Male>female, >30
thn, hiperurisemia
akut
Male>female,
dekade 2-3
Variabel
Inflamasi - + + +
Patologi Degenerasi Pannus Mikrotophi Enthesitis
Jumlah Sendi Poli Poli Mono-poli Oligo/poli
Tipe Sendi Kecil/besar Kecil Kecil-besar Besar
• Jawaban: C. Streptomisin
17. Efek samping OAT
Soal no 18
• Ny. Karina Gemini Halo, 30 tahun, datang ke RS dengan keluhan
bengkak pada ibu jari kaki kanan sejak 1 hari yang lalu. Keadaan ini
sering kambuh-kambuhan sejak tiga bulan yang lalu dan tidak ada
obat rutin yang diminum oleh pasien. Pada pemeriksaan didapatkan
hasil laboratorium berupa kadar asam urat 12 mg/dL. Pengobatan
yang diberikan pada pasien saat ini adalah…
a. Allopurinol
b. Probenesid
c. Indometasin
d. Amoksisilin
e. Parasetamol
• Jawaban: C. Indometasin
18. Nyeri Sendi
Gout:
• Transient attacks of acute
arthritis initiated by
crystallization of urates
within & about joints,
• leading eventually to
chronic gouty arthritis &
the appearance of tophi.
Manifestasi Klinis
• Fever, cough, shortness of breath present in almost all cases. May
be subacute or insidious.
• Lungs frequently clear to auscultation,although rales occasionally
present.
• Cyanosis and pronounced tachypnea in severe cases.
• Hemoptysis unusual.
• Spontaneous pneumothorax
22. Pneumocystis jiroveci pneumonia (PJP)
Pemeriksaan Lab Pemeriksaan Imaging
• Arterial blood gas monitoring. • PJP may appear as diffuse,
• Elevated lactate dehydrogenase unilateral, bilateral,
in majority of cases. or interstitial infiltrates on chest
x-ray or CT.
• HIV antibody test and CD4 cell Imaging may be normal in up to
count if cause of underlying one quarter of individuals.
immune deficiency state is
unclear.
• Beta-D-glucan testing may be
positive (92% sensitivity, 86%
specificity).
Tatalaksana
• Non Farmakologis
• Supplemental oxygen.
• Ventilatory support if needed.
• Prompt thoracotomy if pneumothorax develops.
• Farmakologis
• Trimethoprim-sulfamethoxazole (15-20 mg/kg trimethoprim and 75-100
mg/kg sulfamethoxazole qd) PO or IV per day divided and given q6 to 8h.
Soal no 23
• Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan peningkatan berat badan terutama di wajah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hipertensi, dengan wajah bulat dan
striae di perut. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
hiperglikemia, kadar kortisol dan androgen yang tinggi. Apakah
hormon yang meningkat sehingga menyebabkan hipertensi pada
kasus ini yang paling tepat?
a. Kortisol
b. Aldosteron
c. Androgen
d. Thyroid
e. estrogen
• Jawaban: A. Kortisol
23. SINDROM CUSHING
Sindrom Cushing
(hiperadrenokortikalism/hiperkortisolism)
• Kondisi klinis yang disebabkan oleh
pajanan kronik glukokortikoid
berlebih karena sebab apapun.
• Penyebab:
• Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
• ACTH ektopik (C/: ca paru)
• Tumor adrenokortikal
• Glukokorticod eksogen (obat)
Wondisford F E. A new medical therapy for Cushing disease? J Clin Invest. 2011)
TANDA DAN GEJALA
Tanda/gejala Frekuensi (%)
Obesitas batang tubuh 97
Muka bulan 89
Hipertensi 76
Atrofi kulit dan memar 75
Diabetes atau intoleransi glukosa 70
Disfungsi gonad 69
Kelemahan otot 68
Hirsutisme, jerawat 56
Gangguan mood 55
Osteoporosis 40
Edema 15
Polidipsi/poliuria 10
Infeksi jamur 8
(Boscaro M, Amaldi G. Approach to the Patient with Possible Cushing’s Syndrome.
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2009)
Pemeriksaan
Low-dose dexamethasone
supression test
Dexametason Suppresion Test
• The low-dose (2 mg) dexamethasone suppression test is useful to
exclude pseudoCushing’s syndrome if the previous results are
equivocal.
• The high-dose (8 mg) dexamethasone test
and measurement of ACTH by radioimmunoassay are useful to
determine the etiology of Cushing’s syndrome.
Tatalaksana
• Reseksi bedah jika penyebabnya adenoma atau tumor adrenal
• Jika bedah transsphenoidal (TSS) tidak berhasil adrenalectomydgn operasi atau
dgn obat mitotane,; ketoconazole (±metyrapone) utk ↓ kortisol
• Glucocorticoid replacement therapy
• 6–36 bulan pasca TSS
• Seumur hidup jika pasca adrenalectomy
Soal no 24
• Ny.A, 32 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut yang hilang timbul
dan diare sejak 4 bulan SMRS. Nyeri perut dirasakan pada perut
bagian tengah dan kanan bawah. Pasien juga mengeluhan berat
badan turun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/70 mmHg,
HR 85x/mnt, RR 14x/mnt dan suhu 36,7C. Pada mulut didapatkan
ulkus dangkal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan
minimal pada kuadran kanan bawah. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hemoglobin 10.2 g/dL, leukocytes 14,500/mm', Platelets
530,000/mm dan LED 48 mm/jam. Apakah kemungkinan diagnosis
pasien tersebut?
a. Giadiasis
b. IBS
c. Intoleransi laktosa
d. Kolitis ulseratif
e. Chron disease
• Kolitis ulseratif
• Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare
dengan/tanpa darah.
• Gejala lainnya meliputi tenesmus,
urgency, nyeri rektal, pasase mukus tanpa
diare.
• Nyeri tekan biasanya terdapat di kiri
bawah.
• Lokasi lesi bervariasi dari
proctosigmoiditis, lef-sided disease
sampe proksimal kolon desenden, hingga
universal colitis.
• Crohn disease
• Lesi bisa di area saluran cerna manapun.
• Gejala diare, nyeri abdomen biasanya di
kanan bawah, memberat setelah makan,
• Nyeri tekan, massa akibat inflamasi di
kanan bawah
Sepsis SIRS disertai dengan infeksi fokal Disfungsi organ akibat infeksi (SOFA
> 2)
Sepsis berat Sepsis dengan disfungsi organ Tidak ada
• Imaging
• Chest x-ray
• Other radiographic and radioisotope procedures according to
suspected site of primary
infection.
Tatalaksana Sepsis
Soal no 26
• Seorang pria, 26 tahun, datang dengan keluhan demam seperti
ditusuk sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri dada yang
memberat jika menarik napas atau berbaring. Nyeri dada berkurang
jika pasien membungkuk atau condong ke depan. Nyeri dada tidak
bertambah dengan aktivitas. Pasien tampak sakit sedang, TD 120/70,
HR 120x/menit, RR 24x/menit, T 38.2 C. Pemeriksaan fisik didapatkan
bunyi S1 dan S2 normal, friction rub (+). Pemeriksaan lab didapatkan
leukositosis. Pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardia, depresi
PR, dan ST elevasi di hampir semua lead. Diagnosis yang tepat
adalah…
a. Sindroma koroner akut
b. Endokarditis infektif
c. Gagal jantung
d. Perikarditis akut
e. Miokarditis akut
Definisi
Peradangan pada lapisan pericardium jantung,
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus.
Dapat mengakibatkan restriksi pompa jantung
yang akan berakibat terjadinya tamponade kordis.
26. Perikarditis
Diagnostic Criteria
• Chest pain: anterior chest, sudden onset, pleuritic; may
decrease in intensity when leans forward, may radiate to
one or both trapezius ridges
• Pericardial friction rub: most specific, heard best at LSB
• EKG changes: new widespread ST elevation or PR
depression
• Pericardial effusion: absence of does not exclude
diagnosis of pericarditis
• Supporting signs/symptoms:
Elevated ESR, CRP
Fever
leukocytosis
EKG
Electrocardiogram in acute pericarditis showing diffuse upsloping ST segment elevations seen best here in
leads II, III, aVF, and V2 to V6. There is also subtle PR segment deviation (positive in aVR, negative
in most other leads). ST segment elevation is due to a ventricular current of injury associated with epicardial
inflammation; similarly, the PR segment changes are due to an atrial current of injury which, in pericarditis,
typically displaces the PR segment upward in lead aVR and downward in most other leads.
Tatalaksana
• Tatalaksana Akut
• High-dose aspirin 650 to 1000 mg tid.
• Colchicine 0.5 to 0.6 mg bid should be used in combination with aspirin/NSAIDs.
Several randomized trials as well as a recent meta-analysis colchicine is effective
in both reducing symptoms and the rates of recurrent pericarditis.
• Close observation of patients when there is suspicion for cardiac tamponade,
myopericarditis, or bacterial (purulent) pericarditis.
• Avoidance of anticoagulants riks of hemopericardium
• Tatalaksana Etiologi
• Bacterial pericarditis: systemic antibiotics and surgical drainage of pericardium
• Collagen vascular disease: prednisone
• Uremia: dialysis
Soal no 27
• Tn Leomord Frostborn Paladin, 48 tahun, datang dengan keluhan
utama nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya pasien pernah
dirawat di RS dengan keluhan BAB hitam. Pada pasien didapatkan
riwayat sering minum jamu karena keluhan nyeri lutut sejak 1 tahun.
Pasien juga mengeluhkan berat badan dirasakan meningkat sejak 1
bulan terakhir. Apa kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Batu kandung ampedu
b. Uklus duodendum
c. Gastritis erosif
d. Kolesistitis
e. Pankreatitis
• Jawaban: C. Arteriografi
28-29. Peripheral Artery Disease
Term Definition
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2780264/
Pemeriksaan penunjang: pencitraan
Kontras barium enema
• Pemeriksaan sensitifitas tinggi (80-
92%) untuk deteksi diverticulosis
• Kontraindikasi:
• pasien hemodinamik tidak
stabil
• Dianjurkan hindari pada kasus akut
• resiko perforasi dan peritonitis
akibat barium (beberapa studi
nyatakan aman bila tidak ada
tanda perforasi, pilih kontras
larut air)
• Umum digunakan pada diverticulitis
kronik
• Temuan: Gambaran meniscus pada
• gambaran kontras mengisi diverticula yang terisi kontras
kantung dinding kolon, barium
Pemeriksaan penunjang: pencitraan
CT scan
• Gold standard
• Sensitifitas (79-99%) dan
spesifisitas tinggi
• Dianjurkan CT scan
abdomen dengan kontras
(per oral umumnya, kontras
IV untuk identifikasi abses
dinding kolon)
• Bisa dilakukan pada pasien
kondisi akut
• Temuan: penebalan dinding
kolon (>4 mm), diverticula,
arrowhead sign, pericolic
abscess, fistula, extrapelvic
abscess
Perbandingan pencitraan barium enema pada
diagnosis banding (1)
Polip kolon
Target sign
Temuan:
- Kubah pada gambaran
polip mengarah keluar,
sementara diverticulum
mengarah ke luar
Perbandingan pencitraan barium enema pada
diagnosis banding (2)
Chron’s disease
Tatalaksana
• Divertikulosis asimptomatik
• Tingkatkan aktivitas fisik dan asupan serat pangan serta probiotik
• Diverikulitis simptomatik tanpa komplikasi
• Analgesik : Paracetamol atau NSAIDs
• Antispasmodik : Papaverin, Mebevirine
• Antibiotik
• IV Fluid
• Pastikan kecukupan cairan & clear liquid diet
• Bila pasien usia lanjut dan tidak stabil (sakit berat): nil by mouth, total
parenteral nutrition
Tatalaksana
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
Gejala
Gejala utama yaitu rasa nyeri pada
persendian pergelangan tangan dekat
bagian bawah ibu jari. Gejala lainnya
mencakup:
• Rasa nyeri setelah terjadi peningkatan
aktivitas yang melibatkan pergelangan
dan tangan
• Rasa nyeri berawal seperti rasa sakit
dan terus berkembang sampai tahap
ketika menggerakkan pergelangan
tangan atau ibu jari menimbulkan rasa
nyeri yang menusuk di area yang
terpengaruh
• Area pergelangan tangan yang sakit
dapat membengkak
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
Soal no 32
• An Khozin, jenis kelamin laki-laki, usia 12 bulan, diantar ibunya ke
poliklinik tempat Anda praktek. Ibu pasien mengeluhkan mengenai
adanya benjolan di punggung anaknya. Benjolan di punggung sudah
ada sejak anaknya lahir. Nadi 100x/ menit, RR 24x/ menit, dan suhu
afberis. Perkembangan komunikasi dan motorik pasien dirasa
terganggu. Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien?
a. Spina bifida
b. Syndrome rett
c. Guillane Barre Syndrome
d. Multiple Sclerosis
e. Myasthenia Gravis
210
Spina Bifida Classifications
Several classifications that vary in
severity depending on location and
extent of opening
• Spina bifida occulta
• Spina bifida aperta
A. Spina Bifida cystica
1. meningocele
2. Myelomenigocele
B. Myeloschisis
• Spina bifida ventralis
Spina bifida occulta – tethered spinal cord
• Often occurs later in life
• Caused by limitations of movement of the spinal cord within the spinal
column
• Patients often have low back pain, weakness in the legs, and/or
incontinence depending on the site of tethering
http://www.uwhealth.org/images/ewebeditpro2/upload/6144_Fig
ure_1.jpg
• Ringan
• Lengkung-lengkung vertebranya
dibungkus o/ kulit yg biasanya tidak
mengenai jaringan saraf yg ada di
bawahnya.
• Cacat di daerah lumbosakral ( L4 – S1 )
• Biasanya ditandai dg plak rambut yg
menutupi daerah yg cacat.
• Kecacatan ini krn tdk menyatunya
lengkung-lengkung vertebra ( defek tjd
hanya pd kolumna vertebralis )
• Tjd pada sekitar 10% kelahiran
Spina bifida cystica – myelomeningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges and part or all of the spinal cord is
protruding out of the spinal canal
• Since the spinal cord is protruding, it is often not fully developed
• Involved nerve roots are often not developed resulting in weakness, pain, and/or
paralysis
Spina bifida cystica – meningocele
• The bony vertebra is open, part of the meninges is protruding out of the spinal
canal
• Since the spinal cord is not protruding, there is often normal function
• Some cases of tethering have been reported
Meningomielokel
• bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam kantong
tersebut.
• Bayi yang terkena akan mengalami paralisa di bagian bawah
• affected babies: leg paralysis and bladder and bowel control
problems
216
Spina bifida ventralis – anterior opening
• Much less common than other forms of spina bifida
• Meningeal sac will protrude into the retroperitoneal space and
impinge on retroperitoneal organs such as the duodenum,
ascending/descending colon, kidneys, adrenal glands, pancreas,
aorta, and inferior vena cava
http://myweb.lsbu.ac.uk/dirt/museum/margaret/871-3398-2082230.jpg
Myeloschisis/rakiskisis
Lumbar Myeloschisis
Soal no 33
• Ny Siti Markonah, 60 tahun, datang ke IGD rumah sakit dnegan
keluhan sulit BAB sejak 1 bulan terakhir. Setiap BAB dirasakan tidak
tuntas. Sering terdapat bekas kotoran pada celana dalam. Pasien
memiliki 7 anak (2 laki-laki dan 5 perempuan). TD 130/90 mmHg, nadi
18x/ menit, RR 18x/ menit, dan suhu 37OC. Pada pemeriksaan tampak
massa sirkumferensial yang keluar dari anus. Kemungkinan etiologi
yang menyebabkan keluhan tersebut adalah…
a. Kelemahan otot panggul
b. Kelemahan otot spincter ani
c. Kelemahan plexus hemoroidalis interna
d. Kelemahan plexus hemoridalis eksterna
e. Kelemahan dinding rectum
Virchow Triads:
(1) venous stasis
(2) activation of blood coagulation
(3) vein damage
Sudoyo A dkk. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Trombosis Vena Dalam dan Emboli Paru. 2015
Patient with suspect symptomatic
Acute lower extremity DVT
negative
Venous duplex scan Low clinical probability observe
No
pregnancy LMWH
OPD LMWH
hospitalisation + warfarin
UFH
Compression treatment
Color duplex scan of DVT
• Stabilisasi ABC
• Lepaskan pakaian dan cegah kontaminasi
• Irigasi minimal 30 menit.
• Jawaban: A. Hidrokel
39. Hydrocele
Soal no 40
• Tn Zelda, 21 tahun, datang ke ruang praktek Anda dengan keluhan
nyeri buah zakar. Keluhan dirasakan sudah 1 minggu. Pasien juga
mengeluhkan nyeri saat BAK dan disertai juga demam. TD
120/80mmHg, Nadi 76x/ menit, RR 18x/ menit, dan suhu 38OC. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan testis membesar, berbatas tegas,
hiperemis (+), nyeri tekan (+), transiluminasi (-), dan pemeriksaan
phren sign (+). Apa diagnosis yang tepat?
a. Hidrokel
b. Varikokel
c. Epididimitis
d. Hernia strangulata
e. Torsio testis
• Jawaban: C. Epididimitis
40. Epididymitis
• Inflamasi dari epididimis
• Bila ada keterlibatan
testisepididymoorchitis
• Biasanya disebabkan oleh
STD
• Common sexually
transmitted pathogen,
Chlamydia
PRESENTATION TREATMENT
• Nyeri skrotum yang • Oral antibiotic.
menjalar ke lipat paha • Scrotal elevation, bed rest,
dan pinggang.
&use of NSAID.
• Pembengkakan skrotum
karena inflamasi atau • Admission & IV drugs used.
hidrokel • In STD treat partner.
• Gejala dari uretritis, • In chronic pain do
sistitis, prostatitis.
epididymectomy.
• O/E tendered red scrotal
swelling.
• Elevation of scrotum
relieves painphren sign
(+)
Soal no 41
• Bayi Arsya Arshinta, perempuan dengan usia 3 hari, datang dibawa
ibunya ke IGD rumah sakit dengan keluhan muntah hijau. Perut
pasien buncit, kadang disertai diare berdarah. Pada pemeriksaan fisik:
KU lemah, letargis, HR 160 x/menit teraba lemah, RR 65 x/menit.
Pada pemeriksaan fluoroskopi: didapatkan gambaran spiral
(corkscrew) duodenum dan jejunum proksimal. Dokter berencana
merujuk pasien ke dokter bedah. Diagnosis pada pasien adalah…
a. Malformasi anorectal
b. Hipertrofi stenosis pilorus
c. Invaginasi
d. Hirschprung
e. Malrotasi intestinal
Chronic
constipation.
Colonic distension.
Tanda dan Gejala
Klinis • Foto polos Abdomen AP
• Anak-anak – Dilatasi abdomen
– Muntah mengandung empedu – Gambaran gas di kolon distal
(93%) berkurang
– Malabsorbsi – Coffee bean sign
– Failure to thrive • Barium Contrast
– Obstruksi bilier – Cork-screw appearance
– GERD – Usus halus di sisi kanan abdomen
tidak melewati midline.
• Dewasa
– Nyeri andomen intermiten (87%) • USG
– Nausea (31%) – Whirlpool sign
Plain Radiography
Volvulus
Intrathoracic
Double
stomach with Sigmoid Cecal
bubble sign
air fluid level
Volvulus
Cork scerw
Organo-axial Mesentero-axial Sigmoid Cecal
duodenum
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
Sleeve Hematom
Butterfly Hematom
Uretrografi
Ruptur Parsial
Ruptur total
Soal no 44
• Puskesmas dengan sumber daya manusia terbatas datang 3 pasien
dengan:
Pria dengan fraktur femur terbuka dan berteriak nyeri dengan baju penuh
darah tetapi tidak ada jejas didada,
Pria dengan sianosis sentral, mulut penuh muntahan, dan
Distress pernafasan, pria dengan takipnea dan jejas didada.
• Pilihan yang paling tepat untuk urutan penanganan di IGD adalah?
a. 1–2–3
b. 2–3–1
c. 3–1–2
d. 2–1–3
e. 1–3–2
• Jawaban: B. 2-3-1
44. Triage
Triage Priorities
1. Red- prioritas utama
– memerlukan penanganan
segeraberkaitan dengan kondisi
sirkulasi atau respirasi
4. Black- Meninggal
– Akan meninggal dalam penanganan
emergensi memiliki luka yang
mematikan
RESPIRATIONS/VENTILATIONS
NONE
YES
REPOSITION AIRWAY
ASSESS RESPIRATIONS/VENTILATIONS
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Circulation)
PERFUSION
IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Disability)
MENTAL STATUS
DELAYED IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
Soal no 45
• Tn Fernando Barrack, 60 tahun, datang ke Puskesmas tempat Anda
bertugas dengan keluhan BAK sering tidak tuntas. Keluhan sudah
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu dan saat BAK pasien harus
mengedan dengan kuat. Sejak kemarin pasien ingin BAK namun urin
tidak bisa keluar. TD 120/80m mmHg, nadi 92x/ mneit, RR 20x/ menit,
dan suhu 37OC. Pemeriksaan DRE: pool atas prostat tidak teraba.
Tindakan awal yang perlu dilakukan adalah…
a. Pasang kateter folley
b. Pungsi supra pubik
c. BNO IVP
d. USG
e. CT Urografi
adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel
prostat yang tidak ganas.
Pembesaran prostat jinak
diakibatkan sel-sel prostat
memperbanyak diri
melebihi kondisi normal,
biasanya dialami laki-laki
berusia di atas 50 tahun
yang menyumbat saluran
kemih.
Diagnosis of BPH
• Symptom assessment
– the International Prostate Symptom Score (IPSS) is recommended as it is used
worldwide
– IPSS is based on a survey and questionnaire developed by the American Urological
Association (AUA). It contains:
• seven questions about the severity of symptoms; total score 0–7 (mild), 8–19 (moderate),
20–35 (severe)
• eighth standalone question on QoL
• Digital rectal examination(DRE)
– inaccurate for size but can detect shape and consistency
• Prostat Volume determination- ultrasonography
• Urodynamic analysis
– Qmax >15mL/second is usual in asymptomatic men from 25 to more than 60 years of
age
• Measurement of prostate-specific antigen (PSA)
– high correlation between PSA and Prostat Volume, specifically Trantitional Zone
Volume
– men with larger prostates have higher PSA levels 1
CT Scan:
• Tampak ukuran prostat
membesar di atas ramus superior
simfisis pubis.
Derajat BPH, Dibedakan menjadi 4 Stadium :
Stadium 1 :
Obstruktif tetapi kandung kemih masih
mengeluarkan urin sampai habis.
Stadium 4 :
retensi urin total, buli-buli penuh pasien tampak
kesakitan urin menetes secara periodik.
Grade Pembesaran Prostat
Rectal Grading
Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :
• Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum.
• Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum.
• Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum.
• Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum.
• Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.
Kategori Keparahan Penyakit BPH Berdasarkan
Gejala dan Tanda (WHO)
α-Blocker
• relaxing smooth muscle
fibers located in the prostate
and its capsule, bladder neck
and prostatic urethra
TWOC
• when a catheter is
removed from the bladder
for a trial period to
determine whether the
patient are able to pass
urine spontaneously.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/artic
les/PMC2721562/
Soal no 46
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun, datang ke dokter dengan keluhan
benjolan di pergelangan tangan kiri sejak setahun terakhir. Benjolan
terasa pegal terutama saat beraktifitas menggunakan pergelangan
tangannya. Pemeriksaan fisis: terdapat massa kistik di pergelangan
tangan bagian depan radial, bentuk bulat, diameter 1 cm, terfiksir,
wana kulit normal. Nyeri (+) saat ditekan. Pemeriksaan radiologik
normal. Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk pasien ini?
a. Lipoma
b. Verucca
c. Ganglion
d. Neuroma
e. Kista sebacea
• Jawaban: C. Ganglion
46. Kista Ganglion
• Degenerasi kistik jaringan
periartikuler, kapsul sendi,
atau pembungkus tendo
• Tumor jaringan lunak
tersering pada tangan dan
Pergelangan Tangan 60 %
• Prediposisi dorsal manus
• Menempel pada Kapsul,
tendon, atau tendon sheath
• Wanita > Pria
• 70% terjadi pada dekade 2 -
4
• Terbentuk tunggal dan pada Informasisehat.files.wordpress.com/2010/05/ganglion-cyst
tempat yang amat spesifik
Tanda dan Gejala Anatomi
• Ada Riwayat Trauma (10%)
• Kista utama bisa tunggal
• Bisa muncul tiba-tiba atau
berkembang dalam hitungan atau multilokul
bulan/tahun
• Mengecil dalam keadaan istirahat • Tampak halus, putih, dan
• Membesar dengan aktifitas translusen
• Kadangkala bisa menghilang
secara spontan
• Rekurensi sangat jarang (complete
exicion)
• > 50% eksisi tidak komplit
• Biasanya tidak nyeri, kecuali ada
penekanan pada saraf.
Lipoma Kista ateroma Kista dermoid Ganglion
• Deposisi lemak • Sumbatan muara • Kelainan embrional di • Degenerasi kistik
dibawah kulit kelenjar sebasea daerah fusi embrional jaringan periartikuler,
• Sering pada laki> 40 • Klinis: massa kistik • Klinis: massa kapsul sendi atau
thn dengan puncta, tidak konsistensi kistik, pembungkus tendon
• Klinis: mobile, massa nyeri, tidak mobile tidak mobile • Wanita> laki-laki
padat-lunak batas (menempel ke kulit (menempel ke dasar), • Klinis: massa
tegas, permukaan atas) sewarna kulit konsistensi kenyal,
licin, berkapsul • Predileksi: kulit yang • Predileksi: dahi, sudut batas tegas, tidak
• Predileksi: seluruh banyak mengandung luar mata, kepala mobile terfiksir ke
tubuh kelenjar sebasea • Tatalaksana: kapsul tendon. Massa
• Tatalaksana: • Tatalaksana • Eksisi dapat membesar
• Bedah eksisi • Eksisi dengan aktifitas,
• Ekstirpasi dapat menghilang
spontan
• Predileksi:
pergelangan tangan
(dorsal manus)
• Tatalaksana:
• Imobilisasi
• Injeksi
hialorudinase
• Diseksi
tonotome
• Aspirasi ganglion
Soal no 47
• Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa orangtuanya dengan
keluhan perut kembung dan muntah hijau. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan: BB 4 kg, tidak didapatkan anus. Dari pemeriksaan
penunjang didapatkan rectum berakhir di atas m. Musculus levator
ani. Jika harus dilakukan tindakan bedah, maka tindakan yang
dikerjakan pertama kali adalah…
a. PSARP
b. Soave
c. Colostomi
d. Laparatomi
e. Milking procedure
• Jawaban: C. Colostomi
47. Malformasi Kongenital Hirschprung
Intussusception
Duodenal atresia
Classification
• Menurut Berdon, membagi • Menurut Stephen, membagi
atresia ani berdasarkan tinggi atresia ani berdasarkan pada
garis pubococcygeal.
rendahnya kelainan, yakni :
• Atresia ani letak tinggi
– Atresia ani letak tinggi • bagian distal rectum terletak
• bagian distal rectum berakhir di atas garis pubococcygeal.
di atas muskulus levator ani (> • Atresia ani letak rendah
1,5cm dengan kulit luar) • bila bagian distal rectum
– Atresia ani letak rendah terletak di bawah garis
pubococcygeal.
• distal rectum melewati
musculus levator ani ( jarak
<1,5cm dari kulit luar)
Management
Newborn Anorectal Malformation
• Jawaban: E. Operatif
48. Priapism
• Priapism is a full or partial erection that continues
more than 4 hours beyond sexual stimulation and
orgasm or is unrelated to sexual stimulation.
Definitions
• Ischemic priapism (low-flow)
• a persistent erection marked by pain and rigidity of the
corpora cavernosa, with little or no cavernous arterial
inflow.
• Etiology: sickle cell disease, malignancy, drugs, etc.
• Nonischemic priapism (arterial, high-flow)
• a persistent erection caused by unregulated cavernous
arterial inflow.
• The corpora are tumescent but not rigid, and the erection
is not painful.
• Etiology: penile trauma.
• Stuttering priapism
• describes a pattern of recurrence.
• The term has traditionally described recurrent prolonged
and painful erections in men with SCD (sequential
compression device).
Priapism – treatment (conservative)
• Karena pharmacological agents • Aspiration and irrigation
– Terbutaline 5 mg po diulang dalam – Untuk priapismus yang lebih dari 2
15 minutesresolusi pada 1/3 of jam
patients – discuss with urologist if at all
– Injeksi intracavernous dari - possible
adrenergic – Harus memberitahukan pada
• phenylephrine 100 to 500 mcg (put pasien bahwa terapi dapat
10 mg in 500cc NSS 20 mcg/ml. meyebabkan impotensi yang
Inject 10 to 20 cc every 5-10 minutes
(maximum - 10 doses) permanen
– Blok N. Dorsalis Penis – conscious sedation may be
necessary
Surgical Treatment
• If conservative measures are unsuccessful, then a surgical approach
may be necessary.
• Ischemic priapism
• the goal of surgical treatment is to allow blood to flow in and out of the
penis freely to prevent ischemia and fibrosis of the penis shunt
• Non ischemic priapism
• the surgical approach is transcorporal embolization.
Soal no 49
• Nn. Angelica, 19 tahun dibawa ke IGD rumah sakit oleh satpol PP
setelah mengalami kecelakaan 1 jam yang lalu. Pasien mengamuk dan
mengerang kesakitan. Status umum pasien tampak gelisah dan
kesakitan. Pemeriksaan TD 90/60 mmHg, nadi 110x/ menit, RR 26x/
menit, & urin output 20-30 ml/jam. Pasien meminta paramedic
menyiapkan jalur intravena untuk resusitasi cairan. Perkiraan jumlah
perdarahan yang dialami pasien adalah…
a. <250 cc
b. 250-750 cc
c. 750-1000 cc
d. 1000-1500 cc
e. >2000 cc
• Jawaban: D. 1000-1500cc
49. Klasifikasi Syok
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah
Soal no 50
• Seorang pasien perempuan usia 80 tahun dibawa ke IGD RS dengan
keluhan nyeri pinggul kiri kurang lebih sejak 15 menit yang lalu.
Keluhan dirasakan setelah pasien jatuh dari kursi. Keluhan disertai
tungkai kiri memendek, eksorotasi, terdapat hematoma pada daerah
trochanter major kiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/70
mmHg, Nadi 100x/ menit, RR 22x/ menit, dan Suhu 37OC. Apa
diagnosis pasien ini?
a. Fraktur pelvis
b. Fraktur intertrochanter femur
c. Fraktur caput femur
d. Fraktur shaft femur
e. Fraktur tibia
Gambaran radiologi yang khas pada osteoporis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekular yang lebih lusen (sumsum meluas).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Soal no 51
• Seorang pria, 20 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan tidak bisa
membuka mulut. Sebelumnya terdapat demam tinggi. Beberapa hari
sebelumnya penderita tidak sengaja menginjak pecahan gelas di
rumahnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan trismus 2 cm, suhu
390C, vulnus punctum 1cm pada jempol kaki kanan. Apakah
pengobatan yang tepat untuk kasus di atas?
a. Anti Tetanus Serum 50.000 IU
b. Anti Tetanus Serum 100.000 IU
c. Human Tetanus Immuno Globulin 3000 IU
d. Human Tetanus Immuno Globulin 20.000 IU
e. Tetanus Toxoid
• Komplikasi
– Anoksia otak
– fraktur vertebra
– Aspirasi, penumonia
– Low intake, Dehidrasi
– Disfungsi otonom: hiper/hipotensi, hiperhidrosis
– Kematian
Manajemen Luka Tetanus
Dosis Profilaksis:
• HTIG250-500 IU
• ATS 1500 IU
Tatalaksana Tetanus
1. Pemberian antitoksin tetanus
2. Penatalaksanaan luka
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang
5. Perawatan penunjang
6. Pencegahan komplikasi
Tatalaksana Tetanus
1. Manajemen Luka
• Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen.
• Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
• TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun jika
riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat diberikan.
• Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka
tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka bukan
faktor penentu pemberian TIg
Fraktur Colles
Fraktur Smith
Soal no 53
• Nn. Sarinah Modera, 17 tahun, datang ke IGD rumah sakit mengeluh
lengan kanannya nyeri dan bengkak setelah dipukul dengan bambu.
Pasien merupakan korban KDRT. Ayah pasien sering mabuk dan
memukulinya. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik didapatkan deformitas dan krepitasi pada regio
antebrachii dekstra. Dokter curiga pasien mengalami fraktur.
Tatalaksana awal yang tepat adalah…
a. Immobilisasi bidai
b. Traksi
c. Kompres dingin
d. Kompres panas
e. Kompres alkohol
Menghilangkan nyeri
Retaining (Imobilisasi)
Sling / Split
Sling : Mis Arm Sling
Splint/ Pembidaian
Casting / Gips
Hemispica gip
Umbrical slab
Traksi
terus menerus.
1. Kulit
2. Tulang
Fiksasi pakai inplant
■ Internal fikasasi
■ Plate/ skrew
■ Ekternal fiksasi
Soal no 54
• Laki-laki, 50 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan ada
benjolan dan nyeri disekitar anus yang dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu. Nyeri semakin memberat saat duduk dan BAB. Pasien juga
demam. Pemeriksaan lokalis ditemukan iritasi pada tepi luar sfingter
ani dengan pembengkakan, kemerahan dan sering mengeluarkan
nanah. Kemungkinan diagnosis pasien adalah…
a. Fistula ani
b. Fisura ani
c. Abses perianal
d. Hemoroid
e. Prostatitis
Penyebab lain:
•Crohn
•TB 6 5 Ischiore
•Carcinoma, Lymphoma and Leukaemia 0 % ctal 20%
%
•Trauma Intersphinc suprasphinc
teric teric
•Inflammatory pelvic conditions (appendicitis) Trans- extrasphin
sphincteric cteric
Gejala dan Tanda
Abses Gejala
Perianal •Nyeri di perianal, pus, dan demam
•Benjolan bersifat nyeri, fluktuan,
kemerahan.
Ischio- •Demam, nyeri di ischiorectal
rectal •Massa, nyeri tekan (+), indurasi
(+)
Intersphinc •nyeri di rektum, demam, dan
teric terdapat pus
Supralevat
or
Soal no 55
• Tn. Pattel Asraf, 30 tahun, menderita luka bakar akibat tersiram air
panas. Pasien segera dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat. Kesadaran
compos mentis, TD 120/80 mmHg, nadi 80x/ menit, RR 18x/ menit,
suhu 36,4OC. Pada pemeriksaan pasien mengalami luka bakar pada
seluruh ekstremitas bawah kanan dan seluruh ekstremitas atas kanan
dan kiri. Luka bakar terasa sangat nyeri, tampak kemerahan, dan
disertai bullae. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Luka bakar IIA dengan luas 18%
b. Luka bakara IIB dengan luas 27%
c. Luka bakar IIA dengan luas 36%
d. Luka bakar IIB dengan luas 45%
e. Luka bakar ringan
• Jawaban: A. 10 minggu
56. Labiognatopalatoschizis
• Kelainan bawan pada bibir dan palatum akibat
gangguan perkembangan janin pada usia 4-10 minggu
• Dapat berhubungan dengan beberapa sindrom:
• 22q11.2 deletion syndrome (a.k.a. velocardiofacial syndrome
[VCFS] and DiGeorge sequence)
• Stickler syndrome
• Pierre Robin sequence
• Van der Woude syndrome
• Treacher-Collins syndrome
• Craniofacial microsomia (spectrum of disorders, including
Goldenhar syndrome)
• Neonatal Abstinence Syndrome (NAS), which includes Fetal
Alcohol Spectrum Disorder (FASD)
https://www.asha.org/Practice-Portal/Clinical-Topics/Cleft-Lip-and-Palate/
Klasifikasi
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Diagnosis Uveitis Anterior
• Gejala Klinis : • Tanda
• mata merah • injeksi siliar akibat vasodilatasi arteri
• visus turun akibat kekeruhan cairan siliaris posterior longus dan arteri
akuos dan edema kornea walaupun siliaris anterior yang memperdarahi
uveitis tidak selalu menyebabkan iris serta badan siliar.
edema kornea • Bilik mata depan : pelepasan sel
• Nyeri tumpul berdenyut, dan radang, pengeluaran protein (cells
fotofobia akibat spasme otot siliar and flare) dan endapan sel radang di
dan sfingter pupil endotel kornea (presipitat keratik).
• Jika disertai nyeri hebat, perlu • Presipitat keratik halus inflamasi
dicurigai peningkatan tekanan bola nongranulomatosa;
mata. • Presipitat keratik kasar inflamasi
• Spasme sfingter pupil mengakibatkan granulomatosa
miosis dan memicu sinekia posterior.
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Uveitis Intermediet
• Peradangan di pars plana yang sering diikuti vitritis dan uveitis posterior.
• Penyakit tersebut biasanya terjadi pada usia dekade ketiga-keempat dan 20%
terjadi pada anak.
• Etiologi:
• Idiopatik (69,1%), sarkoidosis (22,2%), multiple sclerosis (7,4%), dan lyme disease (0,6%).
Selain itu, dapat juga disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis, Toxoplasma,
Candida, dan sifilis.
• Gejala :
• Gejala biasanya ringan yaitu penurunan tajam penglihatan tanpa disertai nyeri dan mata
merah, namun jika terjadi edema makula dan agregasi sel di vitreus penurunan tajam
penglihatan dapat lebih buruk.
• Pars planitis berupa bercak putih akibat agregasi sel inflamasi dan jaringan fibrovaskular
(snowbank) yang menunjukkan inflamasi berat dan memerlukan terapi agresif.
• Komplikasinya adalah edema makula (12-51%), glaukoma (20%), dan katarak (15-50%)
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Uveitis Posterior
• Peradangan lapisan koroid yang sering melibatkan jaringan sekitar seperti vitreus,
retina, dan nervus optik.
• Etiologi:
• Infeksi paling sering disebabkan oleh T.gondii, M.tuberculosis, sifilis, VHS, VVZ,
cytomegalovirus (CMV), dan HIV.
• Non-infeksi, uveitis posterior disebabkan oleh koroiditis multifokal, birdshot choroidopathy,
sarkoidosis, dan neoplasma
• Gejala klinis :
• Penglihatan kabur yang tidak disertai nyeri, mata merah, dan fotofobia.
• Komplikasi dapat berupa katarak, glaukoma, kekeruhan vitreus, edema makula, kelainan
pembuluh darah retina, parut retina, ablasio retinae, dan atrofi nervus optik.
• Prognosis uveitis posterior lebih buruk dibandingkan uveitis anterior karena menurunkan
tajam penglihatan dan kebutaan apabila tidak ditatalaksana dengan baik.
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Panuveitis
• Peradangan seluruh uvea dan struktur sekitarnya seperti retina dan
vitreus.
• Etiologi:
• Penyebab tersering adalah tuberkulosis, sindrom VKH, oftalmia simpatika,
penyakit behcet, dan sarkoidosis.
• Diagnosis panuveitis ditegakkan bila terdapat koroiditis, vitritis, dan uveitis
anterior
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
No. Jenis Pemeriksaan Keterangan
Penunjang pada Uveitis
1 Slit lamp menilai segmen anterior injeksi siliar dan episklera, skleritis, edema kornea, presipitat
keratik, bentuk dan jumlah sel di bilik mata, hipopion serta kekeruhan lensa
3 Pemeriksaan bermanfaat pada kelainan sistemik misalnya darah perifer lengkap, laju
laboratorium endap darah, serologi, urinalisis, dan antinuclear antibody
4 Optical coherence merupakan pemeriksaan non-invasif yang dapat memperlihatkan edema
tomography (OCT) makula, membran epiretina, dan sindrom traksi vitreomakula
5 USG B –scan sangat membantu memeriksa segmen posterior mata pada keadaan
media keruh misalnya pada katarak dan vitritis
6 Fundus fluoresen fotografi fundus yang dilakukan berurutan dengan cepat setelah injeksi
angiografi (FFA) zat warna natrium fluoresen (FNa) intravena.
FFA memberikan informasi mengenai sirkulasi pembuluh darah retina dan
koroid, detail epitel pigmen retina dan sirkulasi retina serta menilai
integritas pembuluh darah saat fluoresen bersirkulasi di koroid dan retina.
Penatalaksanaan Uveitis
• Prinsip penatalaksanaan uveitis
1. Menekan reaksi inflamasi
• Kortikosteroid topikal merupakan terapi pilihan untuk mengurangi inflamasi :
1).prednisolon 0,5%,; 2). prednisolon asetat 1%; 3). betametason 1% ; 4).
deksametason 0,1%, dan 5). fluorometolon 0,1%.
• Injeksi kortikosteroid periokular diberikan pada kasus yang membutuhkan depo steroid dan
menghindari efek samping kortikosteroid jangka panjang.
• Kortikosteroid sistemik diberikan untuk mengatasi uveitis berat atau uveitis bilateral
• Imunosupresan dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama pada penyakit behcet,
granulomatosis wegener, dan skleritis nekrotik karena penyakit tersebut dapat mengancam jiwa.
Imunosupresan dibagi menjadi golongan antimetabolit, supresor sel T, dan sitotoksik.
2. Mencegah dan memperbaiki kerusakan struktur,
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
3. Memperbaiki fungsi penglihatan
• Terapi bedah diindikasikan untuk memperbaiki penglihatan.
• Operasi dilakukan pada kasus uveitis yang telah tenang (teratasi) tetapi
mengalami perubahan permanen akibat komplikasi seperti katarak,
glaukoma sekunder, dan ablasio retina.
• Kortikosteroid diberikan 1-2 hari sebelum operasi dan steroid intraokular
atau periokular dapat diberikan pasca-operasi
• Vitrektomi ditujukan untuk memperbaiki tajam penglihatan bila kekeruhan
menetap setelah pengobatan.
4. Menghilangkan nyeri dan fotofobia.
• NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sedangkan siklopegik diberikan
untuk mencegah sinekia posterior.
• Obat yang diberikan adalah siklopentolat 0,5-2% dan homatropin
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Soal no 58
• Tn. Wisnu utama, 50 tahun, datang dengan keluhan sulit untuk
membaca. Ia merasa kacamatanya sudah tidak nyaman lagi. Hal ini
dirasakan terutama bila digunakan untuk membaca koran. Keluhan
seperti mata merah disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi atau diabetes mellitus. Dokter pun melakukan
pemeriksaan mata. Pemeriksaan yang dilakukan untuk kondisi
tersebut adalah:
a. E chart
b. Snaellen chart
c. Jaeger Chart
d. HOTV chart
e. ETDRS chart
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17 th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Soal no 60
• Ny. Diandra, 70 tahun, datang dengan keluhan mata seperti
terhalang, nyeri, berair, dan merah sejak kemarin. Riwayat terkena
batang padi 2 hari yang lalu. Pasien terus menggosok mata karena
gatal. Pemeriksaan: injeksi konjungtiva (+), injeksi silier (+), erosi dan
infiltrate pada daerah kornea. Tatalaksana yang tepat adalah…
a. Antibiotik
b. Siklopegik
c. Kortikosteroid
d. Antiviral
e. Air mata buatan
• Jawaban: A. Antibiotik
60. Ulkus kornea
ANAMNESIS
Sakit - ++ ++ +/++
Sekresi + - + +
• 7. Ulcers caused by Moraxella and Nocardia are • 6. Ulcer due to pigmented fungi will appear as
slowly progressive in immunocompromised hosts brown or dark; raised, dry, rough, leathery
plaque on the surface of the cornea
WHO. Guidelines for the Management of Corneal Ulcer at Primary, Secondary & Tertiary Care health facilities in the South-East Asia Region. 2004
Ulkus kornea Bakterial
• Ulkus kornea pneumokokal • Ulkus kornea stafilokokus
• Ulkus sering indolen, mungkin disertai
• Streptokokus pneumonia sedikit infiltrat dan hipopion
• Muncul 24-48 jam setelah inokulasi • Ulkus seringkali superfisial
pd kornea yg abrasi • Obat: vankomisin
• Khas sebagai ulkus yang menjalar
dari tepi ke arah tengah kornea • Ulkus kornea pseudomonas
(serpinginous). • Pseudomonas aeruginosa
• Ulkus bewarna kuning keabu-abuan • Awalnya berupa infiltrat kelabu/ kuning
berbentuk cakram dengan tepi di tempat yang retak
ulkus yang menggaung. • Terasa sangat nyeri
• Menyebar cepat ke segala arah krn
• Ulkus cepat menjalar ke dalam dan adanya enzim proteolitik dr organisme
menyebabkan perforasi kornea,
• Infiltrat dan eksudat mungkin berwarna
karena eksotoksin yang dihasilkan hijau kebiruan
oleh streptokok pneumonia. • Berhubungan dengan penggunaan soft
• Efek merambat ulkus serpiginosa lens
akut • Obat: mofifloxacin, gatifloxacin,
siprofloksasin, tobramisin, gentamisin
• Obat: mofifloxacin, gatifloxacin,
cefazolin
Keratitis/ulkus Fungal
• Gejala nyeri biasanya dirasakan diawal, namun lama-lama berkurang krn saraf
kornea mulai rusak.
• Pemeriksaan oftalmologi :
• Grayish-white corneal infiltrate with a rough, dry texture and feathery borders; infiltrat
berada di dalam lapisan stroma
• Lesi satelit, hipopion, plak/presipitat endotelilal
• Bisa juga ditemukan epitel yang intak atau sedikit meninggi di atas infiltrat stroma
• Faktor risiko meliputi :
• Trauma mata (terutama akibat tumbuhan)
• Terapi steroid topikal jangka panjang
• Preexisting ocular or systemic immunosuppressive diseases
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Management
of Supurative
Keratitis at the
secondary level
of eye care
Soal no 61
• Tn. Prabu, berusia 20 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan
penglihatan kabur sejak 3 bulan terakhir. Sebelumnya pasien pernah
memakai kacamata, tetapi saat ini sudah tidak lagi. Tidak ada keluhan
mata merah dan pusing. Dari pemeriksaan tajam penglihatan beserta
koreksi kacamatanya didapatkan :
VOD : 2/60 PH: 6/9 S – 5,00 6/6
VOS : 6/60 PH : 6/6 S – 2,00 6/6
Apakah diagnosis yang paling tepat?
a. Miopia
b. Presbiopia
c. Emetropia
d. Astigmatisme
e. Hipermetropia
• Jawaban: A. Miopia
61. KELAINAN REFRAKSI
ANAMNESIS
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
TRAUMA KIMIA MATA
TRAUMA BASA LEBIH BERBAHAYA DIBANDINGKAN ASAM; gejala: epifora, blefarosasme, nyeri
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
Fluorescein test
• Fluorescein staining helps identify a corneal epithelial
defect.
• Step by step :
• A drop of topical anesthetic (proparacaine 0.5%) is applied
directly into the eye or on a fluorescein strip.
• The patient’s lower lid is pulled down, and the fluorescein
strip is lightly touched to the bulbar conjunctiva.
• The dye spreads over the cornea as the patient blinks, and
stains any exposed basement membrane of the epithelium.
• In normal light, an abrasion may stain yellow
• Illumination with cobalt blue light shows the defect as
green
• Cobalt blue filters are present in many ophthalmoscopes, as
well as in slit lamps and Wood lamps.
• Interpretation
• Traumatic corneal
abrasions typically have
linear or geographic
shapes.
• contact lenses the
abrasion may have several
punctate lesions that
coalesce into a round,
central defect. In normal light
• A branching (dendritic)
appearance suggests
herpetic keratitis and
warrants immediate
referral
• Multiple vertical lines on
the superior cornea
suggest a foreign body
under the upper eyelid
Viewed with cobalt blue light
TRAUMA KIMIA MATA -
TATALAKSANA
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Gejala & Diagnosis
• Tanda dini: fotofobia, epifora, dan • Diagnosis glaukoma kongenital
blefarospasme tahap lanjut dengan mendapati:
• Terjadi pengeruhan kornea – Megalokornea
• Penambahan diameter kornea – Robekan membran descement
(megalokornea; diameter ≥ 13 mm) – Pengeruhan difus kornea
• Penambahan diameter bola mata
(buphtalmos/ ox eye)
• Peningkatan tekanan intraokuler
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Glaukoma kongenital, perhatikan
Megalocornea adanya pengeruhan kornea dan
buftalmos
http://www.pediatricsconsultant360.com/content/buphthalmos
http://emedicine.medscape.com/article/1196299-overview
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan Congenital glaucoma dititik beratkan pada pembedahan
yang harus dilakukan sesegera mungkin.
• Goniotomy dan trabeculotomy merupakan pilihan utama pembedahan
yang dapat dilakukan pada kasus ini keduanya aman, dan komplikasi
sangat rendah
• Pembedahan lebih dipilih dibanding terapi medikamentosa karena masalah
compliance, kurangnya informasi mengenai efek obat terhadap tubuh
anak serta respon terapi yang buruk.
• Trabeculoectomy : membuat fistula pada daerah limbus yang
menghubungkan kamera okuli anterior dan ruangan subkonjungtiva;
menembus trabecular meshwork, canal schlem dan duktus koletikus
• Trabeculectomy merupakan pilihan bila goniotomies atau trabeculotomies gagal
• Glaucoma drainage implants, juga dapat menjadi pilihan terapi
Soal no 67 dan 68
67. Tn. Abdul, 65 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
penglihatan berkurang sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku seperti
melihat asap, dan kadang berpenglihatan ganda. Keluhan dirasakan
bertambah parah. Riwayat menggunakan kacamata baca sejak 4 tahun
yang lalu, namun sekarang pasien lebih nyaman membaca tanpa
kacamata baca. Pada pemeriksaan visus ODS 6/15. Apakah diagnosis
yang paling mungkin?
a. Katarak subkapsular posterior
b. Katarak polaris anterior
c. Katarak komplikata
d. Katarak nuklear
e. Katarak kortikal
• Jawaban: C. Pirenoxine
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006
67-68. KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang • 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun
continued hydration ‘intumescent cataract’),
matur, hipermatur
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak • Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
• Etiologi :belum diketahui secara pasti
multifaktorial: • Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan • Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
Klasifikasi Katarak Senilis Berdasarkan Lokasi
Katarak• kortikal
Kekeruhan pada korteks lensa ( bisa di
daerah anterior, posterior dan equatorial
korteks)
• Gejala katarak kortikal adalah
fotofobia dari sumber cahaya fokal
• Muncul pada usia 40-60 tahun dan yang terus-menerus dan diplopia
progresivitasnya lambat. monokular
• Terdapat wedge-shape opacities/cortical • Kekeruhan dimulai dari celah dan
spokes atau gambaran seperti ruji. vakoula antara serabut lensa oleh
• Efeknya terhadap fungsi penglihatan karena hidrasi oleh korteks.
bervariasi, tergantung dari jarak kekeruhan
terhadap aksial penglihatan • Disebabkan oleh berkurangnya
protein total, asam amnio, dan kalium
• Katarak kortikal umumnya tidak memberi yang dihubungkan dengan
gejala sampai tingkat progresifitas lanjut peningkatan konsentrasi natrium dan
ketika jari-jari korteks membahayakan axis
penglihatan (penglihatan dirasakan lebih
hidrasi lensa, diikuti oleh koagulasi
baik pada cahaya terang ketika pupil protein.
miosis.)
Klasifikasi Katarak Senilis Berdasarkan Lokasi
Katarak subkapsular posterior (katarak
cupuliformis)
• Terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian • Kadang mengalami diplopia
sentral dan biasanya di aksial. monokular.
• Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya cepat. • Sering terlihat pada pasien yang
• Sejak awal, menimbulkan gangguan penglihatan karena
lebih muda dibandingkan dengan
adanya keterlibatan sumbu penglihatan. pasien katarak nuklear / kortikal.
• Gejala yang timbul adalah fotofobia dan penurunan • Sering ditemukan pada pasien DM,
visus dibawah kondisi cahaya terang, akomodasi, atau miopia tinggi dan retinitis
miotikum. pigmentosa, akibat trauma,
• Penglihatan dirasakan lebih baik ketika pupil midriasis penggunaan kortikosteroid sistemik
pada malam hari dengan cahaya yang suram (day
blindness)
atau topikal, inflamasi, dan
paparan radiasi ion.
• Ketajaman penglihatan dekat menjadi lebih berkurang
daripada penglihatan jauh.
Katarak: Tatalaksana Pembedahan
Lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular:
•Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) :
Mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
Tidak boleh dilakukan pada pasien usia <40thn, yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular
•Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK):
Dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dapat keluar melalui robekan tersebut
Dilakukan pada pasien muda, dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior, perencanaan implastasi
sekunder lensa intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma,
mata dengan predisposisi terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya pasien
mengalami ablasio retina, mata dengan makular edema, pasca bedah ablasi.
•Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi : teknik ekstrakapsular menggunakan
getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi
lumbus yang kecil
• Jawaban: C. Endoftalmitis
69. Endophtalmitis
• Definition:
• bacterial or fungal infection within the eye, including involvement of the vitreous and/or aqueous
humors.
• Risk Factor :
• Break the posterior capsule
• Implantation of an intraocular lens without a heparinized
surface,
• immunosuppressive therapy,
• wound abnormality
• diabetes
• wound dehiscence or leak
• age ≥85
lens implants made of polypropylene (Prolene) instead of
polymethyl methacrylate
Diagnosis
• The onset of symptoms occurs within one week of
surgery in 75 percent of cases.
• Patients usually give a 12 to 24 hour history of decreasing
vision and eye "ache" (they may deny eye "pain").
• Patients feel otherwise well and are afebrile.
• Physical examination :
• The lids often appear normal, although they may be swollen.
• The conjunctiva may be injected or edematous (conjunctival
chemosis), although these findings can also represent residual
postoperative changes.
• Visual acuity is decreased, and a hypopyon (layering of white
blood cells in the anterior chamber) is often present
• The view of the retina is usually hazy, and, in 80 percent of
patients, no retinal vessels can be seen
• Slit lamp examination reveals intraocular white blood cells and
protein (called "cells" and "flare," respectively, by
ophthalmologists).
Soal no 70
• Tn. Yadi, 50 tahun, datang dengan keluhan mata kiri semakin buram
sejak 1 tahun lalu dan memberat 2 bulan terakhir, memiliki riwayat
hipertensi dan gula darah yang tak terkontrol. Mata merah (-), sakit (-
), trauma (-), sakit kepala (-). Pada pemeriksaan funduskopi mata kiri
ditemukan optic disc edema (+), cotton wool spot (+), AV crossing (+).
Kemungkinan diagnosis pasien adalah…
a. Retinopati hipertensi
b. Retinopati diabetes nonproliferative
c. Retinopati diabetes proliferative
d. Central and branch retinal vein occlusions
e. Central and branch retinal artery occlusions
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v3/ch013/005f.html
http://www.theeyepractice.com.au/optometrist-sydney/high_blook_pressure_and_eye_disease
Soal no 71
• Tn Kevin Maretio, 60 tahun, datang ke poliklinik tempat Anda praktek
dengan keluhan nyeri pada wajah sebelah kanan sejak 3 bulan. Pada
anamnesis didapatkan rasa panas dan terbakar sebelah kanan. Nyeri
ini timbul terutama ketika pasien disentuh daerah pipi dan dagu serta
ketika pasien menggosok gigi. TD 120/80 mmHg, nadi 80x. menit, RR
16x. menit, dan suhu afebris. Pada pemeriksaan neurologis dalam
batas normal. Diagnosis pasien ini adalah…
a. Alodinia
b. Anestesia
c. Hipostesia
d. Parastesia
e. Hiperalgesia
• Jawaban: A. Alodinia
71. Neuralgia Trigeminal
Soal no 72
• Ny. Sarimin Munaf, 55 tahun, datang ke tempat praktek Anda dengan
keluhan kebal di kedua kaki sejak 1 bulan yang lalu. Pasien memiliki
riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu, namun pasien tidak
mau minum obat karena takut akan efek sampingnya. Tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan neurologi hipestesi stoking gloves
kaki kanan dan kiri. Kekuatan motorik dalam batas normal. Dokter
curiga adanya suatu neuropati perifer. Pemeriksaan penunjang yang
tepat adalah…
a. MRI
b. EMG
c. EEG
d. CT Scan
e. HbA1C
• Jawaban: B. EMG
72. Neuropati Diabetikum
• Neuropati diabetikum merupakan komplikasi yang paling
sering pada diabetes mellitus (DM), sekitar 50% dari pasien
dengan DM tipe 1 dan tipe 2.
• Neuropati diabetika perifer meliputi gejala atau tanda- tanda
disfungsi pada saraf perifer pada penderita diabetes mellitus
setelah penyebablainnya disingkirkan.
• Neuropati perifer simetrik yang mengenai systemsaraf motorik
serta sensorik ekstremitas bawah yang disebabkan oleh
jejas sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan
akson saraf.
• Neuropati otonom dapat menimbulkan impotensi seksual yang
bersifat fokal (mononeuropati diabetik) paling besar
kemungkinannya disebabkan olehmakroangiopati
Faktor Resiko
• Hiperglikemia
• Kerusakan pembuluh darah
• Dislipidemia
• Hipertensi
• Penyakit kardiovaskular
• Gaya hidup
502
Klasifikasi Diabetic Neuropathy
• Autonomic neuropathy
503
504
Symmetric Polyneuropathy Autonomic Neuropathy
• Bentuk paling lazim dari diabetic • Mengenai saraf otonom yang mengendalikan
neuropathy organ internal
• Genitouri
• Mengenai ekstremitas bawah distal kontrol kandung kemih (43-87% DM1,
dan tangan (“stocking-glove” sensory 25% DM-2))
loss) erectile dysfunction (35-90%)
• Gejala/tanda • Gastrointestinal
• Nyeri, rasa terbakar pada feet, leg, hand, Kesulitan menelan (50%)
arm Konstipasi
• Numbness GET turun (40%)
• Tingling Diare
• Paresthesia • Kardiovaskular (50%)
HR cepat-tidak teratur
Hipertensi orthosatik
- Disfungsi sudomotor - kulit kaki kering
- Gagal merespons - hipoglikemia
505
Mononeuropathy
• Peripheral mononeuropathy
• Saraf tunggal rusak karena kompresi atau iskemia
• Terjadi pada wrist (carpal tunnel syndrome), elbow, atau foot (unilateral
foot drop)
• Gejala
• numbness
• edema
• nyeri
• Prickling
• Cranial mononeuropathy
• Mempengaruhi saraf III, IV dan VI yang menghubungkan otak dan
kontrol penglihatan, pergerakan mata, pendengaran, dan rasa
• Jawaban: A. TIA
74. Stroke
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila (2012)
• Transient Ischemic Attack (TIA)
• defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otaksepintas dan
menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebihdari 24 jam.
• Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
• defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung lebih
dair 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 72 jam.
• Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
• deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai m
aksimal dalam beberapa jam hingga beberapa hari4.
• Stroke in ResolutionStroke in resolution:
• deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan
dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bebrapa hari.
• Completed Stroke (infark serebri):
• defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah otak
yang secara cepat menjadi stabil tanpamemburuk lagi
Manajemen TIA
• Tujuan tatalaksana TIA adalah untuk menurunkan angka kejadian
stroke setelah adanya serangan TIA.
• Tatalaksana TIA
• Modifikasi faktor risiko: tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, kolesterol,
merokok, alkohol, konsumsi garam dan lemak, dan aktifitas fisik.
• Antiplatelet:
• Rekomendasi Aspirin (50-325mg/ day) monoterapi atau dapat diberikan kombinasi
Aspirin 25 mg dan Dipyridamol 20mmg twice daily. Terapi antiplatelet dapat diberikan
selama 1 tahun.
• ABCD2 Score untuk menilai risiko terjadinya stroke pasca TIA.
https://www.ahajournals.org/doi/pdf/10.1161/STR.0000000000000024
Soal no 75
• Pasien wanita usia 21 tahun datang ke dokter karena kedua kelopak
matanya sulit dibuka sejak 3 bulan yang lalu. Mata tidak sembab atau
kemerahan, keluhan bisa sembuh sendiri namun muncul kembali
apabila pasien kelelahan. Pasien sering merasakan lemas pada
tungkai dan lengan saat sedang berolah raga atau beraktifitas berat
tetapi membaik bila ia beristirahat. Pada pemeriksaan fisik dan
neurologis tidak didapatkan kelainan. Kemungkinan patogenesis
terjadinya penyakit tersebut adalah…
a. Ensefalitis virus
b. Antibodi terhadap reseptor nikotinik asetilkolin
c. Penurunan reseptor asetilkolin
d. Perubahan kalsium chanel pada celah presinaps
e. Blokade pada neuron motoric junction
• Generalised seizures
(include absance
type)
• Unclassified seizures
Pilihan Terapi Sindrom Epilepsi Etosuksimid: tidak tersedia di Indonesia
Level of confidence:
A: efektif sebagai monoterapi; B: sangat mungkin sebagai monoterapi; C: mungkin efektif sebagai
monoterapi; D: berpotensi untuk efektif sebagi monoterapi
Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Perdossi. 2014
Soal no 77
• Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke praktek dokter umum
dengan keluhan sering lupa sejak 2 bulan lalu setelah mengalami
kecelakaan. Pasien sering tiba-tiba lupa peristiwa yang baru terjadi.
Pasien masih dapat kuliah dan sedikit mengalami gangguan bila
berpikir berat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil dalam batas
normal. Pada pemeriksaan neurologis tidak didapatkan gangguan
pada sistem motorik, sensorik maupun otonom. Apakah diagnosis
yang paling mungkin untuk kasus diatas?
a. Afasia motorik
b. Agnosia
c. Amnesia
d. Afasia sensorik
e. Apraxia
• Jawaban: C. Amnesia
77. Amnesia
Jenis Gangguan Keterangan
Amnesia Amnesia umumnya melukiskan defek pada fungsi memori. Rentang waktu
amnesia dapat sesingkat beberapa detik sampai selama beberapa tahun.
Kejadian ini paling sering dijumpai pasca trauma kepala, dapat juga terjadi
setelah jejas otak mayor (misalnya stroke). Beberapa tipe amnesia: Amnesia
retrigrad dan anterograd, serta amnesia psiogenik.
Afasia Afasia adalah gangguan berbahasa akibat gangguan serebrovaskuler hemisfer
dominan, trauma kepala, atau proses penyakit. Terdapat beberapa tipe
afasia, biasanya digolongkan sesuai lokasi lesi. Semua penderita afasia
memperlihatkan keterbatasan dalam pemahaman, membaca, ekspresi
verbal, dan menulis dalam derajat berbeda-beda.
Agnosia Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengorganisasikan informasi
sensorik agar bisa mengenal benda–benda / hilangnya daya untuk mengenali
arti stimuli sensoris macamnya sesuai indranya.
Apraxia Apraxia merupakan gangguan didapat pada gerakan motorik yang dipelajari
dan berurutan (sequential), yang bukan disebabkan oleh gangguan elementer
pada tenaga, koordinasi, sensorik, atau kurangnya pemahaman
(komprehensi) atau atensi.
Soal no 78
• Laki-laki, 37 tahun, diantar ke IGD RS karena mengalami kecelakaan
lalu lintas di jalan tol. Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
normal, penurunan kesadaran dengan GCS 9. Pasien lemah dan
muntah-muntah selama perjalanan. Tampak hematom di temporalis
kanan. Gambaran CT scan tampak bentuk Crescent di convertex
hemisfer kiri. Diagnosis yang mungkin adalah…
a. Infark
b. Kontusio serebri
c. Epidural hematom
d. Subdural hematom
e. Perdarahan subarachnoid
Sensitivitas 5% 5% 30%
• Jawaban: A. Parkinson
80. Parkinson
• Parkinson:
– Penyakit neuro degeneratif karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke
globus palidus.
– Gangguan kronik progresif:
• Tremor resting tremor, mulai pd tangan, dapat meluas hingga bibir & slrh kepala
• Rigidity cogwheel phenomenon, hipertonus
• Akinesia/bradikinesia gerakan halus lambat dan sulit, muka topeng, bicara lambat,
hipofonia
• Postural Instability berjalan dengan langkah kecil, kepala dan badan doyong ke depan
dan sukar berhenti atas kemauan sendiri
• Hemibalismus/sindrom balistik
– Gerakan involunter ditandai secara khas oleh gerakan melempar dan
menjangkau keluar yang kasar, terutama oleh otot-otot bahu dan pelvis.
– Terjadi kontralateral terhadaplesi
• Chorea Huntington
– Gangguan herediter autosomal dominan, onset pada usia pertengahan dan
berjalan progresif sehingga menyebabkan kematian dalam waktu 10 ± 12
tahun
Parkinson Disease
Gejala dan Tanda Parkinson
Gejala awal tidak spesifik Gejala Spesifik
• Nyeri • Tremor
• Gangguan tidur • Sulit untuk berbalik badan
•Ansietas dan depresi di kasur
•Berpakaian menjadi lambat •Berjalan menyeret
•Berjalan lambat •Berbicara lebih lambat
Mahar Marjono, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2008.
Pemeriksaan
• Inspeksi: suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat dan bergerak
• Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi lidah simetris atau
mencong
• Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh
• Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau
dijulurkan. Terdapat disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Selain itu juga
didapatkan kesukaran bernapas, karena lidah dapat terjatuh ke belakang, sehingga
menghalangi jalan napas.
• Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke segala
jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien disuruh menekankan
lidahnya pada pipinya. Kita nilai daya tekannya ini dengan jalan menekankan jari
kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese lidah bagian kiri, lidah tidak dapat
ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri dapat.
Gangguan Pada N.XII Dan
Penyebabnya
• Lesi N.XII supranuklir, misalnya
pada lesi di korteks atau kapsula
interna, yang dapat disebabkan
oleh misalnya pada strok
• Kelumpuhan otot
lidah tanpa adanya atrofi dan
tanpa adanya fasikulasi.
• Pada lesi nuklir, didapatkan atrofi
dan fasikulasi
• Biasanya bilateral
• letak kedua inti N.XII saling
berdekatan di garis tengah batang
otak
• Hal ini dapat disebabkan oleh
siringobulbi, ALS, radang,
gangguan peredaran darah dan
neoplasma
• Pada lesi infranuklir didapatkan
atrofi dan fasikulasi.
• Hal ini disebabkan oleh proses di
luar medulla oblongata, tetapi
masih di dalam tengkorak,
misalnya trauma, fraktur dasar
tulang tengkorak, meningitis, dll
ILMU
PSIKIATR I
Soal no 85
• Renata, 11 tahun dibawa ibunya ke praktek dokter karena sering
mencabuti rambutnya sendiri. Ibunya mengatakan bahwa lahir dan
tumbuh kembang anaknya normal tapi memang ibu melihat anaknya
selalu menyendiri, lebih suka di kamar dan jarang bermain dengan
teman sebayanya. Prestasi di sekolah juga biasa-biasa saja. Pasien
mengatakan jika tidak mencabuti rambut maka ia merasa gelisah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak gelisah dan
menarik-narik bajunya berulang kali. Pada kepala tampak rambut tipis
dengan bagian pitak di beberapa tempat. Kemungkinan diagnosis
pada pasien adalah…
a. Gangguan cemas menyeluruh
b. Gangguan obsesif kompulsif
c. Trikotilomania
d. Alopecia areata
e. Fobia sosial
• Jawaban: C. Trikotilomania
85. Gangguan Kebiasaan dan Impuls
PPDGJ III (F63) Gangguan Kebiasaan dan Impuls:
• Judi patologis
• Piromania
• Kleptomania
• Trikotilomania
Trikotilomania (PPDGJ III)
Pedoman diagnostik
• Gambaran esensial gangguan:
• Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas akibat berulangkali gagal
menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut.
• Biasanya diawali ketegangan yang meningkat dan setelah mencabut rambut
diikuti rasa lega/puas.
• Bukan merupakan kelainan peradangan kulit, atau pencabutan
rambut sebagai respons terhadap waham atau halusinasi.
Pyromania (DSM 5)
Kleptomania (DSM 5)
Judi Patologis (PPDGJ III)
• Kriteria diagnostik:
• Berjudi secara berulang yang menetap, berlanjut dan seringkali
meningkat meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan (eg
menjadi miskin, gangguan hubungan keluarga, kekacauan kehidupan
pribadi, dll)
• Harus dibedakan dari:
• Judi dan taruhan untuk kesenangan atau upaya mendapatkan uang akan
menahan diri jika kalah atau ada efek merugikan
• Judi berlebihan pada gangguan manik
• Judi pada kepribadian dissosial (antisosial)
Soal no 86
• Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun dibawa suaminya untuk
berkonsultasi karena sejak 2 bulan yang lalu, pasien sulit tidur dan
mendengar suara-suara bisik yang berasal dari tetangga rumah
sebelah padahal tidak ada yang sedang berbicara. Pasien juga
mengatakan tetangga itu mengguna-guna pasien. Dua hari yang lalu
pasien marah-marah dan merusak perabotan rumah tangga, dan
siang tadi pasien mengancam kakak iparnya dengan pisau. Pada kasus
di atas, maka neurotransmitter apakah yang mengalami gangguan ?
a. GABA yang tinggi
b. Noradrenalin yang tinggi
c. Dopamin yang tinggi
d. Adrenalin yang tinggi
e. Polamin yang tinggi
Referensi: PPDGJ-III
Pedoman Diagnostik Skizofrenia
• Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang
harus selalu ada secara jelas:
• Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
• Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
• Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
• Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan perasaan
akan datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya
provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif bebas
dari gejala di antara serangan panik.
Tanda fisis:Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
Gangguan fobik Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera,
dan kematian.
Gangguan penyesuaian Gejala emosional (ansietas/afek depresif ) atau perilaku dalam
waktu <3 bulan dari awitan stresor. Tidak berhubungan dengan
duka cita akibat kematian orang lain.
Gangguan cemas menyeluruh Ansietas berlebih terus menerus berlangsung setiap hari sampai
bbrp minggu disertai Kecemasan (khawatir akan nasib buruk), ketegangan
motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala),
hiperaktivitas otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, &
gangguan gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Soal no 88
• Seorang wanita berusia 24 tahun datang dengan keluhan demam
sejak 6 hari yang lalu. Pasien mengatakan demam meningkat pada
malam hari. Pada pemeriksaan fisik, kesadaran CM, TD 120/80
mmHg, N 80x/mnt, RR 20x/mnt, S 36,5. Hasil lab: Hb 12, Ht 35, Leu
7500, Tr 300.000, serologi Widal 1/1280. Dokter mendiagnosis pasien
dengan demam tifoid dan merawat inap di rumah sakit. Setelah
beberapa saat di ruang rawat tiba-tiba pasien mengamuk, gelisah,
mencabut infus, dan keluar kamar. Pasien ditenangkan oleh perawat
dan setelah beberapa waktu dapat diajak bicara kembali. Yang terjadi
pada pasien ini disebut…
a. Skizofren
b. Delirium
c. Waham
d. Koma
e. Demensia
• Jawaban: B. Delirium
88. DELIRIUM
• Delirium: kesadaran fluktuatif, ditandai dengan kesulitan
memfokuskan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian .
• Pedoman diagnostik:
• Gangguan kesadaran & perhatian
• Gangguan kognitif (distorsi persepsi, halusinasi, hendaya daya pikir, daya
ingat, disorientasi)
• Gangguan psikomotor: hipo/hiperaktivitas
• Gangguan siklus tidur-bangun
• Gangguan emosional: depresi, ansietas, lekas marah
• Onset cepat, hilang timbul, kurang dari 6 bulan
• Penyebab:
• SSP: kejang (postictal)
• Metabolik: gangguan elektrolit, hipo/hiperglikemia
• Penyakit sistemik: infeksi, trauma, dehidrasi/ovehidrasi
• Obat-obatan
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
Diagnosis Delirium (DSM-IV)
Kriteria diagnosis
• Pasien mengalami gangguan kesadaran (perubahan kewaspadaan terhadap
lingkungan) dengan berkurangnya kemampuan untuk memusatkan, menjaga,
atau memindahkan perhatian.
• Terdapat perubahan kognitif (gangguan memori, disorientasi, gangguan Bahasa
dan persepsi) yang tidak disebabkan oleh demensia.
• Gangguan terjadi pada periode waktu yang pendek dan berfluktuasi.
• Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisis, atau pemeriksaan penunjang
yang menunjukkan terdapat kondisi medis umum sebagai etiologic dari gangguan
yang terjadi.
Klasifikasi Delirium
• Tipe hiperaktif
Pasien agitasi, disorientasi, terdapat waham dan/atau halusinasi. Tampilan
klinis ini sangat menyerupai skizofrenia, demensia dengan agitasi, atau
gangguan psikotik
• Tipe hipoaktif
Pasien cenderung diam, bingung, disorientasi, apatis. Delirium tipe ini
seringkali tidak diketahui atau dianggap sebagai depresi atau demensia.
• Tipe campuran
Terdapat fluktuasi antara gejala hiperaktif dan hipoaktif.
Delirium. Ondria C, Gleason MD., University of Oklahoma College of Medicine, Tulsa, Oklahoma. Am Fam Physician. 2003
Mar 1;67(5):1027-1034.
Diagnosis Banding Delirium
Diagnosis Karakteristik
Delirium Perubahan kognitif terjadi secara akut dan berfluktuasi. Bicara tidak
nyambung atau pasien tampak bingung. Kesadaran dan perhatian hilang
timbul.
Skizofrenia Jarang baru ditemukan setelah usia 50 tahun. Halusinasi auditorik lebih
umum disbanding halusinasi visual. Memori tidak terganggu dan jarang
ditemukan disorientasi. Tidak terdapat disartria. Tidak didapatkan
fluktuasi gejala yang jelas sepanjang hari.
Gangguan mood Manifestasi bersifat persisten dan gradual. Pada mania pasien dapat
mengalami agitasi, namun kemampuan kognitif umumnya tidak terganggu.
Pada arus pikir umum ditemukan flight of ideas yang masih dapat
ditemukan koherensianya. Disorientasi jarang ditemukan pada mania.
Soal no 89
• Seorang mahasiswi berusia 18 tahun dibawa ke IGD karena tiba-tiba
pingsan saat Ujian Akhir Semester akan dimulai. Pada pemeriksaan,
pasien menutup mata, tidak menjawab saat dipanggil. Tekanan darah
110/80, frekuensi nadi 78x/menit, frekuensi nafas 16x/menit, suhu
afebris. Pemeriksaan jantung, paru, tidak ada kelainan. Saat palpebra
superior dibuka terdapat tahanan. Diagnosis yang mungkin adalah...
a. Konversi
b. Hipokondriasis
c. Somatisasi
d. Gangguan cemas menyeluruh
e. Malingering
• Jawaban: E. Malingering
89. Malingering
• Definisi: dengan sengaja berpura-pura memiliki gejala fisik atau
psikologi, atas dasar motif insentif eksternal.
Malingering Berpura-pura sakit atau melebih-lebihkan kondisi fisik yang sudah ada sebelumnya dengan
tujuan untuk mendapatkan kompensasi tertentu (misalnya untuk mendapatkan cuti kerja).
Factitious disorder/ Berpura-pura sakit atau membuat dirinya sakit. Namun hal ini
Munchhausen syndrome
dilakukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian/ simpati
dari orang lain saja.
Soal no 90
• Tn. Johny, 57 tahun mengeluh berdebar, tangan basah, keringat
dingin, dan takut mendengar suara deburan ombak. Pasien
merupakan salah satu korban yang selamat dari Tsunami Palu.
Semenjak itu sering mimpi buruk tentang tsunami. Pasien juga takut
untuk pergi ke pantai. Terapi yang dapat diberikan pada pasien
adalah…
a. Risperidone
b. Haloperido
c. Sertralin
d. Carbamazepin
e. Lithium
• Jawaban: D. Sertralin
90. GANGGUAN MENTAL SESUDAH TRAUMA
Gangguan Karaktristik
Reaksi stres pasca trauma (Post Adanya bayang-bayang kejadian yang persisten, mengalami gejala penderitaan bila
traumatic stress disorder/ PTSD) terpajan pada ingatan akan trauma aslinya, menimbulkan hendaya pada kehidupan
sehari-hari. Gejala terjadi selama 1-6 bulan.
Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD)
• Diagnosis baru bisa ditegakkan apabila gangguan stres
pasca trauma ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatik berat.
PPDGJ-III
Reaksi Stres Akut vs PTSD vs Gangguan Penyesuaian
Reaksi Stres Akut Ggn. Penyesuaian PTSD
Waktu antara stresor dan Beberapa hari hingga Maksimal 3 bulan Bisa bertahun-tahun
timbulnya gejala maksimal 4 minggu
• ADHD
• Sekumpulan gejala yang menunjukkan keterbatasan
pemusatan perhatian dan impulsivitas yang tinggi pada
anak atau remaja.
• Klasifikasi ADHD:
• Gangguan atensi,
• Hiperaktivitas/impulsive, atau
• Gabungan keduanya
Kriteria diagnosis:
Terdapat gejala no. 1 atau 2:
1) 6 atau lebih gejala gangguan atensi berikut yang
berlangsung selama minimal 6 bulan, bersifat
maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan:
a. Tidak dapat memusatkan perhatian atau membuat kesalahan
sederhana pada lingkungan sekolah, kerja, atau aktivitas lainnya
b. Kesulita mempertahankan perhatian pada tugas atau aktivitas
bermain
c. Sering tampak tidak mendengarkan pembicaraan
d. Sering kesulitan mengorganisasi tugas dan aktivitas
e. Sering menghindar, tidak suka, atau enggan mengerjakan tugas
yang membutuhkan fokus pikiran (seperti PR)
f. Sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan untuk
aktivitas tertentu (mainan, buku PR, pensil, dsb)
g. Mudah terdistraksi oleh stimulus dari luar
h. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2) 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut yang
berlangsung selama minimal 6 bulan, bersifat maladaptive
dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan:
Hiperaktivitas
a. Menggerak-gerakkan tangan atau kaki pada saat duduk
b. Tidak bisa duduk diam; sering meninggalkan kursi pada situasi harus
duduk diam
c. Sering berlari atau memanjat-manjat pada situasi yang tidak sesuai
(pada remaja atau dewasa, gejala hanya berupa perasaan tidak bisa
diam)
d. Kesulitan untuk bermain dengan tenang
e. Selalu “bergerak”
f. Sering berbicara berlebihan
Impulsivitas
a. Sering menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan secara lengkap
disampaikan
b. Sulit untuk menunggu giliran
c. Sering menginterupsi orang lain (memotong pembicaraan, dll)
Jenis-jenis ADHD
• Gangguan atensi • Hiperaktivitas-impulsif
Terdapat minimal 6 gejala berikut: Terdapat minimal 6 gejala berikut:
1. Tidak bisa memperhatikan hal detil, 1. Tangan dan kaki tidak bisa diam saat
sering membuat kesalahan sederhana duduk
2. Sulit menjaga perhatian 2. Sulit untuk tetap duduk diam
3. Sering tampak tidak mendengarkan 3. Berlari-lari atau memanjat pada
4. Kesulitan mengikuti instruksi situasi yang tidak sesuai
5. Sulit untuk mengorganisir sesuatu 4. Sulit untuk beraktivitas dengan
tenang
6. Menghindari/tidak menyukai kegiatan
yang membutuhkan focus 5. Sering bersikap seperti digerakkan
oleh motor
7. Sering kehilangan barang-barang
penting 6. Bicara berlebihan
8. Mudah terdistraksi 7. Menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan selesai
9. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari
8. Sulit menunggu giliran
9. Menginterupsi orang lain
• Jawaban: A. Autisme
92. PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (PDD)
mild severe
OR AND AND
• Tujuan terapi:
• Mengurangi, mengubah perilaku yang tidak dikehendaki
• Meningkatkan kemampuan belajar, berkomunikasi, kemampuan membantu
diri
Tatalaksana
Non farmakologi
Psikofarmaka • Terapi perilaku
• Untuk gejala iritabilitas • Membantu mempelajari
perilaku yang diharapkan
• Risperidon 0.01 mg/kgBB 2x dan membuang perilaku
sehari, tappering up sesuai yang bermasalah
kebutuhan • Terapi okupasi
• Melatih koordinasi dan
• Aripiprazole 2,5-10 mg dosis kekuatan motorik halus
tunggal • Terapi wicara
• Melatih bahasa reseptif dan
ekspresi
• Memperbaiki artikulasi
• Berdialog dan
berkomunikasi verbal
Rett Syndrome (DSM-IV)
Childhood Disintegrative Disorder (DSM-IV)
Soal no 93
• Perempuan, 66 tahun, datang diantar dengan keluhan gangguan
minat dan sulit tidur. Keluhan muncul setelah ditinggal anaknya yang
ikut dengan suaminya keluar pulau. Pasien jadi tidak minat, tidak
nafsu makan, mudah lelah, sulit tidur, merasa tidak berguna dan ingin
mati saja. Terapi yang dapat diberikan adalah…
a. Diazepam
b. Fluoxetin
c. Risperidone
d. Amitriptilin
e. Carbamazepin
• Jawaban: B. Fluoxetin
93. GANGGUAN PENYESUAIAN (F43) (DSM-IV)
Klasifikasi (DSM-IV)
• Adjustment disorder with depressed mood
• Adjustment disorder with anxiety
• Adjustment disorder with mixed anxiety and depressed mood
• Adjustment disorder with disturbance of conduct
• Adjustment disorder with mixed disturbance of emotions and
conduct
• Adjustment disorder, Unspecified
Tatalaksana Gangguan Penyesuaian
• Tatalaksana utama: PSIKOTERAPI
• Terapi keluarga
• Terapi relaksasi
• Cognitive behavior therapy
DSM-IV-TR
Beberapa Jenis Fobia Spesifik yang Sering Ditemui
FOBIA FOBIA TERHADAP:
Arachnofobia Laba-laba
Aviatofobia Terbang
Akrofobia Ketinggian
Nekrofobia Kematian
Androfobia Laki-laki
Ginofobia Perempuan
Tatalaksana Fobia Spesifik
• Medikamentosa
• Tidak terlalu berperan
• Obat yang digunakan: short actiing benzodiazepine pada kondisi
yang sudah dapat diduga akan terjadi fobia. Contoh: pada pasien
fobia ketinggian, dapat diberikan diazepam sesaat sebelum akan
naik pesawat.
• Jawaban: C. Nightmare
96. GANGGUAN TIDUR
• Gangguan tidur non organik mencakup :
• Disomnia: kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan pada jumlah,
kualitas atau waktu tidur insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur
• Parasomnia: peristiwa episodik abnormal selama tidur. Pada masa kanak ada
hubungan dengan perkembagan anak, pada orang dewasa berupa
somnabulisme, night terror, nightmare
F51.3 Somnambulisme (Sleepwalking)
• Somnambulisme adalah gangguan tidur sambil berjalan, yang
merupakan gangguan perilaku yang terjadi dalam tahap mimpi
dari tidur.
• Penyebab
a) Kurang tidur (sleep deprivation)
b) Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep
schedules)
c) Demam (fever)
d) Stres atau tekanan (stress)
e) Kekurangan (deficiency) magnesium
f) Intoksikasi obat atau zat kimia
F51.4 Teror tidur (night terrors)
• Night terror adalah suatu kondisi terbangun dari sepertiga awal tidur malam, biasanya diikuti dengan
teriakan dan tampakan gejala cemas yang berlebihan, berlangsung selama 1 – 10 menit.
• Gejala
Dalam episode yang khas, ypenderita akan terduduk di tempat tidur dengan kecemasan yang sangat dan
tampakan agitasi serta gerakan motorik perseverativ (seperti menarik selimut), ekspresi ketakutan, pupil
dilatasi, keringat yang berlebihan, merinding, nafas dan detak jantung ang cepat.
• Kriteria DSM-IV untuk Night Terror :
• Episode berulang dari bangun secara tiba-tiba dari tidur, biasanya berlangsung pada sepertiga awal tidur dan dimulai dengan
teriakan yang panik.
• Ketakutan yang sangat dan tanda-tanda sistem autonomik yang meningkat seperti takikardi, bernafas dengan cepat, dan
keringat dalam setiap episode.
• Tidak responsif secara relatif terhadap dukungan orang sekitar untuk menenangkan disaat episode.
• Tidak dijumpainya mimpi yang dapat diingat dan timbulnya amnesia terhadap episode.
• Episode-episode serangan dapat menyebabkan distress tang tampak secara klinis dan ketidak seimbangan dalam lingkungan,
pekerjaan dan dalam aspek lain.
• Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat secara langsung (seperti penyalahgunaan zat atau untuk medikasi)
ataupun dalam suatu kondisi medis umum.
F51.5 Mimpi buruk (nightmare)
• Gangguan ini terdiri dari terjaga dari tidur yang berulang dengan ingatan
terperinci yang hidup akan mimpi menakutkan.
• Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk diagnosis secara pasti
terhadap mimpi buruk, yaitu:
• Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang
menakutkan yang dapat diingat kembali secara terperinci dan jelas (vivid),
• Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar dan mampu
mengenali lingkungannya.
• Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan
penderitaan yang cukup berat bagi individu.
• Psikoterapi dan pengobatan perilaku merupakan metode pengobatan
paling efektif.
Soal no 97
• Tn. Budiana Sulaiman, 43 tahun, datang bersama keluarganya dengan
keluhan hilang ingatan. Sebelumnya pria tersebut adalah guru
olahraga di sebuah sekolah. Lalu, selama 3 bulan menghilang dan saat
ditemukan pasien bekerja di tempat lain dengan identitas yang
berbeda. Pasien mengatakan sama sekali tidak ingat tentang hal
tersebut. Riwayat trauma kepala, penggunaan obat-obatan terlarang
disangkal. Diagnosisnya adalah…
a. Gangguan fugue disosiatif
b. Gangguan amnesia disosiatif
c. Kepribadian ganda
d. Derealisasi
e. Depersonalisasi
• Klasifikasi:
• Amnesia disosiatif
• Fugue disosiatif
• Stupor disosiatif
• Gangguan trans dan kesurupan
• Gangguan motorik disosiatif
• Konvulsi disosiatif
• Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
• Gangguan disosiatif campuran
• Gangguan disosiatif lainnya: sindrom Ganser, kepribadian ganda, YDT
Amnesia disosiatif
• Hilangnya daya ingat biasanya tentang hal penting yang baru
terjadi, tanpa gangguan mental organik
• Membedakan dengan malingering amnesia buatan
biasanya tentang problem yang jelas (keuangan, proses
hukum, dll)
Fugue disosiatif
• Terdapat ciri-ciri amnesia disosiatif
• Melakukan perjalanan tertentu lebih dari yang umum
dilakukan sehari-hari
Stupor disosiatif
• Sangat berkurang/hilangnya gerakan-gerakan volunter dan
respon normal terhadap rangsangan luar
• Tidak ada gangguan fisik ataupun gangguan jiwa lain
Gangguan trans dan kesurupan
• Kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran
terhadap lingkungan
• Individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib,
atau kekuatan lain
• Gangguan trans involunter dan bukan merupakan aktivitas biasa
Konvulsi disosiatif
• Gerakan-gerakan seperti kejang, tanpa kehilangan kesadaran, sangat jarang disertai
lidah tergigit, luka serius karena terjatuh, dll. Tanpa kelainan organik.
• Jawaban: A. Antisosial
98. GANGGUAN KEPRIBADIAN
Ciri Khas Masing-masing Gangguan Kepribadian
• Jawaban: A. Vitiligo
99. Leukoderma
• Bercak putih pada kulit akibat hilangnya sebagian/
seluruh pigmen kulit
• ETIOLOGI
– Kongenital
• Tuberous sclerosis, partial albinism, piebaldism dan Waardenburg syndrome
– Imunologis
• Vitiligo, halo mole
– Post inflamasi
• Luka bakar, dermatitis, psoriasis, cuteneous lupus erythematosus, lichen sclerosus
– Infeksi
• Ptiriasis versicolor, lichen planus, sifilis
– Obat
• EGFR inhibitor, injeksi steroid intralesi
– Okupasi/bahan kimia
http://www.dermnetnz.org/colour/leukoderma.html
Leukoderma: Vitiligo
• Definisi: Hipomelanosis idiopatik ditandai dengan makula putih
yang dapat meluasmengenai bagian tubuh yang memiliki
melanosit (kulit, rambut, mata)
• Etiologi
– Belum diketahui, diduga karena autoimun, neurohumoral, autositotoksik,
atau karena bahan kimiawi
• Gejala
– Makula berwarna putih (apigmentasi) berukuran mm-cm, bulat, lonjong,
berbatas tegas
– Bisa juga makula hipomelanotik (tidak putih sekali)
– Tepi lesi bisa meninggi, eritema dan gataldisebut inflamatoar
• Predileksi
– Area ekstensor tulang (jari, periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung,
tibialis anterior, dan pergelangan tangan bagian fleksor)
– Lesi bilateral bisa simetris atau asimetris
– Area traumatik
Klasifikasi Vitiligo
• Secara umum ada 2 bentuk
1. Lokalisata
- Fokal: satu atau lebih makula pada satu area tetapi tidak
segmental
- Segmental: satu atau lebih makula pada satu area, dengan
distribusi menurut dermatom (co. satu tungkai)
- Mukosal: hanya pada mukosa
2. Generalisata (90% penderita yang generalisata lesinya bersifat
simetris)
- Akrofasial: depigmentasi hanya terjadi di bagian distal ekstremitas
dan mukastadium awal vitiligo generalisata
- Vulgaris: makula tanpa pola tertentu di banyak tempat
- Campuran: depigmentasi menyeluruh atau hampir di seluruh
tubuhvitiligo total
Vitiligo: Gambaran Klinis
http://www.dermnetnz.org/colour/vitiligo.html
Diagnosis
• Gejala dan temuan klinis: makula
apigmentasi/hipopigmentasi lupa? Baca lagi slide di atas
• Pemeriksaan histopatologi
- Pemeriksaan Hematoksilin Eosin (HE) tidak ditemukan sel
melanosit
- Reaksi DOPAmelanosit negatif pada daerah apigmentasi,
tapi positif pada daerah hiperpigmentasi
• Pemeriksaan biokimia
- Histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa tidak
ada tirosinase, namun tirosin plasma dan kulit normal
Prinsip tatalaksana
• Usia di bawah 18 tahun:
- Topikal saja: losio metoksalen 1% diencerkan dalam spiritus dilutus dengan
perbandingna 1:10dioleskan di semua lesi
- Setelah didiamkan 15 menitdijemur dengan UV A selama 10 menit sampai
eritema
- Durasi jemur makin lama makin panjang tapi jangan sampai ada erosi, vesikel,
atau bula
• Usia di atas 18 tahun dan lokalisata
- Sama dengan pengobatan 18 tahun6 bulan tidak ada perubahan stop
• Usia di atas 18 tahun dan generalisata
- Terapi usia <18 tahun + kapsul metoksalen 2x10 mg (sekali telan, bukan dua kali
sehari)2 jam kemudian dijemur
• Alternatif:
- Kortikosteroid potensi kuat: betamethasone valerate 0,1% atau klobetasone
propionat 0,05%
- MBEH (Monobenzylether of Hydroquinon) 20%untuk vitiligo yang lebih dari
50% total luas kulit atau gagal dengan psoralen
Soal no 100
• Tuan Bebeng, 40 tahun, datang ke poliklinik karena 1 bulan lalu
muncul benjolan bertangkai di penis. Ia merupakan seorang kurir
yang sering berhubungan intim dengan PSK. Pada pemeriksaan PA
tampak jaringan fibrovaskular dengan epitel oleh sel berlapis. Pada
pemeriksaan lab ditemukan koilositosis. Diagnosis pasien ini adalah...
a. Herpes Genital
b. Kondyloma acuminata
c. Sifilis
d. Infeksi HSV tipe I
e. Moluskum Kontagiosium
• Gejala
– Bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai
coklat hitam, meliputi badan, ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang berambut
– Asimtomatik – gatal ringan, berfluoresensi
• Pemeriksaan
• Lampu Wood (kuning keemasan), KOH 20%
(hifa pendek, spora bulat:
meatball & spaghetti appearance)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tatalaksana Pitriasis Versikolor
PERDOSKI 2017
• Topikal
• Sampo ketokonazol 2% dioleskan pada daerah yang terinfeksi/seluruh badan, 5 menit sebelum
mandi, sekali/hari selama 3 hari berturut-turut.
• Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari 15-20 menit selama 3 hari dan diulangi seminggu
kemudian. Terapi rumatan sekali setiap 3 bulan.
• Sampo zinc pyrithione 1% dioleskan di seluruh daerah yang terinfeksi/seluruh badan, 7-10
menit sebelum mandi, sekali/hari atau 3-4 kali seminggu.
• Khusus untuk daerah wajah dan genital digunakan vehikulum solutio atau golongan azol
topikal (krim mikonazol 2 kali/hari).
• Krim terbinafin 1% dioleskan pada daerah yang terinfeksi, 2 kali/hari selama 7 hari.
• Sistemik
Untuk lesi luas atau jika sulit disembuhkan dapat digunakan terapi sistemik
ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari.
• Alternatif:
• Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari atau 100 mg/hari selama 2 minggu
• Flukonazol 400 mg dosis tunggal6,13,14 (B,1) atau 300 mg/minggu selama 2- 3 minggu.
Soal no 102
• Tuan Kuki, usia 23 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada area lipat
paha sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai adanya benjolan pada
daerah tersebut. Mulanya seperti ada luka pada kemaluan 3 minggu
yang lalu namun sembuh sendiri. Riwayat berhubungan dengan PSK 1
bulan lalu. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status lokalis
didapatkan adanya pembesaran kelenjar getah bening inguinal dan
terdapat nyeri tekan. Etiologi kasus tersebut adalah…
a. Candida albicans
b. Chlamydia trachomatis
c. Gardnerella vaginalis
d. Neisseria gonorrhea
e. Treponema pallidum
• Tatalaksana
• DOC CDC 2015: Doksisiklin 100 mg PO 2x/hari selama
21 hari atau
• Eritromisin 500 mg PO 4x/hari selama 21 hari
http://emedicine.medscape.com/article/220869-treatment
Soal no 103
• Nona Pannus, usia 16 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan
berupa muncul jerawat wajah sejak 1 minggu lalu. Keluhan disertai
gatal di sekitar lokasi jerawat. Pemeriksaan fisik umum dalam batas
normal. Pada status lokalis didapatkan gambaran black comedos >10
per sisi, white comedos >20 per sisi, papul >15 per sisi, pustul dan
nodul (+). Diagnosis pasien ini adalah...
a. Acne vulgaris tipe komedonal
b. Acne vulgaris tipe papulopustular derajat ringan
c. Acne vulgaris tipe papulopustular derajat sedang
d. Acne vulgaris tipe papulopustular derajat berat
e. Acne konglobata
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Manifestasi Klinis
Acne Vulgaris derajat ringan Acne Vulgaris derajat sedang Acne Vulgaris derajat berat
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Klasifikasi
Klasifikasi Lehmann (2002) Ringan Sedang Berat
Comedo < 20 20-100 > 100
or or or
Papul/pustul < 15 15-50 > 50
or or or
Nodul/kista >5
or or or
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat ringan
• Hanya obat topikal tanpa obat oral.
• Lini 1: asam retinoat 0,01-0,1% atau benzoil peroksida atau
kombinasi.
• Ibu hamil atau menyusui: benzoil peroksida
• Lini 2: asam azelaik 20%
• Lini 3: asam retinoat + benzoil peroksida atau asam retinoat +
antibiotik topikal
• Evaluasi: setiap 6-8 minggu
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat sedang
• Obat topikal dan oral.
• Lini 1:
Topikal: asam retinoat + benzoil peroksida atau bila perlu antibiotik.
Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida.
Oral: doksisiklin 50-100 mg
Ibu hamil atau menyusui eritromisin 500-1000 mg/hari
• Lini 2/3:
Topikal: asam azelaik, asam salisilat (AS) atau kortikosteroid intralesi (KIL),
dapson gel
Oral: antibiotik lainnya
Ibu hamil/menyusui eritromisin 500-1000 mg/hari
Mikroorganisme Trycophyton Sp., Epidermophyton Sp., Microsporum Sp. Malasezzia furfur Candida albicans
• Kulit (kutis)
• Lipatan kulit
Badan (T. Daerah sering terkena (intertriginosa)
Lokasi lesi Kepala (T. Kapitis) Kaki (T. Pedis)
Korporis) keringat • Perianal (Diaper’s Rash)
• Vulvovagina
• Mukosa oral
• Interdigitalis
• Gray patch • Terutama sela jari IV-
• Gatal (ektothrix) V • Kandidosis mukosa
• Lesi multipel
• Batas tegas • Black dot • Skuama, fisur, • Kandidosis kutis
• Batas tegas
• Polisiklik (endothrix) maserasi • Kandidosis sistemik
Bentuk lesi • Hipopigmentasi
• Pinggir aktif • Kerion (Bengkak, • Gatal menahun • Reaksi id (kandidid)
sampai dengan
• Central pus + dari folikel, tidak gatal • Maserasi (+)
hiperpigmentasi
healing seperti sarang • Kronik
lebah) • Papuloskuamosa
• Hiperkeratotik
Meatball and spaghetti
Pemeriksaan KOH Hifa sejati dan arthrospora (hifa pendek dan spora Pseudohifa dan blastospora
bulat)
Lampu Wood Kuning kehijauan Kuning keemasan Fluoresensi (-)
Jawaban: A. Lepra PB
105. Morbus Hansen
• Etiologi: Mycobacterium leprae
• Pemeriksaan fisik:
- Sensibilitas kulit: hypoesthesia
- Pemeriksaan saraf tepi: penebalan N.
fascialis, N. auricularis magnus, N.
radialis, N. medianus, N. peroneus
communis, N. ulnaris, N. tibialis
posterior
- Foot drop atau clawed hands
- Wasting dan kelemahan otot
- Ulserasi yang tidak nyeri pada tungkai
atas atau bawah
- Lagophtalmus, iridocyclitis, ulserasi
kornea, dan/atau katarak sekunder
akibat kerusakan saraf atau invasi bakteri
secara langsung, bahkan hingga Claw hands
amputasi
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi
Bakteriologi
Imunologi
• Immunoglobulin: IgM dan IgG
• Lepromin skin test
Klasifikasi Kusta tipe MB berdasarkan Jopling
Sifat Lepromatosa (LL) Borderline Lepromatosa (BL) Mid Borderline (BB)
Lesi
Bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome shape (kubah)
Papul Papul Punched out
Nodul
Jumlah Tidak terhitung, tidak Sukar dihitung, masih ada Dapat dihitung, kulit sehat
ada kulit sehat kulit sehat jelas masih ada
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Tidak jelas Tidak jelas Jelas
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif
Tes lepromin Negatif Negatif Negative
Klasifikasi Kusta tipe PB berdasarkan Jopling
Sifat Tuberculoid (TT) Borderline Tuberculoid (BT) Intermediate (I)
Lesi
Bentuk Makula dibatasi Makula dibatasi infiltrat atau Hanya infiltrat
infiltrat infiltrat saja
Jumlah Satu atau beberapa Beberapa atau satu dengan lesi Satu atau beberapa
satelit
Distribusi Terlokalisir dan Asimetris Bervariasi
asimetris
Permukaan Kering, berskuama Kering, skuama Fapat halus agak
berkilat
Batas Jelas Jelas Bisa jelas/tidak jelas
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai
tidak jelas
BTA
Lesi kulit Hampir selalu Negatif atau hanya 1+ Negatif
negatif
Tes lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah
Tipe Kusta Menurut WHO
Flowchart of Diagnosis & Classification
Pengobatan Kusta
Reaksi Kusta
• Interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit
yang sebenarnya sangat kronik
Pure neuritis leprosy Jenis lepra yang gejalanya berupa neuritis saja
Lucio’s phenomenone
Reversal reaction of leprosy
Soal no 106
• Tuan Beta, usia 47 tahun, datang ke poliklinik karena kulit yang
semakin tebal berwarna kehitaman di daerah tengkuk sejak 1 tahun
lalu. Pasien juga mengeluhkan rasa gatal yang akhirnya membuat ia
sering menggaruk bagian tersebut. Saat pemeriksaan, didapatkan
gambaran berupa plak erimatosa dengan likenifikasi dan skuama
halus kekuningan. Diagnosis pasien tersebut adalah…
a. Morbus Hansen
b. Neurodermatitis
c. Liken Simpleks Akut
d. Dermatofitosis
e. Psoriasis
Jawaban: B. Neurodermatitis
106. Liken Simpleks Kronikus
• Nama lain: Liken Vidal atau neurodermatitis
sirkumskripta
• Penebalan kulit akibat gesekan atau garukan berulang
• Gatal (dengan atau tanpa penyebab patologis kulit)
garukan berulang trauma mekanis likenifikasi
• Daerah
• Kulit kepala, belakang leher, tungkai atas atau bawah, vulva
dan skrotum
• Etiologi
• Rangsangan pruritogenik dari alergi atau stress
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Gambaran klinis
Tatalaksana
• Menghindari menggaruk lesi
• Antipruritus: antihistamin H1 generasi 1 efek sedatif agar
mengurangi sifat menggaruk
• Kortikosteroid potensi kuat
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Soal no 107
• Anak Gerber, usia 5 bulan, oleh ibunya dibawa ke Puskesmas karena
anak tersebut memiliki kulit yang kering dan pecah-pecah. Ibunya
menyangka bahwa kulitnya itu hanya karena efek cuaca kemarau yang
kini tengah berkepanjangan, sehingga 2 bulan terakhir ini hanya
diberikan lotion pelembut kulit. Keluhan sempat tampak membaik,
namun kembali tampak jelas beberapa minggu terakhir ini sehingga
orang tuanya menjadi khawatir. Keluhan muncul sejak bayi berusia 3
bulan, kini kulitnya pecah-pecah yang sisinya lepas berbentuk
heksagonal. Diagnosis pasien tersebut adalah…
a. Dermatitis atopi
b. Xerosis kutis
c. Dermatitis seboroik
d. Iktiosis vulgaris
e. Psoriasis vulgaris
http://www.dermnetnz.org/topics/ichthyosis-vulgaris/
Soal no 108
• Nyonya Megan, perempuan, usia 40 tahun, datang ke Puskesmas
karena muncul benjolan di ketiak kiri yang disertai nyeri hilang timbul
sejak 7 bulan lalu. Pada pemeriksaan fisik, tampak beberapa benjolan
yang nyeri bila diraba dengan gambaran nodul multipel eritema.
Nodul mempunyai sinus dan mengandung pus pada aksila kiri.
Kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut adalah…
a. Erisipelas
b. Hidradenitis supuratif
c. Ektima
d. Selulitis
e. Sifilis
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 61-62
Tatalaksana Hidradenitis suppurativa
• Antibiotik Sistemik: minimal selama 7
hari
• Lini pertama:
• Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-
500 mg/hari per oral; anak-anak 25-50
mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
• Amoksisilin dan asam klavulanat:
dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-anak
25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
• Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4 dosis.
• Lini kedua:
• Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1),
dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5)
• Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3
dosis.
• Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari;
anak-anak 20-50 mg/kgBB/hari terbagi
4 dosis. (A,2)
PERDOSKI 2017
Soal no 109
• Tuan Sarman, laki-laki, 33 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD
karena tiba-tiba muncul lepuh pada kulit di tubuhnya sejak 2 hari.
Keluhan mulanya hanya di beberapa bagian tubuhnya, namun kini
sudah tampak lebih banyak dan dirasakan nyeri. Sebelumnya keluhan
hanya tampak seperti melepuh biasa, namun kulit tampak semakin
kemerahan dan mulai timbul luka. Pada pemeriksaan fisik tampak
macula eritema, bula, dan erosi di seluruh punggung, dada,
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Kemungkinan diagnosis
tersebut adalah…
a. Steven Jonson Syndrom
b. Fixed Drug eruption
c. Nekrolisis Epidermal Toksik
d. Dermatitis Kontak
e. Dermatitis Atopi
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
SSJ vs TEN
Clinical Features that Distinguish SJS, SJS-TEN Overlap, and
TEN
Clinical SJS SJS-TEN TEN
entitiy overlap
Primary lesions • Dusky red • Dusky red • Poorly
lesion lesions delineated
• Flat • Flat atypical erythematous
atypical targets plaques
targets • Epidermal
detachment
• Dusky red
lesions
• Flat atypical
targets
Distribution • Isolated • Isolated lesions • Isolated
lesions • Confluence (++) lesions (rare)
• Confluenc on face and • Confluence
e (+) on trunk (+++) on face,
face and trunk, and
trunk elsewhere
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Manifestasi Klinis
D. Full-blown epidermal
necrolysis characterized by large
erosive areas reminiscent of
scalding.
Tatalaksana
• Sistemik:
• Topikal
- Kortikosteroid sistemik: deksametason intravena dengan dosis
• mencegah kulit terlepas setara prednisone
lebih banyak, infeksi 1-4 mg/kgBB/hari untuk SSJ.
mikroorganisme, dan 3-4 mg/kgBB/hari untuk SSJ-NET
mempercepat 4-6 mg/kgBB/hari untuk NET.
reepitelialisasi: - Analgesik
• Dapat diberikan • Pilihan lain:
pelembab berminyak - Intravenous immunoglobulin (IVIg) dosis tinggi dapat diberikan
seperti 50% gel segera setelah pasien didiagnosis NET dengan dosis 1
petroleum dengan 50% g/kgBB/hari selama 3 hari
cairan parafin. • Kombinasi IVIg dengan kortikosteroid sistemik dapat mempersingkat
waktu penyembuhan, tetapi tidak menurunkan angka mortalitas.
• Antibiotik sistemik sesuai indikasi
Jawaban:C. Eritromisin
110. Eritrasma
• Etiologi
• Corynebacterium minutissimum (coral red pada lampu Wood)
https://www.dermnetnz.org/topics/erythrasma
Eritrasma
• Efloresensi
• Plak berwarna pink kemerahan dengan skuama halus
berubah menjadi coklat dan bersisik
• Histopatologi Jaringan
• Hipergranulosis, dilatasi vaskular, dan infiltrat limfosit
perivaskular ringan
• Mikroskopik
• Bakteri batang dengan filamen (bersegmen) dan bentuk
coccoid
• Terapi
• Topikal
• Krim eritromisin, larutan klindamisin HCl, mikonazol, krim
asam fusidat, salep Whitfield
• Oral Antibiotik
• Eritromisin (DOC)
• Tetrasiklin
https://books.google.co.id/books?id=wrX8CAAAQBAJ&pg=PA376&lpg=PA376&dq=eritrasma+coccoid+filament&source=bl&ots=Z95YYYOG3y&sig=XXV_bB2zzXVXel4ikqQXBRYpbNA&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=eritrasma%20coccoid%20filament&f=false
https://www.dermnetnz.org/topics/erythromycin/
Pemeriksaan Lampu Wood
WARNA ETIOLOGI
Kuning Emas Tinea versicolor – M. furfur
Jawaban: A. Malaria
111. Malaria
• Penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit Plasmodium dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles. Berdasarkan
jenis plasmodiumnya, infeksi malaria ini
dapat menimbulkan berbagai gejala antara
lain:
– Plasmodium vivax malaria tertian
benigna/malaria vivax
– Plasmodium falciparum malaria tertiana
maligna/ malaria Tropicana
– Plasmodium malariae malaria kuartana
– Plasmodium ovale malaria tertian benigna
ovale
Malaria
Malaria
Malaria
Malaria the disease
1 atau
14
hari*
* Jika infeksi malaria falciparum maka primakuin hanya diberikan sekali dosis
tunggal, sedangkan jika infeksi malaria vivaks atau campuran falsiparum dan vivaks,
maka primakuin diberikan selama 14 hari
Catatan
• Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
• Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
• Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
• Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
• Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah
minum obat primakuin, maka pengobatan diberikan secara mingguan
selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan 0,75mg/kgBB. Pengobatan
malaria pada penderita dengan Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah
sakit.
Soal no 112
• Bayi Bebelac, laki-laki, usia 2 minggu, dibawa oleh ibunya ke poli
MTBS untuk kontrol pasca kelahiran. Sejauh ini pasien tidak
mengalami keluhan apapun, aktivitas minum ASI juga dinilai baik. Ibu
pasien mengeluhkan beberapa hari lalu muncul bintik-bintik putih di
wajah dan semakin banyak sejak 3 hari lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan vesikel kecil multipel berukuran 1-2 mm pada wajah dan
sebagian leher. Anak masih aktif, pertumbuhan dan perkembangan
dalam batas normal. Tanda vital lainnya dalam batas normal.
Diagnosis pasien tersebut adalah…
a. Miliaria kristalina
b. Miliaria rubra
c. Miliaria profunda
d. Miliaria pustulosa
e. Miliaria vesikulosa
Perdoski 2017
Algoritma Diagnosis dan Terapi
Perdoski 2017
Soal no 113
• Anak Carlos, laki-laki, 5 tahun, dibawa ibunya ke poliklinik karena
seluruh badannya tampak bengkak sejak 5 hari lalu. Pasien sudah
beberapa kali mengalami hal serupa sejak 3 tahun lalu dan rutin
berobat ke dokter anak. Terakhir kali menjalani terapi tersebut 4
bulan dan 8 bulan lalu minum obat hingga bengkaknya hilang. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar albumin 2 g/dL dan
proteinuria 3+. Tatalaksana yang dapat diberikan untuk pasien
tersebut adalah…
a. Prednison dosis alternating selama 4 minggu
b. Prednison dosis alternating selama 8 minggu
c. Siklofosfamid
d. Prednison dosis penuh selama 8 minggu
e. Prednison dosis penuh selama 4 minggu
P E N YA K I T K E T E R A N G A N
Inkompatibilitas Adanya aglutinin ibu yang bersirkulasi di darah anak terhadap aglutinogen ABO anak. Ibu
dengan golongan darah O, memproduksi antibodi IgG Anti-A/B terhadap gol. darah anak
ABO (golongan darah A atau B). Biasanya terjadi pada anak pertama
Rh+ berarti mempunyai antigen D, sedangkan Rh– berarti tidak memiliki antigen D. Hemolisis
terjadi karena adanya antibodi ibu dgn Rh- yang bersirkulasi di darah anak terhadap antigen
Inkompatibilitas Rh anak (berati anak Rh+). Jarang pada anak pertama krn antibodi ibu terhadap antigen D
anak yg berhasil melewati plasenta belum banyak.
Rh Ketika ibu Rh - hamil anak kedua dgn rhesus anak Rh + antibodi yang terbentuk sudah cukup
untuk menimbulkan anemia hemolisis
Inkompatibilitas Rhesus
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tatalaksana Inkompatibilitas Rh
• Jika sang ibu hamil Rh – dan belum tersensitisasi,
berikan human anti-D immunoglobulin (Rh IgG atau
RhoGAM)
• Jika sang ibu sudah tersensitisasi, pemberian Rh IgG
tidak berguna
• Jika bayi telah lahir dan mengalami inkompatibilitas,
transfusi tukar/ foto terapi tergantung dari kadar
bilirubin serum, rendahnya Ht, dan naiknya
reticulocyte count
http://emedicine.medscape.com/article/797150
Tatalaksana Umum Hemolytic Disease
of Neonates
• In infants with hyperbilirubinemia due to alloimmune HDN, monitoring serum
bilirubin levels, oral hydration, and phototherapy are the mainstays of
management.
• For infants who do not respond to these conventional measures, intravenous fluid
supplementation and/or exchange transfusion may be necessary to treat
hyperbilirubinemia. Intravenous immunoglobulin (IVIG) also may be useful in
reducing the need for exchange transfusion.
• Phototherapy — Phototherapy is the most commonly used intervention to treat
and prevent severe hyperbilirubinemia. It is an effective and safe intervention. The
AAP has developed guidelines for the initiation and discontinuation of phototherapy
based upon total serum bilirubin (TSB) values at specific hourly age of the patient,
gestational age, and the presence or absence of risk factors for hyperbilirubinemia
including alloimmune HDN
• Hydration — Phototherapy increases insensible skin losses and as a result the fluid
requirements of infants undergoing phototherapy are increased. In addition, by-
products of phototherapy are eliminated in the urine. If oral hydration is
inadequate, intravenous hydration may be necessary.
• Exchange transfusion — Exchange transfusion is used to treat severe anemia, as
previously discussed, and severe hyperbilirubinemia. Exchange transfusion removes
serum bilirubin and decreases hemolysis by the removal of antibody-coated
neonatal RBCs and unbound maternal antibody.
Soal no 115
• Anak Marie, perempuan, 6 tahun, oleh ibunya dibawa ke IGD karena
badannya bengkak-bengkak 1 hari lalu. Pasien juga mengeluhkan
adanya nyeri tenggorokan disertai lemas. Tampak bintik kemerahan di
leher dan badan sejak 2 hari lalu setelah demam seharian sejak 3 hari
lalu. Ibu pasien juga menerangkan bahwa urin anaknya menjadi
warna merah gelap. Penyakit apa yang juga terkait dengan
mikroorganisme penyebab kondisi anak ini?
a. Epiglotitis
b. Demam skarlatina
c. Impetigo bulosa
d. Morbili
e. Rubella
Jawaban: C. Kolera
116. Kolera
• Infeksi usus oleh Vibrio cholerae
– Bakteri anaerobik fakultatif,
– batang gram negatif yang melengkung
berbentuk koma,
– tidak membentuk spora
– Memiliki single, sheathed, polar flagellum
• Gejala klinis (sangat cepat (24-48 jam)):
– Diare sekretorik profuse, tidak berbau,
bersifat tidak nyeri, seperti warna air
cucian beras
– Muntah tidak selalu ada
– Dehidrasi berlangsung sangat cepat,
dengan komplikasi gagal ginjal akut, syok,
dan kematian
– Abdominal cramps
V. cholerae
activation of ion
accumulates in increase cAMP
channels
stomach
Erythromycin or
azithromycin DOC for
Ab for cholera pregnant women and
patients with Ciprofloxacin children
PAHO Doxycycline Ciprofloxacin &
moderate or severe Azithromycin
dehydration doxycycline as
second-line for
children
• Anemia (WHO):
– A hemoglobin (Hb) concentration 2 SDs below the mean Hb
concentration for a normal population of the same gender and
age range
• US National Health and Nutrition Examination Survey (1999
– 2002)→ anemia:
– Hb concentration of less than 11.0 g/dL for both male and female
children aged 12 through 35 months
Robert D. Barker, Frank R. Greer, and The Committee of Nutrition. Diagnosis and Prevention of Iron Defiency and Iron Anemia i n Infants and Young Children (0-3 years of Age.
Pediatrics 2010; 126; 1040.
Pendekatan Anemia pada anak
• idai
Etiologi
• Bayi di bawah 1 tahun • Anak umur 2-5 tahun
– Persediaan besi yang – Diet rendah heme
kurang karena BBLR, lahir – Infeksi berulang/menahun
kembarm ASI eksklusif – Perdarahan berlebihan
tanpa suplementasi, susu karena divertikulum
formula rendah besi, meckel
pertumbuhan cepat,
anemia selama kehamilan • Umur 5 tahun – remaja
• Anak umur 1-2 tahun – Poliposis
– Tidak mendapat MPASI – Kehilangan besi karena
– Kebutuhan meningkat perdarahan e.c
parasit/infeksi
karena infeksi berulang
– Malabsorbsi • Remaja dewasa
– Menstruasi berlebihan
Hipokrom: MCH ˂ normal Hiperkrom:
MCH ˃ normal
Mikrositik: MCV ˂ normal
Manifestasi Klinis
• Anamnesis • Pemeriksaan fisik
– Pucat yang berlangsung – Pucat tanpa tanda – tanda
lama (kronik) perdarahan
– Gejala komplikasi : lemas, – Limpa dapat membesar
sariawan, fagofagia, namun umumnya tidak
penurunan prestasi belajar, teraba
menurunnya daya dahan – Koilonikia, glositis. Dan
tubuh terhadap infeksi dan stomatitis angularis
gangguan perilaku
– Terdapat faktor predisposis
dan faktor penyebab
• Serum iron concentration
– is a measurement of circulating iron (Fe³+) bound
to transferrin
– Only 0.1% of total body iron is bound to
transferrin at any one time
Diagnosis
Tatalaksana
• Fe oral
– Aman, murah, dan efektif
– Enteric coated iron tablets tidak dianjurkan karena
penyerapan di duodenum dan jejunum
– Beberapa makanan dan obat menghambat penyerapan
• Jangan bersamaan dengan makanan, beberapa antibiotik, teh,
kopi, suplemen kalsium, susu. (besi diminum 1 jam sebelum atau 2
jam setelahnya)
• Konsumsi suplemen besi 2 jam sebelum atau 4 jam setelah
antasida
• Tablet besi paling baik diserap di kondisi asam konsumsi
bersama 250 mg tablet vit C atau jus jeruk meningkatkan
penyerapan
Tatalaksana
Perifollicular hemorrhage
Scurvy
• Tatalaksana
- Jus jeruk setiap hari selama 7 hari
- Asam askorbat 3-5x100 mg/ hari sampai tercapai dosis total 4 gram
- Asam askorbat sekali minum hanya boleh 100 mg karena kemampuan usus
dalam menyerap hanya 100 mg dalam satu waktu
- Diet dengan kandungan vitamin C yang cukup
Bayi 0-6 bulan: 40 mg/hari
Bayi 7-12 bulan: 50 mg/hari
Anak 1-3 tahun: 15 mg/hari
Anak 4-8 tahun 25 mg/hari
Vitamin Deficiency syndrome
Water-soluble vitamins
Vitamin B1 Beriberi – Congestive heart failure (wet beriberi), aphonia, peripheral neuropathy, Wernicke encephalopathy (nystagmus,
(thiamine) ophthalmoplegia, ataxia), confusion, or coma
Vitamin B2 Nonspecific symptoms including edema of mucous membranes, angular stomatitis, glossitis, and seborrheic dermatitis (eg, nose,
(riboflavin) scrotum)
Vitamin B3 Pellagra – Dermatitis on areas exposed to sunlight; diarrhea with vomiting, dysphagia, mouth inflammation (glossitis, angular
(Niacin) stomatitis, cheilitis); headache, dementia, peripheral neuropathy, loss of memory, psychosis, delirium, catatonia
Vitamin B6 (pyridoxine) Anemia, weakness, insomnia, difficulty walking, nasolabial seborrheic dermatitis, cheilosis, stomatitis
Vitamin B12
Megaloblastic anemia (pernicious anemia), peripheral neuropathy with impaired proprioception and slowed mentation
(cobalamin)
Folate (Vitamin B9) Megaloblastic anemia
Biotin (Vitamin B7) Nonspecific symptoms including altered mental status, myalgia, dysesthesias, anorexia, maculosquamous dermatitis
Pantothenate (Vit. B5) Nonspecific symptoms including paresthesias, dysesthesias ("burning feet"), anemia, gastrointestinal symptoms
Vitamin C
Scurvy – fatigue, petechiae, ecchymoses, bleeding gums, depression, dry skin, impaired wound healing
(ascorbate)
Fat-soluble vitamins
Vitamin A Night blindness, xerophthalmia, keratomalacia, Bitot spot, follicular hyperkeratosis
Vitamin D Rickets, osteomalacia, craniotabes, rachitic rosary
Vitamin E Sensory and motor neuropathy, ataxia, retinal degeneration, hemolytic anemia
Vitamin K Hemorrhagic disease
Physical signs of selected nutritional deficiency states
Uptodate. 2017
SIGNS DEFICIENCIES
Alopecia Severe undernutrition, zinc deficiency
Brittle Biotin, severe undernutrition
Hair Color change Severe undernutrition
Dryness Vitamins E and A
Easy pluckability Severe undernutrition
Acneiform lesions Vitamin A
Follicular keratosis Vitamin A
Xerosis (dry skin) Vitamin A
Perioral and perianal bullous dermatitis (wet, flaming red plaques) Zinc
Ecchymosis Vitamin C or K
Skin
Intradermal petechiae Vitamin C or K
Erythema (especially where exposed to sunlight) Niacin
Hyperpigmentation Niacin
Seborrheic dermatitis (nose, eyebrows, eyes) Vitamin B2, Vitamin B6, Niacin
Scrotal dermatitis Niacin, Vitamin B2, Vitamin B6
Physical signs of selected nutritional deficiency states
Uptodate. 2017
SIGNS DEFICIENCIES
Angular palpebritis Vitamin B2
Corneal revascularization Vitamin B2
Eyes
Bitot's spots Vitamin A
Conjunctival xerosis, keratomalacia Vitamin A
Angular stomatitis Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12
Atrophic papillae Niacin
Bleeding gums Vitamin C
Mouth Cheilosis Vitamin B2, Vitamin B6
Anterior bowing of
the tibia
Frontal bossing
Antibiotic regimen
Late onset (≥7 days): Admitted from the community Ampicillin AND gentamicin
Late onset (≥7 days): Hospitalized since birth Gentamicin AND vancomycin
Special circumstances:
• NS1:
• antigen nonstructural untuk replikasi virus yang dapat dideteksi sejak hari pertama
demam.
• Puncak deteksi NS1: hari ke 2-3 (sensitivitas 75%) & mulai tidak terdeteksi hari ke 5-
6.
Jawaban: A. neuroblastoma
124. Neuroblastoma
• Neuroblastoma adalah tumor yang berasal dari jaringan
neural crest dan dapat mengenai susunan saraf simpatis
sepanjang aksis kraniospinal.
• Neuroblastoma merupakan kanker ekstrakranial yang paling
sering ditemukan pada anak, mencakup 8-10% dari seluruh
kanker pada anak.
• Angka kejadian sekitar 1,1 per 10.000 anak di bawah usia 15
tahun
• Etiologi belum diketahui, diduga berhubungan dengan
faktor lingkungan, ras dan genetik
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Manifestasi klinis neuroblastoma sangat
bervariasi, dapat berupa keluhan • Gejala dan tanda tergantung pada lokasi tumor primer
sehubungan tumor primernya, akibat dan penyebarannya.
metastasisnya atau gejala sindrom • Pembesaran perut. Tumor di daerah abdomen, pelvis atau
paraneoplastiknya. mediastinum, dan biasanya Neuroblastoma melewati garis
• Perut yang membesar merupakan keluhan tengah.
yang paling sering ditemukan • Pada penyebaran limfogenik akan ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening
• Berat badan yang menurun
• Cari penyebaran hematogenik ke sumsum tulang, tulang, dan
• Mata yang menonjol dengan ekimosis
hati akan ditemukan pucat, perdarahan, nyeri tulang,
periorbital hepatomegali, dan splenomegali.
• Keluhan lain adalah nyeri tulang, anoreksia, • Tumor yang berasal dari ganglia simpatis paraspinal dapat
pucat, banyak keringat, muka merah, nyeri menimbulkan kompresi spinal
kepala, palpitasi, diare berkepanjangan • Bila tumor menyebar ke daerah leher akan terjadi sindrom
yang dapat menyebabkan gagal tumbuh. Horner (miosis, ptosis, dan anhidrosis unilateral).
• Bila infiltrasi retrobulbar dan orbital maka akan ditemukan
ekimosis periorbital dan proptosis.
• Pemeriksaan Penunjang • Terapi
• Darah rutin, elektrolit, feritin, neuroblastoma
urin rutin, VMA urin, HVA urine terdiri dari:
• USG abdomen, CT scan untuk • Operasi
mencari tumor primer dan pengangkatan
penyebarannya tumor
• Foto toraks untuk mencari • Kemoterapi
penyebaran • Radioterapi
• Biopsi sumsum tulang untuk
mencari penyebaran
• Aspirasi sumsum tulang: sel
ganas pseudorosette
• Diagnosis pasti dengan
pemeriksaan histopatologis dari
jaringan yang diambil (biopsi)
Soal no 125
• Anak Morinaga, laki-laki, usia 4 tahun, dibawa oleh orang tuanya
karena keluhan demam. Pasien juga tampak lemas. Keluhan awalnya
berupa nyeri pada mulut dan tenggorokan sehingga anak menjadi
malas makan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda berupa oral
enanthem dan exanthem di telapak kaki dan tangan. Tatalaksana
pada kasus ini adalah...
a. Sefalosporin generasi 2
b. Sefalosporin generasi 3
c. Makrolid
d. Kortikosteroid
e. OAINS
Jawaban: E. OAINS
125. Hand-Foot-Mouth Disease
• Hand-foot-and-mouth disease (HFMD) penyakit virus
Coxsackievirus A type 16 (CVA16) yang melibatkan erupsi
vesikular di rongga mulur dengan tangan, kaki, bokong,
dan/atau genitalia.
• HFMD biasanya diawali dengan keluhan nyeri pada mulut
dan tenggorok serta malas makan
ORAL ENANTHEM
• Dapat timbul demam namun biasanya subfebris
• Gejala khasnya berupa oral enanthem dan adanya
exanthem, namun bisa tidak muncul salah satunya
• Lesi oral biasanya terapat pada bagian anterior rongga
mulut, biasaya pada lidah dan mukosa
• Lesi oral ini berawal dari macula eritematosavesikel
yang dikelilingi oleh daerah pucat kemudian diluarnya lagi
dikelilingi eritema (lesi halo)vesikel ruptureulkus
superfisial dengan dasar berwarna kuning keabuan dan
tepi eritema. EXANTHEM
• Tatalaksana:
• Cairan adekuat untuk mencegah dehidrasi
• Makanan pedas dan asam harus dihindari karena dapat memperparah
keluhan nyeri
• Bila terjadi dehidrasi sedang hingga berat pertimbangkan pemberian
hidrasi intravena
• Pemberian asetaminofen atau ibuprofen sebagai antipiretik dan analgetik.
• Analgetik topikal untuk rongga mulut juga bisa dipakai berupa obat kumur
atau semprot
Soal no 126
• Anak Franky, laki-laki, usia 6 tahun, dibawa oleh orang tuanya ke IGD
karena merasa sesak yang memberat sejak 6 jam lalu. Pasien sudah
sering mengalami hal ini. Sesak biasanya kambuh 2-3x/bulan. Pasien
saat ini bicara hanya dalam kata dan duduk dengan bertopang. Pasien
tampak agak gelisah dengan SpO2 89%. Tatalaksana yang dapat
diberikan adalah…
a. Salbutamol MDI
b. Salbutamol MDI + corticosteroid oral
c. Salbutamol MDI atau inhalasi + corticosteroid inhalasi
d. Salbutamol dan ipratropium bromide nebulisasi + kortikosteroid iv
e. Salbutamol nebulisasi + kortikosteroid iv
Jawaban: C. 6
127. Skor APGAR
Skor APGAR dievaluasi menit ke-1 dan menit ke-5
Tanda 0 1 2
Jawaban: C. Epiglotitis
128. Epiglotitis
• Life-threatening, medical emergency due to infection with
edema of epiglottis and aryepiglottic folds
• Organism: Haemophilus influenzae type B: most common
(bacil gram (-), needs factor X and V for growth)
• Location
• Purely supraglottic lesion
• Associated subglottic edema in 25%
• Associated swelling of aryepiglottic folds causes stridor
• Classical triad is: drooling, dysphagia and distress (respiratory)
• Abrupt onset of respiratory distress with inspiratory stridor,
Sore throat, Severe dysphagia, muffled voice/hot potato voice
• Older child may have neck extended and appear to be sniffing
due to air hunger
Thumb Sign pada epiglotitis Gambaran epiglotis normal
X-ray soft tissue neck
• Lateral view taken in
erect position only
(Supine position may
close off airway)
• Enlargement of epiglottis
(thumb sign)
• Absence of well defined
vallecula (Vallecula sign)
• Thickening of aryepiglottic
folds (cause for stridor)
• Circumferential narrowing
of subglottic portion of
trachea during inspiration
(25% cases)
• Ballooning of hypopharynx
Red arrow = enlarged epiglottis
Yellow arrow = thickened ary-epiglottic folds
X-ray diagnosis?
2-year-old boy with
fever, stridor, tripoding
and NO cough.
Epiglottitis P
E V
• Epiglottis (E) –
wide (thumb-
like)
C
• Vallecula -
shallow Epiglottis (E)
• Trachea - Vallecula (V)
normal Vocal cords (C)
• Prevertebral Trachea (T)
T
soft tissue - Prevertebral soft
normal tissue (P)
Treatment
• Managing the airway is of utmost importance and should be the
initial action when epiglottitis is suspected
• Patient not able to maintain airway: Bag-valve-mask ventilation; if
Oxygenation not maintained, immediately attempt to place an oral
endotracheal tube while other physicians are assigned to prepare to
establish a surgical airway if needed (i.e cricothyrotomy)
• If the patient is maintaining airway, then administer supplemental
humidified oxygen and assemble available specialists (eg,
anesthesiologist, intensivist, and otolaryngologist)
• Empiric combination therapy with a third-generation
cephalosporin (eg, ceftriaxone or cefotaxime) AND an
antistaphylococcal agent (eg, vancomycin)
• Bronchodilators (racemic epinephrine) and parenteral
glucocorticoids have both been used as adjunctive treatments
for patients with epiglottitis, but these agents are not routinely
necessary.
Soal no 129
• Anak Rose, perempuan, usia 3 tahun, dibawa oleh ibunya ke
Puskesmas karena berat badan tidak naik-naik sejak 6 bulan terakhir.
Pasien juga mengalami batuk sejak 4 minggu dan demam naik turun
sejak 3 minggu. Pada pemeriksaan antropometri didapatkan berat
badan kurang tanpa adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Riwayat kontak TB tidak ada. Kemudian dilakukan uji Mantoux
didapatkan hasil 11 mm. Hasil rontgen toraks didapatkan hasil dalam
batas normal. Tatalaksana pasien tersebut adalah…
a. Terapi profilaksis INH
b. Terapi broadspectrum AB, lanjut evaluasi
c. Terapi OAT RHZ selama 2 bulan, lanjut evaluasi, jika ada perbaikan,
hentikan OAT
d. Terapi OAT RHZ selama 2 bulan, lanjutkan dengan RH selama 4 bulan
e. Lakukan observasi per bulan tanpa memberikan obat
Jawaban: A. Kernikterus
130. Kernikterus
Jawaban: B. Rujuk
133. Malnutrisi Energi Protein
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan kebutuhan
energi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan mempertahankan
fungsinya (WHO)
• Dibagi menjadi 3:
• Overnutrition (overweight, obesitas)
• Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
• Defisiensi nutrien spesifik
• Malnutrisi energi protein (MEP):
• MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
• MEP derajat berat (gizi buruk)
• Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
• Marasmus
• Kwashiorkor
• Marasmik-kwashiorkor
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
• Tindakan Pencegahan :
• Imunisasi Campak pada usia 9 bulan
• Mencegah terjadinya komplikasi berat
Morbili
• Paramyxovirus • Prodromal
• Kel yg rentan: • Hari 7-11 setelah eksposure
• Anak usia prasekolah yg blm • Demam, batuk, konjungtivitis,sekret
divaksinasi hidung. (cough, coryza, conjunctivitis
3C)
• Anak usia sekolah yang gagal
imunisasi • Enanthem ruam kemerahan
• Musin: akhir musim dingin/ musim • Koplik’s spots muncul 2 hari
semi sebelum ruam dan bertahan
• Inkubasi: 8-12 hari selama 2 hari.
• Masa infeksius: 1-2 hari sblm
prodromal s.d. 4 hari setelah
muncul ruam
Morbili
• Berdasarkan durasi:
• SE Dini (5-30 menit)
• SE menetap/ Established (>30 menit)
• SE Refrakter (bangkitan tetap ada setelah mendapat dua atau tiga jenis antikonvulsan awal dengan dosis
adekuat )
Tatalaksana kejang akut
Soal no 136
• Anak Rinjani, perempuan, usia 3 bulan, dibawa ibunya dengan
keluhan perkembangan anak tampak lebih lambat dari usianya.
Riwayat lahir prematur dengan berat badan lahir rendah. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tetraplegia dengan temuan pergelangan
kaki deformitas equinovarus. Diagnosis pasien tersebut yang paling
mungkin adalah....
a. Meningitis
b. Cerebral palsy spastik
c. Cerebral palsy athetoid
d. Enchephalitis
e. Meningoensephalitis
https://www.aafp.org/afp/2013/0601/p781.pdf
https://www.acoog.org/web/Online/PDF/FC16/Thu/08-Wood10616.pdf
Evaluasi pasien dengan amenorea primer
Penyebab amenorea primer
• Disfungsi (stress,
anoreksia nervosa,
olahraga berat, • Adenoma hipofisis
malnutrisi) • Autoimun
• Hipotalamus • Galaktosemia
hipogonadisme • Sindrome Sheehan
WHO Classification
Malformations of the
Benign entities that
Malignant neoplasms chorionic villi that are
can be confused with
of various types of predisposed to
with these other
trophoblats develop trophoblastic
lesions
malignacies
Placental site
Complete Partial Placental site nodule
trophoblastic tumor
Epithilioid trophoblastic
tumors Invasive
Mola Hidatidosa
• Definisi
• Latin: Hidatid tetesan air, Mola Bintik
• Mola Hidatidosa menunjukkan plasenta dengan pertumbuhan abnormal dari
vili korionik (membesar, edem, dan vili vesikular dengan banyak trofoblas
proliferatif)
• Faktor Risiko
• Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
• Pernah mengalami kehamilan mola sebelumnya
• Risiko meningkat sesuai dengan jumlah abortus spontan
• Wanita dengan golongan darah A lebih berpotensi menderita koriokarsinoma,
tapi bukan mola hidatidosa
Mola Hidatidosa: Manifestasi Klinis
T I P E KO M P L I T T I P E PA R S I A L
• Perdarahan pervaginam setelah • Seperti tipe komplit hanya lebih
amenorea ringan
• Uterus membesar secara abnormal
dan menjadi lunak • Biasanya didiagnosis sebagai
aborsi inkomplit/ missed
• Hipertiroidism
abortion
• Kista ovarium lutein
• Uterus kecil atau sesuai usia
• Hiperemesis dan pregnancy
induced hypertension kehamilan
• Peningkatan hCG 100,000 mIU/mL • Tanpa kista lutein
Mola Hidatidosa: Diagnosis
• Pemeriksaan kadar hCG sangat
tinggi, tidak sesuai usia kehamilan
• Faktor Predisposisi :
• Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
• Kelainan gastrointestinal
• Penyakit kronis
• Riwayat Keluarga
Tatalaksana Umum
• Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan
apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
• Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat.
• Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah
yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat.
• Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari.
Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42
hari pascasalin.
• Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar
hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih
tinggi untuk mencari penyebab anemia.
• Tabel jumlah kandungan besi elemental yang terkandung dalam
berbagai jenis sediaan suplemen besi yang beredar:
Tatalaksana Khusus
• Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:
• Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin <
15 ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per
hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC.
• Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan
tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang
lebih spesifik
• Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:
• Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola,
kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan
• Infeksi kronik
• Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan:
• Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin
B12 1 x 250 – 1000 μg
• Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut:
• Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %
• Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunang-kunang, atau
takikardia (frekuensi nadi >100x per menit)
• Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan
memantau pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG,
dan memeriksa denyut jantung janin secara berkala.
Komplikasi Maternal dari Anemia
• Anemia berat dapat menimbulkan sejumlah komplikasi pada ibu dan fetus.
• Komplikasi maternal mayor akibat anemia umumnya terjadi pada ibu hamil
dengan kadar Hb kurang dari 6 gr/dL.
• Meski demikian, kadar Hb yang rendah dapat meningkatkan morbiditas
dalam kehamilan seperti infeksi, peningkatan lama rawat di rumah sakit,
dan masalah kesehatan umum lainnya.
• Pada kondisi berat, terutama pada wanita dengan Hb < 6 gr/dL, komplikasi
berbahaya dapat terjadi akibat gagal jantung kongestif dan penurunan
oksigenasi jaringan, termasuk pada otot jantung.
• Anemia defisiensi besi berat atau anemia methemorragik dapat
mengakibatkan komplikasi pada kehamilan seperti plasenta previa, solusoi
plasenta, persalinan melalui tindakan section caesaria, dan perdarahan
post partum.
Sifakis S. Anemia in Pregnancy. Annals of the New York Academy of Sciences. February 2000.
Komplikasi Fetal dari Anemia
• Efek anemia pada ibu hamil terhadap janin masih belum jelas.
Namun, pada beberapa literatur disebutkan anemia berhubungan
dengan penurunan kadar hemoglobin pada bayi premature, abortus
spontaneous, bayi berat lahir rendah, dan kematian janin.
Sifakis S. Anemia in Pregnancy. Annals of the New York Academy of Sciences. February 2000.
Soal no 142
• Ny. Ratih, 32 tahun, G1P0A0 hamil 32 minggu datang ke rumah sakit
dengan keluhan keluar cairan berwarna jernih disertai mules-mules.
Hasil pemeriksaan fisis tanda-tanda vital: tensi 110/70 mmHg,
frekuensi nadi 96 kali per menit, frekuensi napas 20 kali per menit,
lain-lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan obstetri didapatkan
tinggi fundus uteri 33cm, denyut jantung janin 124 kali per menit,
terdapat kontraksi 1x dalam 15 menit selama 20 detik, janin tunggal,
presentasi kepala, ketuban -, dan pemeriksaan kertas lakmus berubah
dari warna merah menjadi biru. Apakah penyulit yang paling mungkin
terjadi dan ditakutkan dari kasus tersebut?
a. Hipertensi
b. Distres napas pada bayi
c. Persalinan sulit
d. Leukosit < 18.000 sel/mm3
e. Eklampsia
• Kriteria diagnosis :
– Usia kehamilan > 20 minggu
– Keluar cairan ketuban dari vagina
– Inspekulo : terlihat cairan keluar dari OUE
– Kertas nitrazin menjadi biru
– Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
• Mikroskopik
• Ferning sign (arborization, gambaran daun pakis)
• Amniosentesis
• Injeksi 1 ml indigo carmine + 9 ml NS tampak
pada tampon vagina setelah 30 menit
http://www.aafp.org/afp/2006/0215/p659.html
KPD: Tatalaksana
KETUBAN PECAH DINI
MASUK RS
• Antibiotik
• Batasi pemeriksaan dalam
• Observasi tanda infeksi & fetal distress
PPROM
• Observasi:
PROM
• Temperatur
• Fetal distress
• Kelainan Obstetri
Kortikosteroid
• Fetal distress
Letak Kepala
• Letak sungsang
• CPD
• Riwayat obstetri buruk Indikasi Induksi
• Grandemultipara • Infeksi
• Elderly primigravida • Waktu
• Riwayat Infertilitas
• Persalinan obstruktif
Berhasil
• Persalinan pervaginam
Gagal
Sectio Caesarea • Reaksi uterus tidak ada
• Kelainan letak kepala
• Fase laten & aktif memanjang
• Fetal distress
• Ruptur uteri imminens
• CPD
Ketuban Pecah Prematur: Tatalaksana
• Tatalaksana Umum: Antibiotik profilaksis
• DOC: Penisilin dan makrolida
• Ampicillin 2 g IV/6 jam dan erythromycin 250 mg IV/6 jam selama 2 hari diikuti
amoxicillin 250 mg PO/ 8 jam dan erythromycin 333 mg PO/8 jam selama 5 hari
• Atau eritromisin 250 mg PO/6 jam selama 10 hari
• Kombinasi amoksilin dengan asam klavulanat tidak digunakan karena dapat
memicu terjadinya enterokolitis nekrotikans
https://www.uptodate.com/contents/preterm-prelabor-rupture-of-membranes-clinical-manifestations-and-
diagnosis?search=premature%20rupture%20of%20membranes&source=search_result&selectedTitle=2~150&usage_type=de
fault&display_rank=2
Soal no 143
• Ny. Rina Rajawali, 26 tahun, datang ke klinik dengan keluhan keluar
bercak darah sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengaku sudah terlambat
haid 2 bulan. Pasien mengeluh sering mual di pagi hari. Namun pasien
ragu hamil karena pasien kadang-kadang mendapatkan siklus haid
yang tidak teratur. Tindakan yang dilakukan berikutnya untuk
menentukan diagnosis pada pasien ini adalah...
a. Tes kehamilan
b. Dilatasi & kuretase
c. USG pelvic
d. Kontrasepsi oral
e. Terapi progestin siklik
1-2
9-12
4-7
4-6
16 (multiparitas)
20 (nullipara)
Fisiologi Kehamilan
Tanda Awal Kehamilan (Presumptive/Probable Pemeriksaan
Signs) Penunjang
• Serviks & vagina kebiruan (Chadwick's sign) • HCG terdeteksi
• Perlunakan serviks (konsistensi yang seharusnya seperti pada test pack
hidung berubah menjadi lunak seperti bibir) (Goodell’s sign) (kualitatif) atau
• Perlunakan uterus (Ladin's sign dan Hegar's sign) Plano Test
• Ladin: perlunakan teraba di 1/3 midline anterior uterus (kuantitatif)
• Hegar: isthmus menjadi lunak dan tipis seperti kertas jika dijepit
dengan jari, korpus uteri seakan-akan terpisah dari serviks
• McDonald: karena perlunakan isthmus, uterus dan serviks bisa
ditekuk USG
• Pembesaran uterus yang asimetris/ iregular (Piskacek’s • Adanya kantong
sign/ vonFernwald’s sign) janin
• Tanda Hartman: perdarahan spotting akibat
implantasi dari blastula pada endometrium • Adanya DJJ
• Puting berwarna lebih gelap, kolostrum (16 minggu)
• Massa di pelvis atau abdomen
• Rasa tegang pada putting dan payudara
• Mual terutama pagi hari
• Sering berkemih
Diagnosis Kehamilan: Deteksi -hCG
Testpack Plano Test
• Di rumah • Di laboratorium
• Bentuk: Strip & compact
• Bentuk: Kit neo
• Sampel: Urin planotest duoclon
• Metode: antibodi HCG akan berubah
warna bila terkena HCG (min. kadar • Sampel: urin
10-25 IU/ml) menjadi 2 strip
• Apabila masih negatif dan belum • Metode: melihat adanya
haid diulang 1 minggu lagi aglutinasi saat
pencampuran (positif)
Soal no 144 & 145
144. Ny. P, 28 tahun, G2P1A0 datang dengan riwayat melahirkan bayi
sebesar 4500 gram secara SC. Riwayat keluarga menderita DM (+).
Pasien ingin melahirkan bayi secara normal dan disarankan untuk
menjalani screening test untuk DM dalam kehamilan. Screening test
awal DM dalam kehamilan untuk daerah Asia Tenggara dilakukan pada
usia kehamilan....
a. <13 minggu
b. 16 – 20 minggu
c. 20 – 24 minggu
d. 24 – 28 minggu
e. 32 – 36 minggu
Diabetes Melitus
Penatalaksanaan
DM Pregestasional
Terutama utk mendeteksi
Medical nutrition
therapy (MNT) 1 week
*ADA
FPG ≥ 105 or
FPG <105 and FPG>105 or
2 hr pp PG >120
PPBG ≥ 120 mg/dL
2 hr pp PG <120
Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia , PERKENI 2015
Managemen Diabetes Gestasional
• Penatalaksanaan diabetes pada Managemen gaya hidup
kehamilan Diimplementasikan
sebagai pendekatan terpadu oleh: • Pengaturan diet:
– Spesialis Penyakit dalam, • Bb ideal : 90% x (TB-100)
– SpesialisObsgin • Kebutuhan kalori : BB ideal x
25 + Tingkat aktivitas (10%-
– Ahli gizi 30%) + 300 kalori untuk ibu
– Spesialisanak hamil
• Tujuan penatalaksanaan • 20%-30% tergantung status
mengurangi morbiditas dan nutrisi ibu
mortalitas ibu hamil dan perinatal • Protein : 1-1.5 g/kgbb
• Penatalaksanaan diabetes pada • Olahraga 150 menit /
kehamilan meliputi: minggu
– Diet
– Aktivitasfisik • Pengaturan berat badan
– Edukasi • Rutin evaluasi: tinggi
– Terapi insulin bila diet tidak bisa fundus, USG, FDJP
mencapai target kontrol glukosa
darah (Insulin aman bagi ibu dan
janin). Alternatif adalah metformin
Farmakoterapi Diabetes Gestasional
Insulin Therapy for Hyperglycemia During
Pregnancy
• Individualized depend on BG profile • Starting basal insuin
• Most common Low fasting PG and high o Evaluate fasting plasma
postprandial PG Prandial insulin (Regular glucose
Insulin) o start low dose (~5 U or 0,05
• Less common High fasting PG and lower U/kg)
postprandial PG Basal insulin (Intermediate • Optimization basal insulin
acting/ NPH) o based on BG curve FBG
• Starting prandial insuin still > 95 mg/dL ↑ insulin
o Evaluate daily blood glucose curve dose
to determine whether the patient o avoiding hypoglycemia
needs 1/2/3 times injection
o start low dose (~4 U or 0,05 U/kg) • Basal bolus insulin therapy
• Optimization prandial insulin o Both fasting and prandial
o based on BG curve PPBG still > BG are elevated
120 mg/dL ↑ insulin dose
o avoiding hypoglycemia
GLYCEMIC
GESTATIONAL DIABETES TARGET
(Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan)
Manajemen Aktif Kala III
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Kemenkes RI.
Pelepasan Plasenta
• Pelepasan mulai pada pinggir plasenta. • Pelepasan dimulai pada bagian tengah placenta
hematoma retroplacenter plasenta terangkat dari dasar
Darah mengalir keluar antara selaput janin Placenta dengan hematom di atasnya jatuh ke bawah
dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah menarik lepas selaput janin.
ada sejak sebagian dari placenta terlepas
dan terus berlangsung sampai seluruh • Bagian placenta yang nampak dalam vulva: permukaan
placenta lepas. foetal tidak ada perdarahan sebelum placenta lahir
atau sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya plasenta
terputar balik darah sekonyong-konyong mengalir.
• Terutama terjadi pada placenta letak rendah
Soal no 147
• Nn. Suriati Galitkrahi, berusia 21 tahun P0G0 belum menikah, datang
ke dokter mengaku telah melakukan hubungan seksual dengan
pacarnya 1 hari yang lalu. Hubungan seksual dilakukan pada hari ke-
12 siklus haid. Pasien mengaku haid teratur setiap bulannya dengan
siklus 28 hari. Pasien tidak menginginkan terjadi kehamilan.
Kontrasepsi apa yang paling tepat?
a. Kontrasepsi darurat dengan IUD
b. Kontrasepsi darurat dengan pil progestin
c. Kontrasepsi darurat dengan spermasid
d. Kontrasepsi darurat dengan kuretase
e. Kontrasepsi darurat dengan implant
Jawaban: E. Elektrokardiografi
148. Malaria dalam Kehamilan
• Ditemukan parasit pada darah maternal dan darah plasenta
Perlindungan dari gigitan nyamuk, kontak antara ibu dengan vektor dapat dicegah
dengan:
• Memakai kelambu yang telah dicelup insektisida (misal: permethrin)
• Pemakaian celana panjang dan kemeja lengan panjang
• Pemakaian penolak nyamuk (repellent)
• Pemakaian obat nyamuk (baik semprot, bakar dan obat nyamuk listrik)
• Pemakaian kawat nyamuk pada pintu-pintu dan jendela-jendela
Penatalaksanaan Umum
1. Perbaiki keadaan umum penderita (pemberian cairan dan perawatan
umum)
3. Jaga jalan nafas untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila perlu beri
oksigen
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik: Tatalaksana
• Sebelum hamil sudah diterapi & terkontrol baik, lanjutkan
pengobatan
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Superimposed Preeklamsia
Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia
Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada
kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan
organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin,
namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan
lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu:
• 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
• 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
• 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau
adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
• 4. Edema Paru
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
• 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala,
gangguan visus
• 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda
gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal
Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or
reversed end diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
Soal no 150
• Ny. G, 22 tahun, datang dengan keluhan telah berhenti menstruasi
selama 8 bulan. Sebelumnya tidak ada keluhan dengan
menstruasinya. Siklus selama 30 hari, teratur tiap bulan, satu siklus
berlangsung selama 5 hari. Riwayat mual muntah tidak didapatkan
pada pasien. Pasien memiliki riwayat kuret 10 bulan sebelumnya.
Pemeriksaan tanda vital dan fisis dalam batas normal. Pemeriksaan
plano test (-). Apakah penyebab yang paling mungkin?
a. Sindroma Sheehan
b. Sindroma Asherman
c. Sindroma Simmon
d. Sindroma HELLP
e. Sindroma Klinefelter
http://www.myoma.co.uk/about-uterine-myoma.html
Klasifikasi
• Mioma uteri diklasifikasikan berdasarkan letak pertumbuhannya pada
lapisan uterus, yaitu
• mioma subserosa di lapisan serosa uterus
• mioma intramural mioma yang tumbuh di lapisan tengah dinding uterus
• mioma submukosa mioma yang tumbuh di lapisan endometrium dan
tumbuh ke arah kavum uteri.
• Dibawah lapisan kavum uteri polimenorrhea, infertilitas, keguguran
• Bila mioma tumbuh dan bertangkai, maka dapat keluar masuk ke dalam vagina disebut
mioma geburt
• mioma bertangkai (pedunculated) Bila mioma uteri hanya dihubungkan
oleh tangkai ke uterus
Pada kehamilan
• Membesar pada trimester pertama karena pengaruh estrogen
• Degenerasi merah pada masa hamil atau nifas
• Torsio dengan tanda akut abdomen
Faktor Predisposisi
• Nulipara, infertilitas, riwayat keluarga
Diagnosis
• Massa yang menonjol/ teraba seperti bagian janin, tes HCG (-)
• USG abdominal/ transvaginal Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
Mioma Uteri: Tatalaksana
• Pemeriksaan Berkala
– Pemeriksaan fisik &USG setiap 6-8 minggu untuk mengawasi
pertumbuhan, ukuran, dan jumlah bila stabil observasi setiap 3-
4 bulan
• Terapi Hormonal
– Preparat progestin atau GnH efek hipoestrogen
• Terapi Operasi
– Miomektomi
• Bila pasien masih muda/ingin memiliki anak
– Histerektomi
• Bila tidak ingin memiliki anak lagi atau nyeri hebat yang tidak sembuh
dengan terapi
– Miolisis
• Koagulasi laparoskopik dengan neodymium
– Embolisasi arteri uteri
Soal no 152
• Seorang perempuan bernama Ny. Mentari Cahaya Sukma, berusia 22
tahun, datang dengan keluhan utama keluar cairan dari vagina. Cairan
tersebut berbau amis, tidak gatal pada kemaluan, sniff test (+). Pasien
sudah menikah dan hanya berhubungan seksual dengan suaminya
saja. Pasien belum berencana hamil dan memakai kontrasepsi IUD.
Diagnosis yang paling tepat adalah…
a. Servicitis gonorhea
b. Servisitis klamidia
c. Vaginosis bakterial
d. Vaginitis candida
e. Trichomonas vaginalis
• Etiologi
– Bakteri yang sering didapatkan adalah Gardnerella vaginalis,
Mobiluncus, Bacteroides, Peptostreptococcus, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum , Eubacterium, Fusobacterium, Veilonella,
Streptococcus viridans, dan Atopobium vaginae
• Gejala klinis
– Keputihan, vagina berbau, iritasi vulva, disuria, dan dispareuni
• Faktor risiko
– Penggunaan antibiotik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim,
promiskuitas, douching, penurunan estrogen.
Bakterial Vaginosis: Pemeriksaan
• Didapatkan keputihan yang homogen
• Labia, introitas, serviks dapat normal maupun didapatkan
tanda servisitis.
• Keputihan biasanya terdapat banyak di fornix posterior
• Dapat ditemukan gelembung pada keputihan
• Pemeriksaan mikroskopis cairan keputihan harus memenuhi
3 dari 4 kriteria Amsel untuk menegakkan diagnosis bakterial
vaginosis
– Didapatkan clue cell (sel epitel vagina yang dikelilingi oleh kokobasil)
– pH > 4,5
– Keputihan bersifat thin, gray, and homogenous
– Whiff test + (pemeriksaan KOH 10%
didapatkan fishy odor sebagai akibat dari
pelepasan amina yang merupakan produk
metabolisme bakteri)
Tatalaksana (PPK Perdoski 2017)
• Metronidazol 2x500 mg/hari selama 7 hari, ATAU
• Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal, ATAU
• Obat alternatif:
Klindamisin 2x300 mg/hari per oral selama 7 hari
• Catatan:
Pasien dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol
selama pengobatan dengan metronidazol berlangsung
sampai 48 jam sesudahnya untuk menghindari
disulfiram-like reaction4
• Komplikasi obstetrik
– Keguguran, lahir mati, perdarahan, kelahiran prematur,
persalinan prematur, ketuban pecah dini, infeksi cairan
ketuban, endometritis paskapersalinan dan kejadian infeksi
daerah operasi (IDO)
Soal no 153
• Ny. Saeri, usia 25 tahun, G2P1A0 merasa hamil 2 bulan, datang
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan perdarahan dari jalan
lahir sejak 12 jam SMRS. Anak pertama saat ini berusia 7 tahun, dan
sejak hamil anak pertama pasien tidak menggunakan kontrasepsi.
Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah 90/70 mmHg, nadi
110x/menit, respirasi 24x/mnt. Apakah penyebab munculnya rasa
nyeri pada pasien tersebut?
a. Perangsangan neuron pembawa rangsang nyeri dan visera
b. Perangsangan darah pada peritoneum
c. Kantung kehamilan yang mendesak struktur sekitarnya
d. Peregangan dan hiperperistaltik appendix
e. Perforasi uterus
• Gejala/Tanda:
– Riwayat terlambat
haid/gejala & tanda hamil
– Akut abdomen
– Perdarahan pervaginam
(bisa tidak ada)
– Keadaan umum: bisa baik
hingga syok
– Kadang disertai febris
KET: Kuldosentesis
Tatalaksana Khusus
•Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
•Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
•Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama
6 bulan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
Soal no 154
• Ny. Yati, usia 31 tahun datang dengan keluhan luka pada kemaluan.
Dari pemeriksaan fisik, luka ditemukan pada bibir dan genital,
demam, sakit kepala sebelum terjadi luka. Pasien mengaku memiliki
riwayat hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan (+). Pada
pemeriksaan tampak vesikel berkelompok berdasar eritema, erosi
pada bibir dan genital. Diagnosisnya adalah...
a. Granuloma
b. Limfogranuloma venereum
c. Herpes simpleks
d. Ulkus molle
e. Ulkus durum
• Gejala klinis:
– Infeksi primer: vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab &
eritematosa, berisi cairan jernih yang kemudian seropurulen, dapat
menjadi krusta dan kadang mengalami ulserasi dangkal, tidak
terdapat indurasi, sering disertai gejala sistemik
– Fase laten: tidak ditemukan gejala klinis, HSV dapat ditemukan
dalam keadaan tidak aktif di ganglion dorsalis
– Infeksi rekuren: gejala lebih ringan dari infeksi primer, akibat HSV
yang sebelumnya tidak aktif mencpai kulit dan menimbulkan gejala
klinis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2015.
Herpes Simpleks
• Pemeriksaan Tipe II
– Ditemukan pada sel dan dibiak,
antibodi, percobaan Tzanck
(ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi
intranuklear, glass cell)
• Komplikasi Tipe I
– Meningkatkan
morbiditas/mortalitas pada
janin dengan ibu herpes
genitalis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2015.
Multinucleate giant cells
Herpes Simpleks: Tatalaksana
• Episode Pertama Lesi Primer:
• Asiklovir: 5x200 mg/hari selama 7-10 hari atau asiklovir: 3x400 mg/hari
selama 7-10 hari
• Valasiklovir 2x500-1000 mg/hari selama 7-10 hari
• Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
• Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir intravena 5 mg/kgBB tiap 8 jam
selama 7-10 hari
• Rekuren
• Lesi ringan: terapi simtomatik
• Lesi berat:
• Asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari atau asiklovir 3x400 mg/hari
selama 5 hari atau asilovir 3x800 mg/hari selama 2 hari
• Valasilovir 2x500 mg selama 5 hari
• Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari
• Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi terapi supresif
• Asiklovir 2x400 mg/hari
• Valasilovir 1x500 mg/hari
• Famsiklovir 2x250 mg/hari
1157
Patogenesis Endometriosis
“ kesalahan cleaning service “
pertumbuhan sel
penempelan dan vaskularisasi dan anti
invasi apoptosis
Yen and Jaffe. Reproductive Endocrinology and Infertility, 2009
KELUHAN ENDOMETRIOSIS
INFERTILITAS NYERI
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Terapi
1. Operatif
2. Non-Operatif
• Anti nyeri (NSAID, aspirin, morphine, and codeine)
• Hormonal
• Pil KB
• Levonorgestrel-releasing intrauterine system
(LNG-IUS)
• Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH)
analogues
• Progestogens (medroxyprogesterone acetate)
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Soal no 156
• Ny. Weni Failktrakhira, berusia 30 tahun datang dengan keluhan
belum kunjung hamil setelah 3 tahun menikah dengan suaminya.
Pasien mengaku haid teratur setiap bulan dengan siklus antara 26-28
hari. Dokter ahli kandungan menyarankan untuk mencatat suhu
tubuh dan cairan servik. Kondisi apa yang diharapkan untuk terjadinya
fase ovulasi?
a. Lendir serviks encer, suhu tubuh naik
b. Lendir servisk encer, suhu tubuh turun
c. Lendir serviks kental, suhu tubuh naik
d. Lendir serviks kental, suhu tubuh turun
e. Lendir servik encer, suhu tubuh tetap
• Suhu basal tubuh: suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Dilakukan pada pagi
hari segera setelah bangun tidur dan sebelum beraktivitas
• Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik
menjadi 37-38o (naik 1-2o) kemudian tidak akan kembali pada suhu 35
derajat celsius
Lendir Serviks (Billings Test)
https://www.uptodate.com/contents/syphilis-in-pregnancy#H1972014971
Desensitisasi
• Patients with immediate type allergic reactions to penicillin — For
pregnant women with syphilis and a history of an immediate type allergic
reaction to penicillin, the only satisfactory treatment is desensitization
followed by penicillin therapy
• Penicillin desensitization involves exposing the patient to a small amount of
penicillin and gradually increasing the dose until an effective level is
reached, followed by the appropriate therapeutic penicillin regimen.
• Penicillin desensitization can be achieved either orally or intravenously.
• Oral desensitization is simpler and safer The procedure requires approximately
four hours to accomplish and requires close patient monitoring.
• Most adverse reactions can be managed without discontinuation of the
desensitization protocol
• Non-penicillin regimens should only be considered when penicillin
cannot be obtained or for penicillin-allergic patients when penicillin
desensitization is not possible.
• The World Health Organization (WHO) suggests using one of the following
alternative regimens for non-penicillin treatment of early syphilis (ie,
primary, secondary, or latent <2 years [WHO definition])
• Erythromycin 500 mg orally four times daily for 14 days, or
• Ceftriaxone 1 g intramuscularly once daily for 10 to 14 days, or
• Azithromycin 2 g once orally (when local susceptibility to azithromycin is likely)
• For non-penicillin treatment of late syphilis, WHO recommends treatment
with erythromycin 500 mg orally four times daily for 30 days
Soal no 158
• Ny. Waklipotari binti Ponari, usia 30 tahun, G2P1A0 hamil 29 minggu,
datang dibawa oleh suaminya ke poliklinik kebidanan dengan keluhan
rasa panas di sepanjang dada. Pasien juga sering mengeluh mual,
mulut terasa asam, nyeri ulu hati. Pada pemeriksaan fisik tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, napas 12 x/menit, suhu
afebris. Obat apakah yang tepat untuk pasien tersebut?
a. Sukralfat
b. Antalgin
c. Paracetamol
d. Antasida
e. Omeprazole
Jawaban: A. Sukralfat
158. GERD in Pregnancy
• Manajemen awal GERD pada kehamilan perubahan gaya hidup dan modifikasi
diet
• Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi
• Menghindari makanan pencetus
• Bila gejala masih berlanjut, dapat diberikan antasida lalu dikuti dengan sukralfat.
Apabila keluhan GERD masih ada, serupa dengan pasien biasa (tidak hamil),
dapat diberikan obat golongan antagonis resepter H2 dan PPI untuk mengontrol
gejala.
• Antasida boleh diberikan pada ibu hamil dan menyusui, kecuali yang
mengandung sodium bikarbonat dan magnesium trisilikat.
• Sukralfat aman untuk diberikan selama kehamilan dan menyusui karena tidak
diserap sempurna oleh lambung. Bila pasien tidak dapat diberikan antasida, ibu
hamil dengan gejala GERD dapat diberikan sukralfat 3x1g/hari.
https://www.uptodate.com/contents/medical-management-of-
gastroesophageal-reflux-disease-in-adults#H18
FDA Classifcation of Drugs Used for
GERD & Dyspepsia in Pregnancy
Antasida dalam Kehamilan Sukralfat dalam Kehamilan
• Aluminium Hidroksida
• Most aluminum-containing antacids are considered
• Sucralfate is only minimally
acceptable for treating heartburn of pregnancy, as well as
aspiration prophylaxis during labor.
absorbed following oral
administration.
• Calcium Carbonat
• When used as an antacid, most calcium-containing products
are considered acceptable for use in pregnancy in
• Based on available data,
recommended doses. sucralfate does not appear to
• Chronic use of high doses of calcium carbonate as an antacid
throughout pregnancy may lead to hypocalcemia and seizures
increase the risk of adverse fetal
in the neonate or severe hypercalcemia presenting as milk-
alkali syndrome in the mother
events when used during the first
• Magnesium Hydroxida
trimester.
• Pregnancy class B
• magnesium-containing antacids are considered low risk during
• Sucralfate may be used for the
pregnancy treatment of duodenal ulcer or
• Magnesium bisa menganggu kontraksi otot persalinan reflux in pregnancy
• Natrium Bikarbonat
• Antacids containing sodium bicarbonate should not be used
during pregnancy due to their potential to cause metabolic
alkalosis and fluid overload
AH2 dan PPI dalam Kehamilan
• Histamine H2 antagonists have been evaluated for the
treatment of gastroesophageal reflux disease (GERD) as
well as gastric and duodenal ulcers during pregnancy.
• If needed, ranitidine is the agent of choice (Cappell 2003;
Richter 2003).
• Histamine 2 (H2) blockers are preferred over proton pump
inhibitors (PPIs), because more data are available on the
safety of H2-blocker use in pregnancy.
• Histamine H2 antagonists may be used for aspiration
prophylaxis prior to cesarean delivery
• Lansoprazole is the preferred proton pump inhibitor in
pregnancy (class B)
Soal no 159
• Ny. Briana, 23 tahun, G1P0A0 hamil 37 minggu, datang dengan
keluhan keluar cairan dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Tidak ada
mulas-mulas. Pasien juga mengeluh pandangan kabur. Riwayat
hipertensi sebelum hamil disangkal. Pemeriksaan fisik TD 180/100
mmHg, pemeriksaan dalam vulva tampak bengkak, tidak ada
pembukaan, selaput ketuban (-), meconium (+), ubun-ubun kecil
terletak di depan kiri, DJJ 120 x/menit. Tindakan apa yang harus
dilakukan?
a. Beri obat penurun TD, anti kejang, SC
b. Beri obat penurun TD, anti kejang, induksi persalinan
c. Beri obat penurun TD, anti kejang, ekstraksi vakum
d. Beri obat penurun TD, anti kejang, versi ekstraksi
e. Beri obat penurun TD, anti kejang, tunggu lahir sendiri
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
• 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala,
gangguan visus
• 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda
gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal
Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or
reversed end diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
Tatalaksana Ekspektatif PE
tanpa Gejala Berat
Tatalaksana Ekspektatif pada PEB
Terapi Pencegahan dan tatalaksana Kejang pada Pre Eklampsia
Berat & Eklampsia
• Bila terjadi kejang perhatikan prinsip ABCD
• MgSO4
– Eklampsia untuk tatalaksana kejang
– PEB pencegahan kejang
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
Kriteria Terminasi Kehamilan pada PEB
Route of delivery in Severe Preeclampsia
IUD
Berbantu
Kondom/
Barrier
diafragma
Spermisida
Metode Sementara
Kontrasepsi
Implan
MAL
Hormonal Pil/suntik
Pantang
Alami
berkala
Kondar
Senggama
terputus
KB: Metode Barrier
• Menghalangi bertemunya
sperma dan sel telur
• Efektivitas: 98 %
• Mencegah penularan PMS
• Efek samping
– Dapat memicu reaksi alergi
lateks, ISK dan keputihan
(diafragma)
• Harus sedia sebelum
berhubungan
Kontrasepsi Hormonal
No Jenis kontrasepsi Mekanisme Kerja
5. Implan Kombinasi antara supresi LH surge, supresi ovulasi, mengentalkan lendir servix,
mencegah pertumbuhan dan perkembangan endometrium
Jenis Progestin pada Kontrasepsi
No. Generasi Jenis
• Suntikan Progestin
• Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera)
150mg DMPA, IM di bokong/ 3 bulan
• Depo Norestisteron Enantat (Depo Norissterat)
200mg Noretdron Enantat,IM di bokong/ 2 bulan
Aturan Minum Pil KB
• Efek Samping
• Nyeri perut, spotting, infeksi, gangguan
haid
• Kontra Indikasi
• Hamil, kelainan alat kandungan bagian dalam, perdarahan vagina yang tidak diketahui,
sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis), tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik, penyakit trofoblas yang
ganas, diketahui menderita TBC pelvik, kanker alat genital, ukuran rongga rahim
kurang dari 5 cm
EPO. (2008). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau Intra Uterine Device (IUD). Diambil pada tanggal 20 Mei 2008 dari
http://pikas.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=2
AKDR: Profil
• Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat
sampai 10 tahun: CuT 380A)
• Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
• Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
• Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
• Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada
infeksi menular seksual (IMS)
• Jenis
• Copper-releasing: Copper T 380A, Nova T, Multiload 375
• Progestin-releasing: Progestasert, LevoNova (LNG-20), Mirena
• AKDR CuT-380A
• Kecil kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi
oleh kawat halus yang terbuat tembaga (Cu)
• Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana-mana
• AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)
Mekanisme Kerja
• Ada beberapa mekanisme cara kerja AKDR:
• Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang
telah dibuahi terganggu.
• Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
• Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri serta merusak sperma
• Copper IUDs work by disrupting sperm motility and damaging sperm (Copper
acts as a spermicide within the uterus)
• The presence of copper increases the levels of copper ions, prostaglandins, and
white blood cells within the uterine and tubal fluids.
• Ova from copper IUD users were distinctive for being without vitellus (abnormal)
and surrounded by macrophages
• Copper can also alter the endometrial lining, this alteration can prevent
implantation
AKDR
Alat kecil yang dipasang dalam rahim • Rangka plastik yang lentur dengan lengan tembaga dan benang.
• Jika ragu, pakai daftar periksa pada Tambahan 1 atau lakukan tes
Kemungkinan hamil kehamilan.
Baru saja melahirkan • Pemasangan AKDR hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan
(2 – 28 hari pasca persalinan) setelah 4 minggu pasca persalinan.
Menstruasi yang tak biasa • Menstruasi tak biasa harus diases sebelum memasang AKDR.
Infeksi atau masalah dengan organ
• Setiap infeksi harus diobati sepenuhnya sebelum AKDR dipasang.
kewanitaan:
— IMS atau Penyakit Radang Panggul dalam 3 • Obati penyakit radang panggul ataupun IMS dan tunggu 3 bulan
bulan terakhir? sebelum memasang AKDR. Anjurkan agar pasangan juga diobati.
— HIV atau AIDS? • Jika HIV atau AIDS pakai AKDR hanya jika tidak ada metode lain
yang cocok.
— Infeksi setelah melahirkan atau keguguran
— Kanker pada organ kewanitaan atau TB • Jangan memasang AKDR jika klien memiliki kanker rahim,
panggul endometrium atau kanker indung telur; penyakit tropoblas jinak
atau ganas; tbc panggul.
Setelah pemasangan, AKDR bisa diperiksa oleh
akseptor KB sendiri.
• Kapan memeriksa?
• Satu minggu setelah pemasangan
• Kapan saja setiap selesai masa haid
• Jika tidak bisa merasakan benang, atau benang terasa lebih panjang atau
pendek secepatnya kembali ke klinik. AKDR mungkin telah terlepas dan perlu
memakai back up.
KB Mantap
Definisi
• Menutup tuba falopii (mengikat dan
memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum
• oklusi vasa deferens sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi tidak terjadi
Efek Samping
• Nyeri pasca operasi
Kerugian
• Infertilitas bersifat permanen
KB Metode Alami
• Menghitung masa subur
• Periode: (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang -
11)
• Menggunakan 3 – 6 bulan siklus menstruasi
• Salphingitis akut biasanya disamakan dengan PID karena merupakan bentuk paling sering
dari PID
• Faktor Risiko
– Instrumentasi pada serviks dan uteri (IUD, biopsi, D&C)
– Perubahan hormonal selama menstruasi, menstruasi retrogard
• Diagnosis
• Nyeri perut bawah, nyeri adneksa bilateral, nyeri goyang serviks
• Tambahan: suhu oral > 38.3 C, keputihan abnormal, peningkatan C rekative protein, adanya bukti
keterlibatan N. gonorrhoeae atau C. trachomatis
• Terapi
– Rawat inap dengan antibiotik IV (cefoxitin dan doksisiklin)
– Rawat jalan dengan cefotixin IM dan Doksisiklin oral
– Operatif bila antibiotik gagal
http://emedicine.medscape.com/article/275463-overview#a2
PID:Current concepts of diagnosis and management,Curr Infect Dis Rep, 2012
USG pada PID
• USG banyak dilakukan untuk evaluasi PID. Gambaran PID pada
pemeriksaan USG adalah: tuba falopii yang menebal, terisi cairan, dan
gambaran seperti roda gigi (cogwheel sign).
• Pada pasien dengan endometritis, USG akan menunjukkan gambaran
cairan atau gas dalam ruang endometrium, penebalan yang
heterogen, atau garis endometrium yang samar, namun penemuan ini
pun tidak konsisten.
• Bila terjadi abses tubo-ovarium, akan tampak kumpulan kistik
multilocular berdinding tebal, disertai multiple fluid levels.
PID: Pengobatan
• Harus berspektrum luas
• Semua regimen harus efektif melawan N. gonorrhoeae dan C.
trachomatis karena hasil skrining endoserviks yang negatif tidak
menyingkirkan infeksi saluran reproduksi atas
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
Pelvic Inflammatory Disease
http://depts.washington.edu/handbook/syndromesFemale/ch8_pid.html
Sexually active woman presenting with abnormal vaginal
discharge, lower abdominal pain, OR dyspareunia
Uterine tenderness, OR
Adnexal tenderness, OR
Cervical motion tenderness on pelvic exam?
YES NO
YES NO
NO YES
• Faktor predisposisi
– Primigravida, terutama primi tua
– Kelainan letak janin/disporposi fetopelviks
– Peregangan rahim yang berlebihan: gemeli, hidramnion
Inersia Uteri: Tatalaksana
1. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian
terbawah janin dan keadaan janin
3. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan
misalnya pada letak kepala :
a. Lakukan augmentasi persalinan misalnya dengan infus oksitosin
b. Bila inersia uteri + CPD seksio sesaria
c. Bila semula his kuat inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung
lebih dari 24 jam (primi) dan 18 jam (multi) oksitosin drips tidak berguna
Selesaikan partus sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya
(Ekstrasi vakum, forcep dan seksio sesaria)
Jawaban: C. Mitokondria
163. Analisa Sperma
• Tingkat motilitas sperma berhubungan dengan tingkat kehamilan
• Motilitas sperma dalam cairan semen harus dinilai sesegera mungkin
setelah sampel dikeluarkan, sebaiknya dalam 30 menit sampai 1 jam
setelah ejakulasi, untuk mencegah efek buruk dari dehidrasi, pH atau
perubahan suhu terhadap motilitas.
WHO laboratory manual for the Examination and processing of human semen 5th ed. 2010
• Motilitas setiap spermatozooa dinilai sebagai berikut:
• Progressive motility (PR): spermatozoa bergerak aktif, baik secara linier atau
dalam lingkaran besar, terlepas dari kecepatannya.
• Non-progressive motility (NP): semua pola motilitas lainnya tanpa ada
kemajuan, mis. berenang dalam lingkaran kecil, kekuatan flagellar hampir
tidak menggeser kepala, atau ketika hanya ketukan flagellar yang dapat
diamati.
• Immotility (IM): tidak ada gerakan.
• Batas minimum:
• Motilitas total (PR + NP) adalah 40% (5th centile, 95% CI 38–42)
• motilitas progresif (PR) adalah 32% (5th centile, 95% CI 31–34).
• Asthenozoospermia adalah istilah medis untuk penurunan motilitas
sperma persentase sperma yang bergerak secara progresif (PR) di
bawah 32%.
• Penyebab asthenozoospermia adalah pengambilan sampel tidak
mencukupi, autoantibodi, peradangan dan gangguan pada ekor
sperma.
• Penyebab asthenozoospermia negative palsu adalah sperma dingin,
sperma tua atau pengumpulan sperma dengan kontaminasi (mis.
Sabun).
WHO laboratory manual for the Examination and processing of human semen 5th ed. 2010
Sperma Abnormal
• Nyeri karena tekanan dan torsio tumor, serta adanya infeksi rahim
TATA L A K SA N A
• Observasi hingga kehamilan aterm
Nilai prediktif negatif test baru terhadap kanker serviks tersebut adalah :
a. 132/1117
b. 62295/62342
c. 62295/63280
d. 132/179
e. 985/62295
Jawaban: B. 62295/62342
165. UJI DIAGNOSTIK
SAKIT (+) SAKIT (-)
Rule of thumb:
• Sensitivitas dan spesifisitas TIDAK DIPENGARUHI oleh prevalensi
penyakit di wilayah tempat alat diagnostik digunakan.
• Sedangkan, PPV dan NPV DIPENGARUHI oleh prevalensi penyakit di
wilayah tempat alat diagnostik digunakan.
• Pada tempat dengan prevalensi tinggi, PPV akan semakin tinggi. Pada tempat
dengan prevalensi rendah, PPV akan rendah.
• Sebaliknya, NPV akan semakin rendah pada tempat dengan prevalensi tinggi.
Dan NPV akan tinggi pada tempat dengan prevalensi rendah.
Soal no 166
• Berikut ini adalah data kasus hipertensi pada periode Jan – Des 2011
yang diperoleh dari suatu populasi
Data per 31 Des 2010 Jumlah Data per 31 Des 2011 Jumlah
Jawaban: B. 100/10000
166. UKURAN MORBIDITAS PENYAKIT
Definisi Rumus
Insidens/ insidens Jumlah kasus baru dalam Jumlah kasus baru/ jumlah
kumulatif/ incidence periode waktu tertentu populasi berisiko di awal periode
rate/ attack rate/
attack risk Attack rate/risk lebih sering
digunakan pada konteks KLB.
Incidence density jumlah penderita baru suatu Jumlah kasus baru/ jumlah
rate penyakit yang ditemukan pada populasi berisiko di awal periode
(or person-time rate) suatu jangka waktu tertentu (dalam satuan orang-waktu)
(dalam satuan orang-waktu)
Ukuran Morbiditas Penyakit (2)
Definisi Rumus
Point prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
waktu tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi per berisiko pada satu waktu yang
tanggal 1 April 2017. spesifik (tanggal tertentu atau
jam tertentu).
Period prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
periode tertentu, misalnya dan kasus baru)/ jumlah populasi
jumlah seluruh kasus hipertensi berisiko pada satu periode
dari Januari-Desember 2016. tertentu.
Obstructive Compressional
asphyxia asphyxia
Solid obstruction
Strangulation:
(choking,
penjeratan
gagging)
Manual
strangulation:
pencekikan
Hanging
Fase gejala asfiksia
1. Fase dispnea penuruna kadar O2 dan peningkatan CO2 plasma
merangsang pusat pernapasan amplitude dan frekuensi napas
menigkat, nadi cepat, tampak tanda sianosis muka dan tangan
2. Fase konvulsi CO2 meningkat sebabkan rangsangan SSP
kejang spasme opistotonik, pupil dilatasi, bradikardia, hipotensi
akibat kekurangan oksigen
3. Fase apnea Depresi pusat napas hebat hingga berhenti, muncul
relaksasi sfingter sebabkan pengeluaran cairan sperma, urin, tinja
4. Fase akhir Paralisis pusat napas lengkap
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
pada kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
Asfiksia karena racun
• Keracunan CO terdapat kompetisi ikatan oksigen dengan
haemoglobin (afinitas CO terhadap Hb208-245 kali afinitas oksigen),
sehingga Hb tidak mampu ikat oksigen asfiksia
• Keracunan sianida sianida yang masuk akan menyebabkan
inaktivasi enzim oksidatif seperti sitokrom oksidase ganggu utilisasi
oksigen, proses oksidasi-reduksi dalam sel, oksi-Hb tidak dapat
berdisosiasi melepaskan oksigen ke jaringan anoksia jaringan
paradoksal (korban hipoksia, meski dalam darah kaya oksigen)
Contoh:
Insidens hepatitis A di
Pennsylvania yang
terjadi akibat sayuran
yang mengandung virus
hepatitis A yang
dikonsumsi pengunjung
restoran pada tanggal 6
November.
Continuous Common Source Epidemic
• Terjadi bila paparan terjadi pada jangka waktu yang
panjang sehingga insidens kasus baru terjadi terus
menerus bermingg-minggu atau lebih panjang.
Contoh:
Paparan air yang mengandung
bakteri terjadi terus menerus,
sehingga insidens diare terjadi
berminggu-minggu.
Intermittent Common Source Epidemic
• bila paparan terjadi pada jangka waktu yang panjang
tetapi insidens kasus baru terjadi hilang timbul
Propagated/Progressive Epidemic
• Penularan dari satu orang ke orang lain
• Pada penyakit yang menularannya melalui kontak atau
vehikulum.
• Propagated/progressive pandemic propagated
epidemic yang terjadi lintas negara.
Contoh:
Kasus campak yang satu ke
kampus campak yang lain
berjarak 11 jaro (1 masa
inkubasi)
Mixed Epidemic
• Gabungan antara common source epidemic dan
propagated epidemic
Contoh:
Kasus shigellosis di sebuah
festival music. Awalnya terjadi
penularan serempak saat
festival berlangsung. Sehingga
beberapa hari setelah festival,
kejadian shigellosis meningkat
sangat tinggi (common source
epidemic). Namun satu
minggu kemudian, muncul lagi
kasus shigellosis karena
penularan dari suatu oranf
Soal no 169
• Puskesmas Sumber Sehat terletak sekitar 20 km dari rumah sakit
terdekat dan dipimpin oleh seorang dokter umum. Puskesmas
tersebut ramai dikunjungi warga sekitar karena mudah dijangkau
kendaraan bermotor. Dinas kesehatan setempat merencanakan
penambahan sarana pelayanan di Puskesmas tersebut agar dapat
lebih membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan
kesehatan. Apakah sarana yang paling sesuai?
a. Bidan desa
b. Puskesmas keliling
c. Puskesmas pembantu
d. Puskesmas rawat inap
e. Puskesmas peralatan
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Cohort study
• Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti sampai waktu
tertentu, kemudian dinilai apakah outcome terjadi atau tidak.
Case-control study
• Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali riwayat masa lalunya
apakah memiliki pajanan/ faktor risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Contoh: Penelitian ingin mengetahui Hubungan ASI Eksklusif
dengan Diare pada Anak 1-3 tahun
• Bila menggunakan desain cross sectional, maka dalam satu waktu
peneliti mengumpulkan data semua anak berusia 1-3 tahun dan
ditanyakan apakah mendapat ASI eksklusif dan berapa frekuensi diare
selama ini secara bersamaan.
• Studi kohort selalu dimulai dari subyek yang tidak sakit. Kelompok subyek
dibagi menjadi subyek yang terpajan dan tidak terpajan. Kemudian
dilakukan pengamatan sampai terjadinya penyakit atau sampai waktu yang
ditentukan.
Kohort Prospektif vs Retrospektif
• Baik kohort prospektif
maupun retrospektif selalu
dimulai dari menjadi
subyek yang tidak sakit.
KELEBIHAN: KELEMAHAN:
• Mengukur angka prevalensi • Sulit membuktikan
• Mudah dan cepat hubungan sebab-akibat,
karena kedua variabel
• Sumber daya dan dana yang paparan dan outcome
efisien karena pengukuran direkam bersamaan.
dilakukan dalam satu waktu
• Desain ini tidak efisien untuk
• Kerjasama penelitian faktor paparan atau penyakit
(response rate) dengan (outcome) yang jarang
desain ini umumnya tinggi. terjadi.
Desain Case Control
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Dapat membuktikan • Pengukuran variabel secara
hubungan sebab-akibat. retrospektif, sehingga rentan
• Tidak menghadapi kendala terhadap recall bias.
etik, seperti halnya • Kadang sulit untuk memilih
penelitian kohort dan subyek kontrol yang memiliki
eksperimental. karakter serupa dengan
• Waktu tidak lama, subyek kasus (case)nya.
dibandingkan desain kohort.
• Mengukur odds ratio (OR).
Desain Kohort
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Mengukur angka insidens. • Memerlukan waktu penelitian
yang relative cukup lama.
• Keseragaman observasi terhadap
faktor risiko dari waktu ke waktu • Memerlukan sarana dan prasarana
sampai terjadi outcome, sehingga serta pengolahan data yang lebih
merupakan cara yang paling akurat rumit.
untuk membuktikan hubungan
• Kemungkinan adanya subyek
sebab-akibat. penelitian yang drop out/ loss to
• Mengukur Relative Risk (RR). follow up besar.
• Menyangkut masalah etika karena
faktor risiko dari subyek yang
diamati sampai terjadinya efek,
menimbulkan ketidaknyamanan
bagi subyek.
Soal no 171
• Seorang dokter di sebuah rumah sakit ingin mengetahui hubungan
antara pajanan rokok terhadap kejadian kanker paru. Dokter
menggunakan data rekam medis untuk mencari orang-orang yang
merokok dan tidak merokok, kemudian dilihat hingga beberapa tahun
kemudian, apakah orang tersebut mengalami kanker atau tidak.
Hasilnya didapatkan data sebagai berikut:
Kanker Paru
Ya Tidak
Merokok Ya 20 30
Tidak 5 45
Berapa resiko relatif merokok terhadap kejadian kanker paru?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Jawaban: D. 4
171. UKURAN ASOSIASI DALAM PENELITIAN
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Yes a b a+b
No c d c+d
Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR
• Kondisi dinding
• Sebaiknya berupa tembok, namun di daerah tropis harus dipastikan mendapat
ventilasi cukup.
• Kondisi atap
• Sebaiknya dengan genteng, tidak disarankan atap seng atau asbes karena
menimbulkan suhu panas dalam rumah.
• Dapat menggunakan langit-langit sebagai penyekat panas dari bagian atas
bangunan.
• Ventilasi
• Ventilasi minimal 10% luas lantai dengan system ventilasi silang
Aspek Fisiologis Rumah
• Pencahayaan
• Pencahayaan alami dan buatan, langsung maupun tidak langsung,
harus dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas minimal 60
lux.
• Semakin banyak sinar matahari yang masuk semakin baik, disarankan
jendela ruangan dibuka antara jam 6-8 pagi.
• Suhu ruangan
• Suhu ruangan yang nyaman adalah antara 18-30 C.
• Kelembaban
• Kelembaban ruang yang nyaman berkisar antara 40-60%.
• Kepadatan hunian
• Satu orang minimal menempati luas rumah 9 m2 agar dapat
mencegah penularan penyakit (termasuk ISPA) dan melancarkan
aktivitas di dalamnya.
JARAK SEPTIC TANK-SUMBER AIR
• Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang
Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak
horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber
pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11 meter,
sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah
lebih dari 50 meter.
Soal no 173
• Angka prevalensi dan morbiditas penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi di Indonesia masih tinggi. Kementerian
Kesehatan berupaya menangani masalah tersebut dengan
mewajibkan sejumlah imunisasi bagi anak. Sebagai bentuk partisipasi
terhadap program Kementerian Kesehatan, Puskesmas Kaduhejo aktif
melakukan kegiatan imunisasi wajib untuk anak. Kegiatan puskesmas
tersebut termasuk dalam…
a. Early case detection
b. Rehabilitation
c. Prompt treatment
d. Disabillity timitation
e. Specific protection
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4311333/
Soal no 174
• Seorang pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit yang
bekerja sama dengan BPJS karena mengalami demam dan diare sejak
1 minggu. Dokter mendiagnosis pasien tifoid dan memutuskan pasien
perlu dirawat inap. Pasien memiliki kartu BPJS PBI dan dirawat inap di
bangsal kelas III. Keluarga pasien meminta dokter untuk
memindahkan pasien naik ke kelas II dengan alasan pasien tidak
dapat istirahat dengan baik. Sikap dokter tersebut adalah...
a. Memindahkan pasien dengan total seluruh biaya dihitung selisihnya
dengan klaim BPJS
b. Mengedukasi pasien tidak dapat naik kelas
c. Memulangkan paksa pasien dan menyuruh untum masuk melalui biaya
mandiri
d. Memindahkan pasien dan memasukkan tagihan ke dalam tagihan umum
e. Memindahkan pasien dan tagihan selisih rawat inap saja dan biaya
pengobatan tetap
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=9
Siapa Yang Dianggap Miskin dan Tidak
Mampu? (9 dari 14 harus dipenuhi)
• Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
• Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
• Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
• Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
• Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
• Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
• Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
• Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
• Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
• Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
• Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
• Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh
bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
• Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
• Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non
kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
http://www.pasienbpjs.com/2016/04/cara-menjadi-peserta-bpjs-pbi.html
HAK KELAS PESERTA BPJS
• Dibagi menjadi kelas I, II, III.
• Tidak ada peserta BPJS kesehatan yang berhak atas kelas VIP.
• Peserta yang ingin dirawat di kelas VIP harus iur biaya (membayar selisih biaya
kamar rawat inap VIP dengan biaya kamar yang menjadi hak kelasnya).
• Peserta PBI tidak boleh naik kelas. Jika tetap naik kelas, hak PBInya akan
gugur.
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 1
1. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
2. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
4. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
5. Peserta Pekerja Penerima Upah selain di atas (no 1-4) dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah di atas Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah) sampai
dengan Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah); dan
6. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 2
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
4. Peserta Pekerja Penerima Upah selain pada poin 1 sampai dengan 3 di atas dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah sampai dengan Rp 4.000.000,00
(empat juta rupiah); dan
5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 3
Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
dan
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
Soal no 175
• Sekelompok peneliti gabungan dokter-dokter obgyn yang berasal dari
dalam dan luar negeri ingin meneliti tentang hubungan penggunaan
kontrasepsi hormonal dengan kadar lipid. Didapatkan sampel
sebanyak 66 pengguna kontrasepsi hormonal dan 97 non pengguna.
Peneliti ingin mendapatkan perbandingan atau perbedaan mean
kadar lipid dari kedua kelompok tersebut. Apakah uji statistik yang
dipakai?
a. Independent t-test
b. One sample t-test
c. Paired t-test
d. Chi-square test
e. ANOVA
Bila tidak memenuhi salah satu atau lebih persyaratan di atas, maka uji
chi square tidak dapat digunakan.
One Sample vs Two Sample T-Test
One sample T-test Two Sample T-test
• Mengetahui perbedaan mean • Mengetahui apakah terdapat
(rerata) satu kelompok perbedaan mean antara dua
dibandingkan dengan mean kelompok populasi.
yang sudah ditetapkan
peneliti atau mean sudah
diketahui di populasi. • Misalnya penelitian ingin
mengetahui apakah terdapat
perbedaan mean GDS dari
• Misalnya penelitian tentang kelompok pasien DM yang
mean gula darah sewaktu diberi metformin dengan
(GDS) pada pasien DM yang kelompok pasien DM yang
diberi metformin. Contoh diberi insulin?
pertanyaan penelitiannya
adalah: apakah mean GDS
pasien DM yang diberi
metformin lebih dari 200
mg/dl?
Independent vs Paired T-Test
Independent T-test Paired T-test
• Prinsipnya adalah setiap • Prinsipnya adalah setiap
subjek hanya dilakukan 1 kali subjek dilakukan pengukuran
pengukuran. lebih dari 1 kali.
Prinsip:
Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Nol berarti tidak ada korelasi sama sekali,
sedangkan satu menandakan korelasi sempurna. Koefisien korelasi yang semakin mendekati
angka 1, menunjukkan semakin kuat korelasi .
Contoh Uji Korelasi
• Misalnya pada penelitian yang ingin mengetahui
hubungan antara kolesterol total (mg/dL) dengan tekanan
darah sistolik (mmHg) didapatkan nilai R-nya sebesar 0,8.
• Membership bias
• Bila pada kelompok studi terdapat satu atau lebih hal yang berhubungan
dengan efek, sedangkan pada kelompok kontrol tidak.
• Contoh: studi tentang efek rokok terhadap kanker tidak mungkin dibuat
uji klinis, maka beberapa ahli menduga mungkin bukan hanya rokoknya
yang berbahaya, namun juga faktor lain yang terdapat pada perokok yang
tidak bisa disingkirkan.
• Bias pengamat
• Distorsi konsisten (baik disadari ataupun tidak) yang
dilakukan peneliti dalam menilai atau melaporkan hasil
pengukuran.
• Bias subjek
• Distorsi konsisten subjek penelitian; karena merasa sedang
menjadi subjek penelitian maka subjek cenderung bekerja
lebih baik dan lebih serius (efek Hawthorne)
• Recall bias termasuk dalam bias subjek; misalnya pasien
kanker payudara lebih bersungguh-sungguh mengingat
durasi konsumsi pil KB dibanding pasien kontrol.
• Bias instrumen
• Kesalahan sistematik akibat tidak akuratnya alat ukur.
Bias pengukuran pada penelitian klinis
• Bias prosedur
• Terjadi bila pengukuran, prosedur, terapi, dll dilakukan pada
kelompok yang dibandingkan tidak sama. Misalnya pasien
dengan hipertensi lebih sering diukur tekanan darahnya.
• Recall bias
• Terutama pada studi case control, terjaddi karena kurang
akurat/optimalnya ingatan tentang pajanan faktor risiko.
• Bias akibat pengukuran yang kurang sensitif
• Terjadi akibat alat ukur yang digunakan kurang sensitif.
• Bias deteksi
• Terjadi akibat perubahan kemampuan suatu alat ukur untuk
mendeteksi penyakit.
• Karena lebih sensitif, penyakit terdeteksi lebih dini, sehingga
seakan-akan tingkat survival-nya lebih tinggi pula.
• Bias ketaatan (compliance bias)
• Terjadi karena perbedaan ketaatan mengikuti prosedur antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Ascertainment bias
• Ascertainment bias happens when the results of your study are
skewed due to factors you didn’t account for, like a researcher’s
knowledge of which patients are getting which treatments in clinical
trials or poor Data Collection Methods that lead to non-
representative samples.
• Ascertainment bias in clinical trials happens when one or more
people involved in the trial know which treatment each participant
is getting. This can result in patients receiving different treatments or
co-treatments, which will distort the results from the trial. A patient
who knows they are receiving a placebo might be less likely to report
perceived benefits (the “placebo effect“).
Soal no 177-178
• 177. Puskesmas Bogor melakukan penelitian tentang diare dengan
jumlah penduduk 400 orang. Data sebagai berikut:
Dusun Jmlh Nama Desa Yang sakit Yang Dirawat Yang
penduduk Meninggal
Desa 1 100 Mata air 25 - -
Desa 2 150 Mata hati 38 5 1
Desa 3 100 Mata kaki 12 - -
Desa 4 50 Mata Sapi 10 6 2
Jawaban: D. Desa 4
Soal no 178
• Dinas Kesehatan setempat sedang melakukan pendataan angka
kematian bayi dan angka kematian ibu di wilayah kerja Dinkes
tersebut pada tahun 2010. Berdasarkan pendataan tersebut,
didapatkan pada tahun 2010, angka kelahiran hidup 400 bayi di
daerah tersebut. Jumlah kematian bayi selama tahun 2010 adalah 50
bayi, 25 diantaranya meninggal sebelum 28 hari. Infant mortality rate
pada daerah tersebut adalah…
a. (50/400) x 1000
b. (25/400) x 1000
c. (25/50) x 1000
d. (28/50) x 1000
e. (28/400) x 1000
Crude death rate/ angka kematian angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama
kasar
satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan
tahun.
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu,
untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit
tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post
partum) per 100.000 kelahiran hidup. Rumus: jumlah kematian ibu/jumlah kelahiran
hidup x 100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup. Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran
hidup x 1000
Soal no 179
• Seorang dokter umum di poliklinik menerima pasien seorang wanita
berusia 18 tahun yang datang dengan keluhan mual-mual sejak 2 hari
yang lalu. Sudah sebulan tidak haid. Pasien menikah 6 bulan yang lalu.
Melalui anamnesis, pasien sering terdiam dan tidak menjawab
pertanyaan. Pasien juga sering menundukkan kepala. Bagaimana
komunikasi yang tepat dengan pasien?
a. Mengingatkan pasien bahwa ia belum mengatakan masalah sebenarnya
b. Mengatakan kepada pasien bahwa ia dapat kembali di lain kesempatan
c. Mengatakan kepada pasien bahwa masih banyak pasien lain yang
menunggu
d. Mengatakan kepada pasien bahwa ia dapat menceritakan apa yang
dipikirkannya
e. Mengatakan kepada pasien bahwa anda tidak mengerti masalah yang
dideritanya
Jawaban: D. Keracunan CO
180. Inhalation of suffocating gasses
• Gas CO banyak pada kebakaran hebat. Gas CO2 banyak pada sumur tua
dan gudang bawah tanah. Gas H2S pada tempat penyamakan kulit. Gas
sianida dapat ditemukan pada sisa pembakaran industri.
Warna Lebam Mayat
• Dalam keadaan normal, lebam mayat berwarna
merah keunguan.
Nitrit, Potasium, Anilin, Benzena dan zat lain yang Merah coklat atau coklat
menyebabkan methemoglobinemia
Fosfat Coklat gelap (dark brown)
http://www.forensicpathologyonline.com/e-book/post-mortem-changes/post-mortem-hypostasis
Keracunan CO
• Berat jenis CO sedikit lebih ringan dari udara.
• Mempunyai sifat mengikat Hb 210 kali lebih cepat dari O2.
• Contoh : Kebakaran gedung, Meninggal dunia dlm mobil dengan mesin & alat
pendingin dlm hidup & knalpot bocor, Ruang ventilasinya kurang dgn adanya
alat pemanas menggunakan gas dapur/bensin.
• Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis
adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO.
• Pada jenazah, dapat ditemukan warna lebam mayat yang berupa Cherry Red
pada kulit, otot, darah dan organ-organ interna, yang tampak jelas bila kadar
COHb mencapai 30% atau lebih. Akan tetapi pada orang yang anemik atau
mempunyai kelainan darah warna cherry red ini menjadi sulit dikenali.
• Pemeriksaan Laboratorium:
• Uji Kualitatif, menggunakan 2 cara: uji dilusi alkali dan uji formalin
• Uji Kuantitatif menggunakan cara Gettler-Freimuth
Intoksikasi CO2 (GAS ASAM ARANG)
• Berat jenis CO2 1,52 kali dibandingkan dgn udara shg terdapat
ditempat yg rendah & tidak mudah hilang.
• Contoh : Terdapat dalam sumur tua, palka kapal, goa-goa, kasus
gerbong maut.
• Sebelum menguras sumur sebaiknya dites dulu dengan
ayam/burung yang dimasukkan kedalamnya.
• Pemeriksan tes gas CO2 ini dengan menambah air kapur
Ca(OH)2 kedalam sample gas air keruh keputihan (ENDAPAN
PUTIH )
• Cara mengambil sample gas :
• Botol 5-10 liter dikat di 2 tempat, leher & didasarnya,kemudian
diisi air & diturunkan ditempat yg mau diperiksa. Sampai di
bawah botol kemudian dibalik, air akan keluar & gas akan masuk
dalam botol. Botol diangkat & ditutup rapat
H2S (HYDROGEN SULFIDA)
• Gas H2S berat jenis 1,19 kali lebih berat dari pada udara.
• Contoh : Pada penguraian bahan yg mengandung S (Sulfur) tdpt
dipabrik penyaman kulit,selokan yg tertutup, dijamban.
• Test terhadap sample gas dgn Pb Asetat.
Keracunan CN
• Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan
tanda patognomonik untuk keracunan CN, dengan cara menekan dada
mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung.
• Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut,
dan lebam jenazah berwarna merah terang, karena darah kaya akan oksi
hemoglobin (karena jaringan dicegah dari penggunaan oksigen) dan
ditemukannya cyanmethemoglobin.
• Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.
• Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan
pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti
sabun.
• Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi
antemortal dan postmortal.
PEMERIKSAAN PADA KASUS
KERACUNAN SIANIDA
• Pemeriksaan luar: korban mati tercium amandel dengan menekan dada mayat
sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah & bibir, busa
keluar dari mulut, & lebam mayat berwarna merah terang, karena darah vena
kaya akan oksi-Hb.
• Pemeriksaan bedah jenasah: dapat tercium bau amandel saat membuka ronga
dada, perut & otak serta lambung (bila racun melalui mulut). Darah, otot &
penampang organ tubuh dapat berwarna merah terang. Selanjutnya hanya
ditemukan tanda asfiksia pada organ tubuh.
Pemeriksaan Laboratorium Kasus Keracunan
Sianida
• Uji kertas saring menggunakan asam pikrat jenuh: Kertas tersebut dicelupkan kedalam
darah korban, bila positif berubah menjadi warna merah terang (sianmethemoglobin).
• Reaksi Schonbein-Pagenstecher (reaksi Guajacol): Pada reaksi ini bila hasilnya positif
akan membentuk warna biru hijau pada kerta saring. Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif
semu didapat bila isi lambung mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon sehingga
reaksi ini hanya untuk skrining.
• Reaksi Prussian Blue: hasil positif menunjukkan endapan larut dan terbetuk warna biru
berlin.
• Cara Gettler Goldbaum: hasil positif ditunjukkan oleh perubahan warna kertas saring
menjadi biru.
Tipe Anoksia
• Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
• Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena tidak ada atau
tidak cukup O2. Misalnya kepala di tutupi kantong plastik, udara yang kotor
atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tetutup atau di
pegunungan yang tinggi. Ini di kenal dengan asfiksia murni atau sufokasi.
• Anoksia Anemia (Anemia anoxia)
• Tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen.
• Contoh: perubahan kadar Hb dalam darah pada anemia berat dan perdarahan
yang tiba-tiba.
• Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)
• Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal
jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi,
tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet
tersendat jalannya.
• Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)
• Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak
dapat menggunakan oksigen secara efektif.
Soal no 181
• Seorang laki-laki berusia 15 tahun, penyandang Duchen Muscullar
Distrophy, dirawat di rumah sakit pendidikan. Dokter menggunakan
catatan dalam rekam medis yang menyangkut data/informasi
kronologis dari perawatan/pengobatan yang diberikan dalam
menyampaikan kuliah pada mahasiswa tahap profesi. Apakah fungsi
rekam medik yang paling sesuai?
a. Medis
b. Dokumentasi
c. Administrasi
d. Pendidikan
e. Penelitian
Jawaban D. Pendidikan
181. REKAM MEDIS
• Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
• Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis..
Fungsi Rekam Medis
• Administrative Value
• Legal Value
• Financial Value
• Research Value
• Education Value
• Documentation Value
Soal no 182-183
182. Seorang warga melapor polisi karena menemukan jenazah bayi
baru lahir di tempat sampah dekat rumahnya, lengkap dengan
plasenta. Jenazah bayi kemudian dibawa ke rumah sakit. Pada
pemeriksaan, dokter forensik menemukan luka memar pada bibir dan
leher. Berat badan normal, Panjang badan normal. Plasenta tidak
terawat. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menunjang otopsi
pada kasus tersebut?
a. Tes apung paru
b. Toksikologi
c. DNA
d. Makroskopi plasenta
e. Golongan darah
• Metatarsal 9 minggu
https://radiopaedia.org/articles/ossification-centres-of-the-foot
Penentuan Bayi Lahir Hidup/ Mati
• Pemeriksaan luar: Pada bayi yang lahir hidup, pada
pemeriksaan luar tampak dada bulat seperti tong .
biasanya tali pusat masih melengket ke perut, berkilat dan
licin. Kadang-kadang placenta juga masih bersatu dengan
tali pusat. Warna kulit bayi kemerahan.
• Untuk memeriksa lebih jauh, pisahkan paru-paru dari jantung dan timus,
dan kedua belah paru juga dipisahkan. Bila masih terapung, potong masing-
masing paru-paru menjadi 12 – 20 potongan-potongan kecil. Bagian-bagian
ini diapungkan lagi. Bagian kecil paru ini ditekan dipencet dengan jari di
bawah air. Bila telah bernafas, gelembung udara akan terlihat dalam air.
• Still birth, artinya dalam kandungan masih hidup, waktu dilahirkan sudah mati.
Ini mungkin disebabkan perjalanan kelahiran yang lama, atau terjadi accidental
strangulasi dimana tali pusat melilit leher bayi waktu dilahirkan.
• Dead born child, di sini bayi memang sudah mati dalam kandungan. Bila
kematian dalam kandungan telah lebih dari 2 – 3 hari akan
terjadi maserasi pada bayi. Ini terlihat dari tanda-tanda:
• Bau mayat seperti susu asam.
• Warna kulit kemerah-merahan.
• Otot-otot lemas dan lembek.
• Sendi-sendi lembek sehingga mudah dilakukan ekstensi dan fleksi.
• Bila lebih lama didapati bulae berisi cairan serous encer dengan dasar bullae berwarna
kemerah-merahan.
• Alat viseral lebih segar daripada kulit.
• Paru-paru belum berkembang.
Ada/ Tidaknya Tanda Perawatan
Jawaban: D. Autonomy
Soal no 185
• Seorang wanita datang dengan penurunan kesadaran setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas di depan rumah sakit. Dokter yang
yang menerima pasien tersebut langsung menangani
kegawatdaruratan tanpa meminta persetujuan pasien. Keluarga tidak
ada satupun yang berada di tempat. Prinsip apakah yang digunakan
dokter itu dalam menangani pasien tersebut?
a. Beneficence
b. Non-maleficence
c. Justice
d. Autonomy
e. Altruism
Jawaban: B. Non-maleficence
184-185. KAIDAH DASAR MORAL
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
for person) / Autonomy • Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
serta perbedaan jender tidak boleh dan
diperlakukan sebagai manusia yang tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
utama dokter.
berkurang atau hilang perlu mendapatkan
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Kaidah Dasar Moral dan Turunannya
Core biomedical moral principles Core behavioral norms
Autonomy: the norms of respecting and supporting Veracity: to provide accurate, timely, objective, and comprehensive
individual autonomous decisions transmission of information, ensure patient’s understanding
Privacy: to respect the right that individuals and families have to keep
personal information, decisions, spaces, activities, and relationships
under their own control
Beneficence: prioritize relieving, lessening, or Fidelity: obligation of a professional to faithfully carry out an activity that
preventing harm, actions that provide benefits to others benefits the patient, abstain from an activity that would/could cause
Non maleficence: avoiding actions that would cause harm
harm to others
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Memperkirakan Umur
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Menentukan Pantas Tidaknya Korban Untuk
Dikawin
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
PEMERIKSAAN DALAM KASUS KEJAHATAN
SEKSUAL
PEMERIKSAAN SEMEN
Pada pakaian, bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap
Pemeriksaan visual daripada sekitarnya. Dan Bercak yang sudah agak tua berwarna
kekuningan.
Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak
Perabaan dan menyerap, bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari
penciuman permukaan bercak yang teraba kasar. Pada penciuman, bau air mani
seperti klorin (pemutih) atau bau ikan
Semen kering (bercak semen) berfluoresensi (bluish-white) putih
kebiruan di bawah iluminasi UV dan menunjukkan warna yang
Ultraviolet (UV) sebelumnya tak nampak. Namun Pemeriksaan ini tidak
spesifik,sebab nanah, fluor albus, bahan makanan, urin, dan serbuk
deterjen yang tersisa pada pakaian sering berflouresensi juga.
PEMERIKSAAN KIMIAWI
Cairan vaginal atau bercak mani yang sudah dilarutkan,
ditetesi larutan yodium (larutan Florence) di atas objek glass
Metode
Hasil yang diharapkan: kristal-kristal kholin peryodida
Florence
tampak berbentuk jarum-jarum / rhomboid yang berwarna
coklat gelap
Sampel :
1. Forniks posterior vagina
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence
• Sebenarnya boleh saja seorang dokter yang bukan dokter spesialis forensik
membuat dan mengeluarkan visum et repertum.
• Wewenang penyidik
• Tertulis (resmi)
• Terhadap korban, bukan tersangka
• Ada dugaan akibat peristiwa pidana
• Bila mayat :
• Identitas pada label
• Jenis pemeriksaan yang diminta
• Ditujukan kepada : ahli kedokteran forensik / dokter di rumah sakit
Antemortem Postmortem
Otopsi
Visum definitif anatomis
Otopsi forensik
Jenis Visum et Repertum Korban Hidup
• Pada pembuatan visum et repertum ini, dalam hal korban mati maka
penyidik mengajukan permintaan tertulis kepada pihak Kedokteran
Forensik untuk dilakukan bedah mayat (outopsi).
Jenis VeR lainnya
• Visum et repertum Tempat Kejadian Perkara (TKP). Visum ini dibuat
setelah dokter selesai melaksanakan pemeriksaan di TKP.
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
TANATOLOGI FORENSIK
• Pada saat sesudah mati, terjadi proses pemindahan panas dari badan
ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi,
evaporasi dan konveksi.
• dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian.
• Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis
maka suhu badan akan menurun lebih cepat.
• Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan.
Pembusukan mayat (dekomposisi)
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
PENURUNAN SUHU TUBUH (ALGOR MORTIS)
Approximate times for algor and rigor mortis in temperate regions
Body temperature Body stiffness Time since death
warm not stiff dead not more than three hours
warm stiff dead 3 to 8 hours
cold stiff dead 8 to 36 hours
cold not stiff dead more than 36 hours
SOURCE: Stærkeby, M. "What Happens after Death?" In the University of Oslo Forensic Entomology [web site].
Available from http://folk.uio.no/mostarke/forens_ent/afterdeath.shtml.
Soal no 191
• Seorang laki-laki, 51 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak
1 minggu yang lalu, sesak memberat sejak 1 bulan yang lalu, terdapat
riwayat suara serak sejak 3 bulan yang lalu, pasien merupakan buruh
bangunan dan perokok berat. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 96x/m, respirasi 28x/m, suhu 37,2. Pada
pemeriksaan laringoskop indirect ditemukan massa berbenjol-benjol
di pita suara yang meluas hingga muara esofagus. Diagnosis yang
sesuai untuk pasien tersebut adalah…
a. Laringitis akut
b. Laringitis kronik
c. Laringitis difteri
d. Karsinoma nasofaring
e. Karsinoma laring
Papilloma
Laringitis
Penyakit Laring
Diagnosis Karakteristik
Polip pita suara Lesi bertangkai unilateral, dapat berwarna keabuan (tipe
mukoid) atau merah tua (angiomatosa). Gejala: suara parau.
Lokasi di sepertiga anterior/medial/seluruhnya.
Umum dijumpai pada dewasa, namun bisa pada semua usia.
Nodul pita suara Suara parau, riwayat penggunaan suara dalam waktu lama.
Lesi nodul kecil putih, umumnya bilateral, di sepertiga
anterior/medial.
Laringitis Inflamasi laring, gejala suara parau, nyeri menelan/bicara, batuk
kering, dapat disertai demam/malaise.
Mukosa laring hiperemis, edema di atas dan bawah pita suara.
Papilloma laring Massa seperti buah murbei berwarna putih kelabu/kemerahan.
Massa rapuh, tidak berdarah.
Gejala: suara parau, dapat disertai batuk dan sesak.
Lokasi pada pita suara anterior atau subglotik.
Soal no 192
• Seorang anak usia 8 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan keluar
cairan dari kedua telinga. Pasien sering dikorek kupingnya dan senang
berenang. Pasien mengeluh nyeri pada saat membuka mulut dan
mengunyah. Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan sekret pada liang
telinga yang hiperemis, membran timpani dalam batas normal.
Bagaimana mekanisme terjadinya pada penyakit di atas?
a. Infeksi pada liang telinga karena trauma
b. Infeksi pada folikel rambut di liang telinga
c. Maserasi akibat berenang
d. Trauma akibat korekan kuping
e. Oklusi tuba eustachius
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Otitis eksterna difus (swimmer’s ear)
• Etiologi: Pseudomonas, Staph. albus, E. coli.
• Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
• Sangat nyeri, liang telinga: edema, sempit, nyeri
tekan (+), eksudasi
• Jika edema berat pendengaran berkurang
• Th/: AB topikal, kadang perlu AB sistemik
• AB: ofloxacin, ciprofloxacin, colistin, polymyxin B,
neomycin, chloramphenicol, gentamicin, &
tobramycin.
• Ofloxacin & ciprofloxacin: AB tunggal dengan
spektrum luas untuk patogen otitis eksterna.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
• Pada pasien diabetik lansia atau imunokompromais.
https://www.utmb.edu/otoref/grnds/Hear-
Loss-Noise-000110/Hear-Loss-Noise.pdf
193. Trauma Akustik
• Gangguan pendengaran pada telinga dalam karena eksposure pd
stimulus suara yg intens (> 140 dB)
• Mechanical tearing of intracochleal membranes and physical
disruption of cell walls with mixing of perilymph and endolymph
• Tidak terkait dgn ruptur membran timpani dapat terjadi dengan
atau tanpa ruptur membran timpani
193. Trauma akustik Vs NIHL
http://www.liberaldictionary.com/acoustic-trauma-deafness/
193. DD: Blast Injury to The Ear
• Injuries caused by an Explosion • Tympanic membrane commonly
• Due to blast-overpressure-wave rupture at 5-15 Psi
• Affect air-filled organs and • Irregular border of rupture seen
organs which has air-fluid with otoscope sometimes
interface hemotympanum without
rupture can also be seen
• Most commonly affect ears
tympanic membrane rupture • 80% heal spontaneously, if not
and/or dislocations of bones in healed within 3 months,
the middle ear indications for myringoplasty
193. DD: Blast Injury to The Ear
Diagnosis Tatalaksana
Jawaban: E. Trakea
194. Tracheal Foreign Body
• Tracheal foreign body
• Additional history/physical:
• Complete airway obstruction
• Audible slap
• Palpable thud
• Asthmatoid wheeze
Benda Asing pada Trakhea
• Patofisiologi:
• Benda asing trakea yang masih dapat bergerak, pada saat benda itu
sampai dikarina, dengan timbulnya batuk, benda asing itu akan
terlempar ke laring
• Sentuhan benda asing itu pada pita suara dapat terasa merupakan
getaran di daerah tiroidpalpatory thud
• Dapat didengar dengan stetoskop di daerah tiroidaudible slap
• Gejala Klinis:
• Palpatory thud serta audible slap
• lebih jelas teraba atau terdengar bila pasien tidur terlentang dengan mulut terbuka
saat batuk
• Audible slapsuara hentakan di trakea, pita suara atau subglotis
• Palpatory thudteraba hentakan di trakea pars servikal
• Mengi (asthmatoid wheeze)
• dapat didengar pada saat pasien membukamulut dan tidak ada hubungannya
dengan penyakit asma bronchial
Benda Asing pada Bronkus
• 80-90% of airway foreign
bodies
• Right main stem most
common (controversial)
• Additional history/physical:
• Diagnostic triad (<50% of
cases):
• unilateral wheezing
• decreased breath sounds
• Cough
• Chronic cough or
asthma,recurrent pneumonia,
lung abscess
Benda Asing pada Laring
• 8-10% of airway foreign
bodies
• Highest risk of death before
arrival to the hospital
• Additional history/physical:
– Complete airway obstruction
– Hoarseness
– Stridor
– dyspnea
Benda Asing pada Esofagus
Jawaban: B. Peritonsil
195. Tonsillitis
• Acute tonsillitis:
• Viral: similar with acute rhinitis + sore
throat
• Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
• Detritus → follicular tonsillitits
• Detritus coalesce → lacunar tonsillitis.
• Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
• Th: penicillin or erythromicin
• Chronic tonsillitis
• Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
• Lymphoid tissue is replaced by scar
widened crypt, filled by detritus.
• Foul breath, throat felt dry.
• Hentikan perdarahan
• Bersihkan hidung dari darah & bekuan
• Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin 1/5000-
1/10000 atau lidokain 2%
• Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
Treatment :
• Bland ointment or an antibiotic and steroid.
• Nasal douche.
Rhinitis Sicca
Pathogenesis Diagnosis
• Anterior nasal mucosa injury • Nasal septum is dry
• Dust • Mucosal surface is:
• Nose picking Raw, roughened, & granular.
• Extremes of temperature • Crustation ulceration Septal
perforation
Riwayat atopi. Gejala: bersin, gatal, rinorea, kongesti. Tanda: mukosa edema,
RINITIS ALERGI
basah, pucat atau livid, sekret banyak.
Hipertrofi konka inferior karena inflamasi kronis yang disebabkan oleh infeksi
RINITIS HIPERTROFI bakteri, atau dapat juga akrena rinitis alergi & vasomotor. Gejala: hidung
tersumbat, mulut kering, sakit kepala. Sekret banyak & mukopurulen.
Rhinitis akut: umumnya disebabkan oleh rhinovirus, sekret srosa, demam, sakit kepala, mukosa
RINITIS AKUT
bengkak dan merah.
Terapi
Aspirasi jarum bila pus (-) selulitis antibiotik.
Bila pus (+) abses
Bila pus ada pada aspirasi jarum disedot sebanyak mungkin
Infiltrat Peritonsil Abses Peritonsil
Waktu (setelah tonsilitis akut) 1-3 hari 4-5 hari
Trismus Biasanya kurang/tidak ada Ada
SUBMANDIBULA Fever, neck pain, swelling below the mandible or tongue. Trismus often
R ABSCESS found. If spreading fast bilateral, cellulitis ludwig angina
ISPA, Selulitis ec
Komplikasi Penjalaran
ETIOLOGI limfadenitis Penjalaran infeksi penjalaran
tonsilitis infeksi
retrofaring infeksi