Oleh :
Supervisor:
pada Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Mengetahui,
Pembimbing
1
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. FH
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kambu
Agama : Islam
Pekerjaan : -
No. RM : 52 79 28
Tanggal masuk RS : 11 Maret 2020
DPJP : dr. Happy Handaruwati, M. Kes., Sp.S
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Lemah keempat anggota gerak
Anamnesis terpimpin : Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum
Bahteramas dengan lemah keempat anggota gerak
yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu, dimulai dari
kaki naik keatas. Sebelum terjadi kelemahan, pasien
mengaku kaki terasa kesemutan kemudian menjalar
ke tangan. Muntah (+) 6 kali, isi makanan, tidak
menyemprot. Nyeri ulu hati (+), sakit kepala (+),
Selain itu pasien juga mengeluh BAB cair sejak 1
hari yang lalu sebanyak 2x. BAB tidak berlendir
ataupun berdarah, BAB hanya berisi cairan dan
ampas. Pasien mengaku pernah masuk IGD dengan
keluhan lemah anggota gerak sebelumnya.
2
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Sakit Sedang, Compos Mentis, Status Gizi : Baik
Tanda Vital
TD Nadi Pernafasan Suhu
110/70 mmHg 100 x/Menit 22 x/Menit 37,10C/ Axillar
(Reguler)
Status Generalis
Kulit Berwarna kuning langsat, pucat (-), memar (-)
Kepala Normocephal
Rambut Berwarna Hitam
Mata Konjungtiva anemis(-/-), Sklera ikterik(-/-), Exopthalmus (-/-),
edema palpebra(-/-), Gerakan bola mata dalam batas normal,
refleks kornea(+), refleks pupil(+)
Hidung Epitaksis (-), Rinorhea(-)
Telinga Otorrhea (-), nyeri tekan mastoid(-)
Mulut Bibir pucat(-), bibir kering (-), perdarahan gusi(-), lidah kotor(-)
Leher Kaku kuduk(-), pembesaran kelenjar getah bening(-),
pembesaran tiroid(-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi
Sonor
Auskultasi
Bunyi nafas bronkial, Rhonki(-/-), Wheezing(-/-)
Jantung Inspeksi
3
Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa(-)
Perkusi
Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi
BJ I dan II regular
Abdomen Inspeksi
Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi
Peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi
Nyeri tekan regio epigastriumv(+)
Perkusi
Tympani (+)
Status Neurologis
Kesadaran
GCS : E4V5M6
Kualitatif : Compos Mentis
1. Kepala
Posisi : Ditengah Bentuk/ukuran : Normocephal
Penonjolan : (-) Auskultasi : Normal
2. Saraf Cranialis
N. I
Penghidu : Normal
4
N. II
OD OS
Ketajaman penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapangan penglihatan Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
N. III, IV, VI
Dextra Sinistra
Celah kelopak mata
Ptosis (-) (-)
Exoftalmus (-) (-)
Ptosis bola mata (-) (-)
Pupil
Ukuran/bentuk d: 2,5 mm/ bulat d: 2,5 mm/ bulat
Isokor/anisokor isokor isokor
RCL/RCTL (+)/(+) (+)/(+)
Refleks (+) (+)
akomodasi
Gerakan bola mata
Parese ke arah (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
N. V
Sensibilitas : N.V1 : Sulit dinilai
N.V2 : Sulit dinilai
N.V3 : Sulit dinilai
Motorik : Inspeksi/palpasi : Sulit dinilai
(istirahat/menggigit)
5
Refleks dagu/masseter : Sulit dinilai
Refleks kornea : (-)
N. VII
Motorik M.Frontalis M. Orbicularis oculi M. Orbicularis oris
Istirahat Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai
Mimik Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai
Pengecap 2/3 depan : Tidak dilakukan pemerikasaan
N. VIII
Pendengaran : Normal
Tes rinne/weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi vestibularis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Posisi arkus faring : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks telan/muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecap 1/3 lidah belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Suara : Tidak dilakukan pemeriksaan
Takikardi/bradikardi : DBN
N. XI
Memalingkan kepala dengan / tanpa tahanan : Normal
Angkat Bahu : Sulit pada bahu sebelah kanan
N. XII
Deviasi Lidah : Tidak ada
Fasikulasi : Sulit dinilai
Atrofi : (-)
Tremor : Tidak ada
Ataxia : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Leher
Rangsang menings
Kaku kuduk : (-)
6
Kernig’s sign : (-)
Kelenjar limfe : Pembesaran (-)
Arteri karotis : Bruit (-)
Kelenjar gondok : Pembesaran (-)
4. Abdomen
Refleks kulit dinding perut :
N N N
N N N
N N N
5. Kolumna vertebralis
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Pergerakan : Normal
6. Ekstremitas
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan ↓ ↓ ↓ ↓
Tonus ↓ ↓ ↓ ↓
Kekuatan otot 4 4 3 3
Refleks fisiologis
Dextra Sinistra
Biceps ↑↑ ↑↑
Triceps ↑↑ ↑↑
Radius ↑↑ ↑↑
Ulna ↑↑ ↑↑
7
Klonus
Lutut : (-)
Kaki : (-)
Refleks patologis
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Hoffmann : -/- Babinski : -/-
Tromner : -/- Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Oppenheim : -/-
Sensibilitas
Ekstroseptif : - Nyeri :
- Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Rasa raba halus : Tidak dilakukan pemeriksaan
8
Pemeriksaan fungsi luhur :
Reaksi emosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi bicara : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi psikosensorik (gnosis) : Tidak dilakukan pemeriksaan
Intelegensia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi psikomotorik (praksia) : Tidak dilakukan pemeriksaan
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Kimia Darah (11 Maret 2020)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
SGPT 27 [U/L] (< 31)
SGOT 32 [U/L] (< 31)
E. DIAGNOSIS
Klinis : Tetraparese
Topis : Miogenik
Etiologi : Paralisis Periodik Hipokalemia
F. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Hipokalemi karena gastroenteritis
2. Tirotoksikosis
3. Botulisme
4. Neuropati akibat keracunan logam berat
5. SGB
6. Polimiosistis akut
9
G. PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi Farmakologi
1. Bed rest 1. IVFD NaCl 0,9% + KCL 1 flacon tiap ganti
cairan (32 tpm)
2. Aspar-K 3x1 tab
3. Injeksi Ondancetron 1 ampul/8 jam/iv
4. Injeksi Pantoprazole 40 mg/12 jam/iv
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
sering paralisis periodik, yaitu sekelompok kelainan otot heterogen yang ditandai
lebih lanjut oleh Hartwig pada tahun 1874; Aitken, dkk pada tahun 1937
kalium darah. Ada dua jenis HKPP yaitu tiroksikosis HKPP yang berhubungan
autosomal dominan.2
B. Patofisiologi
11
Pada kondisi normal keseimbangan ion intra selular dan ekstraselular
yang mengatur voltase potensial istirahat sel (-90 mV) diatur oleh ion Na + dan K+
tubuh. Tetapi pada HKPP, dimana kadar kalium ekstraselular yang lebih rendah
sehingga Na+ lebih banyak masuk ke intraselular dan kalium terlambat dan lebih
sedikit yang keluar ke ekstra selular. Hal ini mengakibatkan potensial istirahat sel
berada pada voltase -50 mv dan menyebabkan gangguan elektrik dan otot tidak
dapat dieksitasi.2
menyebabkan gangguan pada fungsi jaringan yang dapat dieksitasi seperti otot.
masalah utama pada HKPP berhubungan dengan kanal kalsium. Data genetik
C. Etiologi
12
tirotoksikosis terjadi peningkatan hormon tiroid yang menyebabkan influks
hipokalemia terjadi karena kehilangan kalium meningkat akibat diare berat dan
kanal ion kalium akibat ikatan ion barium di kanal tersebut. Peningkatan
periodik paralisis hipokalemi tanpa tirotoksikosis. Selain itu faktor genetik juga
kebanyakan kasus dinegara Barat dan sebaliknya di Asia kasus terbanyak adalah
D. Epidemiologi
Insidens penyakit ini diperkirakan 1 dari 100.000 populasi. Dua jenis PPH
yaitu PPH yang diturunkan atau familial dan PPH didapat (acquired). PPH
didapat bisa ditemukan pada kasus tirotoksikosis, sehingga sering disebut sebagai
awitan pada usia peripubertas; dapat mengenai semua ras, paling dominan pada
13
ras Asia; perbandingan risiko laki-laki dan perempuan adalah 2:1; 50% orang
E. Manifestasi Klinis
dominan pada dua pertiga kasus dan menyebar pada sepertiganya. Onset
terjadinya sering pada dewasa muda. Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan
ekstremitas bawah, dan kelemahan umum otot rangka merupakan keadaan umum
pada kekurangan kalium yang berat. Serangan sering dicetuskan oleh aktivitas
berat, makanan tinggi karbohidrat, makanan dengan kadar natrium yang tinggi,
cahaya.2
sistem respiratori, bulbar dan otot cranial. Kematian oleh karena gagal nafas dan
sampai tahunan, dan setiap serangan dapat bertahan dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Beberapa pasien dapat jatuh ke serangan yang abortif atau
pemeriksaan fisik, selain kelemahan otot juga ditemukan reflek tendon dalam
14
yang menurun sampai hilang. Sistem sensorik dan kesadaran tidak terganggu.
Pasien juga sering mengalami nyeri otot dan gangguan kognitif selama
serangan.2
F. Diagnosis4
1. Anamnesis
Kelumpuhan anggota gerak terutama pada pagi hari setelah bangun tidur,
setelah periode istirahat sehabis latihan otot berat. Tanda awal berupa nyeri
otot, disusul kelemahan otot, dimulai pada ekstremitas bawah lalu ekstremitas
atas, badan, dan leher, Otot pernapasan dan otot menelan jarang terkena.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kelumpuhan anggota gerak dan kekuatan otot saat serangan, otot respirasi
3. Pemeriksaan Penunjang
15
4. Kriteria Diagnosis
a) Awitan akut dengan gejala kelumpuhan anggota gerak. Otot respirasi dan
otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin menurun. Tidak ada
gangguan sensoris.
5. Diagnosis Banding
G. Tatalaksana4
2. Fase Akut : pemberian K secara per oral atau parenteral (pada kasus
hipokalemia)
16
2. Komplikasi
3. Prognosis4
Ad vitam : ad bonam
Ad Sanationam : ad malam
Ad Fungsionam : ad bonam
17
BAB III
A. RESUME
keempat anggota gerak yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu, dimulai dari kaki
naik keatas. Sebelum terjadi kelemahan, pasien mengaku kaki terasa kesemutan
menyemprot. Nyeri ulu hati (+), sakit kepala (+), Selain itu pasien juga mengeluh
BAB cair sejak 1 hari yang lalu sebanyak 2x. BAB tidak berlendir ataupun
berdarah, BAB hanya berisi cairan dan ampas. Pasien mengaku pernah masuk
dengan nilai GCS E4V5M6. Tanda vital TD 110/70 mmHg, nadi 100 x/menit,
dan sinistra: 4. Kekuatan otot ekstremitas inferior dextra dan sinistra: 3.. Pada
darah 2,6 mmol/L (rujukan 3,5-5,5), klorida darah 97,0 mmol/L (rujukan 98,0-
108,0).
18
B. ANALISA KASUS
keempat anggota gerak yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu, dimulai dari kaki
naik keatas. Sebelum terjadi kelemahan, pasien mengaku kaki terasa kesemutan
Tatalaksana breathing dengan pemberian oksigen nasal kanul 2-3 liter per menit
(tidak dilakukan karena pasien tidak sesak). Tatalaksana circulation ialah dengan
otak.
otot, terutama pada ekstremitas bawah, dan kelemahan umum otot rangka
merupakan keadaan umum pada kekurangan kalium yang berat. Serangan sering
kadar natrium yang tinggi, intoksikasi alcohol, perubahan suhu tubuh yang
19
pemberian cairan NaCl 0,9% + KCL 1 flacon tiap ganti cairan (32 tpm), Aspar-
mg/12 jam/iv.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Winarno, A.N.S., dan Tooy, C.K. 2018. Paralisis Periodik Hipokalemik diduga
2. Dinata, G.S., dan Syafrita, Y. 2018. Profil Pasien Periodik Paralisis Hipokalemia
21