HIPERTIROID
Oleh :
Samuel Batara Bonar, S.Ked
G1A219041
Preseptor:
dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
HIPERTIROID
Oleh :
Samuel Batara Bonar, S.Ked
G1A219041
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Hipertiroid” sebagai kelengkapan persyaratan dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Rotasi
2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
LAMPIRAN...............................................................................................................22
iv
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT 01 Alam Barajo
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah Anak : 3 anak
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah
Pasien belum pernah sakit yang harus dirawat di Rumah sakit sebelumnya.
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, tidak mempunyai riwayat kencing
manis, penyakit alergi disangkal, penyakit kulit sebelum nya juga disangkal.
2
8. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 88 x per menit, irama reguler, isi cukup
- Suhu : 37 °C
- Respirasi : 20 x/menit, irama reguler, jenis pernapasan torakoabdominal
Pemeriksaan Organ
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-) reflex cahaya (+/+)
isokhor, pergerakan bola mata simetris, exophtalmus (+/+)
Hidung : deformitas (-), Sekret (-/-) Epistaksis (-/-) deviasi septum (-)
Kelenjar tiroid : membesar dengan ukuran 3x2 cm, konsistensi lunak, tidak nyeri,
permukaan rata, batas tegas, tidak menempel dengan jaringan
sekitar (dapat digerakan), merah(-), panas (-)
Thorax
Pulmo
3
- Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-)
Cardio
- Inspeksi : datar, gambaran pergerakan usus (-), massa (-), striae (-),
gambaran pembesaran organ (-), dilatasi vena (-)
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri ketok CVA
(-)
- Perkusi : Timpani (+) di 4 kuadran
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : deformitas (-/-), akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk nyeritekan(-)
9. Pemeriksaan Penunjang
Anjuran :
-
4
- USG kelenjar tiroid
- CT-Scan leher
- Biopsy kel.tiroid
12. Manajemen
a. Promotif :
b. Preventif :
- Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan keletihan ataupun
meningkatkan kerja jantung
- Kurangi makan makanan yang mengandung zat kimia (pengawet,
MSG, dll)
5
- Hindari terkena radiasi
- Hindari stess dengan manajemen stress yang baik
c. Kuratif
1. Non farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Mengkondisikan ruangan dengan suhu dingin
- Konsumsi garam beryodium
2. Farmakologi:
Rujuk ke RS Baiturahim
d. Rehabilitasi
- Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar tetap semangat
untuk sembuh
- Selalu mengingatkan agar tidak putus obat setiap kali kunjungan
- Pemeriksaan T3 T4 dan TSH untuk kontrol dan mengetahui perbaikan dari
terapi
6
Resep Ilmiah
Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan
jaringan terhadap hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan
penyakit yang banyak ditemui di masyarakat, 5% pada pria dan 15% pada
wanita. Penyakit Graves di Amerika sekitar 1% dan di Inggris 20-27/1000
wanita dan 1.5-2.5/1000 pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun.
Istilah hipertiroidisme sering disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun
secara prinsip berbeda. Hipertiroidisme adalah hiperfungsi kelenjar tiroid dan
sekresi berlebihan dari hormone tiroid dalam sirkulasi. Pada tirotoksikosis
dapat disebabkan oleh etiologi yang amat berbeda, bukan hanya yang berasal
dari kelenjar tiroid. Adapun hipertiroidisme subklinis, secara definisi diartikan
kasus dengan kadar hormone normal tetapi TSH rendah. Di kawasan Asia
dikatakan prevalensi lebih tinggi disbanding yang non Asia (12% versus 2.5%)
2.2 Etiologi
Hipertiroidisme primer : penyakit Graves, struma multinodosa toksik,
adenoma toksik, metastasis karsinoma tiroid fungsional, struma ovarii,
mutasi reseptor TSH, obat kelebihan yodium (fenomena Jod
Basedow).2
Tiroiditis silent, destruksi tiroid (tanpa amiodarone, radiasi, infark
adenoma), asupan hormon tiroid yang berlebihan (tirotoksikosis
factitia)2
Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisis yang mensekresi TSH,
sindrom resistensi hormon tiroid, tumor yang mensekresi HCG,
tirotoksikosis gestasional.2
8
2.3 Patogenesis
Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibodireseptor
thyroid stimulating hormon (TSH) yang merangsang aktivitas tiroid,
sedangkan pada goiter multinodular toksik berhubungan dengan anatomi tiroid
itu sendiri. Adapula hipertirodisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH
dari hipofisis, namun jarang ditemukan. Hipertiroidisme pada T3 tirotoksikosis
mungkin diakibatkan oleh deionisasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T3
jaringan diluar tiroid. Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroidisme
seperti tiroiditis terjadi kebocoran hormon. Masukan hormon tiroid dari luar
yang berlebihan dan terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan
tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme.3
2.4 Manifestasi Klinis
Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar tiga puluh dan empat
puluh tahun dan lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria. Terdapat
predisposisi familial pada penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-
bentuk endokrinopati autoimun lainnya. Pada penyakit Graves terdapat dua
kelompok gambaran utama, tiroidal dan ekstratiroidal dan keduannya mungkin
tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid
dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala
hipertiroidisme berupa manifestasi berupa hipermetabolisme dan aktifitas
simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar dan tidak tahan
panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan turun,
sering disertai nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi dan kelemahan serta
atrofi otot.6
Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang
biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50%
sampai 80% pasien ditandai oleh mata melotot, fisura palpebra melebar,
kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti
gerakan mata) dan kegagalan konvergensi. Lid lag bermanifestasi sebagai
gerakan kelopak mata yang relatif lebih lambat terhadap gerakan bola matanya
9
sewaktu pasien diminta perlahan-lahan melirik ke bawah. Jaringan orbita dan
otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, el mast dan sel-sel plasma yang
mengakibatkan eksoftalmoa (proptosis bola mata), okulopati kongestif dan
kelemahan gerakan ekstraokular dapat hebat sekali dan pada kasus yang
ekstrim penglihatan dapat terancam. Penyakit Graves agaknya timbul sebagai
manifestasi gangguan autoimun. Dalam serum pasien ini ditemukan antibodi
imunoglobulin (IgG). Antibodi ini agaknya bereaksi dengan reseptor TSH atau
membran plasma tiroid. Sebagai akibat interaksi ini antibodi tersebut dapat
merangsang fungsi troid tanpa tergantung dari TSH hipofisis yang dapat
mengakibatkan hipertiroid> Imunoglobulin yang merangsang tiroid ini (TSI)
mungkin diakibatka karena suatu kelainan imunitas yang bersifat herediter,
yang memungkinkan kelompokan limfosit tertentu dapat bertahan,
berkembangbiak dan mensekresi imunoglobulin stimulator sebagai respon
terhadap beberapa faktor perngsang. Respon imun yang sama
bertanggungjawab atas oftalmopati yang ditemukan pada pasien-pasien
tersebut.6
Tanda dan Gejala Mayor Hipertiroidisme dan Penyakit Grave dan Kondisi
yang berhubungan dengan penyakit Grave
Manifestasi hipertioridisme
Gejala-gejala
- Hyperaktivitas, irritabilitas, perubahan mood, insomnia
- Intoleransi panas, sering berkeringat
- Palpitasi
- Fatigue, kelemahan
- Dyspnea
- Penurunan berat badan walaupun nafsu makan meningkat
- Pruritus
- Peningkatan frekuensi BAB
- Haus dan poliuria
- Oligomenorrhea or amenorrhea, penurunan libido
10
Tanda:
- Sinus takikardia, atrial fibrilasi
- Fine tremor, hyperkinesis, hyperreflexia
- Hangat, kulit lembut
- Palmar erythema, onycholysis
- Hair loss
- Muscle weakness dan wasting
- Congestive (high-output) heart failure, chorea, periodic
- Paralysis (Asian men), psychosis*
Manifestations of Graves’ disease
- Diffuse goiter
- Ophthalmopathy
Rasa tidak nyaman di mata
Nyeri retrobulbar
Retraksi kelopak mata
Edem periorbital, chemosis, scleral injection
Exophthalmos (proptosis)
Disfungsi otot ekstraokular
Exposure keratitis
Optic neuropathy
- Dermopathy lokalisata
- Lymphoid hyperplasia
- Thyroid acropachy
11
- Alopecia areata
- Myasthenia gravis
- Celiac disease
- Other autoimmune disorders associated with the HLA-DR3
- Haplotype
12
menyebabkan hipertiroidisme. Lesi-lesi ini mulai sebagai “nodul panas” pada
scan tiroid, pelan-pelan bertambah dalam ukuran dan bertahap mensupresi
lobbus lainnya. Pasien yang khas adalah individu tua ( biasanya lebih dari 40
tahun) yang mencatat pertumbuhan akhir-akhir ini dari nodul tiroid yang telah
lama ada. Terlihat gejala-gejala penurunan berat badan, kelemahan, napas
sesak, palpitasi, takikardi dan intoleransi terhadap panas. Pemeriksaan fisisk
mnunjukn adanya nodul berbatas jelas pada satu sisi dengan sangat sedikit
jaringan tiroid pada sisi lainnya. Pemeriksaan laboratorium biasanya
memperlihatkan TSH tersupresi dan kadar T3 serum sangat meningkat, dengan
hanya peningkatan kadar tiroksin yang boder-line. Scan menunjukkan bahwa
nodul ini panas. Penanganan diberikan propil tiourasil 100mg tiap 6jam atau
metimazol 10 mg tiap 6 jam diikuti oleh lobektomi unilateral atau dengan iodin
radioaktif.7
13
Tirotoksikosis Factitia,
adalah gangguan psikoneurotik dimana tiroksin atau hormon tiroid
dimakan dalam jumlah yang berlebihan, biasanya bertujuan untuk
mengendalikan berat badan. Individu biasanya adalah seorang yang
berhubungan dengan obat-obatan tiroid. Gambaran tirotoksikosis termasuk
penurunan berat badan, nervous, palpitasi, takikardi dan tremor bisa
didapatkan, tetapi tidak ada tanda-tanda atau goiter.7
Karsinoma tiroid,
terutama karsinoma folikular dapat mengkonsentrasi ion radioaktif.
Terdapat beberapa kasus kanker tiroid metastatik yang disertai hipertiroidisme.
Gambaran klinis terdiri dari kelemahan, penurunan barat badan, palpitasi,
nodul tiroid tetapi tidak ad oftalmopati. Scan tubuh dengan131I menunjukkkan
daerah-daerah dengan ambilan yang biasanya jauh dari tiroid, contoh tulang
atau paru. Terapi dengan dosis besar ion radioaktif dapat menhancurkan
deposit metastasik. 7
Krisis Tiroid adalah suatu keadaan klinis hipertiroidisme hyang paling berat
dan mengancam nyawa. Umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan
dasar penyakit Graves atau struma multinodular toksik, dan berhubungan
dengan faktor pencetus : infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium,
hipoglikemia, partus, stres, emosi, penghentian obat-obat antitiroid, terapi I131,
ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/stroke,
palpasi tiroid terlalu kuat.2
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda:
Hipereaktivitas, palpitasi, berat badan menurun, nafsu makan
meningkat, tidak tahan panas, banyak keringat, mudah lelah, sering buang air
besar, oligomenore/amenore dan libido turun, takikardi, fibrilasi atrial, tremor
halus, refleks meningkat, kulit hangat dan basah, rambut ontok, bruit.2
14
Indeks wayne, Skor berkisar + 45 ke -25. Sebuah skor yang lebih besar dari 19
menyiratkan hipertiroidisme toksik, sementara nilai kurang dari 11
menyiratkan eutiroidisme, dan skor antara 11 dan 19 adalah samar-samar.
Meskipun dicapai dengan trial and error, itu telah menunjukkan akurasi
diagnostik 85%.
Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T 4 (T3) dan TSH, namun
pada pemantauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi
padahal keadaan membaik. Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop
oleh hormon tiroid, sehingga lamban pulih (lazy pituitary). Untuk memeriksa
mata disamping klinis digunakan alat eksofalmometer Herthl. Karena hormon
tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan
pada organ kita.1
15
3. EKG2
4. Foto thorax 2
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertiroidisme termasuk satu atau beberapa tindakan berikut
ini:
Obat anti tiroid (OAT) adalah
- kelompok derivat tiomidazol (CBZ 5 mg, MTZ, metimazol atau
tiamazol 5, 10, 3 mg) Metimazol dosis awal 20-30 mg/hari
- derivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50,100 mg). PTU dosis awal 300-
600 mg/hari, dosis maksimal 2000mg/hari.1.2
Indikasi :
Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda dengan struma ringan-sedang dan
tirotoksikosis.2
Untuk mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif.2
Persiapan tiroidektomi.2
Pasien hamil, lanjut usia2
Krisis tiroid2
16
Pengobatan dengan yodium radioaktif dilakukan pada kebanyakan pasien
dewasa penderita penyakit Graves. Biasanya tidak dinjurkan (kontraindikasi)
untuk anak-anak dan wanita hamil. Pada kasus Goiter Noduler Toksik dapat
juga digunakan obat-obat antitiroid atau terapi ablatif dengan yodium
radioaktif. Tetapi apabila goiternya besar sekali dan tidak ada kontraindikasi
pembedahan, maka harus dipertimbangkan untuk dilakukan reaksi
pembedahan.
Pengobatan oftalmopati pada penyakit Graves mencakup usaha untuk
memperbaiki hipertiroidisme dan mencegah terjadinya hipotiroidisme yang
dapat timbul setelah terapi radiasi ablatif atau pembedahan. Pada banyak
pasien, oftalmopati dapat sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan
selanjutnya. Tetapi pada kasus yang berat dimana ada bahaya kehilangan
penglihatan, maka perlu diberikan pengobatan dengan glukokortikoid dosis
tinggi disertai tindakan dekompresi orbita untuk menyelamatkan mata tersebut.
Hipotiroidisme dapat timbul pada penderita hipertiroidisme yang menjalani
pembedahan atau mendapatkan terapi yodium radioaktif. Pasien-pasien yang
mendapat terapi yodium radioaktif, 40-70% dapat mengalami hipotiroidisme
dalam 10 tahun mendatang.6
2.8 Komplikasi
Hipertiroid menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi
atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia terjadi
episode paralisis yang diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat
dan adanya hipokalemia dapat terjadi sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan
nefrokalsinosis dapat terjadi. Pria dengan hipertiroid dapat mengalami
penurunan libido, impotensi, berkurannya jumlah sperma, dan ginekomastia.
Penyakit Graves dapat memberikan komplikasi berupa oftalmopati Graves,
dermopati. Krisis tiroid dapat menyebabkan mortalitas. 2.3
2.9 Prognosis
17
Dubia ad bonam.2
Mortalitas krisis tiroid dengan pengobatan adekuat = 10-15%.2
18
BAB III
ANALISA KASUS
19
Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Dapat diketahui faktor risiko penyakit pasien adalah autoimun.
Berdasarkan teori, hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit
Graves. Kondisi dimana terjadi akibat kelainan autoimun. Graves disease
termasuk penyakit genetic yang bisa muncul pada usia berapapun.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, lauralee. 2009. Human physiology from cells to system 6th Ed.
Jakarta : EGC.
6. Guyton, AC, Hall, JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta : EGC.
21
LAMPIRAN
22