Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A219041/Februari/ 2021


** Preseptor : dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes

HIPERTIROID

Oleh :
Samuel Batara Bonar, S.Ked
G1A219041

Preseptor:
dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAAL X
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

HIPERTIROID

Oleh :
Samuel Batara Bonar, S.Ked
G1A219041

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Paal X
2021

Jambi, Februari 2021


Preseptor

dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Hipertiroid” sebagai kelengkapan persyaratan dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Rotasi
2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................8

BAB III ANALISIS KASUS.....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21

LAMPIRAN...............................................................................................................22

iv
BAB I
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. W
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT 01 Alam Barajo
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah Anak : 3 anak
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup

d. Kondisi Rumah

Pasien tinggal di rumah semi permanen dengan luas ± 7 x 10 m 2.


Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 3 kamar tidur, 1
dapur, 1 kamar mandi, terdapat 1 buah jamban/wc jongkok di
kamar mandi. Rumah pasien disertai 1 pintu di samping, jendela
terdapat di samping rumah. Lantai rumah terbuat dari kayu,
dinding kayu, pencahayaan cukup. Lingkungan sekitar rumah
tidak begitu padat. Air yang digunakan untuk masak dan mandi
dari air PDAM, air yang digunakan bersih, jernih dan tidak berbau
sedangkan untuk minum dengan air galon.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga :

Pasien tinggal di rumah bersama suami dan anaknya

3. Aspek Psikologis Keluarga : Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga,


hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya cukup baik
4. Keluhan Utama

Kontrol ke puskesmas untuk pengobatan tiroid yang sudah berjalan 1 tahun


belakangan ini

5. Riwayat Penyakit Sekarang:

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien pertama kali datang ke Puskesmas 1 tahun sebelumnya dengan
keluhan merasa sering gemetaran pada jari-jari tangannya, keluhan disertai
rasa berdebar-debar, sesak saat beraktivitas berat (-), tidur dengan 2
bantal/lebih(-), kaki bengkak(-). Pasien juga merasakan seperti kurang
bertenaga, berat badannya menurun sebanyak kurang lebih 7 kg. Pasien juga
sering berkeringat walaupun tidak sedang beraktivitas dan tidak sedang
berada di ruangan yang panas, sehingga pasien lebih nyaman di ruangan
dengan suhu dingin. Nafsu makan pasien meningkat namun tidak diikuti
kenaikan berat badan. Pasien juga mengeluh matanya yang seperti melotot,
yang baru disadari 1 tahun belakangan. BAK tidak ada keluhan. Susah
menelan (-). Batuk lama (-). Sehari-harinya pasien mengaku selalu
mengkonsumsi garam beriodium.

6. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien belum pernah sakit yang harus dirawat di Rumah sakit sebelumnya.
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, tidak mempunyai riwayat kencing
manis, penyakit alergi disangkal, penyakit kulit sebelum nya juga disangkal.

7. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal, riwayat penyakit


menular di keluarga disangkal, riwayat penyakit keganasan pada keluarga
disangkal

2
8. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital :

- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 88 x per menit, irama reguler, isi cukup
- Suhu : 37 °C
- Respirasi : 20 x/menit, irama reguler, jenis pernapasan torakoabdominal

Pemeriksaan Organ

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-) reflex cahaya (+/+)
isokhor, pergerakan bola mata simetris, exophtalmus (+/+)

Telinga : Dalam Batas Normal

Hidung : deformitas (-), Sekret (-/-) Epistaksis (-/-) deviasi septum (-)

Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-) tonsil T1-T1

Leher : JVP 5 - 2 cmH2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)

Kelenjar tiroid : membesar dengan ukuran 3x2 cm, konsistensi lunak, tidak nyeri,
permukaan rata, batas tegas, tidak menempel dengan jaringan
sekitar (dapat digerakan), merah(-), panas (-)
Thorax

Pulmo

- Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-), sikatriks (-)


- Palpasi : pergerakan dada simetris, vocal fremitus sama, krepitasi (-),
massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor dikedua lapangan paru

3
- Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-)
Cardio

- Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS V midclavicula sinistra


- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra, tidak kuat
angkat, thrill (-)
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

- Inspeksi : datar, gambaran pergerakan usus (-), massa (-), striae (-),
gambaran pembesaran organ (-), dilatasi vena (-)
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri ketok CVA
(-)
- Perkusi : Timpani (+) di 4 kuadran
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : deformitas (-/-), akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk nyeritekan(-)

Index wayne pada pasien ini:


Gejala subjektif Angka Gejala objektif Ada Tidak
Dispneu d’ effort +1 Tiroid teraba +3 -3
Palpitasi +2 Bruit diatas systole +2 -2
Capai/lelah +2 Eksoftalmus +2 -
Suka panas -5 Lid retraksi +2 -
Suka dingin +5 Lid lag +1 -
Keringat banyak +3 Hiperkinesis +4 -2
Nervous +2 Tangan panas +2 -2
Tangan basah +1 Nadi
Tangan panas -1 <80x/m - -3
Nafsu makan ↑ +3 80-90x/m -
Nafsu makan ↓ -3 >90x/m +3
BB ↑ -3 < 11 à eutiroid
BB ↓ +3
11-18 à normal
Fibrilasi atrium +3
Jumlah 25 > 19 à hipertiroid

9. Pemeriksaan Penunjang

Anjuran :
-

4
- USG kelenjar tiroid
- CT-Scan leher
- Biopsy kel.tiroid

10. Diagnosa Kerja

Hipertiroid primer ec Graves disease (E05)

11. Diagnosa Banding


- Tiroiditis (E.06)
- Toxic multinodular goiter (E.05)
- Karsinoma tiroid (C73)

12. Manajemen

a. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien tentang hipertiroid, faktor risiko dan


bahayanya
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat,
serta makan makanan dengan gizi yang sehat seimbang
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya zat yodium yang terkandung dalam
makanan
- Memberikan saran kepada pasien agar berobat secara teratur
- Memberitahukan kepada pasien jika pasien merasa dada semakin
berdebar-debar, pandangan kabur ataupun terjadi nyeri dada, maka
langsung berobat ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan

b. Preventif :
- Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan keletihan ataupun
meningkatkan kerja jantung
- Kurangi makan makanan yang mengandung zat kimia (pengawet,
MSG, dll)

5
- Hindari terkena radiasi
- Hindari stess dengan manajemen stress yang baik

c. Kuratif
1. Non farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Mengkondisikan ruangan dengan suhu dingin
- Konsumsi garam beryodium

2. Farmakologi:

Rujuk ke RS Baiturahim

d. Rehabilitasi
- Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar tetap semangat
untuk sembuh
- Selalu mengingatkan agar tidak putus obat setiap kali kunjungan
- Pemeriksaan T3 T4 dan TSH untuk kontrol dan mengetahui perbaikan dari
terapi

6
Resep Ilmiah

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Samuel Batara Bonar dr. Samuel Batara Bonar
SIP : G1A219041 SIP : G1A219041
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota
Baru, Kota Jambi, Jambi 36129 Baru, Kota Jambi, Jambi 36129

Jambi, 2021 Jambi, 2021

R/ Propiltiourasil tab 100 mg No. X R/ carbimazole tab 5 mg No. XV


S 2 dd tab 1 S 3 dd tab 1
R/ Propanolol 10 mg No. XV R/ Bisoprolol 5 mg No. V
S 3 dd tab 1 S 1 dd tab 1

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan
jaringan terhadap hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan
penyakit yang banyak ditemui di masyarakat, 5% pada pria dan 15% pada
wanita. Penyakit Graves di Amerika sekitar 1% dan di Inggris 20-27/1000
wanita dan 1.5-2.5/1000 pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun.
Istilah hipertiroidisme sering disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun
secara prinsip berbeda. Hipertiroidisme adalah hiperfungsi kelenjar tiroid dan
sekresi berlebihan dari hormone tiroid dalam sirkulasi. Pada tirotoksikosis
dapat disebabkan oleh etiologi yang amat berbeda, bukan hanya yang berasal
dari kelenjar tiroid. Adapun hipertiroidisme subklinis, secara definisi diartikan
kasus dengan kadar hormone normal tetapi TSH rendah. Di kawasan Asia
dikatakan prevalensi lebih tinggi disbanding yang non Asia (12% versus 2.5%)

2.2 Etiologi
 Hipertiroidisme primer : penyakit Graves, struma multinodosa toksik,
adenoma toksik, metastasis karsinoma tiroid fungsional, struma ovarii,
mutasi reseptor TSH, obat kelebihan yodium (fenomena Jod
Basedow).2
 Tiroiditis silent, destruksi tiroid (tanpa amiodarone, radiasi, infark
adenoma), asupan hormon tiroid yang berlebihan (tirotoksikosis
factitia)2
 Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisis yang mensekresi TSH,
sindrom resistensi hormon tiroid, tumor yang mensekresi HCG,
tirotoksikosis gestasional.2

8
2.3 Patogenesis
Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibodireseptor
thyroid stimulating hormon (TSH) yang merangsang aktivitas tiroid,
sedangkan pada goiter multinodular toksik berhubungan dengan anatomi tiroid
itu sendiri. Adapula hipertirodisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH
dari hipofisis, namun jarang ditemukan. Hipertiroidisme pada T3 tirotoksikosis
mungkin diakibatkan oleh deionisasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T3
jaringan diluar tiroid. Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroidisme
seperti tiroiditis terjadi kebocoran hormon. Masukan hormon tiroid dari luar
yang berlebihan dan terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan
tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme.3
2.4 Manifestasi Klinis
Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar tiga puluh dan empat
puluh tahun dan lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria. Terdapat
predisposisi familial pada penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-
bentuk endokrinopati autoimun lainnya. Pada penyakit Graves terdapat dua
kelompok gambaran utama, tiroidal dan ekstratiroidal dan keduannya mungkin
tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid
dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala
hipertiroidisme berupa manifestasi berupa hipermetabolisme dan aktifitas
simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar dan tidak tahan
panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan turun,
sering disertai nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi dan kelemahan serta
atrofi otot.6
Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang
biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50%
sampai 80% pasien ditandai oleh mata melotot, fisura palpebra melebar,
kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti
gerakan mata) dan kegagalan konvergensi. Lid lag bermanifestasi sebagai
gerakan kelopak mata yang relatif lebih lambat terhadap gerakan bola matanya

9
sewaktu pasien diminta perlahan-lahan melirik ke bawah. Jaringan orbita dan
otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, el mast dan sel-sel plasma yang
mengakibatkan eksoftalmoa (proptosis bola mata), okulopati kongestif dan
kelemahan gerakan ekstraokular dapat hebat sekali dan pada kasus yang
ekstrim penglihatan dapat terancam. Penyakit Graves agaknya timbul sebagai
manifestasi gangguan autoimun. Dalam serum pasien ini ditemukan antibodi
imunoglobulin (IgG). Antibodi ini agaknya bereaksi dengan reseptor TSH atau
membran plasma tiroid. Sebagai akibat interaksi ini antibodi tersebut dapat
merangsang fungsi troid tanpa tergantung dari TSH hipofisis yang dapat
mengakibatkan hipertiroid> Imunoglobulin yang merangsang tiroid ini (TSI)
mungkin diakibatka karena suatu kelainan imunitas yang bersifat herediter,
yang memungkinkan kelompokan limfosit tertentu dapat bertahan,
berkembangbiak dan mensekresi imunoglobulin stimulator sebagai respon
terhadap beberapa faktor perngsang. Respon imun yang sama
bertanggungjawab atas oftalmopati yang ditemukan pada pasien-pasien
tersebut.6
Tanda dan Gejala Mayor Hipertiroidisme dan Penyakit Grave dan Kondisi
yang berhubungan dengan penyakit Grave
Manifestasi hipertioridisme
Gejala-gejala
- Hyperaktivitas, irritabilitas, perubahan mood, insomnia
- Intoleransi panas, sering berkeringat
- Palpitasi
- Fatigue, kelemahan
- Dyspnea
- Penurunan berat badan walaupun nafsu makan meningkat
- Pruritus
- Peningkatan frekuensi BAB
- Haus dan poliuria
- Oligomenorrhea or amenorrhea, penurunan libido

10
Tanda:
- Sinus takikardia, atrial fibrilasi
- Fine tremor, hyperkinesis, hyperreflexia
- Hangat, kulit lembut
- Palmar erythema, onycholysis
- Hair loss
- Muscle weakness dan wasting
- Congestive (high-output) heart failure, chorea, periodic
- Paralysis (Asian men), psychosis*
Manifestations of Graves’ disease
- Diffuse goiter
- Ophthalmopathy
 Rasa tidak nyaman di mata
 Nyeri retrobulbar
 Retraksi kelopak mata
 Edem periorbital, chemosis, scleral injection
 Exophthalmos (proptosis)
 Disfungsi otot ekstraokular
 Exposure keratitis
 Optic neuropathy
- Dermopathy lokalisata
- Lymphoid hyperplasia
- Thyroid acropachy

Kondisi yang berhubungan dengan penyakit Grave


- Type 1 diabetes mellitus
- Addison’s disease
- Vitiligo
- Pernicious anemia

11
- Alopecia areata
- Myasthenia gravis
- Celiac disease
- Other autoimmune disorders associated with the HLA-DR3
- Haplotype

Goiter nodular toksik


paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi
goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini, hipertiroidisme timbul secara
lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves.
Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang persisten
terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti
penurunan berat badan, lemah dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter
multinoduler pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran
tiroid difus pada pasien penyakit Graves. Penderita Goiter nodular toksik
mungkin memperlihtkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fisura palpebra,
kedipan mata berkurang) akibat aktifitas simpatis yang berlebihan. Meskipun
demikian, tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrasi seperti yang
terlihat pada penyakit Graves. Hipertiroidisme pada pasien dengan goiter multi
nodular sering dapat ditimbulkan dengan pemberian iodin(efek
“jodbasedow”).6.7
Penanganan goiter nodular toksik cukup sukar. Penangan keadaan
hipertiroid dengan hipertiroid dengan obat-obat antitiroid diikuti dengan
tiroidektomi subtotal tampaknya akan menjadi terapi pilihan. Nodul toksik
131
dapat dihancurkan dengan I, tapi goiter multi nodulat akan tetap ada, dan
nodul-nodul yang lain akan tetap menjadi toksik, sehingga dibutuhkan dosis
ulangan

Adenoma Toksik (Penyakit Plummer).


Adenoma fungsional yang mensekresi T3 dan T4 berlebihan akan

12
menyebabkan hipertiroidisme. Lesi-lesi ini mulai sebagai “nodul panas” pada
scan tiroid, pelan-pelan bertambah dalam ukuran dan bertahap mensupresi
lobbus lainnya. Pasien yang khas adalah individu tua ( biasanya lebih dari 40
tahun) yang mencatat pertumbuhan akhir-akhir ini dari nodul tiroid yang telah
lama ada. Terlihat gejala-gejala penurunan berat badan, kelemahan, napas
sesak, palpitasi, takikardi dan intoleransi terhadap panas. Pemeriksaan fisisk
mnunjukn adanya nodul berbatas jelas pada satu sisi dengan sangat sedikit
jaringan tiroid pada sisi lainnya. Pemeriksaan laboratorium biasanya
memperlihatkan TSH tersupresi dan kadar T3 serum sangat meningkat, dengan
hanya peningkatan kadar tiroksin yang boder-line. Scan menunjukkan bahwa
nodul ini panas. Penanganan diberikan propil tiourasil 100mg tiap 6jam atau
metimazol 10 mg tiap 6 jam diikuti oleh lobektomi unilateral atau dengan iodin
radioaktif.7

Tiroiditis Subakut (De Quervain, tiroiditis granulomatosa)


adalah kelainan inflamasi akut kelenjar tiroid yang kemungkinan besar
disebabkan olehh infeksi virus. Sejumlah virus, termasuk virus campak,
koksakie, dan adenovirus. Nyeri pada kelenjar tiroid sering timbul relatif
mendadak, sering menjalar ke rahang dan telinga dan mungkin disertai nyeri
tekan yang mencolok dan disfagia. Kelenjar umumnya memebesar sedang.
Temuan laboratorium umum meliputi peningkatan LED, imunoglobulin
meningkat dan lekositosis neutrofil atau limfositosis pada sejumlah penderita.
Perubahan dalam fungsi tiroid sangat khas, dengan stadium tirotoksikosis dini
diikuti hipotiroidisme dan biasanya eutiroidisme.6.7

Tiroiditis Kronik (Hashimoto, tiroiditis limfositik),


merupakan penyakit autoimun dimana limfosit disensitasitasi terhadap
antigen dan autoantibodi tiroid terbentuk dan bereaksi dengan antigen-antigen
ini. Gambaran klinis berupa gejala-gejala hipotiroidisme disertai dengan goiter
yang padat tanpa nyeri sering merupakan keluhan pada waktu datang, tetapi
penderita mungkin pula eutiroid.6.7

13
Tirotoksikosis Factitia,
adalah gangguan psikoneurotik dimana tiroksin atau hormon tiroid
dimakan dalam jumlah yang berlebihan, biasanya bertujuan untuk
mengendalikan berat badan. Individu biasanya adalah seorang yang
berhubungan dengan obat-obatan tiroid. Gambaran tirotoksikosis termasuk
penurunan berat badan, nervous, palpitasi, takikardi dan tremor bisa
didapatkan, tetapi tidak ada tanda-tanda atau goiter.7

Karsinoma tiroid,
terutama karsinoma folikular dapat mengkonsentrasi ion radioaktif.
Terdapat beberapa kasus kanker tiroid metastatik yang disertai hipertiroidisme.
Gambaran klinis terdiri dari kelemahan, penurunan barat badan, palpitasi,
nodul tiroid tetapi tidak ad oftalmopati. Scan tubuh dengan131I menunjukkkan
daerah-daerah dengan ambilan yang biasanya jauh dari tiroid, contoh tulang
atau paru. Terapi dengan dosis besar ion radioaktif dapat menhancurkan
deposit metastasik. 7
Krisis Tiroid adalah suatu keadaan klinis hipertiroidisme hyang paling berat
dan mengancam nyawa. Umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan
dasar penyakit Graves atau struma multinodular toksik, dan berhubungan
dengan faktor pencetus : infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium,
hipoglikemia, partus, stres, emosi, penghentian obat-obat antitiroid, terapi I131,
ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/stroke,
palpasi tiroid terlalu kuat.2
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda:
Hipereaktivitas, palpitasi, berat badan menurun, nafsu makan
meningkat, tidak tahan panas, banyak keringat, mudah lelah, sering buang air
besar, oligomenore/amenore dan libido turun, takikardi, fibrilasi atrial, tremor
halus, refleks meningkat, kulit hangat dan basah, rambut ontok, bruit.2

14
Indeks wayne, Skor berkisar + 45 ke -25. Sebuah skor yang lebih besar dari 19
menyiratkan hipertiroidisme toksik, sementara nilai kurang dari 11
menyiratkan eutiroidisme, dan skor antara 11 dan 19 adalah samar-samar.
Meskipun dicapai dengan trial and error, itu telah menunjukkan akurasi
diagnostik 85%.
Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T 4 (T3) dan TSH, namun
pada pemantauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi
padahal keadaan membaik. Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop
oleh hormon tiroid, sehingga lamban pulih (lazy pituitary). Untuk memeriksa
mata disamping klinis digunakan alat eksofalmometer Herthl. Karena hormon
tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan
pada organ kita.1

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium TSHs, T4 atau fT4, T3 atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit
(bila timbul infeksi pada awal pemakaian obat antitiroid)2
2. USG untuk mengetahui banyak nodul dan kista juga tingkat
keparahannya, CT-Scan tyroid mengetahui proliferasi jaringan
disekitarnya.

15
3. EKG2
4. Foto thorax 2

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertiroidisme termasuk satu atau beberapa tindakan berikut
ini:
Obat anti tiroid (OAT) adalah
- kelompok derivat tiomidazol (CBZ 5 mg, MTZ, metimazol atau
tiamazol 5, 10, 3 mg) Metimazol dosis awal 20-30 mg/hari
- derivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50,100 mg). PTU dosis awal 300-
600 mg/hari, dosis maksimal 2000mg/hari.1.2

Indikasi :
 Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda dengan struma ringan-sedang dan
tirotoksikosis.2
 Untuk mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif.2
 Persiapan tiroidektomi.2
 Pasien hamil, lanjut usia2
 Krisis tiroid2

Penyekat β bloker pada awal terapi tetap diberikan, sementara menunggu


pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian antitiroid. Propanolol
dosis 40-200 mg dalam 4 dosis.2
1. Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi propiltiourasil
prabedah.6
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif.6

16
Pengobatan dengan yodium radioaktif dilakukan pada kebanyakan pasien
dewasa penderita penyakit Graves. Biasanya tidak dinjurkan (kontraindikasi)
untuk anak-anak dan wanita hamil. Pada kasus Goiter Noduler Toksik dapat
juga digunakan obat-obat antitiroid atau terapi ablatif dengan yodium
radioaktif. Tetapi apabila goiternya besar sekali dan tidak ada kontraindikasi
pembedahan, maka harus dipertimbangkan untuk dilakukan reaksi
pembedahan.
Pengobatan oftalmopati pada penyakit Graves mencakup usaha untuk
memperbaiki hipertiroidisme dan mencegah terjadinya hipotiroidisme yang
dapat timbul setelah terapi radiasi ablatif atau pembedahan. Pada banyak
pasien, oftalmopati dapat sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan
selanjutnya. Tetapi pada kasus yang berat dimana ada bahaya kehilangan
penglihatan, maka perlu diberikan pengobatan dengan glukokortikoid dosis
tinggi disertai tindakan dekompresi orbita untuk menyelamatkan mata tersebut.
Hipotiroidisme dapat timbul pada penderita hipertiroidisme yang menjalani
pembedahan atau mendapatkan terapi yodium radioaktif. Pasien-pasien yang
mendapat terapi yodium radioaktif, 40-70% dapat mengalami hipotiroidisme
dalam 10 tahun mendatang.6

2.8 Komplikasi
Hipertiroid menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi
atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia terjadi
episode paralisis yang diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat
dan adanya hipokalemia dapat terjadi sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan
nefrokalsinosis dapat terjadi. Pria dengan hipertiroid dapat mengalami
penurunan libido, impotensi, berkurannya jumlah sperma, dan ginekomastia.
Penyakit Graves dapat memberikan komplikasi berupa oftalmopati Graves,
dermopati. Krisis tiroid dapat menyebabkan mortalitas. 2.3

2.9 Prognosis

17
 Dubia ad bonam.2
 Mortalitas krisis tiroid dengan pengobatan adekuat = 10-15%.2

18
BAB III
ANALISA KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Pasien tinggal di rumah semi permanen dengan keadaan rumah pasien
yang cukup terawat walaupun masih terlihat agak berantakan, terdapat ventilasi
udara, jamban cukup bersih.
Tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan rumah
dan lingkungan sekitar

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Keadaan keluarga pasien baik, hubungan antar keluarga baik. Tidak ada
keluarga dengan penyakit yang sama ataupun penyakit genetic lainnya.
Sehingga pada kasus ini, tidak ada hubungan penyakit dengan keadaan
keluarga dan hubungan keluarga.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien cukup baik, pasien menjaga kebersihan diri
dan kebersihan rumah serta halaman, jendela sering terbuka, air yang
digunakan bersih, jernih dan tidak berbau. Sehingga rumah terlihat terawat.
Makanan yang dikonsumsi oleh pasien cukup, pasien juga menggunakan
garam dapur beryodium.
Tidak terdapat hubungan penyakit ini dengan perilaku kesehatan dalam
keluarga dan lingkungan sekitar

19
Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Dapat diketahui faktor risiko penyakit pasien adalah autoimun.
Berdasarkan teori, hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit
Graves. Kondisi dimana terjadi akibat kelainan autoimun. Graves disease
termasuk penyakit genetic yang bisa muncul pada usia berapapun.

Analisis untuk mengurangi paparan


 Konsumsi makan makanan sehat dan bergizi
 Konsumsi makanan beryodium
 Olah raga rutin dan ringan untuk kebugaran tubuh
 Jangan kerja terlalu berat dikhawatirkan akan memperberat
keluhan pasien
 Minum obat teratur dan tidak putus obat.
 Terapi kombinasi anti tiroid dan operasi tiroidektomi, operasi
diindikasikan untuk kosmetik dan mencegah pertumbuhan kelenjar
tiroid ke arah jalan napas, untuh mencegah onstruksi dan gangguan
pda pita suara, hal ini juga dapat dilakukan jika sudah
menimbulkan masalah.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, lauralee. 2009. Human physiology from cells to system 6th Ed.
Jakarta : EGC.

2. R. Djoko Moejianto. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan


Hipertiroidisme. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III h.1993-2009.
Jakarta : Interna Publishing

3. Price,Syaliva A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis proses-Proses Penyakit. Edisi


6. Jakarta : EGC

4. Taylor, Peter N et all. Global epidemiology of hyperthyroidism


and hypothyroidism. Nature Reviews Endocrinology. 2018:p5029-5037. 

5. Leo Simone De, Lee Sun Y, Braverman Lewis E. Hyperthyroidism. The


lancet. 2016:p.1-13

6. Guyton, AC, Hall, JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta : EGC.

7. Murray Longmore, et al. 2012. Buku Saku Oxford Kedokteran Klinis Ed 8.


Jakarta : EGC.

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai