Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

* Pendidikan Profesi Dokter / G1A217064 / Maret 2019


** Preseptor

OTITIS EKSTERNA DIFUSA


*Muhammad Ferdi Juliantama, S.Ked, ** dr. Ratna Sugiati

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Oleh:
Muhammad Ferdi Juliantama, S.Ked
G1A217064

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2019

Jambi, Maret 2019


Preseptor,

dr. Ratna Sugiati

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “OTITIS EKSTERNA DIFUSA” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna Sugiati, yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu bagi para pembaca.

Jambi, Maret 2019

Penulis

3
BAB I
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Nn. ES/ Perempuan/ 22 tahun
b. Pekerjaan : Mahasiswa
c. Alamat : RT 05 Ulu Gedong

2.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah saudara : 4
c. Status ekonomi keluarga
 Cukup : +
Kondisi Rumah :

Rumah pasien merupakan rumah panggung, lantai kayu, dinding kayu, atap
seng. Rumah terdiri dari satu ruang tamu, tiga kamar tidur, satu ruang

4
keluarga, satu dapur dan satu kamar mandi. Sumber air bersih berasal dari
PDAM dan sumber penerangan berasal dari PLN.

d. Kondisi Lingkungan Keluarga: Rumah pasien berjarak dekat dengan rumah


sekitarnya dan terdapat di dalam lorong.

2.3 Aspek Psikologis di Keluarga :


 Keharmonisan keluarga pasien baik, tidak ada masalah dalam hubungan
satu sama lain
 Dilihat dari suasana di dalam rumah tampak bahwa pasien dan keluarga
cukup menjaga kebersihan rumah

2.4 Anamnesis
 Keluhan Utama
Nyeri telinga kanan

 Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien mengeluhkan nyeri telinga kanan yang dirasakan terus menerus sejak ±
1 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk hingga pasien terganggu
tidurnya. Nyeri disertai dengan demam. Pasien juga mengeluhkan gatal pada
kedua telinga. Pasien mememiliki kebiasaan mengorek telinga dengan cotton
bud hampir setiap hari. Pasien mengaku cairan yang keluar (-), pendengaran
tidak dirasa berkurang, rasa panas di telinga (-).

 Riwayat Pengobatan
± 1 hari SMRS pasien minum obat parasetamol

5
 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengalami keluhan yang sama dan tidak pernah ada masalah
dengan telinganya.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan yang sama dengan pasien disangkal.

2.5 Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
1. Keadaan sakit : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Suhu : 36,4°C
4. Tekanan darah : 110/80 mmHg
5. Nadi : 80 x/menit
6. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit
- Irama : Reguler
- Tipe : Abdominothorakal
7. Kulit
- Turgor : Baik
- Lembab/kering : Lembab
- Lapisan lemak : Ada
8. Berat Badan : 46 kg
Tinggi Badan : 156 cm

Pemeriksaan Generalisata
1. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris

6
2. Mata Exopthalmus/enopthal: (-)
Kelopak : Normal
Conjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, RC (+/+)
Lensa : Keruh (+/+)
Gerakan bola mata : Baik
Visus : Kanan : 6/60
Kiri : 1/60
Iris shadow test : Kanan :+
Kiri :+
3. Hidung : Perdarahan (-), deviasi septum (-)
4. Mulut Bibir : Lembab
Gusi : Warna merah muda, perdarahan
(-)
Lidah : Lidah kotor (-), ulkus (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
5. Leher KGB : Tak ada pembesaran
Kel. tiroid : Tak ada pembesaran
JVP : 5-2 cmH2O
6. Thorax Bentuk : Simetris
Pergerakan dinding dada: Tidak ada yang tertinggal

7
Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Gerakan dinding dada Gerakan dinding dada
simetris, retraksi (-) simetris, retraksi (-)
Palpasi Massa (-), krepitasi (-) Massa (-), krepitasi (-)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+), wheezing (-), Vesikuler (+), wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)

Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan: ICS IV line parasternalis dextra
Batas jantung kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

7. Abdomen
Inspeksi Kontur cembung, sikatriks (-)
Palpasi Soepel, nyeri tekan (-), hati, lien dan ginjal tidak
teraba, massa (-), turgor cepat kembali
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

8. Ekstremitas atas : Edema (-/-), akral hangat, CRT<2 detik, tremor (-)
Ekstremitas bawah: Edema (-/-), akral hangat, CRT<2 detik

8
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus + -
Nyeri tarik daun telinga + -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen - -
Sekret + -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

2.7 Diagnosis
Otitis eksterna difusa aurikula dekstra

9
2.8 Diagnosis Banding
1. Otitis eksterna sirkumskripta
2. Otitis eksterna maligna
3. Otitis media akut

2.9 Manajemen
1. Promotif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari
pengobatan yang diberikan kepada pasien.
- Memberitahu kepada pasien akan pentingnya follow up dan terapi yang
adekuat untuk penyakitnya.
- Memberitahukan kepada pasien untuk menutup telinga ketika mandi
2. Preventif
- Mencegah telinga untuk tidak terkena air
- Melarang pasien mengorek-ngorek telinga
3. Kuratif
Non-medikamentosa
 Istirahat
 Tidak mengorek telinga
 Menjaga agar telinga tidak terkena air
Medikamentosa
 Ibuprofen tablet 3x1
 Amoxicilin tablet 3x1
 Cetirizine tablet 1x1

4. Rehabilitatif
- Minta pasien untuk kontrol ulang dalam 1-2 hari ke depan. Lihat apakah
ada perbaikan dari keluhan yang dialami pasien.

10
RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
Jl. H. Tomok, Olak Kemang, Kota Jambi, Jambi 36265 Jl. H. Tomok, Olak Kemang, Kota Jambi, Jambi
dr. Muhammad Ferdi Juliantama dr. Muhammad Ferdi Juliantama
SIP. 1234567 SIP. 1234567
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :

RESEP ILMIAH 2 RESEP ILMIAH 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
Jl. H. Tomok, Olak Kemang, Kota Jambi, Jambi 36265 Jl. H. Tomok, Olak Kemang, Kota Jambi, Jambi 36265
dr. Muhammad Ferdi Juliantama dr. Muhammad Ferdi Juliantama
SIP. 1234567 SIP. 1234567
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Telinga2,6


Secara anatomi telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

a. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga sampai membran timpani. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

12
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar
dan terdiri atas tulang pada dua pertiga dalam. Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm.2 Pada
sepertiga luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar
keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang
telinga. Sedangkan pada dua pertiga dalam hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen.1,2

b. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas sebagai berikut :
 Batas Luar : membran timpani
 Batas depan : tuba eustachius
 Batas bawah : vena jugularis
 Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
 Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
 Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, oval window, round window.

13
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani ini juga
terbagi atas dua pars, yaitu :
- Pars flaksida (membran Sharpnell), terletak di bagian atas. Terdiri atas dua
lapisan, yaitu bagian luar yang merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga
dan bagian dalam yang dilapisi sel kubus bersilia. Pada pars ini terdapat daerah
yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
- Pars tensa (membran propria), terletak di bagian bawah. Terdiri dari tiga
lapisan, pada bagian tengahnya terdapat lapisan yang terdiri dari serat kolagen
dan serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada
bagian dalam.1,2,3

Pada membran timpani inilah akan tampak refleks cahaya (cone of light), yaitu
pada pukul 7 untuk telinga kiri dan pada pukul 5 untuk telinga kanan. Pada telinga
tengah juga terdapat tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan, yaitu
maleus, inkus, stapes. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus

14
melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap
longjong yang berhubungan dengan koklea.2
c. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) berupa dua setengah lingkaran
dan 3 buah kanalis semi sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli.2

15
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perlimfe,
sedangkan skal media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran
vestibuli (reissner membrane), sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ corti.2

3.2 Fisiologi Pendengaran2,6,7


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang atau getaran. Getaran kemudian dialirkan ke liang telinga dan
mengenai membran timpani, sehingga akan menggetarkan membran timpani melalui
rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes) yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan oval window. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan oval window, sehingga perilimfe pada
skala vestibuli akan bergerak. Getaran diteruskan melalui membran reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadilah pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

3.3 Definisi
Yang dimaksud dengan otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun
kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Istilah otitis eksterna
telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spektrum infeksi dan radang
mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan
agen bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa

16
diantaranya merupakan kondisi primer yang langsung menyerang liang telinga.
Perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna
akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah
beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap
mekanisme penyebab. Sekali lagi, anamnesi dan pemeriksaan yang cermat seringkali
akan memberi petunjuk ke arah kondisi primernya.2,9
Otitis eksterna difusa adalah peradangan pada kulit liang telinga bagian
duapertiga dalam, tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas
batasnya.2

3.4 Epidemiologi
Otitis eksterna sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang, kebanyakan pada
usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga
bagian luar. Di Amerika Serikat, otitis eksterna merupakan penyakit yang sering terjadi
di semua negara bagian. Infeksi dapat disebabkan oleh kondisi yang panas dan lembab.
Otitis eksterna dapat menyerang semua ras manusia dan mempunyai perbandingan
yang sama antara perempuan dan laki-laki serta dapat dialami oleh berbagai usia.1
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, di
samping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah
yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari
otitis eksterna sangat kompleks dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan
faktor pencetus dari penyakit ini yang mengatakan bahwa berenang merupakan
penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Bahwa keadaan panas, lembab dan trauma
terhadap epitel dari liang merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.1

3.5 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Penyebab otitis eksterna difusa yang tersering adalah Pseudomonas. Kuman
lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna difusa yaitu Staphylococcus albus,
escherichia coli dan sebagainya. Faktor lainnya adalah maserasi kulit liang telinga

17
akibat sering berenang atau mandi dengan shower, trauma, reaksi terhadap benda asing,
dan akumulasi serumen. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
mesia supuratif kronis.2,8
Otitis eksterna rekuren biasanya disebabkan oleh pemakaian aplikator
berujung kapas yang sering atau sering berenang dalam kolam berenang berklorinasi
(atau keduanya).8

Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai


berikut:
1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.
2. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban.
3. Suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan telinga
secara berlebihan.2

3.6 Patogenesis2,8
Otitis eksterna difusa merupakan infeksi kulit duapertiga dalam liang telinga.
Otitis eksterna adalah penyakit yang sering ditemui, dimana ditunjukkan adanya infeksi
bakteri akut dari kulit canalis auricularis dan juga dapat disebabkan adanya infeksi
jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban dapat menyebabkan

18
laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Hal
ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi jika
suasana panas dan lembab.
Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada
liang telinga yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang rusak. Trauma ini sering
terjadi akibat dari pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang
dimasukkan ke dalam telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray
atau cat rambut dapat menyebabkan otitis eksterna.
Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang
telinga yang akan menyebabkan visualisasi menbran timpani terganggu. Eksudat dan
sekret dapat terproduksi di liang elinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas
pada wajah dan leher. Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna
adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif
lainnya. Meskipun demikian, jamur,seperti Candida atau Aspergilus sp dapat
menyebabkan otitis eksterna.

3.7 Diagnosis
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat skeret yang berbau.
Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari cavum
timpani pada otitis media. Sewaktu terjadi hiperemis dan edema kulit liang telinga,
timbul rasa gatal hebat yang berangsur-angsur berubah menjadi rasa nyeri. Pada
inspeksi pemeriksaan liang telinga, tampak meradang dan bengkak difus, tidak jelas
batasnya, dan terasa sangat nyeri ketika daun telinga digerakan (nyeri tarik
retroaurikular/nyeri tekan tragus). Sekret yang ada ditelinga dapat menjadi seropurulen
seiring berjalannya penyakit, dan edem menyumbat sebagian atau seluruh liang telinga
dan menutupi gendang telinga. Meskipun proses ini biasanya terbatas pada liang
telinga, lekuk intertragus dan lobul dapat juga terkena karena iritasi oleh cairan yang

19
keluar. Papula dan vesikel kecil-kecil timbul pada permukaan kulit, tetapi tidak selalu
terlihat karena sulitnya pemeriksaan.2,8,10

3.8 Diagnosis Banding2,8,10


Adapun diagnosis banding dari Otitis eksterna difusa adalah sebagai berikut:
1. Otitis eksterna sirkumskripta
Gejala Otitis eksterna difusa dan Otitis eksterna eksterna hampir mirip secara
keseluruhan, meskipun tidak semuanya sama. Yang paling mudah untuk
membedakan keduanya adalah lokasi terjadinya peradangan. Pada Otitis
eksterna sirkumskripta yang mengalami inflamasi adalah sepertiga luar liang
telinga, sementara pada Otitis eksterna difusa pada dua per tiga dalam liang
telinga.
2. Otitis eksterna maligna
Keluhan pasien dengan Otitis eksterna maligna dan Otitis eksterna
sirkumskripta sulit dibedakan antara satu sama lain. Untuk itu perlu ditanyakan
riwayat diabetes mellitus pada pasien yang biasanya terjadi pada penderita
Otitis eksterna maligna. Perbedaan yang paling mencolok lagi adalah bahwa
pada Otitis eksterna maligna terjadi peradangan yang meluas secara progresif
ke lapisan subkutis, tulang rawan, dan ke tulang di sekitarnya, sehingga timbul
kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
3. Otitis media akut
Baik Otitis eksterna sirkumskripta maupun Otitis media akut memiliki beberapa
gejala yang sama. Namun, yang dapat membedakannya dengan pasti adalah
dengan pemeriksaan fisik pada telinga. Pada Otitis media akut tampak adanya
gangguan membran timpani pada pemeriksaan telinga dengan menggunakan
otoskop. Gangguan tersebut bisa berupa membran timpani yang hiperemis,
bulging, refleks cahaya yang kabur, atau mengalami efusi. Sementara pada
Otitis eksterna sirkumskripta bila dilihat dengan pemeriksaan telinga dengan
menggunakan otoskop akan tampak gangguan pada saluran eksternal yang

20
mengalami hiperemis dan inflamasi, sedangkan membran timpani tidak
terganggu.

3.9 Tatalaksana2,8
Tatalaksana yang dapat dilakukan antara lain:
1) Ear Toilet
Merupakan faktor yang paling penting dalam penatalaksanaan otitis
eksterna difusa. Semua eksudat dan debris yang ada dikeluarkan secara
perlahan. Lokasi yang perlu diperhatikan adalah meatus bagian
anteroinferior dimana dapat terbentuk kumpulan dari sekret. Ear toilet
dilakukan dengan cara penyapuan kering (dry mopping), suction
clearance atau irigasi telinga dengan air hangat maupun normal salin.
2) Tampon telinga
Setelah dilakukan ear toilet, diberikan tampon dengan kassa setril yang
telah diberikan preparat steoroid, antibiotik topikal dalam bentuk salep,
seperti polymixin B atau bacitrasin ataupun antiseptik (asam asetat 2-
5% dalam alcohol 2%), kemudian tampon dimasukkan kedalam liang
telinga dan sarankan pasien untuk menjaga kelembaban tampon telinga
dengan cara memberikan dua sampai tiga tetes per hari. Tampon telinga
dapat diganti 2-3 hari dan dapat diganti penggunaannya dengan obat
tetes telinga. Obat tetes lokal steroid berperan untuk meredakan edema,
eritema dan mencegah gatal.
3) Antibitotik
Antibiotik sistemik broad-spectrum digunakan ketika terdapat selulitis
dan limfadenitis akut.
4) Analgetik
Analgetik diberikan untuk meredakan nyeri.

21
3.10 Komplikasi
Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang
terjadi pada pasien yang mengalami imunocompression atau pasien yang mendapatkan
radioterapi pada tulang kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak
yang dalam dan menyebabkan oeteomielitis pada os temporal.1,2

22
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Berdasarkan anamnesis yang sudah dilakukan, diketahui bahwa tidak
ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Diagnosis penyakit pasien saat ini tidak berhubungan dengan keadaan
keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Ada hubungan antara perilaku kesehatan pasien dengan diagnosis
penyakitnya. Pasien mengaku sering mengorek-ngorek telinganya hampir
setiap hari. Hal ini dapat menjadi salah satu etiologi dari otitis eksterna yaitu
adanya trauma ringan akibat mengorek telinga terlalu sering.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini
1. Kebiasaan pasien yang sering mengorek telinga

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi seperti yang
telah dijelaskan diatas, beberapa langkah untuk mengurangi paparan dengan
faktor resiko diantaranya:

23
1. Memberitahukan kepada pasien untuk menutup telinga ketika mandi untuk
mencegah telinga menjadi lembab
2. Meminta pasien untuk tidak mengorek telinganya terlalu sering

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


o Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan tatalaksana yang
dapat mengurangi keluhan pasien
o Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol kembali ke Puskesmas 1-2 hari
ke depan untuk melihat apakah ada perbaikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Van den Broek, Feenstra. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan
Telinga. Edisi ke-12. Jakarta: EGC, 2010
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
3. Suwu P, Countul C, Waworuntu O. Pola kuman dan uji kepekaannya terhadap
antibiotika ada penderita otitis eksterna di Poliklinik THT-KL Blu RSU Prof.
Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal e-CliniC (eCl) 2013;1(1):20-25.
4. Osguthorpe JD, Nielsen DR. Otitis Externa: Review and Clinical. Retrieved
November 1, 2006.
5. Waworuntu OA, Palandeng OEI, Bernadus JBB. Pola Kuman Penyebab Otitis
Eksterna Serta Kepekaannya Terhadap Antibiotik di Poliklnik THT-KL RSUP
Prof Dr R.D Kandou Manado Periode Mei-Oktober 2016. Jurnal Kedokteran
Klinik (JKK) 2017;1(3):56-64
6. Snell, Richard S. Anatomi Klinis Edisi 5. EGC, Jakarta, 2006.
7. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. EGC, Jakarta,
2008.
8. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of External Ear. In: Diseases of Ear, Nose and
Throat & Head and Neck Surgery 6th Ed. New Delhi: Elsevier; 2014. Page 50-
55.
9. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New York.
2003. Hal 25-30.
10. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. EGC, Jakarta, 2009

25

Anda mungkin juga menyukai