DERMATITIS ATOPIK
*Muhammad Ferdi Juliantama, S.Ked, ** dr. Elvi Roza, M.Kes
Oleh:
Muhammad Ferdi Juliantama, S.Ked
G1A217064
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“DERMATITIS ATOPIK” sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna Sugiati, yang telah meluangkan
waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Selanjutnya, penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
3
BAB I
STATUS PASIEN
Rumah pasien merupakan rumah panggung, lantai kayu, dinding kayu, atap seng dan
genteng. Rumah terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang keluarga, DUa kamar tidur,
satu dapur, satu kamar mandi, dan satu sumur. Sumber air bersih berasal dari sumur
dan PDAM, serta sumber penerangan berasal dari PLN.
4
e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah:
Rumah pasien berjarak dekat dengan rumah lainnya, berada di dalam lorong, dan
tidak ada genangan air untuk sekarang, apabila air pasang, maka rumah pasien akan
tergenang air sampai anak tangga ke 6. Kain alas pasien terbuat dari bulu-bulu halus.
Pasien juga mandi diberikan sabun dove.
5
1.8 Riwayat Alergi
Riwayat alergi disangkal.
6. Ekstremitas
a. Superior: Akral hangat CRT <2 detik
b. Inferior: Akral hangat CRT <2 detik
6
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
EFLORESENSI GAMBAR
7
C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
1.13 Manajemen
1. Promotif
Mandi memakai sabun dengan pH netral dan yang mengandung pelembab;
Mandi air hangat 1-2 kali sehari dan tidak lebih dari 10 menit setiap kalinya.
Mengoleskan krim steroid diberikan sesuai resep dokter dan bila sudah sembuh
kulit harus dijaga kelembabannya dengan mengoleskan krim pelembab segera
setelah mandi.
Pakaian baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk
membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan.
Mencuci pakaian dengan deterjen harus dibilas dengan baik.
Selesai berenang harus segera mandi untuk membilas sisa klorin.
Bayi dan anak jangan terlalu sering dimandikan, cukup dua kali sehari, jangan
menggosok terlalu kuat.
Pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah popok.
8
2. Preventif
Jangan memandikan bayi dengan air yang terlalu panas. Cukup hangat-hangat
kuku atau hangat saja
Jangan mandikan terlalu lama
Hindari pemberian pembersih antibacterial
Jangan kenakan pakaian yang terlalu ketat, berbahan tebal seperti wol atau yang
bisa menyebabkan iritasi seperti bahan sintetik
Hindari makanan yang dicurigai menyebabkan kekambuhan dan lakukan diet
sesuai petunjuk dokter.
Singkirkan bahan pemicu iritasi yang dapat memicu gatal.
3. Kuratif
Non Medikamentosa
Hindari semua faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinis
Menjauhi alergen pemicu
Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan bahan
pakaian dari wol
Medikamentosa
CTM 2 tablet, GG 2 tablet, dan Vitamin C 2 tablet diracik menjadi puyer.
Tradisional
Kunyit (Curcuma domestica)
Ambil 1 kepal rimpang
Bahan dihaluskan
Lalu ditempel/digosok pada bagian kulit yang eksim
4. Rehabilitatif
- Memantau penyakit pasien secara rutin. Mencari faktor penyebab kekambuhan
penyakit dari pasien dan melaporkannya ke petugas kesehatan untuk
mendapatkan edukasi lebih lanjut.
9
RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
Jl. H. Tomok, Olak Kemang, Kota Jambi, Jambi 36265 Jl. H. Tomok, Olak Kemang, Kota Jambi, Jambi
dr. Muhammad Ferdi Juliantama dr. Muhammad Ferdi Juliantama
SIP. 1234567 SIP. 1234567
STR. 987654 STR. 987654
Tanggal: Tanggal:
Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
Tanggal: Tanggal:
Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (DA,
rhinitis alergik atau asma bronkhial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
Kata "atopi" pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang dipakai untuk
sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya,
misalnya : asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik, dan konjungtivitis alergik.2
II.2 Epidemiologi
Oleh karena definisi secara klinis tidak ada yang tepat, maka untuk menginterpretasikan
prevalensi DA semakin meningkat sehingga merupakan salah satu masalah utama kesehatan
dunia, dengan prevalensi DA pada anak mencapai 10 sampai 20 persen di Amerika Serikat,
Eropa utara dan barat, Afrika, Jepang, Australia dan negara-negara industri lainnya. Prevalensi
DA pada orang dewasa berkisar antara 1-3%. Uniknya, prevalensi DA lebih rendah pada
negara-negara agraris, seperti Cina, Eropa barat, pedalaman Afrika dan Asia. Wanita lebih
banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3:1. Sekitar 60% pasien anak dengan DA
tidak menunjukkan gejala apapun pada masa remaja awal, meskipun sebanyak 50% terjadi
rekurensi pada saat dewasa. Onset dini penyakit, permulaan penyakit yang berat, penyakit yang
11
bersamaan dengan asma dan hay fever, serta riwayat keluarga DA merupakan suatu pertanda
keluarga kecil, pendidikan ibu makin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota,
II.3.1 Etiologi
Penyebab dermatitis atopi belum diketahui. Sekitar 70% penderita ditemukan riwayat
stigmata atopi pada pasien atau anggota keluarga, yaitu berupa ; 7,8
urtikaria.
4. Reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (panas dan dingin) dan stress.
II.3.2 Patogenesis
Patogenesa dari terjadinya dermatitis atopi belum diketahui secara pasti. Pada sebagian
besar penderita (80%) penderita dermatitis atopi ditemukan peningkatan jumlah Ig E dalam
serum, terutama bila terjadi bersamaan dengan asma bronkhiale dan rhinitis alergika karena
12
Pada temuan laboratorium penderita dermatitis atopi terdapat abnormalitas dari sel T
helper (TH2) yang menginduksi peningkatan produksi interleukin 4 (IL-4) dan berujung pada
Sel-sel dapat bereaksi dengan antigen lingkungan untuk memproduksi peningkatan level dari
keberhasilan penanganan DA. Riwayat anamnesis yang lengkap sangat diperlukan karena tidak
ada pemeriksaan yang standar, seperti pada rhinitis dan asma untuk mengidentifikasi faktor
Penderita atopi tidak tahan terhadap perubahan suhu mendadak. Berkeringat menimbulkan
Penurunan kelembaban
Udara dingin tidak mampu memberikan kelembaban yang cukup. Uap yang terkandung
dalam lapisan kulit terluar mencapai titik keseimbangan (ekuilibrium) atmosfer dan secara
konsekuen akan mengurangi kelembaban. uapKulit kering menjadi kurang luwes, lebih rapuh
Pengulangan pencucian dan pengeringan mengurangi air yang mengikat lemak dari lapisan
pertama kulit. Mandi setiap hari masih bisa ditoleransi pada musim panas tetapi dapat
menyebabkan kekeringan kulit yang berlebihan pada musim gugur dan salju.
13
Kontak dengan bahan iritan
Wool, bahan kimia rumah tangga dan industri, kosmetik, dan beberapa sabun dan detergen
dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada pasien atopi. Asap rokok mungkin menyebabkan
lesi ekszem pada kelopak mata. Inflamasi seringkali diartikan sebagai reaksi alergi oleh pasien,
sehingga mereka mengklaim bahwa mereka alergi terhadap sesuatu yang mereka sentuh.
Alergi kontak
dipertimbangkan pada pasien yang tidak memebrikan respon terhadap terapi. Uji temple dapat
Aeroallergen
Tungau debu rumah merupakan aeroalergen yang paling penting. Banyak pasien DA yang
memiliki antibodi anti-IgE terhadap antigen tungan debu rumah, tetapi peranan tungau debu
rumah dalam kekambuhan DA masih kontroversial. Inhalasi debu rumah dan penetrasi alergen
melalui kulit mungkin dapat terjadi. Aeroalergen lainnya seperti serbuk sari dan alergen dari
Agen mikroba
Staphylococus aureus merupakan mikroorganisme utama kulit pada lesi DA. Mikroba ini
secara signifikan meningkat pada kulit yang tidak terinfeksi. Normalnya, S. aureus mewakili
kurang dari 5% dari total mikroflora kulit pada orang tanpa DA. Antibiotik diberikan secara
Makanan
Makanan diyakini dapat mencetuskan kekambuhan pada DA. Banyak pasien yang
dapat mencetuskan reaksi alergi dan non-alergi. Makan yang paling banyak menimbulkan
14
reaksi alergi adalah telur, kacang, susu, ikan, kedelai dan gandum. Urtikaria, ekszema, gejala
saluran napas atau cerna, atau reaksi anafilaksis mungkin sebagai tanda makanan yang
menimbulkan reaksi.
Stress emosional
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi
kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa
fase, yaitu DA infantil (terjadi pada usia 2 bulan sampai usia 2 tahun); DA anak (2 sampai 12
tahun); dan DA pada remaja dan dewasa. Pada DA tipe infantil lebih sering mengenai daerah
wajah dan badan, sedangkan pada DA pada remaja dan dewasa terutama pada daerah fleksural
15
dan tangan. Pola pewarisan DA sampai saat ini masih belum diketahui, namun beberapa data
Masa awitan paling sering pada usia 2-6 bulan. Lesi mulai di muka (pipi, dahi) dan
skalp, tetapi dapat pula mengenai tempat lain (badan, leher, lengan, dan tungkai). Bila anak
mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut. Lesi berupa eritema dan papulovesikel miliar yang
sangat gatal; karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi dan eksudasi atau krusta, tidak jarang
mengalami infeksi. Garukan dimulai setelah usia 2 bulan. Rasa gatal ini sangat mengganggu
sehingga anak gelisah, susah tidur, dan menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia
18 bulan, mulai tampak likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendin (de novo). Lesi kering,
likenifikasi, batas tidak tegas karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan krusta.
16
Tempat predileksi di lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki; jarang mengenai
muka. Tangan mungkin kering, likenifikasi atau eksudasi; bibir dan perioral dapat pula terkena;
kadang juga pada paha belakang dan bokong. Sering ditemukan lipatan Dennie Morgan, yaitu
Tempat predileksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat
siku, lipat lutut, punggung tangan; biasanya simetris. Gejala utama adalah pruritus; kelainan
kulit berupa likenifikasi, papul, ekskoriasi dan krusta. Umumnya dermatitis atopik bentuk
remaja dan dewasa berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun setelah usia 30
tahun. Sebagian kecil dapat terus berlangsung sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan
setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, skalp. 2,5,6
Selain terdapat kelainan tersebut, kulit pendenta tampak kering dan sukar berkeringat.
Ambang rangsang gatal rendah, sehingga pendenta mudah gatal, apalagi bila berkeringat. 2,5,6
palmaris et plantaris, pomfoliks, pitiaris alba, keratosis pilaris, lipatan Dennie Morgan,
penipisan alis bagian luar (tanda Hertoghe), keilitis, katarak subkapsular anterior, lidah
17
geografik, liken spinularis (papulpapul tersusun numular), dan keratokonus (bentuk komea
yang abnormal). Selain itu, penderita dermatitis atopik cenderung mudah mengalami kontak
urtikaria, reaksi anafilaktik terhadap obat, gigitan atau sengatan serangga. 2,5,6
Pada pasien dengan dermatitis atopi penggoresan pada kulit tidak akan menimbulkan
kemerahan sekitar garis, melainkan kepucatan selama 2 detik sampai 5 menit dan edem tidak
18
- Pada pemberian suntikan asetil kolin secara intra kutan 1/5000 akan menyebabkan hiperemia
pada orang normal. Pada pasien dermatitis atopi akan timbul vasokontriksi, terlihat
- Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritem akan berkurang. Bila disuntikkan secara
II.7 Diagnosis
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Namun, tidak ada gejala kelainan kulit yang spesifik,
gambaran histologis tidak diketahui dengan jelas, dan tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
spesifik dalam menegakkan diagnosis DA. Terdapat beberapa karakteristik yang menyatakan
bahwa pasien tersebut menderita DA. Rajka merupakan orang pertama yang membuat daftar
diagnosis yang terdiri dari Kriteria mayor dan minor. Kriteria ini kemudian direvisi dan dikenal
sebagai kriteria Hanifin dan Rajka. Diagnosis DA ditegakkan bila pada pasien dijumpai tiga
atau lebih tanda mayor dan ditambah tiga atau lebih tanda minor. Setiap pasien dapat
Tanda Mayor :1
1. Pruritus.
4. Riwayat atopi pribadi atau keluarga : Asma, rinitis alergika, dermatitis atopik
19
Tanda Minor :1
2. Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergik.
4. Xerosis/iktiosis/hiperlinear palmaris.
5. Pitiriasis alba.
6. Keratosis pilaris.
10. Keratokonus.
13. Seilitis
Kriteria ini secara ilmiah dievaluasi dan ditemukan dapat digunakan secara wajar
dengan baik, meskipun tidak ada definisi yang tepat, beberapa tidak spesifik, dan beberapa
tidak umum. William et al mengembangkan daftar minimum kriteria yang dapat dipercaya
untuk menegakkan diagnosis DA yang dapat digunakan secara klinis pada studi epidemiologi.1
20
* Adapted from Williams et al.
Diagnosis banding DA yang penting adalah dermatitis seboroik, psoriasis, rosasea dan
dermatitis perioral, infeksi jamur, ikhtiosis vulgaris, scabies dan dermatitis kontak.2
21
Gambar. 6 Diagnosis banding dermatitis atopi 2
II.9 Penatalaksanaan
Tujuan terapi meliputi usaha untuk mengeliminasi inflamasi dan infeksi, memelihara
bahan anti gatal untuk mengurangi kerusakan kulit akibat perbuatan sendiri, dan mengontrol
dibawah kontrol yang baik hanya kurang dari 3 minggu. Beberapa kemungkinan alasan
kegagalan respon : kesediaan pasien yang jelek, dermatitis kontak alergika dengan pengobatan
topikal, terjadi secara bersamaan dengan asma dan hay fever, sedasi yang inadekuat, dan stres
22
emosional yang berkelanjutan. Terapi terutama fokus terhadap gambaran simptomatik (hidrasi
23
Pengobatan topikal
Sebagai sawar, fungsi pada kulit terganggu, terapi dasar adjuvant merupakan
penanganan dasar terhadap penyakit yang meliputi pemakaian rutin pelembab yang adekuat.
Penentuan pelembab pada tiap-tiap pasien berbeda tergantung pilihan tertentu, usia, dan tipe
dermatitis. Emolien menjaga hidrasi kulit dan mengurangi gatal. Emolien digunakan secara
rutin dua kali sehari, meskipun tidak ada gejala penyakit dan setelah berenang atau mandi.
Untuk membersihkan kulit jangan mernakai sabun alkali, tetapi memakai detergen dengan pH
Kortikosteroid topikal
sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Namun, demikian harus waspada karena dapat terjadi efek
vasokonstriksi. Secara umum, hanya sediaan dengan kekuatan sangat lemah atau sedang yang
dapat digunakan di wajah atau daerah genital, sedangkan sediaan dengan kekuatan sedang dan
kuat digunakan untuk daerah lainnya diseluruh tubuh. DA dengan likenifikasi memerlukan
Imunomodulator topical2
Takrolimus
salap 0,03% untuk anak usia 2-15 tahun; untuk dewasa 0,03% dan 0,1%. Takrolimus
24
menghambat aktivasi sel yang terlibat dalam DA, yaitu : sel Langerhans, sel T, sel mast,
dan keratinosit.
Pimekrolimus
Dikenal juga dengan ASM 81, suatu senyawa askomisin yaitu imunomodulator
Preparat ter
Efek ter yang sebenarnya belum diketahui pasti; rupanya berkhasiat vasokonstriksi,
mengurangi proliferasi epidermal dan infiltrasi dermal. Pada penggunaan ter yang lama
dapat terjadi Efek samping ter yang lain ialah fotosensitisasi. Ter dapat pula dikombinasi
dengan kortikosteroid.
Antihistamin
Pengobatan sistemik 2
Kortikosteroid
jangka pendek, dan dosis rendah, diberikan berselang-seling (alternate) atau diturunkan
jangka panjang menimbulkan berbagai efek samping, dan bila dihentikan, lesi yang lebih
25
Antihistamin
Antihistamin digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang hebat, terutama
malam hari, sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu, antihistamin yang dipakai adalah
Anti-infeksi
Pada DA ditemukan peningkatan koloni S. aureus. Untuk yang belum resisten dapat
diberikan eritromisin, asitromisin atau, klaritromisin, sedang untuk yang sudah resisten
Interferon
IFN-γ diketahui menekan respon IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel TH2.
Siklosporin
Pada pasien tanpa gangguan ginjal, dapat digunakan siklosporin dengan dosis yang
dimulai dari 5 mg/Kg BB/hari. Obat ini di indikasikan apabila semua pengobatan gagal,
tetapi harus di awasi secara ketat. Pengobatan ini hanya terbatas 3 sampai 6 bulan saja
karena potensi efek sampingnya termasuk hipertensi dan penurunan fungsi renal.
Untuk DA yang berat dan luas dapat digunakan PUVA (photochemotherapy) seperti
yang dipakai pada psoriasis. Kombinasi UVB dan UVA lebih baik daripada hanya UVB. UVA
bekerja pada sel langerhans, dan eosinofil, sedangkan UVB mempunyai efek imunosupresif
dengan cara memblokade fungsi sel langerhans, dan mengubah produksi sitokin keratinosit.
26
II.10 Prognosis 2,5
Penderita dermatitis atopik yang bermula sejak bayi, sebagian (± 40%) sernbuh
spontan, sebagian berlanjut ke bentuk anak dan dewasa. Ada pula yang menyatakan bahwa 40-
50% sembuh pada usia 15 tahun. Sebagian besar menyembuh pada usia 30 tahun. Secara
umum, bila ada riwayat dermatitis atopik di keluarga, bersamaan dengan asma bronkial, masa
27
BAB III
ANALISIS KASUS
Rumah pasien merupakan rumah panggung, lantai kayu, dinding kayu, atap seng dan
genteng. Rumah terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang keluarga, dua kamar tidur, satu dapur,
satu kamar mandi, dan satu sumur. Sumber air bersih berasal dari sumur dan PDAM, serta
sumber penerangan berasal dari PLN. Rumah pasien berjarak dekat dengan rumah lainnya,
berada di dalam lorong, dan tidak ada genangan air untuk sekarang, apabila air pasang, maka
rumah pasien akan tergenang air sampai anak tangga ke 6. Kain alas pasien terbuat dari bulu-
bulu halus. Pasien juga mandi menggunakan sabun dove. Ada kemungkinan reaksi alergi
pasien berhubungan dengan penggunaan sabun dove dan alas tidur pasien yang terbuat dari
bulu-bulu halus.
3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga:
Di dalam keluarga, tidak ada masalah dalam keluarga dan keharmonisan dalam
keluarga baik. Pasien juga masih balita dan belum mengerti apa apa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara diagnosis dengan hubungan dalam
keluarga.
3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar:
Pasien masih mendapatkan ASI eksklusif. Kebersihan tempat tinggal pasien juga dijaga
dengan baik. Bisa dikatakan tidak ada hubungan perilaku kesehatan dengan penyakit pasien.
3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini:
28
3.5 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan:
Jangan memandikan bayi dengan air yang terlalu panas. Cukup hangat-hangat kuku
atau hangat saja
Jangan mandikan terlalu lama
Hindari pemberian pembersih antibacterial
Jangan kenakan pakaian yang terlalu ketat, berbahan tebal seperti wol atau yang bisa
menyebabkan iritasi seperti bahan sintetik
Hindari makanan yang dicurigai menyebabkan kekambuhan dan lakukan diet sesuai
petunjuk dokter.
Singkirkan bahan pemicu iritasi yang dapat memicu gatal.
29
DAFTAR PUSTAKA
2. Djuanda Suria, Sri Adi S. Dermatitis. Dalam: Adhi Djuanda, Ed. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi Ke Tiga. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2004;131-5
6. Wolff Klaus, Richard Allen Johnson, Dick Suurmond. Atopic Dermatitis. Dalam :
Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of Clinical Dermatology. Jakarta : Salemba
Medika, 2005;2:33-8
8. Mansjoer Arif. Dermatitis Atopi dalam Kapita Selekta Jilid 2 edisi III. Media
Aesculaplus. FKUI, Jakarta, 2001
9. Jan Faergemann. Atopic Dermatitis and Fungi. Clinical Microbiology Reviews, 2002.
p. 545–563
10. Hassan, Rusepno. Dermatitis Atopi dalam Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Jakarta: Infomedika, 1998
30