Anda di halaman 1dari 35

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Keluarga

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Puskesmas Sempaja Samarinda

Uretritis Gonore

Riska Putri Dewri


1710029012

Pembimbing:
dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM
dr. Tiara Ramadhani

Dibawakan Sebagai Tugas Kedokteran Keluarga pada Kepaniteraan Klinik


Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019

[Type here]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan
rahmat, anugrah, dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan
“Uretritis Gonore” ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. DR. Krispinus Duma, S.KM, M.Kes selaku Kepala Laboratorium IKM-IKK
FK Unmul.
2. dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM dan dr. Tiara Ramadhani selaku pembimbing
yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian makalah ini.
3. Seluruh dokter pengajar di Laboratorium IKM-IKK FK Unmul yang telah
memberikan masukan dan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini.
4. Seluruh dokter dan staf Puskesmas Sempaja atas kesediaan menjadi sumber
informasi dalam penyelesaian makalah ini.
5. Kepada rekan-rekan Dokter Muda Laboratorium IKM-IKK, khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Semapaja, Lempake dan Puskesmas Palaran atas
kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat
ketidaksempunaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca agar kedepannya penulis dapat memperbaiki dan
menyempurnakan tulisan selanjutnya.
Penulis berharap agar laporan ini berguna bagi pembaca terutama Dokter
Muda FK Unmul dan dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai sumber informasi.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih banyak.

Samarinda, Januari 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang
reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari
orifisium uretra eksternum. Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas
seksual.
Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,
dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan
sesama pria.
Penanganannya yang sulit menyebabkan penyakit ini tidak terbatas hanya
pada suatu negara, tetapi sudah menjadi masalah dunia terutama pada negara
berkembang atau sedang berkembang seperti Asia Selatan dan Tenggara, Sub
Sahara Afrika dan Amerika Latin. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari
25 juta kasus baru ditemukan setiap tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat
diperkirakan dijumpai 600.000 kasus baru setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan banyak faktor penunjang yang dapat mempermudah
dalam hal penyebarannya menyangkut: kemajuan sarana transportasi, pengaruh
geografi, pengaruh lingkungan, kurangnya fasilitas pengobatan, kesalahan
diagnosis, perubahan pola hidup, dan tak kalah penting ialah penyalahgunaan
obat. Kesemuanya ini dapat terjadi terutama karena latar belakang kurangnya
pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular seksual.
Faktor resiko antara lain adalah lajang, remaja, kemiskinan, terbukti
menyalahgunakan obat, prostitusi, penyakit menular seksual lain dan tidak adanya
perawatan prenatal.

1.2 Tujuan
Penyusunan laporan kedokteran keluarga tentang “Uretritis Gonore” ini
bertujuan untuk mengetahui penegakkan dan penatalaksanaan kasus uretritis
gonore, yang didapat di lingkungan Puskesmas Sempaja dan sebagai
pembelajaran sebagai dokter keluarga yang merupakan kompetensi wajib bagi
seorang dokter umum.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. DA
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim Rt.01
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Suku : Dayak
Agama : Protestan

2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan pada tanggal 15 Januari
2019
2.3.1 Anamnesis Umum
a. Keluhan utama
b. Pasien datang dengan keluhan buang air kecil disertai nanah dan nyeri.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas sempaja samarinda dengan keluhan nyeri
saat buang air kecil sejak 1 minggu yang lalu. Selain nyeri pasien juga
merasakan panas dan perih di lubang kemaluan saat buang air kecil.
Pasien mengatakan kemaluannya juga mengeluarkan cairan putih
kekuningan kental seperti nanah dan agak berbau. Setiap kali
dibersihkan, cairan putih kekuningan kental muncul kembali.
Frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering dan setiap buang air
kecil jumlah sedikit dan tidak puas. Pasien juga mengatakan bahwa
lubang kemaluannya seperti membengkak dan tampak kemerahan.
Pasien mengatakan ada demam selama 2 hari namun sekarang sudah
tidak. Keluhan lain ditempat lain seperti pembesaran daerah inguinal
dan pembesaran testis disangkal pasien.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti penyakit hipertensi,
jantung, diabetes melitus, gagal ginjal, asma maupun alergi, keganasan
dan tidak ada riwayat dirawat di Rumah Sakit.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- Ibu pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
f. Riwayat Pengobatan
- Tidak ada riwayat pengobatan yang dikonsumsi oleh pasien.
g. Riwayat Kebiasaan dan Psikososial
Pasien tinggal bersama keluarganya. Status pasien sekarang ialah
sebagai mahasiswa. Hubungan dengan keluarga, tetangga dan teman
kerja harmonis. Makan sehari sebanyak 3 kali. Pasien tidak aktif dalam
berolahraga dan memiliki kebiasaan merokok setengah bungkus per
hari. Pasien mengaku belum menikah dan sudah pernah melakukan
hubungan seksual dan bergonta-ganti pasangan. Pasien berhubungan
seksual dengan pasanganya terakhir 2 minggu yang lalu.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 78 kali/menit
Frekuensi Nafas : 19 kali/menit
Suhu : 36,7°C

Antropometri
Berat Badan : 61 kg
Tinggi Badan : 168 cm
IMT : 21.6
Status Gizi : Normal

Status Generalisata
Kepala/ Leher : Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
Pernafasan cuping hidung (-), bibir sianosis (-)
Mulut : Mukosa mulut lembab, faring hiperemi (-),
pembesaran tonsil (-), sariawan(+)
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Paru
 Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada
simetris, retraksi intercosta (-).
 Palpasi : Pergerakan dada simetris, raba fremitus simetris.
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara napas simetris, rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada midclavicula line ICS V
sinistra
 Perkusi : Batas jantung kanan: ICS IV parasternal line dekstra
Batas jantung kiri : ICS V midclavicula line sinistra
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Distensi(-)
 Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-)
 Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
 Atas : Oedem (-/-), akral hangat, CRT <2 s
 Bawah : Oedem (-/-), akral hangat, CRT <2 s
 Refleks fisiologis dalam batas normal
 Refleks patologis (-)
Status Lokalis
Regio penis : Tidak tampak adanya discharge mukopurulen pada
orificium uretra externum, setelah dilakukan
pengurutan baru didapatkan adanya discharge
mukopurulen berwarna putih kental. Daerah oue
dan ujung gland penis tampak merah dan oedem
Regio inguinalis & regio skrotum :
Tidak ada pembesaran KGB, tidak oedem, dan tidak ada nyeri

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Tanggal Pemeriksaan Swab Secret Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
12/01/2019 PMN Uretra +1
12/01/2019 Diplokokus Uretra +1

2.5 Diagnosis Kerja


Uretritis Gonore

Penatalaksanaan
2.8.1 Edukasi
a) Edukasi tentang penyakit yang diderita serta upaya pengobatannya
b) Menjelaskan tentang pentingnya minum obat
c) Jika dalam 7 hari masih keluar cairannya kembali ke dokter
d) Jangan berhubungan seksual sebelum sembuh
e) Pasangan pasien juga harus diperiksa dan diobati
f) Gunakan kondom sebagai pencegahan infeksi
g) Hindari bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan seksual
h) Tes HIV

2.8.2 Medikamentosa
-Cefixime 400 mg dosis tunggal
-Azytromisin 1 gram dosis tunggal
-Ibu Profen 400 mg 3 x 1

2.8.4 Saran
 Perlu segera mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan apabila muncul
efek samping dari obat
 Perlu dilakukan evaluasi pengobatan
 Perlu evaluasi tes HIV

2.5 Prognosis
Prognosis Ad Vitam : Dubia ad bonam
Prognosis Ad Functionam : Dubia ad bonam
Prognosis Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB III
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

3.1 Identitas Keluarga


3.1.1 Identitas Kepala Keluarga
No Keterangan Kepala Keluarga

1. Nama Tn. F

2. Umur 55 tahun

3. Jenis Kelamin Laki-laki

4. Status Perkawinan Kawin

5. Agama Protestan

6. Suku Bangsa Dayak

7. Pendidikan SMA

8. Pekerjaan Swasta

9. Alamat Lengkap Jl. KH. Wahid Hasyim RT.01

3.1.2 Identitas Anggota Keluarga Serumah

Pendidikan
No Nama Status Usia Suku Pekerjaan Agama
Terakhir
1 Ny. RD Menikah 53 Dayak SMA Wiraswasta Protestan

Ny. RA Menikah Dayak SMA IRT Protestan

An. AS Belum Dayak SMP Pelajar Protestan


Menikah

3.1.3 Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal

3.2 Status Fisik, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

No. Ekonomi Keluarga Keterangan


1. Luas tanah 10 x 14 meter
2. Luas bangunan 8 x 12 meter
3. Pembagian ruangan Rumah adalah rumah pribadi yang
terbuat dari beton, terdiri dari 1
lantai, dengan 1 ruang tamu, 3
kamar tidur, 1 ruang makan yang
bergabung dengan dapur, 1 kamar
mandi dan WC dan berada di
dalam rumah.
4. Besarnya daya listrik 900 Watt
5. Tingkat pendapatan keluarga
pasien:
a. Pengeluaran rata-rata per bulan Rp 3.000.000,00
 Bahan Makanan
Beras, lauk, sayur, air minum Rp 1.500.000,00
 Diluar Bahan Makanan
Pendidikan, kesehatan,
kontrakan, listrik, dll Rp 1.500.000,00
b. Penghasilan keluarga/ bulan
Rp 5.000.000,00
No. Perilaku Kesehatan
1. Pelayanan promotif/ preventif Puskesmas
2. Pemeliharaan kesehatan anggota Puskesmas
keluarga lain
3. Pelayanan pengobatan Puskesmas
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan BPJS
No. Pola Makan Keluarga
1. Pasien dan anggota keluarga Makan 3 kali sehari (pagi, siang
dan malam). Menu terdiri dari
nasi, lauk pauk ikan atau ayam
dan sayur. Makanan sering
diolah/ dimasak sendiri. Jarang
mengkonsumsi buah.
No. Aktivitas Keluarga
1. Aktivitas fisik
a. Tn. DA (Pasien) Bangun pagi pukul 06.00 WITA.
Berstatus sebagai mahasiswa
Biasanya berangkat kekampus
pukul 07.00 WITA dan pulang
dari kebun jam 14.00 WITA dan
setelah pulang kuliah pasien
sering berkumpul dengan teman-
temannya atau dengan pacaranya.

2. Aktivitas mental Seluruh anggota keluarga jarang


berkumpul di ruang keluarga
untuk makan dan menonton TV
bersama.
No. Lingkungan
1. Sosial Hubungan dengan lingkungan
sekitar cukup baik.
2. Fisik/ Biologik :
Perumahan dan fasilitas Cukup
Luas tanah 8 x12 meter
Luas bangunan 6 x 10 meter
Jenis dinding terbanyak Beton
Jenis lantai terluas Lantai Bawah semen, lantai atas
kayu
Sumber penerangan utama Lampu listrik
Sarana MCK Kamar mandi pisah dengan WC.
Mencuci pakaian menggunakan
mesin, mencuci alat makan di
dapur
Septic tank berada di belakang
Sarana pembuangan air limbah rumah dan digunakan sebagai
tempat penampungan limbah.

Sumber air sehari-hari Air PDAM digunakan untuk


mencuci dan mandi

Sumber air minum Air isi ulang (galon) dan PDAM


yang direbus hingga mendidih

Pembuangan sampah Sampah dikumpulkan kemudian


dibakar di belakang rumah pasien
3 Lingkungan kerja
- Tn. DA (Pasien) Pasien berstatus sebagai
mahasiswa di salah satu Fakultas
di Universitas Mulawarman.

3.3 Penilaian Apgar Keluarga


Hampir
Hampir Kadang
Kriteria Pernyataan tidak pernah
Selalu (2) Kadang (1)
(0)
Adaptasi Saya puas dengan
keluarga saya karena
masing-masing anggota
keluarga sudah

menjalankan sesuai
dengan seharusnya
Kemitraan Saya puas dengan
keluarga saya karena
dapat membantu

memberikan solusi
terhadap permasalahan
yang dihadapi
Pertumbuhan Saya puas dengan
kebebasan yang
diberikan keluarga saya

untuk mengembangkan
kemampuan yang saya
miliki
Kasih sayang Saya puas dengan
kehangatan dan kasih

sayang yang diberikan
keluarga saya
Kebersamaan Saya puas dengan
waktu yang disediakan
keluarga untuk √
menjalin kebersamaan
Total 7

Keterangan :
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor ≤ 5= Fungsi keluarga sakit

Kesimpulan:
Nilai skor keluarga ini adalah 7, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga
kurang sehat.

3.4 Pola Hidup Bersih dan Sehat Keluarga

Jawaban
No Indikator Pertanyaan Keterangan
Ya Tidak
A. Perilaku Sehat
1 Tidak merokok
Apakah ada yang memiliki Tidak ada anggota √
kebiasaan merokok? keluarga yang merokok

2 Persalinan √
Dimana Istri melakukan Anak ke-1 lahir ditolong
persalinan? oleh bidan kampung di
rumah
Anak ke-2 lahir ditolong
oleh bidan kampung di
rumah
3 Imunisasi
Apakah anak sudah di Riwayat imunisasi anak √
imunisasi lengkap? lengkap

4 Balita di timbang

Apakah balita ibu sering Balita ditimbang di
ditimbang? Dimana? Posyandu setiap bulannya
5 Sarapan pagi
Apakah seluruh anggota Pasien dan keluarga
keluarga memiliki pasien sarapan pagi √
kebiasaan sarapan pagi? sebelum memulai
aktivitas
6 Dana sehat/ Askes
Apakah anda ikut menjadi Pasien dan anggota √
peserta jaminan kesehatan? kelurga pasien memiliki
jaminan berupa BPJS
7 Cuci tangan
Apakah seluruh anggota Seluruh anggota keluarga
keluarga mempunyai mencuci tangan dengan

kebiasaan mencuci tangan air dan sabun sebelum
menggunakan sabun makan dan sesudah
sebelum makan dan buang air besar
sesudah buang air besar ?
8 Sikat gigi
Apakah anggota keluarga Seluruh anggota keluarga

memiliki kebiasaan gosok melakukan kebiasaan
gigi menggunakan pasta menggosok gigi dengan
gigi? pasta gigi
9 Aktivitas fisik/ Olahraga √
Apakah anggota keluarga Pasien dan keluarga
melakukan aktivitas fisik jarang melakukan
atau olahraga teratur? olahraga

B. Lingkungan Sehat
1 Jamban
Apakah di rumah tersedia Di rumah terdapat
jamban dan seluruh jamban yang bergabung √
keluarga menggunakannya? dengan kamar mandi
2 Air bersih dan bebas
jentik
Apakah di rumah tersedia Di rumah menggunakan
air bersih dengan tempat/ sumber air berasal dari
tendon air tidak ada jentik ? air PDAM. √
Di kamar mandi terdapat
2 drum penampung air
dan tidak terdapat
jentik-jentik nyamuk
3 Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia Tersedianya tempat
tempat sampah? Dan di sampah dilingkungan

lingkungan sekitar rumah sekitar dan di dalam
tidak ada sampah rumah
berserakan?
4 SPAL
Apakah ada/ tersedia SPAL Pembungan limbah ke
disekitar rumah? saluran pembuangan

yang terletak di
belakang rumah pasien
5 Ventilasi
Apakah ada pertukaran Ya. Terdapat pertukaran √
udara didalam rumah? udara di dalam rumah
6 Kepadatan
Apakah ada kesesuaian Rumah sesuai untuk 2
rumah dengan jumlah orang penghuni √
anggota keluarga?
7 Lantai
Apakah lantai bukan dari Seluruh lantai rumah √
tanah? terbuat dari semen
C. Indikator Tambahan
1 ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6 Anak pertama sampai

bulan hanya mendapat ASI anak kedua
saja sejak lahir sampai 6 menggunakan susu asi
bulan
2 Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu

terakhir anggota keluarga Keluarga mengkonsumsi
mengkonsumsi buah dan buah dan sayur dalam 1
sayur? minggu terakhir
Jumlah 16 2

Klasifikasi :
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan (Biru)

Kesimpulan :
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 16 pertanyaan yang
berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya
masuk dalam klasifikasi SEHAT IV.
3.5 Resume Faktor Resiko Keluarga
Analisa Aspek Diagnosis Holistik

1 Alasan kedatangan pasien Keluhan utama : Untuk berobat karena keluhan


nyeri saat buang air kecil
keluarga : Pasien dan keluarga ingin sembuh
karena saat buang air kecil nyeri, sedikit-sedikit,
dan sangat menggangu.
Apa yang dikhawatirkan pasien : Pasien khawatir
dirinya menderita penyakit kelamin.
2 Diagnosis klinis - Uretritis Gonore
- Pengetahuan terkait penyakit infeksi menular
Biological
seksual kurang
Psikomental
- Gizi baik
Intelektual
Nutrisi
Derajat keparahan
3 Perilaku individu dan gaya hidup - Kebiasaan merokok : +
- Kebiasaan jajan / makan : Pola makan cukup
yang menunjang terjadinya
baik
penyakit dan beratnya penyakit
- Jarang mengkonsumsi buah dan sayur -
(faktor risiko internal)
sayuran
- Pasien jarang berolahraga
- Pasien mengaku belum menikah dan sering
bergonta ganti pasangan

4 Pemicu psikososial & lingkungan 4.1 Pemicu primer :


dalam kehidupan (faktor risiko - Keluarga pasien tidak mengetahui pasien sakit
eksternal) infeksi menular seksual

4.2 Pemicu sekunder :


- Pemicu sosial : -
- Masalah Perilaku keluarga yang tidak sehat : -
- Akses ke pelayanan kesehatan : Punya BPJS,
akses ke Puskesmas cukup dekat.
- Pemicu lingkungan fisik :
rumah : -
- Tempat kerja : pasien berstatus sebagai
mahasiswa dan sehari-hari didalam gedung
kuliah..
-Masalah dengan bangunan tempat tinggal : -
Masalah lingkungan pemukiman yang berdampak
ke penyakit (komunitas) : -
5 Fungsi sosial Skala 1 : mampu melakukan pekerjaan seperti
sebelum sakit / mandiri

3.6 Diagnosis Keluarga


Sebuah keluarga Tn. DA , terdiri dari 4 orang anggota keluarga inti yang tinggal
serumah. Keluarga ini mempunyai kesadaran PHBS yang cukup baik dan fungsi
keluarga yang sehat. Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan khususnya infeksi
menular seksual masih kurang sehingga diperlukan usaha promotif dan preventif
untuk mencegah resiko penularan dan komplikasi.
3.7 Rencana Penatalaksanaan

Rencana Penatalaksanaan Masalah Kesehatan


No Masalah Kesehatan GAYA HIDUP
Farmakologis Non Farmakologis
Pasien mengaku sering berganti-ganti
1 Uretritis Gonore Farmakologis: Non-farmakologis : LINGK.PSIKO-SOSIO-EKONOMI
pasangan saat melakukan hubungan
seksual Keluarga pasien tidak mengetahui
-Cefixime 400 mg a. Edukasi tentang penyakit yang diderita serta upaya
PERILAKU KESEHATAN Pasien tidak pernah menggunakan kondom bahwa pasien sedang sakit
dosis tunggal pengobatannya
saat melakukan hubungan seksual
- -Azytromisin 1 b. Menjelaskan tentang pentingnya minum obat
c. Jika dalam 7 hari masih keluar cairannya kembali ke dokter
gram dosis
d. Jangan berhubungan seksual sebelum sembuh
KELUARGA
tunggal e. Pasangan pasien juga harus diperiksa dan diobati
-Ibuprofen 400 Anggota Gunakan kondom4 sebagai pencegahan LINGKUNGAN
f. keluarga berjumlah orang. Pasien tinggal infeksi
g. bersama
Hindariorang
bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan seksual
tua dan saudaranya
mg 3x1 -
BIOLOGI h. Tes HIV
Infeksi bacterial PASIEN
Keluhan utama nyeri saat buang air kecil
3.8 Mandala of health Hasil pemeriksaan fisik menunjukan urethritis
gonore

LINGK. FISIK
-
PELAYANAN KESEHATAN

Komunitas

-
3.9 Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah dalam Keluarga
No Masalah yang Rencana Sasaran Skor Upaya penyelesaian Resume hasil akhir Skor akhir
dihadapi Pembina Pembinaan awal perbaikan
an
1. Masalah Edukasi Pasien dan 3 - Edukasi tentang penyakit - Pasien 5
perilaku keluarga infeksi menular seksual memahami
kesehatan : gonore dan AIDS tentang penyakit
pengetahuan - Mulai dari definisi, faktor - infeksi menular
pasien dan faktor yang dapat gonore dan faktor
keluarga mempengaruhi sampai – faktor yang
tentang penatalaksanaan dapat
penyakitnya mempengaruhi
terjadinya
penyakit tersebut

2. Masalah gaya Edukasi Pasien 3  Edukasi bahaya berhubungan - Pasien memahami 4


hidup : Pasien seksual tanpa pengaman dan bahaya melakukan
sering bahaya berganti-ganti hubungan seksual
berganti-ganti pasangan tanpa pengaman
dan bahaya
pasangan saat
berganti - ganti
berhubungan pasangan
seksual

3. Masalah Edukasi Pasien dan 2  Memberikan motivasi  Pasien sudah 2


psikososial : Keluarga kepada pasien bahwa memberitahu
keluarga dirumah harus keluarga
Keluarga mengetahui penyakitnya bahwa dirinya
pasien tidak agar dapat membantu pasien sakit infeksi
mengetahui dalam proses pengobatan menular
bahwa pasien  Memberikan pemahaman seksual .
sedang sakit kepada keluarga untuk
menerima pasien dengan
penyakitnya dan membantu
memotivasi pasien dalam
proses pengobatan
Klasifikasi Skor:

Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.

Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan); penyelesaian masalah dilakukan
sepenuhnya oleh provider.

Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan
sebagian besar oleh provider.

Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider.

Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, Tn. DA, uisa 19 tahun, datang dengan keluhan buang air kecil
disertai nanah dan nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan didiagnosis dengan urethritis gonore. Kemudian diberikan
tatalaksana dan edukasi pada pasien tersebut.

4.1 Diagnosis
Pada anamnesa diketahui keluhan pasien yaitu terdapat buang air kecil
disertai nanah dan nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Selain nyeri pasien juga
merasakan panas dan perih di lubang kemaluan saat buang air kecil. Pasien
mengatakan kemaluannya juga mengeluarkan cairan putih kekuningan kental
seperti nanah dan agak berbau. Setiap kali dibersihkan, cairan putih kental
muncul kembali. Frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering dan setiap buang
air kecil sedikit dan tidak puas. Pasien juga mengatakan bahwa lubang
kemaluannya seperti membengkak dan memerah. Pasien mengatakan ada demam
1 hari. Pasien juga mengaku berhubungan seksual bergonta-ganti pasangan dan
berhubungan seksual dengan teman wanitanya terakhir 2 minggu yang lalu
sebelum keluhan muncul. Keluhan ini memberi gambaran kemungkinan pasien
menderita suatu infeksi urethritis gonore. Berdasarkan anamnesa, faktor-faktor
yang mendukung timbulnya urethritis gonore ini yaitu berupa rasa gatal, panas di
bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang
disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa,
dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran
kelenjar getah bening inguinal unilateral dan bilateral.

Manhart et al. (2004) dalam penelitiannya menjelaskan beberapa faktor resiko


penularan infeksi gonore antara lain:
1) Usia muda (18-39 tahun)
2) Berganti-ganti pasangan seksual
3) Homoseksual
4) Status sosial ekonomi yang rendah
5) Mobilitas penduduk yang tinggi
6) Tidak menggunakan kondom
7) Seks anal
8) Memiliki riwayat penyakit menular seksual

Gejala Klinis

Irianto (2014) menjelaskan bahwa gejala infeksi gonore mungkin muncul 1


sampai 14 hari setelah terpapar, meskipun ada kemungkinan untuk
terinfeksi gonore tetapi tidak memiliki gejala. Pada wanita, muncul cairan
vagina yang banyak dengan warna kuning atau kehijauan dengan bau yang
menyengat. Pada pria, muncul cairan putih atau kuning (nanah) keluar dari
penis. Pada umumnya penderita juga akan mengalami sensasi terbakar atau
nyeri saat buang air kecil dan cairan yang keluar dari penis.

Diagnosis

Kementerian Kesehatan RI (2011)b memberikan pedoman tentang tata cara


melakukan diagnosis gonore yang terdiri dari:

1) Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau paramedis dengan


menanyakan beberapa informasi terkait penyakit kepada pasien untuk
membantu menentukan faktor resiko pasien, menegakkan diagnosis
sebelum melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
lainnya.

2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di daerah sekitar genital pria atau wanita
dengan bantuan lampu sorot yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada wanita dan pria memiliki
perbedaan seperti:

a) Pasien wanita, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik


dengan posisi litotomi. Pemeriksaan dilakukan dengan memisahkan
kedua labia dan diperhatikan adanya tanda kemerahan,
pembengkakan, luka/ lecet, massa atau duh tubuh vagina (cairan
yang keluar dari dalam vagina, bukan darah dan bukan air seni).

Gambar 5. Posisi litotomi (Kementerian Kesehatan RI,


2011)b.

b) Pasien pria, diperiksa dengan posisi duduk/ berdiri. Pemeriksaan


dilakukan dengan melihat pada daerah penis adanya tanda
kemerahan, luka/ lecet, duh tubuh uretra (cairan yang keluar dari
uretra, bukan darah dan bukan air seni) dan lesi lain. Pada pasien
pria sebelum dilakukan pemeriksaan diharapkan untuk tidak
berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik).

Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding pada kasus ini adalah sebagai berikut
1. Trikomoniasis : pada wanita akan terlihat sekret vagina seropurulen
kekuning-kuningan ,kuning-hijau, berbusa, dapat disertai
uretritis.Untuk mendiagnosa trikomiasis dapat dipakai sediaan basah
dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif.
2. Kandidosis vulvovaginitis sering menimbulkan gejala klinis gatal
dengan eksudat berupa gumpalan-gumpalan seperti kepala susu
berwarna putih kekuningan.Diagnosis tergantung dari identifikasi
dengan smear dan kultur.
3. Vaginosis Bakterial: duh tubuh vagina berwarna abu-abu, homogen
berbau, dan pada pemeriksaan ditemukan clue cells( yaitu sel epitel
vagina yang granular diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel tidak
jelas).
4. Uretritis non spesifik pada pria menimbulkan gejala berupa disuria
ringan,perasaan tidak enak di uretra, sering kencing dan keluarnya duh
tubuh seropurulen.Dibandingkan dengan gonore,perjalanan penyakit
lebih lama.Sedangkan uretritis non spesifik pada wanita seperti gonore
umumnya tidak menunjukkan gejala.

4.2 Penatalaksanaan
Penatalaksana gonore menurut Kemenkes RI (2011)b dilakukan secara kombinasi
yaitu terhadap kuman gonokokus ( N.gonorrhoeae ) dan non gonokokus
(Chlamydia trachomatis) yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Penatalaksana gonokokus menurut Kementerian


Kesehatan RI (2011)b
Jenis Infeksi Pengobatan Alternatif pengobatan
Gonore non
komplikasi
Uretritis, servisitis Sefiksim 400 mg dosis tunggal Kanamisin 2 g IMa dosis
per oral atau levofloksasin* tunggal atau tiamfenikol
500 mg 3,5 g per oral dosis tunggal
dosis tunggal per oral atau seftriakson
Gonore dengan 250 mg IMa dosis tunggal
komplikasi
Sindrom nyeri perut
bagian bawah Sefiksim 1 x 400 mg/hari Kanamisin 1 x 2 g/hari IMa
peroral selama 5 hari atau selama 3 hari atau
levofloksasin* 1 x 500 tiamfenikol 1 x 3,5 g/hari
mg/hari per oral selama 5 per oral selama 5 hari atau
hari seftriakson 1 x 250
mg/hari
Pembengkakan IMa selama 3 hari
skrotum

Sefiksim 1 x 400 mg/hari Kanamisin 1 x 2 g/hari IMa


peroral selama 5 hari atau selama 3 hari atau
levofloksasin* 1 x 500 tiamfenikol 1 x 3,5 g/hari
mg/hari per oral selama 5 per oral selama 3 hari atau
hari seftriakson 1 x 250
mg/hari
IMa dosis tunggal

Tabel 1. Lanjutan
Jenis Infeksi Pengobatan Alternatif
pengobatan
Gonore konjungtivitis
neonatorum
Pengobatan untuk bayi Seftriakson 50-100 mg/kgBB
IMa dosis tunggal atau
kanamisin 25 mg/kgBB
(maksimal 75 mg) IM
dosis tunggal

Pengobatan ibu dengan Sefiksim 400 mg dosis Kanamisin 2 g IMa


bayi yang menderita tunggal per oral atau dosis tunggal atau
konjungtivitis levofloksasin* 500 mg dosis tiamfenikol 3,5 g per
neonatorum tunggal per oral (tidak boleh oral dosis tunggal atau
diberikan untuk ibu menyusui) seftriakson 250 mg
IMa dosis tunggal
* tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui
dan anak di bawah 12 tahun a intramuskular
Tabel 2. Penatalaksana non-gonokokus menurut
Kementrian
Kesehatan RI (2011)b
Jenis Infeksi Pengobatan Alternatif Pengobatan
Non-gonokokus
(klamidosis) Azitromisin 1g, dosis Eritromisin
Ureteritis,servisitis, tunggal, per oral atau 4x500mg/hari, per
konjungtivitis pada ibu Doksisiklin* oral, 7 hari
dengan bayi 2x100mg/hari, per oral,
konjungtivitis selama
neonatrum, dan sindrom 7 hari
nyeri perut bagian
bawah
Eritromisin
Non-gonokokus Azitromisin 1g, dosis 4x500mg/hari, per oral, 7
(klamidosis) tunggal, per oral atau
hari atau tetrasiklin*
Pembengkakan skrotum Doksisiklin* 4x500mg/hari per oral
(orkitis) 2x100mg/hari, per oral,
selama selama 7 hari
7 hari

Konjungtivitis neonatrum Sirup eritromisin


50mg/kgBB/hari per oral,
4 kali sehari, selama 14
hari atau Trimetoprim-
sulfametoksazol 40-
200mg, per oral, 2 kali
sehari selama 14 hari
* tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah
12 tahun

Penatalaksanaan gonore dilakukan dengan pemberian salah satu terapi


antibiotik yang disebabkan oleh kuman gonokokus yaitu sefiksim,
levofloksasin, kanamisin, tiamfenikol, dan seftriakson yang dikombinasikan
dengan salah satu antibiotik untuk kuman non gonokokus yaitu azitromisin,
doksisiklin, dan eritromisin. Pemberian kombinasi antibiotik tersebut diatur
dalam Permenkes No. 874 Tahun 2011c Tentang Pedoman Penggunaan
Antibiotik. Tujuan pengobatan kombinasi pada penyakit gonore menurut
Knodel (2008) karena gonore merupakan penyakit koinfeksi dengan
klamidia.

4.3 Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar
Cowper). Namun, penyulit yang paling sering adalah epididimoorkitis. Selain itu,
infeksi dapat pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis,
vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi
dari uretra pars posterior, dapat mengenai trigonum kandung kemih menimbulkan
trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat
hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa
infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis.
Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi yang timbul biasanya
berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra, epididimitis, dan
mungkin prostatitis.
DAFTAR PUSTAKA

Habif, T.P. Viral Infection. In : Skin Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed.
Philadelphia : Elseiver Saunders. 2011 .p. 235 -239
Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4.
Jakarta: FKUI; 2005.
Mandal BK, dkk. Lecture Notes :Penyakit Infeksi.6th ed. Jakarta : Erlangga
Medical Series. 2008 : 115 – 119
Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2009.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. In :
Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 7 thed. New York : McGraw
Hill Company.2008.p. 1885-1898.
Kemenkes RI. (2011). Penatalaksaan Gonore di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai