Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
HALAMAN JUDUL
Oleh:
Pembimbing:
i
LABORATORIUM OBSTETRI DAN GINEKOLGI
SAMARINDA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUTORIAL KLINIK
Oleh:
Pembimbing:
iii
dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG(K)FER
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
v
2.1.9 Antenatal Care (ANC) ................................................................................6
2.5. Penatalaksanaan............................................................................................9
3.2.3 Patofisiologi..............................................................................................22
vi
3.2.4 Tanda Klinis .............................................................................................22
3.2.6 Penatalaksanaan........................................................................................23
3.3.7 Penatalaksanaan........................................................................................30
4.4. Penatalaksanaan..........................................................................................38
vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi,
sedangkan telah kita ketahui bersama bahwa AKI merupakan tolak ukur status
kesehatan di Indonesia, tolak ukur status kesehatan merupakan indikator
kesejahteraan masyarakat yang terjadi ukuran pelayanan kesehatan di suatu negara.
Mortalitas dan morbiditas ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah
besar di negara berkembang termasuk Indonesia.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit (Wiknjosastro, 2008).
Asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan pada persalinan yang mengacu
kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta
upaya pencegahan komplikasi (Kemenkes RI, 2013). Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses persalinan yaitu Power (tenaga), Passage (jalan lahir),
Passenger (janin), Psikologis, dan Pysian (penolong) (Saifuddin M. S., 2009).
Persalinan normal secara fisiologis terdiri dari kala I, II ketika pembukaan
lengkap, kala III mengeluarkan plasenta dan kala IV. Kala I terbagi atas fase laten
dan fase aktif. Fase laten dimulai ketika mulai terjadi kontraksi uterus, dimana
pembukaan serviks masih 1-3 cm, belum terjadi penipisan serviks, tidak terdapat
darah lendir dan his kurang adekuat. Fase aktif terjadi dimana telah terjadi
pembukaan 4 cm, terjadi penipisan serviks. His yang adekuat yaitu his yang terjadi
minimal 3 kali dalam 10 menit dengan durasi selama 40-60 detik. Proses persalinan
tersebut tidak semua pasien berjalan sesuai waktunya (Kemenkes RI, 2013;
Cunningham, et al., 2014).
Persalinan lama adalah memanjangnya waktu persalinan yang disebabkan
oleh berbagai kondisi yang membuat kemajuan persalinan terhambat. Sedangkan
partus macet adalah keadaan-keadaan berupa fase deselerasi yang memanjang,
1
terhentinya pembukaan (dilatasi) serviks, terhentinya penurunan bagian terendah
(Kemenkes RI, 2013).
Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak adekuat
atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam
setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan
kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan sampai
pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen
persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali lebih besar daripada
multigravida (Mochtar, 2011).
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia
termasuk Indonesia. Prevalensi hepatitis B dalam kehamilan sekitar 1-5% di
Indonesia (Kemenkes RI, 2014). Mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi dari
seorang ibu hamil yang menderita hepatitis B akut atau pengidap persisten HBV
yang ditularkan kepada bayi yang dikandungnya atau dilahirkannya (Merry, 2001).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang perbandingan antara teori dengan kasus yang nyata pada
pasien dengan persalinan kala I fase aktif memanjang.
1.3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Ilmiah
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
2.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Alamat : Jalan Otto Iskandardinata RT.24 Samarinda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Masuk Rumah Sakit : Jum’at, 30 Maret 2018 pukul 15.30 WITA
Identitas Suami
Nama : Tn. W
Umur : 44 tahun
Alamat : Jalan Otto Iskandardinata RT.24 Samarinda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Jawa
4
2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien hamil sedang mengandung anak ke-4 datang ke rumah sakit dengan
keluhan perut terasa kencang-kencang sejak sekitar 12 jam sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan lain yang dirasakan adalah keluar lendir bercampur darah dari jalan
lahir yang dirasakan bersama dengan keluhan perut kencang-kencang, namun tidak
ada keluar air-air dari jalan lahir maupun perasaan ingin mengejan. Gerakan janin
terasa aktif. Pasien mengaku merasa lemas badan sebab sebelumnya telah
melakukan aktifitas rumah tangga yang cukup berat seharian hingga malam hari.
Keluhan lain seperti demam disangkal, kejang maupun penurunan kesadaran
disangkal, mata berkunang-kunang disangkal, sesak napas disangkal. BAB dan
BAK dalam batas normal.
Pasien merupakan rujukan dari BPM awalnya perut kencang terasa saat
pasien di rumah sekitar jam 02.00 kemudian sekitar pukul 06.00 pasien di bawa ke
klinik bidan. Pemeriksaan dalam saat datang di bidan diketahui pembukaan sudah
6 cm. Kemudian hingga siang hari pembukaan tidak kunjung lengkap lalu pasien
dirujuk ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Riwayat asma dan alergi disangkal, hipertensi disangkal, dan kencing manis
disangkal.
Menikah 1 kali sejak usia 23 tahun, dengan lama pernikahan dengan suami
sekarang adalah 12 tahun.
3.200
2007 RS Aterm Spontan Bidan - Hidup
/P
3.500
2011 BPM Aterm Spontan Bidan - Hidup
/L
4.300
2012 BPM Aterm Spontan Bidan - Hidup
/P
6
2.1.10 Riwayat Kontrasepsi
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 146cm
Kepala/Leher
Normosefali (+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-),
pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-), telinga, hidung, dan tenggorokan,
serta rongga mulut dalam batas normal.
Toraks
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi (-).
Palpasi : Fremitus raba D=S, nyeri tekan (-), pembesaran KGB(-/-).
7
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru.
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-).
Bunyi jantung S1S2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-).
Abdomen
Lihat status obstetri
Ekstremitas
Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < detik, sianosis (-/-), clubbing finger
(-), refleks fisiologis (+/+),refleks patologis (-/-).
Status Obstetri
Inspeksi
Membesar sesuai usia kehamilan, striae gravidarum (+), linea nigra (+), striae
albicans (-), jaringan parut bekas operasi (-), keluar air-air per vaginam (-).
Palpasi
2.4. Diagnosis
2.5. Penatalaksanaan
- Tirah baring
9
- Monitoring keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu
- Observasi kemajuan persalinan sesuai partograf
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm dengan blood set
2.6 Prognosis
Bonam
2.7. Follow Up
Tanggal &
Pemeriksaan Penatalaksanaan
Waktu
S: A:
Perut kencang-kencang tidak teratur, G4P3003A000 Gravida 36-37
tidak ada rasa ingin mengejan Minggu Janin Tunggal
Hidup Intrauterine Inpartu
O: Kala 1 Fase Aktif +
KU baik, Kesadaran CM Hepatitis B
TD 110/80 mmHg, Nadi 86 x/menit,
30/3/2018 RR 20 x/menit, T 36,2 oC
P:
15.30 VT: vulva/vagina dalam batas
VK normal, pembukaan serviks tetap 4 - Evaluasi ulang 4 jam
cm, portio tebal dan kenyal, ketuban kemudian
(+), presentasi kepala, denominator
sulit dievaluasi, kepala di Hodge I,
diameter konjugata vera 11 cm,
bloodslym (+).
HIS: 2x10’ durasi 20-40 detik.
DJJ 144 x/menit
S: A:
Perut kencang-kencang tidak teratur, G4P3003A000 Gravida 36-37
tidak ada rasa ingin mengejan Minggu Janin Tunggal
Hidup Intrauterine Inpartu
30/3/2018 O: Kala 1 Fase Aktif
19.30 KU baik, Kesadaran CM Memanjang + Hepatitis B
VK TD 120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit,
P:
RR 20 x/menit, T 36,4oC
VT: vulva/vagina dalam batas - Rencana SC + MOW
normal, pembukaan serviks tetap 4 jam 09.00
cm, portio tebal dan kenyal, ketuban - Informed consent
10
(+), presentasi kepala, denominator - Konsul anestesi
sulit dievaluasi, kepala di Hodge I, - Siapkan darah PRC 2
diameter konjugata vera 11 cm, kolf
bloodslym (+).
HIS: 2x10’ durasi 20-30 detik.
DJJ 142 x/menit
Laporan operasi A:
P4004A000 Post SC+MOW
- Pasien diposisikan supine dengan
H0 a/i kala 1 fase aktif
spinal anestesi.
memanjang + Hepatitis B
- Desinfeksi kemudian lapangan
operasi dipersempit dengan duk
steril P:
- Dilakukan insisi mediana dinding Penatalaksaan post op
abdomen hingga uterus tampak
- IVFD RL + oksitosin 28
- Dilakukan insisi transversal
tpm selama 12 jam post
segmen bawah rahim
op
- Melahirkan bayi dengan cara
- Cefotaxime 3x1 ampul
mengekstraksi kepala kemudian
per IV
disusul dengan melahirkan badan,
- Antrain 3x1 ampul per
dan kaki. Plasenta dikeluarkan
30/3/2018 IV
dengan cara manual plasenta
21.00 - Kalnex 3x1 ampul per
- Membersihkan bekuan darah dan
OK IV
sisa plasenta
- Ranitidin 2x1 ampul
- Uterus dijahit
per IV
- Dilakukan MOW pada kedua tuba
- BU (+), kembung (-)
- Drainase dengan NaCl 0,9%
boleh coba makan dan
kemudian di suction
minum bertahap
- Lapisan abdomen dijahit lapis
demi lapis. Observasi perdarahan.
- Operasi selesai
Laporan kelahiran bayi
O:
P:
KU baik, TD 120/80 mmHg, Nadi
31/3/2018 80x/menit, RR 18x/menit, T 36,5oC - Transfusi PRC 2 kolf
10.00 - Cek DL post transfusi
NIFAS Puting susu menonjol - Terapi lanjut
Kontraksi uterus dalam batas normal
TFU 2 jari di bawah pusat
Lokia rubra (+), bau (-)
Lab:
Leukosit 12.500; Hb 7,6; Hematokrit
25, Trombosit 329.000
1/4/2018 S: A:
10.00 Nyeri bekas operasi (+), Demam (-),
NIFAS ASI (+), BAB (+), BAK (+)
12
P4004A000 Post SC+MOW
O: KU baik, TD 120/70 mmHg, Nadi H2 a/i kala 1 fase aktif
76x/menit, RR 18x/menit, T 36,2oC memanjang + Hepatitis B
Anemis (-/-)
P:
Puting susu menonjol
Kontraksi uterus dalam batas normal - Aff infus
TFU 2 jari di bawah pusat - Cefadroxil 2x500 mg
Lokia rubra (+), bau (-) PO
- Asam mefenemat 3x
Lab: 500 mg PO
Leukosit 12.010; Hb 9,2; Hematokrit - Biosanbe 1x1 tab PO
29, Trombosit 257.000 - Besok boleh pulang
13
2.9 Lembar Partograf
14
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan, kekuatan sendiri (Varney, 2007)
Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk
mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot–otot perut, kontraksi diafragma
dan aksi ligamamnet, ada dua power yang bekerja dalam proses persalinan. HIS dan
Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena otot–otot polos
bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot–otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong janin
15
dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan tenaga mengejan
ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran (Varney, 2007).
Passanger
Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu : Bagian keras, bagian
ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os Sacrum, Os Coccygis), dan Artikulasi
(Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu) (Varney, 2007).
Psikis
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang
belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata. Persiapan fisik untuk melahirkan,
pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan integritas emosional
(Cunningham, et al., 2014)
Penolong
16
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini dokter/bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan (Cunningham, et al., 2014).
Teori Keregangan
17
Teori Prostaglandin
Berkurang nya nutrisi pada janin dikemukakan oleh hipokrates untuk pertama
kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan(Sumarah, 2009)
Faktor Lain
Kala I
Pasien dikatanya dalam persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan
serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
18
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini terbagi
menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam)dimana serviks membuka sampai 3 cm dan
fase aktif (6 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm (Sulistyowati, 2010).
Fase aktif Dibagi dalam 3 fase yaitu Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat. Dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi, pembukaan
melambat kembali. Dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi10 cm (Sulistyawati,
2010)
Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan lengkap sampai
bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosa kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva
denagn diameter 5-6 cm. (Sulistyowati, 2010)Gejala utama kala II adalah sebagai
berikut :
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50- 100 detik
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
meneran.
4) Dua kekuatan yaitu, his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala bayi membuka pintu berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, hidung,
muka, serta kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti dengan putar paksi luar yaitu penyesuaian
kepala dan punggung.
6) Setelah putar paksi luar, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut.
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian
tarik cunam ke bawah
b. untuk melahirkan bahu depan dan cunam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang.
19
c. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
d. Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30
menit.(Sulistyawati. 2010)
Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai
berikut :
Kala IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap pascapersalianan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan.
Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih
mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh
darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta. Observasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
20
3.2 Persalinan dengan Kala I Memanjang
3.2.1 Definisi
3.2.2 Etiologi
Kelainan His
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam,
dinamakan partus presipitatus: sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa,
kelainan terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah
terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina, dan
perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena
bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat (Wiknjosastro,
2010)
21
Kelainan-Kelainan Lain
3.2.3 Patofisiologi
Menurut Mochtar (2011) tanda klinis kala I lama terjadi pada ibu dan juga
pada janin meliputi:
Pada Ibu
22
Pada Janin
3.2.6 Penatalaksanaan
3.2.7 Komplikasi
Bagi Ibu
1) Sepsis Puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus persalinan
lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang (Wijayarini,
2008).
2) Ruptur Uterus
Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan bahaya serius
selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas sehingga tidak ada
engagement atau penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat teregang,
dan dapat diikuti oleh ruptur (Cunningham, 2013).
3) Cedera dasar panggul
Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubung adalah
konsekuensi pelahiran pervaginam yang sering terjadi, terutama apabila
pelahirannya sulit (Cunningham, 2013).
4) Dehidrasi
Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal atau telah turun,
temperatur meningkat (Manuaba, 2011).
Bagi Janin
25
asidosis. Selain itu, persalinan lama juga dapat berakibat adanya kaput suksidaneum
yang besar (pembengkakan kulit kepala) seringkali terbentuk pada bagian kepala
yang paling dependen, dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada
kranium janin mengakibatkan perubahan bentuk kepala (Manuaba, 2013).
3.3.1 Definisi
Hepatitis berasal dari bahasa Yunani kuno “hepar”, dengan akar kata “hepar”
yang berarti hati (liver), dan akhiran –itis yang berarti peradangan, sehingga dapat
diartikan peradangan hati. Hepatitis adalah istilah umum yang berarti peradangan
sel-sel hati, bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan,
konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimmune. Hepatitis dapat
disebabkan oleh berbagai macam virus seperti virus hepatitis A (HAV), hepatitis B
(HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV) dan hepatitis E (HEV) (WHO, 2017;
Sanityoso, 2007).
3.3.2 Epidemiologi
26
3.3.3 Penularan
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus, akan tetapi jika terjadi
infeksi akut bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan
mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah
berarti mencegah terjadinya kanker hati secara primer yang dipengaruhi titer DNA
virus hepatitis B tinggi pada ibu (semakin tinggi kemungkinan bayi akan tertular).
Infeksi akut terjadi pada kehamilan trisemester ketiga, persalinan lama dan mutasi
virus hepatitis B (Budihusodo, 2008).
Namun pada out come bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi VHB
sama dengan bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak terinfeksi. Pada umumnya
yang menjadi permasalahan di sini adalah penularan vertikalnya saja. Bila Ibu
hamil terinfeksi VHB pada kehamilan trimester I dan II maka penularan vertikalnya
kurang dari 10% namun bila infeksi VHB terjadi pada kehamilan trimester III maka
penularan vertikal akan semakin meningkat menjadi lebih tinggi yaitu 76% (Merri,
2001).
Infeksi akut VHB pada kehamilan trimester III sering berkembang menjadi
atau menyebabkan hepatitis fulminan dan persalinan prematur sedangkan pada
persalinan dapat menyebabkan perdarahan post partum terutama bila terjadi
gangguan fungsi hati, karena akan mengakibatkan perpanjangan waktu protrombin
dan waktu aktivasi parsial tromboplastin yang dapat menyebabkan kecenderungan
perdarahan, terutama perdarahan post partum (Merri, 2001).
Asimtomatik
Pada fase ini tidak menunjukkan gejala klinik yang khas. Penderita tampak
sehat hanya saja didarahnya terdapat HBsAg positif. Apabila juga didapat HBeAg
didalam tubuhnya maka pengidap ini tergolong infeksius karena HBeAg positif
menggambarkan proses replikasi yang masih aktif bekerja (Sherlock, 1993).
Hepatitis B Akut
1) Masa inkubasi
28
Masa antara penularan infeksi dengan terjadinya gejala yang lamanya berkisar
antara 28-225 hari atau rata-rata 75 hari(Sherlock, 1993).
2) Fase pra-ikterik
3) Fase ikterik
Ikterus timbul sekitar 1-3 minggu tetapi dapat pula terjadi beberapa hari atau
bahkan sampai 6 bulan. Ikterik berakhir antara 2-6 minggu. Pada pemeriksaan
fisik hepar dan lien akan teraba membesar dan menetap selama beberapa waktu
setelah ikterus hilang(Sherlock, 1993).
4) Fase penyembuhan
Hepatitis B Kronis
Keluhan yang seringkali muncul pada fase ini adalah mudah lelah, nafsu
makan menurun, dan berat badan turun, terkadang terdapat panas subfebril
(Sherlock, 1993).
3.3.6 Diagnosis
Gejala klinis
SGPT dan SGOT akan meningkat, yang menunjukkan terjadi kerusakan dan
nekrosis sel hati. Pada kerusakan hepatosit gamma GT dan bilirubin juga akan
meningkat (Merry, 2001).
- Petanda infeksi : HBsAg adalah sebagai tanda infeksi dan bila dalam 6 bulan
tidak hilang berarti menjadi kronis.
- Petanda replikasi : untuk mengetahui adanya replikasi virus yaitu HBeAg dan
DNA VHB.
- Petanda untuk infeksi akut atau kronis : IgM anti-HBc yang menunjukkan
adanya kerusakan hati pada hepatitis akut (Merry, 2001).
3.3.7 Penatalaksanaan
Prinsip Penanganan
Pada tatalaksana tidak ada yang membedakan prinsip terhadap hepatitis akut
pada kehamilan dengan tanpa kehamilan. Istirahat yang cukup dan terapi
simptomatik tetap menjadi dasarnya. Terminasi kehamilan hanya dilakukan atas
30
indikasi obstetrik. Aspek yang perlu ditimbangkan ialah tatalaksana terkait dengan
kemungkinan terjadinya transmisi vertikal virus penyebabnya, karena hal ini dapat
berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas anak di hari kehamilan (Budihusodo,
2008).
Dalam penangan ibu dengan hepatitis akut pada kehamilan adalah sama
dengan wanita hamil pada umunya yaitu cukup istirahat, diet tinggi protein dan
karbohidrat. Untuk aktivitas fisiknya juga tidak terlalu dibatasi dan tidak diharuskan
tirah baring. Keadaan ini juga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, namun
perlu diberi penjelasan tentang keadaannya, di mana seharusnya melahirkan dan
adanya penanganan khusus bagi ibu maupun bayi yang akan dilahirkan (Duff,
1998).
Penanganan Persalinan
Persalinan pada ibu hamil dengan titer HBV tinggi (3,5 pg /mL) atau HBeAg
positif lebih baik SC pada persalinan yang lebih dari 14jam. Pada infeksi akut
persalinan pervaginam usahakan dengan trauma sekecil mungkin dan rawat
bersama dengan Ahli Penyakit Dalam (Gede, 2014).
31
oleh penularan vertikal dibandingkan dengan persalinan pervaginam, sedangkan
bayi yang lahir dengan operasi Caesar elektif memiliki tingkat signifikan lebih
rendah dari penularan vertikal dari mereka yang lahir dengan operasi caesar non-
elektif (Dunkelberg & Berkley, 2014)
Infeksi akut virus hepatitis B pada ibu hamil tidak dikaitkan dengan
peningkatan mortalitas dan teratogensitas. Infeksi dapat dicegah dengan vaksinasi
dan bagi yang diduga telah terpapar dianjurkan untuk juga diberikan imunoglobulin
(HBIG). Apabila ibu mengalami HbeAg positif (HBV DNA load tinggi) sebaiknya
diberikan HBIG dan vaksin untuk bayi. Bagi bayi yang ibunya HbeAg positif
berisiko tinggi menjadi infeksi HBV kronik(Budihusodo, 2008).
Penanganan Bayi
1) Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya mendapatkan
5 mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 ml) vaksin asal plasma
32
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan
dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap
HbsAg positif maka segera berikan 0,5 ml HBIg (sebelum anak berusia satu
minggu).
2) Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5 ml HBIg dalam
waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan. Dosis
kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan.
3) Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg
(0,25 ml) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari
plasma, diberikan dosis 10 mcg (0,5 ml) intramuskuler pada saat lahir sampai
usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis
ketiga pada umur 6-18 bulan.
4) Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 Tahun (Hariyono,
2014).
Mengenai menyusui bayi, tidak ada masalah untuk menyusui bayinya. Jika
bayi telah divaksinasi segera setelah lahir, maka tubuh bayi akan membentuk
antibodi sehingga tidak terjadi penularan dari ibu ke bayi . Pada penelitian telah
dibuktikan bahwa penularan melalui saluran pencernaan membutuhkan titer virus
yang jauh lebih tinggi dari penularan parenteral (Ayoub & Cohen, 2016).
33
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Anamnesis
Teori Fakta
Teori Fakta
Kala I adalah kala pembukaan yang Hasil pemeriksaan fisik pada pasien : -
berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini KU : Tampak Sakit Sedang
terbagi menjadi 2 fase:
- Kesadaran: Komposmentis
Fase laten (8 jam) dimana serviks - TD: 120/70 mmHg, nadi: 80
membuka sampai 3 cm kali/menit,RR: 20 kali/ menit, suhu:
36,8oC
- Status Obstetri:
34
Fase aktif (6 jam) dimana servik Perut Membesar sesuai usia
membuka dari 3-10 cm (Sulistyowati, kehamilan, bekas operasi (-)
2010). TFU : 35 cm, Leopold : presentasi
kepala, punggung kiri, belum
Persalinan dengan kala I memanjang
masuk PAP.
adalah persalinan yang fase latennya
HIS : 2x10 menit, 20-40 detik
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase
DJJ 144 x/menit
aktif laju pembukaannya tidak adekuat
VT Vulva/vagina dalam batas
atau bervariasi;
normal, pembukaan serviks 4 cm,
Kurang dari 1 cm setiap jam portio tebal dan kenyal, ketuban (+),
selama sekurang-kurangnya 2 jam presentasi kepala, denominator sulit
setelah kemajuan persalinan; di evaluasi, kepala di Hodge I,
Kurang dari 1,2 cm per jam pada bloodslym (+).
primigravida dan kurang dari Berdasarkan teori, pasien ini
1,5cm per jam pada multipara termasuk dalam Kala I lama dengan
(Saifuddin, 2009). Fase Aktif yang memanjang, karena
I lama terjadi pada ibu dan juga pada janin adekuat. Namun tanda klinis kala I
Pada ibu
Pada janin
35
negatif; air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijau-hijauan,
berbau.
- Kaput suksedaneum yang besar.
- Moulage kepala yang hebat.
- Kematian janin dalam kandungan.
- Kematian janin intra partal.
Teori Fakta
36
Petanda serologik Hepatitis B
37
4.4. Penatalaksanaan
Teori Fakta
38
e. Lakukan induksi dengan oksitosin
drip 5 unit dalam 500 cc dekstrosa
atau NaCl.
Teori Fakta
39
(100 mg/hari dalam trisemester ketiga)
(Budihusodo, 2008).
Penanganan Persalinan
Penanganan Bayi
40
(Depkes RI, 2016; Hariyono, 2014; WHO,
2017)
41
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2 Saran
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan sejawat
sekalian.
42
DAFTAR PUSTAKA
Asha, J. H., Francisco, T., & Ronald, M. R. (2016, September 09). Pregnancy.
(Medscape) Retrieved Maret 23, 2018, from Medscape Obstetrics &
Gynecology: https://emedicine.medscape.com/article/1618038-
overview#showall
Ayoub WS, Cohen. Hepatitis managementin the pregnant patient : an update. USA
:J Clin Trans Hepatol. 2016; (4)241-7.
Baskett, T., Calder, A., & Arulkumaran, S. (2009). Munro Kerr's Operative
Obstetrics. New York USA: Elsevier.
Bunga, S. R., Ibrahim, S., Montessori, I., Mansyur, A., Rachmiputeri, A., & Novia
Ngo, F. (2006). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan. Samarinda: SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan.
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2014). Obstetri Williams
(Indonesia ed., Vol. II). (Yoavita, N. Salim, R. Setia, Nalurita, E. Muliawan,
Rifky, . . . A. Adityaputri, Eds., B. U. Pendit, A. Dimanti, Chairunnisa, D.
A. Mahanani, N. Yesdelita, L. Dwijayanthi, & W. K. Nirmala, Trans.)
Texas: EGC.
43
Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2013.
Kemenkes RI. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Elsevier; 2008.
Manuaba, I., Chandranita, M. I., & Fajar, M. I. (2007). Pengantar Kuliah Obtetri.
Jakarta: ECG.
Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri (2nd ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Puspita, dkk. (2010). Penatalaksanaan Perawatan Inpartu klien Ketuban Pecah Dini.
Sumedang : Nuha Medika
44
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sanityoso, Andri. Hepatitis Viral Akut. Dalam : Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
hlm. 645-52.
Varney, H (2007). Varney’s Midwifery Text Book Third Edition. London : jn. M
Kribs. Carolyn L. Gergorn.
WHO. Hepatitis B. [internet]. Lanset 2016. [disitasi pada tanggal 30 Maret 2017];
385(9963):117–71. Tersedia dari : http://www.who.int/mediacentre/factshe
ets/fs204/en/
45