Anda di halaman 1dari 15

UKM – Gizi

No. UKM
1. Pelaksanaan Pemberian Obat Cacing di Posyandu Pasir Putih V,
Loktunggul, Bontang Lestari
Tanggal : Sabtu, 5 September 2020.
Lokasi : Posyandu Pasir Putih V, Loktunggul, Bontang Lestari.
Peserta : Balita berusia 12-59 bulan.

Latar Belakang
Cacingan merupakan salah satu permasalahan masyarakat di Indonesia.
Prevalensi penyakit cacingan berkisar antara 60-90% bergantung pada
lingkungan, higine, dan sanitasi pribadi. Prevalensi yang tinggi disebabkan oleh
iklim tropis dan kelembaban udara di Indonesia yang tinggi. Cacing gelang
(Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trihiura), cacing tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) merupakan cacing yang
ditransmisikan melalui tanah yang mash sering ditemukan di Indonesia. Infeksi
cacing pada usia prasekolah akan menurunkan kualitas sumber daya manusia,
menghambat pertumbuhan fisik, perkembangan, dan kecerdasan bagi anak yang
terinfeksi.
Pemberian obat cacing pada anak prasekolah berusia 12-59 bulan bertujuan
untuk menurunkan angka prevalensi cacingan pada anak rentang usia ini. Anak
berusia 6-12 tahun dilakukan pemberian obat cacing melalui Unit Kesehatan
Sekolah (UKS). Pemberian obat cacing di Posyandu pada anak berusia 12-59
bulan diintegrasikan bersama pemberian Vitamin A setiap 6 bulan sekali, yaitu
pada bulan Februari dan Agustus setiap tahun.

Permasalahan
Prevalensi cacingan di Indonesia didapatkan sebesar 60-90%. Survei yang
dilakukan oleh Subdit Diare Kemenkes RI tahun 2006 mendapatkan prevalensi
cacingan pada 40 desa di 10 Provinsi di Indonesia dalam rentang antara 2,2-
96,3%. Cacingan lebih rentan terjadi pada anak-anak karena daya tahan tubuh
anak yang masih rendah. Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS selaku
Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
mengatakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap cacingan
sebagai masalah yang sepele. Padahal, cacingan pada anak memiliki dampak
tidak langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Cacingan pada
anak dapat menyebabkan gangguan status gizi kronis (stunting), gangguan daya
ingat, dan anemia. Anemia pada anak akan menyebabkan anak cenderung
mengantuk, cepat lelah, IQ menurun, serta produktivitas anak juga akan menurun.
Pemberian obat cacing pada anak setiap 6 bulan sekali bertujuan untuk
memutus rantai penularan cacing. Pemberian obat cacing dimulai pada anak
berusia 1 tahun karena pada usia ini anak sudah mulai kontak dengan tanah atau
lantai yang terpapar oleh tanah. Pemberian obat cacing pada anak setiap 6 bulan
akan lebih bermanfaat apabila diikuti dengan edukasi orang tua anak untuk
menjaga higine personal dan sanitasi lingkungan.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Obat cacing yang diberikan berupa Albendazole dengan dosis 200-400 mg
dosis tunggal. Pada anak berusia 12-24 bulan, Albendazole diberikan dengan
dosis 200 mg dalam bentuk puyer. Pada anak berusia 25-59 bulan, Albendazole
diberikan dengan dosis 400 mg dalam bentuk tablet kunyah. Pasokan obat
disiapkan oleh petugas Puskesmas penanggung jawab program Posyandu. Selama
pemberian, pencatatan dilakukan oleh petugas Puskesmas yang bersangkutan
meliputi nama anak, usia anak, jenis kelamin anak, dan dosis Albendazole yang
didapat oleh anak.

Pelaksanaan
Pemberian obat cacing terlaksana di Posyandu Pasir Putih V, Loktunggul,
Bontang Lestari 08.30 s/d 11.00. Pemberian obat cacing diintegrasikan dengan
pengukuran antropometri anak, pengisian buku KMS. Pemberian obat cacing
dilakukan oleh dokter internsip, petugas Puskesmas, dan 7 orang Kader
Posyandu. Dokter pelaksana pemberian adalah dr. Fitri Firdausi, sedangkan
petugas Puskesmas pelaksana pemberian adalah Mba Livy dan Mas Pandu.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Pemberian obat cacing terlaksana pada 22 anak berusia 12-59 bulan. Setelah
obat diberikan, orang tua anak diedukasi tentang cara pemberian obat, meliputi
waktu pemberian obat yang diberikan saat malam hari sebelum tidur, cara
pemberian obat yaitu dikunyah untuk Albendazole 400 mg atau dilarutkan dalam
air untuk Albendazole 200 mg puyer, serta obat tidak boleh diberikan jika anak
dalam keadaan demam. Orang tua anak juga diedukasi bahwa anak tidak perlu
diberikan obat cacing dalam bentuk apapun dalam 6 bulan ke depan. Hal ini
karena banyak orang tua anak memiliki kecenderungan untuk membeli obat
cacing yang dijual bebas secara mandiri (misanya Combatrin yang berisi Pirantel
Pamoat) tanpa mengetahui cara dan rentang waktu pemberiannya.

Evaluasi
Penulis memberikan beberapa evaluasi untuk kader Posyandu dan petugas
Puskesmas. Dalam 1-2 hari sebelum pelaksanaan Posyandu, alangkah baiknya
agar kader Posyandu memberikan pengumuman melalui fasilitas masjid atau via
jaringan whatsapp tentang pemberian obat cacing di Posyandu. Hal ini
bermanfaat agar tidak ada orang tua yang langsung membawa anaknya pulang
setelah dilakukan pengukuran antropometri anak. Untuk petugas Puskesmas,
sebisa mungkin mengingatkan ke salah satu perwakilan kader Posyandu (dapat
melalui media sosial Whatsapp) tentang rencana pemberian obat cacing di
Posyandu sehingga kader dapat mengingatkan ke orang tua anak untuk membawa
anaknya ke Posyandu. Selain perihal penyebaran informasi, sebisa mungkin agar
dokter dan petugas Puskesmas datang lebih awal agar orang tua anak yang telah
dilakukan pengukuran antropometri tidak merasa bosan karena menunggu terlalu
lama di Posyandu.
2. Pelaksanaan Pemberian Vitamin A di Posyandu Bunga Harapan
Tanggal : Jumat, 23 Agustus 2019.
Lokasi : Posyandu Bunga Harapan, Kampung Mandar, Kelurahan Lok Tuan.
Peserta : Bayi dan Anak Berusia 6-59 Bulan.

Latar Belakang
Penyakit akibat Kekurangan Vitamin A (KVA) merupakan salah satu
permasalahan kesehatan terkait gizi yang tersebar diseluruh dunia, khususnya di
negara-negara berkembang. KVA dapat menyebabkan penurunan imunitas,
gangguan penglihatan (xeroftalmia), maupun kelainan kulit terkait penurunan
elastisitas kulit. Anak dengan KVA cenderung mudah terserang penyakit infeksi
seperti ISPA, campak, cacar, maupun diare. KVA dapat menyerang keluarga dari
berbagai lapisan perekonomian, baik ekonomi menengah ke atas maupun
ekenomi menengah ke bawah, dengan konsumsi vitamin A pada anak < 80%
AKG.
Pemberian vitamin A pada bayi dan anak berusia 6-59 bulan bertujuan untuk
menurunkan angka prevalensi gangguan penglihatan akibat defisiensi vitamin A
pada anak rentang usia ini. Pemberian vitamin A di Posyandu pada bayi dan anak
berusia 6-59 bulan diintegrasikan bersama pemberian obat cacing pada anak
berusia 12-59 bulan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus
setiap tahun.

Permasalahan
KVA masih menjadi permasalahan yang serius bagi anak balita di Indonesia.
Survey xeroftalmia (1992) mendapatkan prevalensi KVA klini sesuai kriteria
WHO sebesar < 0.5%. Meskipun menurut WHO KVA di Indonesia sudah tidak
menjadi permasalahan dalam masyarakat, survey yang sama menunjukkan angka
KVA subklinis sebesar 50% pada balita di Indonesia. KVA sublkinis ditandai
dengan kadar retinol darah < 20 mcg/dl, sehingga sebanyak 50% balita di
Indonesia berisiko mengalami kebutan terkait KVA. Oleh karena itu, penguatan
dalam pemberian vitamin A pada anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia
sangat penting untuk mencegah KVA klinis.
Pemberian vitamin A pada anak setiap 6 bulan sekali bertujuan untuk
mencegah kVA klinis. Pemberian vitamin dimulai pada anak berusia 6 bulan,
karena pada usia kebutuhan nutrisi anak sudah tidak bergantung pada ASI,
melainkan anak sudah mendapatkan MPASI sehingga pemenuhan vitamin dari
sumber luar tubuh menjadi komponen terbesar dalam menunjang nutrisi anak.
Pemberian vitamin A pada anak setiap 6 bulan akan lebih bermanfaat apabila
diikuti dengan edukasi orang tua anak tentang gizi dan sumber-sumber makanan
dari luar tubuh yang dapat diberikan sebagai sumber vitamin A eksogen.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Vitamin A diberikan untuk anak berusia 6-59 bulan. Vitamin A tersedia
dalam 2 bentuk, yaitu Kapsul Biru dan Kapsul Merah. Vitamin A Kapsul Biru
dengan dosis 100.000 IU diberikan untuk bayi berusia 6-11 bulan. Vitamin A
Kapsul Merah dengan dosis 200.000 IU diberikan untuk anak usia 12-59 bulan.
Vitamin A Kapsul Merah juga diberikan untuk ibu masa nifas di Poli KIA
Puskesmas Bontang Utara II. Pasokan obat disiapkan oleh petugas Puskesmas
penanggung jawab program Posyandu. Selama pemberian, pencatatan dilakukan
oleh petugas Puskesmas yang bersangkutan meliputi nama anak, usia anak, jenis
kelamin anak, dan dosis Vitamin A yang didapat oleh anak.

Pelaksanaan
Pemberian Vitamin A terlaksana di Posyandu Bunga Harapan, Kampung
Mandar, Kelurahan Lok Tuan, Bontang Utara pada pukul 08.30 s/d 11.00.
Pemberian vitamin A diintegrasikan dengan pengukuran antropometri anak,
pengisian buku KMS, imunisasi, dan pemberian obat cacing. Pemberian obat
vitamin A dilakukan oleh 1 orang dokter, 2 orang petugas Puskesmas, dan 7
orang Kader Posyandu. Dokter pelaksana pemberian adalah dr. Balya Ibnu
Maula, sedangkan petugas Puskesmas pelaksana pemberian adalah bu Yuliatmi
dan pak Akhmad Husrin.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Pemberian vitamin A terlaksana pada 75 anak berusia 6-59 bulan. Ada total
76 anak berusia 6-59 bulan yang datang ke Posyandu Bunga Harapan. Namun,
ada 1 anak, atas nama An. R/L/43 bulan, yang tidak mendapatkan vitamin A
maupun obat cacing karena orang tua anak hanya membawa anak untuk
dilakukan pengukuran antropometri kemudian anak dibawa pulang ke rumah.
Tindak lanjut untuk anak ini adalah dengan memberikan vitamin A sekaligus obat
cacing langsung melalui kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader Posyandu
bersangkutan. Selain pemberian vitamin A, orang tua anak diedukasi tentang
pemberian vitamin A melalui sumber makanan dari luar tubuh seperti tomat,
wortel, hati ayam, kerang, dan makanan tinggi vitamin A lain.

Evaluasi
Penulis memberikan beberapa evaluasi untuk kader Posyandu dan petugas
Puskesmas. Dalam 1-2 hari sebelum pelaksanaan Posyandu, alangkah baiknya
agar kader Posyandu memberikan pengumuman melalui fasilitas mesjid atau
dengan metode word of mouth communication (komunikasi dari mulut ke mulut)
tentang pemberian vitamin A di Posyandu. Hal ini bermanfaat agar tidak ada
orang tua yang langsung membawa anaknya pulang setelah dilakukan
pengukuran antropometri anak. Untuk petugas Puskesmas, sebisa mungkin
mengingatkan ke salah satu perwakilan kader Posyandu (dapat melalui media
sosial Whatsapp) tentang rencana pemberian vitamin A di Posyandu sehingga
kader dapat mengingatkan ke orang tua anak untuk membawa anaknya ke
Posyandu. Selain perihal penyebaran informasi, sebisa mungkin agar dokter dan
petugas Puskesmas datang lebih awal agar orang tua anak yang telah dilakukan
pengukuran antropometri tidak merasa bosan karena menunggu terlalu lama di
Posyandu.
Seperti paparan sebelumnya, pemberian vitamin A dalam mencegah
gangguan penglihatan (xeroftalmia) akan lebih bermanfaat apabila disertai
dengan edukasi orang tua anak tentang gizi. Oleh karena itu, pemberian vitamin
A pada bulan Februari 2020 diharapkan disertai dengan melakukan penyuluhan
tentang Gizi (khususnya pengetahuan tentang makanan tinggi vitamin A) oleh
dokter atau petugas Puskesmas bagian Gizi. Hal ini bermanfaat dalam
menguatkan proses pencegahan gangguan penglihatan terkait KVA (xeroftalmia)
pada anak.
3. Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita BGM di
Posyandu Flamboyan
Tanggal : Senin, 08 Juli 2019.
Lokasi : Posyandu Flamboyan, Selambai, Kelurahan Lok Tuan.
Peserta : Neonatus, Bayi, dan Anak Berusia 0-59 Bulan.

Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu amanat Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Upaya perbaikan gizi ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dilakukan pada seluruh
siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai lanjut usia, dengan prioritas
pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja perempuan, ibu hamil dan
ibu menyusui.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan upaya pelayanan gizi sebagai salah
satu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan
(UKP) esensial yang dilakukan di setiap puskesmas untuk mendukung standar
pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya pelayanan gizi
dalam UKM salah satunya melalui pemberian makanan tambahan pada anak
dengan berat di bawah garis merah (BGM) yang terukur di posyandu-posyandu
yang ada di bawah asuhan Puskesmas Bontang Utara II, Bontang.
Permasalahan
Pada saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi ganda,
khususnya masalah gizi kurang seperti stunting dan wasting. Pada saat yang
bersamaan masalah kelebihan gizi makin meningkat. Untuk menghadapi masalah
gizi ganda ini, dibutuhkan intervensi yang komprehensif dan tepat pada tingkat
perseorangan dan masyarakat.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita dengan berat di bawah garis
merah (BGM) menjadi salah satu upaya pengentasan kurang gizi pada anak.
Pemberian PMT dilakukan baik secara perorangan di Poli Gizi Puskesmas
Bontang Utara II maupun dalam masyarakat pada anak di Posyandu di bawah
Asuhan Puskesmas Bontang Utara II.
PMT yang diberikan dibagi dalam 2 bentuk, yaitu PMT Pemulihan dan PMT
Penyuluhan. PMT Pemulihan berupa biskuit susu bermutu yang diberikan pada
anak BGM sebagai makanan tambahan, bukan sebagai makanan utama. PMT
Penyuluhan berupa pemberian edukasi kepada orang tua anak tentang kalori, zat
gizi yang terkandung dalam makanan yang disiapkan, cara pengolahan, dan cara
pemberian makanan. PMT Pemulihan disiapkan oleh petugas Puskesmas
penanggung jawab program Posyandu. Selama pemberian, pencatatan dilakukan
oleh petugas Puskesmas yang bersangkutan. Anak yang mendapatkan PMT juga
diedukasi untuk kontrol rutin ke Poli Gizi Puskesmas Bontang Utara II untuk
tatalaksana lebih lanjut.

Pelaksanaan
Pemberian PMT terlaksana di Posyandu Flamboyan, Selambai, Kelurahan
Lok Tuan, Bontang Utara pada pukul 08.30 s/d 11.00. Pemberian PMT
diintegrasikan dengan pengukuran antropometri anak, pengisian buku KMS, dan
imunisasi. Pemberian PMT dilakukan oleh 1 orang dokter, 2 orang petugas
Puskesmas, dan 7 orang Kader Posyandu. Dokter pelaksana pemberian adalah dr.
Balya Ibnu Maula, Perawat Pelaksana adalah Ibu Lena, dan Petugas Gizi
Pelaksana adalah Mba Cecilia.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Posyandu dihadiri oleh 59 anak berusia 0-59 bulan. Dari 59 anak yang datang,
terdapat 3 orang anak yang berat badannya tercatat di bawah garis merah (BGM).
Keempat anak tersebut adalah :
1. By. A/L/7 bulan.
2. An. N/P/52 bulan.
3. By. U/L/4 bulan.

Dua anak diberikan PMT Pemulihan sebagai makanan tambahan pendamping


MPASI dan makanan utama. Satu anak diberikan PMT Penyuluhan oleh dokter
dan petugas gizi tentang cara pemberian ASI, frekuensi pemberian ASI per hari,
dan durasi (lama) pemberian ASI per kali pemberian. Orang tua dari ketiga anak
juga diedukasi untuk membawa anaknya rutin ke Poli Gizi Puskesmas Bontang
Utara II setiap minggu pada Hari Rabu untuk pemantauan rutin.

Evaluasi
Penulis memberikan beberapa evaluasi untuk kader Posyandu dan petugas
Puskesmas. Dalam 1-2 hari sebelum pelaksanaan Posyandu, alangkah baiknya
agar kader Posyandu memberikan pengumuman melalui fasilitas mesjid atau
dengan metode word of mouth communication (komunikasi dari mulut ke mulut)
tentang pelaksanaan Posyandu. Hal ini bermanfaat agar semakin banyak cakupan
anak yang datang ke Posyandu saat waktu pelaksanaan.
Seperti paparan sebelumnya, pemberian PMT pemulihan harus diintegrasikan
dengan PMT penyuluhan. Hal ini bermanfaat agar orang tua anak dengan BGM
dapat mengolah, menyiapkan, dan memberikan makanan kepada anak secara
mandiri dan sesuai dengan kebutuhan gizi anak.
Evaluasi lain untuk Posyandu Flamboyan adalah kondisi tempat Posyandu
yang telalu sempit. Semoga ada perhatian dari RT atau kelurahan setempat untuk
mencarikan tempat yang lebih luas agar Posyandu dapat terlaksana dengan baik.
4. Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita BGM di
Posyandu Sehat Mandiri.
Tanggal : Senin, 22 Juli 2019.
Lokasi : Posyandu Sehat Mandiri, Kelurahan Guntung.
Peserta : Neonatus, Bayi, dan Anak Berusia 0-59 Bulan.

Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu amanat Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Upaya perbaikan gizi ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dilakukan pada seluruh
siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai lanjut usia, dengan prioritas
pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja perempuan, ibu hamil dan
ibu menyusui.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan upaya pelayanan gizi sebagai salah
satu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan
(UKP) esensial yang dilakukan di setiap puskesmas untuk mendukung standar
pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya pelayanan gizi
dalam UKM salah satunya melalui pemberian makanan tambahan pada anak
dengan berat di bawah garis merah (BGM) yang terukur di posyandu-posyandu
yang ada di bawah asuhan Puskesmas Bontang Utara II, Bontang.

Permasalahan
Pada saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi ganda,
khususnya masalah gizi kurang seperti stunting dan wasting. Pada saat yang
bersamaan masalah kelebihan gizi makin meningkat. Untuk menghadapi masalah
gizi ganda ini, dibutuhkan intervensi yang komprehensif dan tepat pada tingkat
perseorangan dan masyarakat.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita dengan berat di bawah garis
merah (BGM) menjadi salah satu upaya pengentasan kurang gizi pada anak.
Pemberian PMT dilakukan baik secara perorangan di Poli Gizi Puskesmas
Bontang Utara II maupun dalam masyarakat pada anak di Posyandu di bawah
Asuhan Puskesmas Bontang Utara II.
PMT yang diberikan dibagi dalam 2 bentuk, yaitu PMT Pemulihan dan PMT
Penyuluhan. PMT Pemulihan berupa biskuit susu bermutu yang diberikan pada
anak BGM sebagai makanan tambahan, bukan sebagai makanan utama. PMT
Penyuluhan berupa pemberian edukasi kepada orang tua anak tentang kalori, zat
gizi yang terkandung dalam makanan yang disiapkan, cara pengolahan, dan cara
pemberian makanan. PMT Pemulihan disiapkan oleh petugas Puskesmas
penanggung jawab program Posyandu. Selama pemberian, pencatatan dilakukan
oleh petugas Puskesmas yang bersangkutan. Anak yang mendapatkan PMT juga
diedukasi untuk kontrol rutin ke Poli Gizi Puskesmas Bontang Utara II untuk
tatalaksana lebih lanjut.

Pelaksanaan
Pemberian PMT terlaksana di Posyandu Sehat Mandiri, Kelurahan Guntung,
Bontang Utara pada pukul 08.30 s/d 11.00. Pemberian PMT diintegrasikan
dengan pengukuran antropometri anak, pengisian buku KMS, dan imunisasi.
Pemberian PMT dilakukan oleh 1 orang dokter, 3 orang petugas Puskesmas, dan
7 orang Kader Posyandu. Dokter pelaksana pemberian adalah dr. Balya Ibnu
Maula, Perawat Pelaksana adalah Ibu Yuliatmi, Bidan Pelaksana adalah Ibu
Suryani, dan Petugas Promkes adalah Mba Asrina.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Posyandu dihadiri oleh 34 anak berusia 0-59 bulan. Dari 34 anak yang datang,
terdapat 3 orang anak yang berat badannya tercatat di bawah garis merah (BGM).
Keempat anak tersebut adalah :
1. By. MA/L/4 bulan.
2. An. N/P/47 bulan.
3. An. A/L/22 bulan.

Dua anak diberikan PMT Pemulihan sebagai makanan tambahan pendamping


MPASI dan makanan utama. Satu anak diberikan PMT Penyuluhan oleh dokter
dan petugas Puskesmas tentang cara pemberian ASI, frekuensi pemberian ASI
per hari, dan durasi (lama) pemberian ASI per kali pemberian. Orang tua dari
ketiga anak juga diedukasi untuk membawa anaknya rutin ke Poli Gizi
Puskesmas Bontang Utara II setiap minggu pada Hari Rabu untuk pemantauan
rutin.

Evaluasi
Penulis memberikan beberapa evaluasi untuk kader Posyandu dan petugas
Puskesmas. Dalam 1-2 hari sebelum pelaksanaan Posyandu, alangkah baiknya
agar kader Posyandu memberikan pengumuman melalui fasilitas mesjid atau
dengan metode word of mouth communication (komunikasi dari mulut ke mulut)
tentang pelaksanaan Posyandu. Hal ini bermanfaat agar semakin banyak cakupan
anak yang datang ke Posyandu saat waktu pelaksanaan.
Seperti paparan sebelumnya, pemberian PMT pemulihan harus diintegrasikan
dengan PMT penyuluhan. Hal ini bermanfaat agar orang tua anak dengan BGM
dapat mengolah, menyiapkan, dan memberikan makanan kepada anak secara
mandiri dan sesuai dengan kebutuhan gizi anak.
Evaluasi untuk Posyandu Sehat Mandiri sudah baik, ruangan cukup luas, meja
dan kursi cukup untuk pelayanan Posyandu. Selain itu, Posyandu ini
menyediakan ruang yang cukup untuk ruang tunggu sekaligus tempat bermain
anak.
5. Pelaksanaan Pengukuran Antropometri Pada Balita di Posyandu Pasir
Putih I (RT 1,2,3)
Tanggal : Selasa, 08 September 2020.
Lokasi : Posyandu Pasir Putih I (RT 1,2,3) Baltim, Bontang Lestari.
Peserta : Anak Berusia 0-59 Bulan.

Latar Belakang
Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yaitu tentang status gizi. Hal
ini terjadi karena kenaikan dan penurunan jumlah balita yang mengalami
permasalahan status gizi tiap tahunnya tidak menentu. Balita merupakan
kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut mengalami
siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang
lebih besar dari kelompok unsur lain sehingga balita paling mudah menderita
kelainan gizi.
Beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk di Indonesia terdiri dari
beberapa tahap yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung
yaitu konsumsi makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak.
Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga
karena infeksi. Adapun penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan.

Permasalahan
Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk
bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain kematian dan infeksi kronis. Deteksi
dini anak yang kurang (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan
pemeriksaan berat badan menurut umur (BB/U) untuk memantau berat badan
anak. Penilaian status gizi balita dapat ditentukan melalui pengukuran tubuh
manusia yang dikenal dengan istilah “Antropometri”. Pengukuran antropometri
dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran indikator berat badan dan tinggi
badan serta memperhatikan umur dan jenis kelamin balita itu sendiri.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita dengan berat di bawah garis
merah (BGM) menjadi salah satu upaya pengentasan kurang gizi pada anak.
Pemberian PMT dilakukan baik secara perorangan di Poli Gizi Puskesmas
Bontang Lestari maupun dalam masyarakat pada anak di Posyandu di bawah
Asuhan Puskesmas Bontang Lestari.
PMT yang diberikan dibagi dalam 2 bentuk, yaitu PMT Pemulihan dan PMT
Penyuluhan. PMT Pemulihan berupa biskuit susu bermutu yang diberikan pada
anak BGM sebagai makanan tambahan, bukan sebagai makanan utama. PMT
Penyuluhan berupa pemberian edukasi kepada orang tua anak tentang kalori, zat
gizi yang terkandung dalam makanan yang disiapkan, cara pengolahan, dan cara
pemberian makanan. PMT Pemulihan disiapkan oleh petugas Puskesmas
penanggung jawab program Posyandu. Selama pemberian, pencatatan dilakukan
oleh petugas Puskesmas yang bersangkutan. Anak yang mendapatkan PMT juga
diedukasi untuk kontrol rutin ke Poli Gizi Puskesmas Bontang Lestari untuk
tatalaksana lebih lanjut.

Pelaksanaan
Pengukuran antropometri dan Pemberian PMT terlaksana di Posyandu Pasir
Putih I (RT 1,2,3) Baltim, Bontang Lestari pada pukul 08.30 s/d 11.00.
Pemberian PMT diintegrasikan dengan pengukuran antropometri anak, pengisian
buku KMS, dan imunisasi. Pemberian PMT dilakukan oleh 1 orang dokter, 3
orang petugas Puskesmas, dan 7 orang Kader Posyandu. Dokter pelaksana
pemberian adalah dr. Fitri Firdausi, Perawat Pelaksana adalah Mba Livy dan Mas
Pandu.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Posyandu dihadiri oleh 40 anak berusia 0-59 bulan. Terdapat 4 orang anak
yang berat badannya tercatat di bawah garis merah (BGM). Tiga anak diberikan
PMT Pemulihan sebagai makanan tambahan pendamping MPASI dan makanan
utama. Satu orang anak diberikan Penyuluhan oleh dokter dan petugas Puskesmas
tentang cara pemberian ASI, frekuensi pemberian ASI per hari, dan durasi (lama)
pemberian ASI per kali pemberian. Orang tua dari keempat anak juga diedukasi
untuk membawa anaknya rutin ke Poli Gizi Puskesmas Bontang Lestari untuk
pemantauan rutin dan rujukan ke Poli Dokter jika ada keluhan yang mendasari
gangguan pertumbuhan.

Evaluasi
Penulis memberikan beberapa evaluasi untuk kader Posyandu dan petugas
Puskesmas. Dalam 1-2 hari sebelum pelaksanaan Posyandu, sebaiknya agar kader
Posyandu memberikan pengumuman melalui fasilitas masjid atau dengan metode
word of mouth communication (komunikasi dari mulut ke mulut) tentang
pelaksanaan Posyandu. Hal ini bermanfaat agar semakin banyak cakupan anak
yang datang ke Posyandu saat waktu pelaksanaan.
Seperti paparan sebelumnya, pemberian PMT pemulihan harus diintegrasikan
dengan PMT penyuluhan. Hal ini bermanfaat agar orang tua anak dengan BGM
dapat mengolah, menyiapkan, dan memberikan makanan kepada anak secara
mandiri dan sesuai dengan kebutuhan gizi anak.

Anda mungkin juga menyukai