Anda di halaman 1dari 20

UKM – Perkesmas

No. UKM

1. Pelaksanaan Perkesmas Pada Wanita Berusia 55 Tahun Dengan Low Back


Pain.
Tanggal : Senin, 15 Juli 2019.
Lokasi : RT. 01, Kelurahan Lok Tuan.
Peserta : Masyarakat.

Latar Belakang

Permasalahan
Low back pain (LBP), atau penyakit yang sering disebut sebagai nyeri
punggung bawah, merupakan suatu masalah kesehatan yang paling sering
dihadapi dalam tindakan medis sehari-hari. LBP merupakan salah satu masalah
yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja dan disabilitas. Sebanyak
80% masyarakat di negara industri pernah mengalami LBP. LBP jarang bersifat
fatal, namun sebagian besar masyarakat mengalami gangguan fungsional akibat
LBP, sehingga menyebabkan mereka mencari pengobatan. LBP dapat menyerang
semua usia dan dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti faktor oto
(misalnya spasme otot), saraf (misalnya HNP), dan tulang (misalnya skoliosis,
lordosis). Pasien usia tua merupakan kelompok berisiko untuk terjadinya LBP
akibat proses penuaan ataupun kemungkinan trauma pada kelompok pasien ini.
Keberadaan program Perkesmas diharapkan mampu menjangkau masyarakat
risti yang mengalami LBP dan memerlukan perawatan. Hal ini dikarenakan
masyarakat dengan LBP akan mengalami keterbatasan mobilisasi mencapai
sarana kesehatan terdekat, terutama pasien LBP yang sampai menyebabkan
disabiltas akibat pseudoparilisis (lumpuh karena nyeri).
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
Program perkesmas dilaksanakan di bawah penanggung jawab Perkesmas
Puskesmas Bontang Utara II sesuai jadwal yang ditentukan. Persiapan meliputi
persiapan administrasi, persiapan alat pemeriksaan, dan surat rujukan jika
memungkinkan. Namun, kegiatan perkesmas saat ini dilakukan secara insidental
setelah kegiatan Posyandu Lansia Selambai atas permintaan Bapak Ketua RT 01,
Kecamatan Lok Tuan, Bontang Utara.

Pelaksanaan
Perkesmas terlaksana di Rumah Pasien, Daerah Selambai, RT. 01 Kelurahan
Lok Tuan, Kecamatan Bontang Utara. Pelaksanaan perkesmas dilakukan oleh 2
orang dokter, yaitu dr. Balya Ibnu Maula dan dr. Siti Anisa Mesura, dengan 2
orang perawat yaitu Bu Magdalena dan Pak Akhmad Husrain. Pemeriksaan
dilakukan pada pasien meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda vital,
pemeriksaan fisik, dan eduksi terkait penyakit. Pencatatan dilakukan oleh pihak
keperawatan.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Nama : Ny. H.
Usia : 55 tahun.
Alamat : Selambai RT. 01, Kelurahan Lok Tuan, Bontang Utara.

Anamnesis :
Pasien mengalami nyeri punggung bawah sejak 3 hari. Keluhan dirasakan disertai
dengan penjalaran nyeri ke kedua kaki. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
sukar untuk berjalan dan hanya berbaring 3 di tempat tidur 3 hari terakhir. Tidak
ada keluhan BAB maupun BAK. Pasien memiliki riwayat trauma 2 minggu yang
lalu, namun keluhan nyeri punggung baru dirasakan saat ini. Pasien memiliki
riwayat hipertensi, namun tidak memilki riwayat DM.
Tanda Vital :
KU Cukup, CM, E4V5M6.
TD = 153/79 mmHg.
N = 74 x/i, kuat angkat.
RR = 20 x/i.
T = 37,0 C.

Pemeriksaan Fisik :
K/L : konjungtiva anemis (-/-), sianosis (-).
Thoraks : ves/ves, rhonki (-/-), wheezing (-/-), S1S2 reguler, murmur (-).
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, NT Abdomen (-), turgor kulit baik.
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-).

Status Neurologis
- Pupil : isokor, 3 mm/3 mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).
- Meningeal sign : kaku kuduk (-).
- Sensorik : sensibilitas raba dbn/dbn.
- Motorik
Ekstremitas Superior : 5/5.
Ekstremitas Inferior : 4/5.
- Refleks Fisiologi : dbn/dbn.
- Refleks Patologis : hofmann (-/-), babinski (-/-), chaddock (-/-).
- Pemeriksaan khusus : Lassege (+/-), Patrick (+/-), Kontrapatrick (+/-).

Diagnosis ditegakkan sebagai LBP ec. Susp. HNP Lumbal. Pasien dan
keluarga pasien diedukasi tentang kemungkinan saraf kejepit, serta diedukasi
untuk proses rujukan ke Rumah Sakit. Pasien juga diedukasi bahwa rujukan
dilakukan untuk tatalaksana nyeri dan kemungkinan proses rehabilitasi. Keluarga
pasien setuju dan berencana merujuk pasien siang hari ini. Sambil menunggu
rujukan, kami juga mengedukasi keluarga pasien agar sementara waktu pasien
ditidurkan di tempat tidur dengan alas keras.

Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan Perkesmas saat ini, baik untuk dokter
maupun untuk perawat.
2. Pelaksanaan Perkesmas Pada Wanita Berusia 65 Tahun dengan Stroke dan
Tuberculosis Paru Pengobatan.
Tanggal : Rabu, 28 Agustus 2019.
Lokasi : RT. 05, Kelurahan Guntung.
Peserta : Masyarakat.

Latar Belakang
Perkesmas atau perawatan kesehatan masyarakat adalah program yang
memadukan antara perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat dengan
bantuan peran aktif masyarakat. Perkesmas merupakan program yang
mengutamakan preventif dan promotif, tanpa mengabaikan tindakan kuratif dan
rehabilitatif. Tujuan dari program Perkesmas sendiri adalah mengupayakan
masyarakat agar dapat mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal. Perkesmas dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, meningkatkan kemampuan penanganan
kesehatan msyarakat, meningkatkan akses terkhusus keluarga miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan pembinaan keperawatan
kelompok khusus, dan memperluas daerah pembinaan keperawatan kesehatan
masyarakat.
Perkesmas ditujukan untuk individu, keluarga, dan masyarakat dengan risiko
tinggi (risti) mengalami penurunan kesehatan, seperti ibu hamil, balita, keluarga
miskin (gakin), serta masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh. Kegiatan
perkesmas dilakukan secara holistik, meliputi pengkajian keperawatan,
penyuluhan kesehatan, tindakan keprawatan langsung, pengobatan oleh dokter
jika diperlukan, pengendalian infeksi keluarga, proses rujukan, dan dokumentasi
keperawatan. Program perkesmas diharapkan dapat membantu individu dan
masyarakat risti dalam memperluas jangkauan akses kesehatannya.

Permasalahan
Stroke merupakan suatu infark pada otak yang disebabkan oleh kondisi
penyumbatan pembuluh darah otak (stroke iskemik) maupun pecahnya pembuluh
darah otak (stroke hemoragik). Stroke menjadi ancaman kesehatan yang cukup
serius. Stroke memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.
Stroke dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya dan
menimbulkan beban sosioekonomi yang cukup tinggi. Riset Kesehatan Dasar
menunjukkan peningkatan angka kejadia stroke dari 8.3 per 1000 penduduk
(2007) menjadi 12.1 per 1000 penduduk (2013). Kondisi imobile pada pasien
stroke juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik komplikasi medis
seperti ulkus dekubitus dan aspirasi, sampai komplikasi psikis seperti depresi.
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis biasanya memiliki fokus
primer di paru, kemudian menyebar ke fokus organ lain. Indonesia merupakan
negara nomor 5 dengan kasus TB terbanyak di dunia. Jumlah kasus TB pada
tahun 2017 sebesar 420.994 kasus, dengan kasus pada pria lebih banyak daripada
wanita. Kasus TB semakin meningkat dari 130 kasus per 100.000 penduduk pada
tahun 2015, menjadi 161 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2017. Tingkat
kepatuhan minum obat menjadi penghalang dalam proses pengobatan TB.
Keberadaan program Perkesmas diharapkan mampu menjangkau masyarakat
risti yang mengalami Stroke dan memerlukan perawatan. Hal ini dikarenakan
masyarakat dengan stroke akan mengalami keterbatasan mobilisasi mencapai
sarana kesehatan terdekat akibat kondisi lumpuh setengah badan yang dialami
pasien. Program perkesmas juga bermanfaat dalam manajemen kasus TB
terutama dalam memastikan pasien mendapatkan obat secara teratur. Secara
personal, pasien yang akan dikunjungi saat ini memiliki permasalahan dalam
kesehariannya. Pasien ini hanya tinggal dengan adik iparnya yang merupakan
pasien skizofrenia. Keluarga pasien ada namun tinggal di RT yang berbeda,
sehingga hanya datang untuk mengantarkan makanan. Oleh karena itu, pihak
Puskesmas melakukan kunjungan untuk memaksimalkan perawatan pasien
sekaligus memberikan edukasi terkait perawatan pasien kepada keluarga yang
tidak sakit.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Program perkesmas dilaksanakan di bawah penanggung jawab Perkesmas
Puskesmas Bontang Utara II sesuai jadwal yang ditentukan. Persiapan meliputi
persiapan administrasi, persiapan alat pemeriksaan, dan surat rujukan jika
memungkinkan. Pencatatan dilakukan sebagai dokumentasi oleh petugas
Puskesmas yang melakukan kunjungan Perkesmas.

Pelaksanaan
Perkesmas terlaksana di Rumah Pasien, Kelurahan Guntung, Kecamatan
Bontang Utara. Pelaksanaan perkesmas dilakukan oleh 1 orang dokter, yaitu dr.
Balya Ibnu Maula, dengan 2 orang perawat yaitu Bu Selvianti dan Mba Ria.
Pemeriksaan dilakukan pada pasien meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda
vital, pemeriksaan fisik, dan eduksi terkait penyakit. Pencatatan dilakukan oleh
pihak keperawatan.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Nama : Ny. M.
Usia : 65 tahun.
Alamat : RT. 05, Kelurahan Guntung, Bontang Utara.

Anamnesis :
Pasien mengalami lumpuh setengah badan sejak 5 tahun. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi sukar untuk berjalan dan hanya tidur di kasur. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan kolesterol. Pasien juga memiliki riwayat Tuberculosis Paru
dengan obat rutin 1 bulan terakhir. Pasien rutin minum obat hipertensi, kolesterol,
dan OAT namun pemberian obat dikontrol oleh adik iparnya yang mengalami
masalah kejiwaan. Suami pasien sedang pergi ke Sulawesi dalam 1 bulan terakhir
untuk mengurus surat pensiun pasien, karena sebelumnya pasien merupakan
kepala sekolah di sebuah SMA. Saat ini pasien hanya dirawat oleh keluarga
pasien, namun keluarga pasien tersebut tinggal di RT yang berbeda, sehingga
datang hanya sesekali saat mengantar makanan.

Tanda Vital :
KU Cukup, CM, E4V5M6.
TD = 200/100 mmHg.
N = 84 x/i, kuat angkat.
RR = 20 x/i.
T = 36.8 C.

Pemeriksaan Fisik :
K/L : konjungtiva anemis (-/-), sianosis (-).
Thoraks : ves/ves, rhonki (-/-), wheezing (-/-), S1S2 reguler, murmur (-).
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, NT Abdomen (-), turgor kulit baik.
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-).

Status Neurologis
- Pupil : isokor, 3 mm/3 mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).
- Meningeal sign : kaku kuduk (-).
- Sensorik : sensibilitas raba dbn/dbn.
- Motorik
Ekstremitas Superior : 0/5.
Ekstremitas Inferior : 0/5.
- Refleks Fisiologi : dbn/dbn.
- Refleks Patologis : hofmann (-/-), babinski (-/-), chaddock (-/-).

Diagnosis ditegakkan sebagai Stroke dengan TB Paru on Treatment. Saat ini


pasien mendapatkan terapi Amlodipine 1 x 10 mg, Simvastatin 1 x 20 mg, dan
OAT Dewasa Fase Intensif 1 x 4 tablet. Saat adik ipar pasien (pasien skizofrenia)
ditanya tentang obat yang diberikan, pasien paham dengan cara pemberian obat.
Namun pasien cenderung tremor saat memberikan obat.
Keluarga pasien dari RT lain datang saat petugas melakukan kunjungan.
Keluarga pasien diedukasi tentang stroke, serta diedukasi untuk tentang cara
pemberian obat, waktu pemberian obat, dan harus memberikan obat rutin pagi
dan malam, karena jika bergantung dengan adik ipar pasien ditakutkan akan
terjadi kesalahan dalam pemberian obat (mengingat kondisi medis adik ipar
pasien). Keluarga pasien paham dan setuju dengan arahan pihak Puskesmas.
Dokter juga memberikan obat tambahan berupa Captopril 2 x 25 mg. Jadi,
keluarga pasien diedukasi datang pada pagi dan malam hari untuk pemberian
obat. Keluarga pasien diedukasi untuk memiringkan pasien ke kanan dan ke kiri
saat berkunjung ke rumah untuk mencegah luka di punggung. Keluarga pasien
juga diedukasi untuk sementara jangan membawa anak-anak ke rumah pasien dan
menggunakan masker saat kunjungan ke rumah pasien.

Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan Perkesmas saat ini, baik untuk dokter
maupun untuk perawat.
3. Pelaksanaan Perkesmas Pada Pria Berusia 41 Tahun dengan Skizofrenia.
Tanggal : Rabu, 28 Agustus 2019.
Lokasi : RT. 05, Kelurahan Guntung.
Peserta : Masyarakat.

Latar Belakang
Perkesmas atau perawatan kesehatan masyarakat adalah program yang
memadukan antara perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat dengan
bantuan peran aktif masyarakat. Perkesmas merupakan program yang
mengutamakan preventif dan promotif, tanpa mengabaikan tindakan kuratif dan
rehabilitatif. Tujuan dari program Perkesmas sendiri adalah mengupayakan
masyarakat agar dapat mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal. Perkesmas dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, meningkatkan kemampuan penanganan
kesehatan msyarakat, meningkatkan akses terkhusus keluarga miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan pembinaan keperawatan
kelompok khusus, dan memperluas daerah pembinaan keperawatan kesehatan
masyarakat.
Perkesmas ditujukan untuk individu, keluarga, dan masyarakat dengan risiko
tinggi (risti) mengalami penurunan kesehatan, seperti ibu hamil, balita, keluarga
miskin (gakin), serta masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh. Kegiatan
perkesmas dilakukan secara holistik, meliputi pengkajian keperawatan,
penyuluhan kesehatan, tindakan keprawatan langsung, pengobatan oleh dokter
jika diperlukan, pengendalian infeksi keluarga, proses rujukan, dan dokumentasi
keperawatan. Program perkesmas diharapkan dapat membantu individu dan
masyarakat risti dalam memperluas jangkauan akses kesehatannya.

Permasalahan
Skizofrenia merupakan permasalahan psikiatri yang cukup sering ditemua
dalam masyarakat. Skizofrenia terjadi pada 1-2% dari seluruh penduduk di dunia.
Pria lebih banyak mengalami skizofrenia daripada wanita. Sebanyak 70% pasien
yang dirawat di bagian psikiatri di RSJD Indonesia adalah pasien skizofrenia.
Perawatan pasien skizofrenia sangat kompleks. Perawatan ditujukan untuk
pengawasan pemberian obat yang harus rutin dikonsumsi, perawatan kebersihan
pribadi, serta melatih pasien tentang kemandirian secara bertahap. Perawatan
pasien skizofrenia memerlukan tidak hanya dukungan petugas medis namun juga
dukungan dari keluarga.
Keberadaan program Perkesmas diharapkan mampu menjangkau masyarakat
risti yang mengalami Skizofrenia dan memerlukan perawatan. Hal ini
dikarenakan pasien skizofrenia memerlukan tatalaksana khusus untuk menjaga
psikososial dan melatih kemandirian pasien secara bertahap. Secara personal,
pasien yang akan dikunjungi saat ini memiliki permasalahan dalam
kesehariannya. Pasien ini hanya tinggal dengan kakak iparnya yang merupakan
pasien stroke, jadi sehari-harinya pasien inilah yang merawat kakak iparnya yang
stroke. Keluarga pasien ada namun tinggal di RT yang berbeda, sehingga hanya
datang untuk mengantarkan makanan. Oleh karena itu, pihak Puskesmas
melakukan kunjungan untuk memaksimalkan perawatan pasien sekaligus
memberikan edukasi terkait perawatan pasien kepada keluarga yang tidak sakit.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Program perkesmas dilaksanakan di bawah penanggung jawab Perkesmas
Puskesmas Pasundan sesuai jadwal yang ditentukan. Persiapan meliputi persiapan
administrasi, persiapan alat pemeriksaan, dan surat rujukan jika memungkinkan.
Pencatatan dilakukan sebagai dokumentasi oleh petugas Puskesmas yang
melakukan kunjungan Perkesmas.

Pelaksanaan
Kunjungan dilakukan di Rumah Pasien, Kelurahan Kampung Jawa.
Pelaksanaan perkesmas dilakukan oleh 1 orang dokter dan 2 orang perawat.
Pemeriksaan dilakukan pada pasien meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda
vital, pemeriksaan fisik, dan eduksi terkait penyakit. Pencatatan dilakukan oleh
pihak keperawatan.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Nama : Tn. I.
Usia : 41 tahun.
Alamat : RT. 05, Kelurahan Kampung Jawa

Anamnesis :
Anamnesis dilakukan kepada keluarga pasien yang sehat namun tinggal tidak
serumah dengan pasien. Pasien cenderung gelisah setiap hari. Keluhan sudah
terjadi > 1 tahun. Pasien sering berjalan kesana kemari, berulang-ulang di dalam
rumah sepanjang waktu. Pasien cenderung dikurung di dalam rumah karena
sering berkeinginan untuk kabur atau mengganggu anak-anak yang bermain di
sekitar rumah pasien. Pasien masih bisa mandi sendiri. Pasien juga masih bisa
membantu kakak iparnya dalam minum obat. Saat ditanya tentang obat-obatan
pasien masih bisa menjelaskan. Pasien pernah mengamuk, namun dalam beberapa
bulan terakhir pasien tidak pernah mengamuk. Saat malam pasien bisa masih bisa
tidur. Pasien pernah berobat terkait kondisinya saat ini namun tidak berobat lagi
karena tidak ada keluarga yang berani membawa ke Puskesmas, karena keluarga
takut pasien kabur saat dibawa keluar rumah.

Tanda Vital :
KU Cukup, CM, E4V5M6.
Pasien tampak gelisah, berjalan mondar-mandir.
TD = 130/90 mmHg.
N = 72 x/i, kuat angkat.
RR = 20 x/i.
T = 37.0 C.

Pemeriksaan Fisik :
K/L : konjungtiva anemis (-/-), sianosis (-).
Thoraks : ves/ves, rhonki (-/-), wheezing (-/-), S1S2 reguler, murmur (-).
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, NT Abdomen (-), turgor kulit baik.
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-), tremor saat
beraktivitas pada kedua tangan.

Pemeriksaan Status Mental :


- Kesan umum
Pasien tampak berpenampilan rapi, wajah dan dandanan sesuai usia.
Abnormalitas perilaku : pasien cenderung mondar-mandir.
- Kontak
Kontak verbal (+), visual (+).
- Kesadaran
Komposmentis, atensi baik, orientasi tempat, waktu dan ruang baik, dan
daya ingat baik.
- Emosi / afek
Mood stabil dan pasien cenderung gelisah, afek inadekuat.
- Pikir
Proses Pikir : Koheren, realistisitas sukar dinilai karena pasien cenderung
diam, hanya bicara saat ditanya.
Isi Pikir : waham (-), ide bunuh diri (-).
- Intelegensi
Cukup.
- Persepsi
Halusinasi auditorik (+), ilusi (-).
- Kemauan
Pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
- Psikomotor
Abnormal, pasien cenderung mondar-mandir.

Diagnosis ditegakkan sebagai Skizofrenia Paranoid. Saat ini pasien tidak


dalam terapi obat. Keluarga pasien dari RT lain datang saat petugas melakukan
kunjungan. Keluarga pasien diedukasi tentang skizofrenia. Keluarga pasien
diedukasi bahwa pasien harus rutin minum obat, sehingga diedukasi bahwa
pasien harus dirujuk untuk mendapatkan pengobatan dari RS karena sementara
ini Puskesmas sedang kehabisan obat antipsikotik. Keluarga pasien paham dan
setuju dengan arahan pihak Puskesmas. Keluarga pasien juga diedukasi untuk
melatih pasien tentang kemandirian secara bertahap, karena saat ini pasien sudah
bisa mandi sendiri, memberikan makan dan obat untuk kakak iparnya yang
mengalami stroke, serta menyiapkan makanan. Setelah mendapatkan pengobatan,
keluarga pasien juga diminta untuk mengontrol pengobatan pasien bersamaan
dengan kakak iparnya.

Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan Perkesmas saat ini, baik untuk dokter
maupun untuk perawat.
4. Pelaksanaan Perkesmas Pada Wanita Berusia 53 tahun dengan Obesitas dan
Gangguan Mobilisasi.
Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019.
Lokasi : RT. 03, Gusung, Kelurahan Guntung.
Peserta : Masyarakat.

Latar Belakang
Perkesmas atau perawatan kesehatan masyarakat adalah program yang
memadukan antara perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat dengan
bantuan peran aktif masyarakat. Perkesmas merupakan program yang
mengutamakan preventif dan promotif, tanpa mengabaikan tindakan kuratif dan
rehabilitatif. Tujuan dari program Perkesmas sendiri adalah mengupayakan
masyarakat agar dapat mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal. Perkesmas dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, meningkatkan kemampuan penanganan
kesehatan msyarakat, meningkatkan akses terkhusus keluarga miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan pembinaan keperawatan
kelompok khusus, dan memperluas daerah pembinaan keperawatan kesehatan
masyarakat.
Perkesmas ditujukan untuk individu, keluarga, dan masyarakat dengan risiko
tinggi (risti) mengalami penurunan kesehatan, seperti ibu hamil, balita, keluarga
miskin (gakin), serta masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh. Kegiatan
perkesmas dilakukan secara holistik, meliputi pengkajian keperawatan,
penyuluhan kesehatan, tindakan keprawatan langsung, pengobatan oleh dokter
jika diperlukan, pengendalian infeksi keluarga, proses rujukan, dan dokumentasi
keperawatan. Program perkesmas diharapkan dapat membantu individu dan
masyarakat risti dalam memperluas jangkauan akses kesehatannya.

Permasalahan
Obesitas merupakan kondisi yang sering dijumpai saat ini. Obesitas adalah
suatu kondisi Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 30. Saat ini, Indonesia mengalami
kondisi double burden of malnutrition. Selain permasalahan kurang gizi, kondisi
kelebihan gizi seperti overweight dan obesitas juga semakin bertambah.
Prevalensi obesitas semakin meningkat setiap tahun. Prevalensi tahun 2007
didapatkan sebesar 10.5% dan pada 2018 didapatkan sebesar 21.8%. Berdasarkan
hasil Riskesdas, kondisi ini terkait dengan konsumsi sayur sesuai anjuran WHO
hanya didapatkan pada 5% penduduk, dan hanya sebanyak 33.5% penduduk
berusia > 10 tahun yang beraktivitas fisik secara rutin. Kondisi obesitas
meningkatkan risiko terjadinya Penyakit Tidak Menular seperti Hipertensi,
Diabetes Melitus, sampai Penyakit Jantung Koroner.
Keberadaan program Perkesmas diharapkan mampu menjangkau masyarakat
risti yang mengalami Obesitas yang memerlukan perawatan. Pada kasus ini,
pasien mengalami obesitas dan gangguan mobilisasi, pasien sukar bergerak
karena berat badannya yang sangat berlebihan, sehingga akses untuk ke
pelayanan kesehatan terhambat meskipun Puskesmas Keliling datang 1 bulan
sekali. Kunjungan saat ini diharapkan dapat membantu pasien ini terutama untuk
skrining penyakit tidak menular.
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
Program perkesmas dilaksanakan di bawah penanggung jawab Perkesmas
Puskesmas Bontang Utara II sesuai jadwal yang ditentukan. Persiapan meliputi
persiapan administrasi, persiapan alat pemeriksaan, dan surat rujukan jika
memungkinkan. Namun, kegiatan perkesmas saat ini dilakukan secara insidental
setelah kegiatan Puskesmas Keliling berdasarkan laporan dari salah satu kader
Posyandu.

Pelaksanaan
Perkesmas terlaksana di Rumah Pasien, Pulau Gusung, RT. 03 Kelurahan
Guntung, Kecamatan Bontang Utara. Pelaksanaan perkesmas dilakukan oleh 3
orang dokter, yaitu dr. Balya Ibnu Maula, dr. Simon Yogi Pakpahan, dan dr.
Jandiek Septi Wiranti, dengan 2 orang perawat yaitu Bu Selvianti dan Pak
Akhmad Husrain, dan 1 orang Ahli Gizi yaitu Mba Cecil. Pemeriksaan dilakukan
pada pasien meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda vital, pemeriksaan fisik,
dan eduksi terkait penyakit. Pencatatan dilakukan oleh pihak keperawatan.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Nama : Ny. J.
Usia : 53 tahun.
Alamat : RT. 03, Pulau Gusung, Kelurahan Guntung, Bontang Utara.

Anamnesis :
Pasien mengalami susah bergerak sejak > 6 bulan. Kondisi ini terjadi akibat berat
badan pasien terlalu besar. Pasien mengaku saat berdiri dan brjalan pasien
menjadi tidak seimbang dan pasien takur untuk terjatuh. Tidak ada keluhan yang
dirasakan pasien saat ini. Riwayat hipertensi, diabetes, dan kolesterol tidak
diketahui oleh pasien karena pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan. Pasien
mengaku sudah mengurangi porsi makannya namun berat badan tidak kunjung
turun. Tidak ada riwayat minum obat nyeri (kortikosteroid) secara rutin.

Tanda Vital :
KU Cukup, CM, E4V5M6.
TD = 160/90 mmHg.
N = 88 x/i, kuat angkat.
RR = 20 x/i.
T = 36.7 C.

Estimasi BB = 120 kg.

Pemeriksaan Fisik :
K/L : konjungtiva anemis (-/-), sianosis (-).
Thoraks : ves/ves, rhonki (-/-), wheezing (-/-), S1S2 reguler, murmur (-).
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, NT Abdomen (-), turgor kulit baik.
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-).

Pemeriksaan GDS dan Kolesterol tidak dilakukan karena keterbatasan alat


pemeriksaan.

Diagnosis ditegakkan sebagai Obesitas dan Hipertensi Grade II. Sementara


pasien diterapi dengan Captopril 2 x 25 mg (obat yang tersedia di Puskesmas
Keliling). Pasien dan keluarga pasien diedukasi bahwa pasien harus berkunjung
ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lengkap meliputi GDS, AU, dan
Kolesterol, dan kemungkinan dilakukan rujukan. Pasien dan keluarga juga
diedukasi kemungkinan penyakit yang dapat muncul pada obesitas seperti DM,
hipertensi, kolesterol, dan penyakit jantung. Edukasi gizi juga dilakukan oleh ahli
gizi meliputi pembatasan porsi makan dan membatasi jenis makanan yang dapat
dimakan (dominansi sayur). Pasien setuju dan berencana berkunjung ke
Puskesmas pada hari Senin, 02 September 2019.
Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan Perkesmas saat ini, baik untuk dokter
maupun untuk perawat.
5. Pelaksanaan Perkesmas Pada Anak Berusia 1 tahun dengan Pneumonia.
Tanggal : Rabu, 18 September 2019.
Lokasi : RT. 21, Daerah Sidrap, Kelurahan Guntung.
Peserta : Masyarakat.

Latar Belakang
Perkesmas atau perawatan kesehatan masyarakat adalah program yang
memadukan antara perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat dengan
bantuan peran aktif masyarakat. Perkesmas merupakan program yang
mengutamakan preventif dan promotif, tanpa mengabaikan tindakan kuratif dan
rehabilitatif. Tujuan dari program Perkesmas sendiri adalah mengupayakan
masyarakat agar dapat mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal. Perkesmas dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, meningkatkan kemampuan penanganan
kesehatan msyarakat, meningkatkan akses terkhusus keluarga miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan pembinaan keperawatan
kelompok khusus, dan memperluas daerah pembinaan keperawatan kesehatan
masyarakat.
Perkesmas ditujukan untuk individu, keluarga, dan masyarakat dengan risiko
tinggi (risti) mengalami penurunan kesehatan, seperti ibu hamil, balita, keluarga
miskin (gakin), serta masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh. Kegiatan
perkesmas dilakukan secara holistik, meliputi pengkajian keperawatan,
penyuluhan kesehatan, tindakan keprawatan langsung, pengobatan oleh dokter
jika diperlukan, pengendalian infeksi keluarga, proses rujukan, dan dokumentasi
keperawatan. Program perkesmas diharapkan dapat membantu individu dan
masyarakat risti dalam memperluas jangkauan akses kesehatannya.
Permasalahan
Pneumonia merupakan penyakit radang paru akibat infeksi, aspirasi, atau
proses imunologik. Pada balita, pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi
bakteri dari komunitas maupun aspirasi akibat fungsi menelam yang masih
kurang berkembang. Prevalensi pneumonia pada bayi di bawah 5 tahun
meningkat saat ini, dari 1.6% pada tahun 2016 menjadi 2% pada tahun 2018. Dari
9 juta kematian balita di dunia, sebanyak 2 jutanya disebabkan oleh pneumonia.
Balita dengan pneumonia memerlukan perhatian yang khusus terutama dalam
fase pengobatan, untuk mencegah terjadinya perluasan penyakit dan risiko gagal
napas.
Keberadaan program Perkesmas diharapkan mampu menjangkau masyarakat
risti yang mengalami Pneumonia yang memerlukan perawatan. Pada kasus ini,
pasien mengalami pneumonia dan telah mendapatkan terapi dari Puskesmas.
Kunjungan saat ini bertujuan untuk melihat perkembangan pengobatan dan
edukasi terkait tindak lanjut penyakit saat ini.

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


Program perkesmas dilaksanakan di bawah penanggung jawab Perkesmas
Puskesmas Pasundan sesuai jadwal yang ditentukan. Persiapan meliputi persiapan
administrasi, persiapan alat pemeriksaan, dan surat rujukan jika memungkinkan.

Pelaksanaan
Perkesmas terlaksana di Rumah Pasien, RT. 21, Kelurahan Kampung Jawa.
Pelaksanaan perkesmas dilakukan oleh 1 orang dokter dan 1 orang perawat.
Pemeriksaan dilakukan pada pasien meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda
vital, pemeriksaan fisik, dan eduksi terkait penyakit. Pencatatan dilakukan oleh
pihak keperawatan.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring
Nama : An. AM.
Jenis Kelamin : P.
Usia : 1 tahun 2 bulan.
Alamat : RT. 21, Sidrap, Kelurahan Guntung, Bontang Utara.

Anamnesis :
Orang tua pasien mengaku bahwa pasien mengalami demam sejak 3 hari. Demam
disertai dengan batuk, pilek, dan suara napas terdengar grok-grok. Saat kunjungan
ke Puskesmas, pasien tidak dalam kondisi sesak maupun biru. Makan dan minum
pasien agak susah bahkan sejak sebelum sakit. Pasien hanya makan < ½ porsi
anak, 2-3 kali sehari, dan hanya mau minum susu formula. Pasien cenderung
tidak mau makan cemilan. Pasien sudah diterapi dengan Paracetamol,
Amoksisilin, dan Ambroxol.

Tanda Vital :
KU Cukup, CM, E4V5M6.
N = 95 x/i, kuat angkat.
RR = 24 x/i.
T = 36.7 C.

Antropometri
BB = 7.0 kg.
PB = 70 cm.
WAZ = - 0.65 (normal).
LAZ = - 2.67 (stunting).
WLZ = - 1.80 (normal).

Pemeriksaan Fisik setelah 2 hari pengobatan :


K/L : konjungtiva anemis (-/-), sianosis (-).
Thoraks : ves/ves, rhonki (+/+) minimal, wheezing (-/-), S1S2 reguler, murmur
(-).
Abdomen : Soefl, BU (+) normal, NT Abdomen (-), turgor kulit baik.
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-).

Diagnosis ditegakkan sebagai Pneumonia Perbaikan dengan Stunting.


Sementara paterapi pasien dilanjutkan. Orang tua pasien diedukasi bahwa
antibiotik harus dikonsumsi sampai habis. Jika ada tanda sesak napas berat,
segera bawa ke IGD RS. Orang tua pasien diberikan eduksi terkait 1000 hari
pertama kehidupan sebagai masa keemasan pertumbuhan anak dan praktik
pemberian MPASI, meliputi :
1. Penjelasan tentang 1000 hari pertama kehidupan bahwa pada masa ini
adalah masa emas dalam pertumbuhan anak, karena setelah masa ini,
pertumbuhan anak akan cenderung stagnan dan sulit untuk dikejar.
Penanganan stunting pada masa ini akan lebih optimal.
2. Penjelasan tentang praktik pemberian MPASI. MPASI sudah bisa
diberikan dengan jenis makanan sama seperti yang dikonsumsi oleh orang
tua, dengan porsi ¾ sampai 1 mangkok per kali makan, dengan frekuensi
3-4 kali makan besar, dengan frekuensi snack 1-2 kali di antara makan
besar, dengan minimal interupsi (tidak boleh sambil nonton atau sambil
bermain), dan tidak boleh memaksakan anak untuk makan secara
berlebihan.
3. Orang tua juga diedukasi untuk kontrol rutin ke Poli Gizi Puskesmas
Pasundan setiap hari Rabu, untuk kontrol penambahan BB dan TB.

Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan Perkesmas saat ini, baik untuk dokter
maupun untuk perawat.

Anda mungkin juga menyukai