Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SOMAGEDE
Jl. Raya Somagede, Kode Pos 53193
Telp. (0281) 6445903 Email : psomagede@yahoo.com

RISALAH
A. Dasar Pelaksanaan
Surat tugas No.
B. Tujuan kunjungan/tempat :
C. Waktu Pelaksanaan :
D. Hasil Pelaksanaan :

Hari Minggu, tgl 19 Juni 2022 : Pukul : 19.00 – 21.45 wib.


“BUILDING LEARNING COMMITMENT”
Oleh: Erna Dwi Rahayu, SKM., M.Kes

BLC (Building Learning Commitment) adalah bahan ajar yang menguraikan cara-cara
mempersiapkan pserta latih untuk mengikuti proses belajar efektif, sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran BLC dimulai dengan pencairan kelas (unfreezing),
kemudian disusul dengan menggiring peserta saling mengenal dirinya, dan mengenal teman-
temannya, menyadari dan mengingat kembali hakekat nilai yang baik, untuk kemudian
menyepakati norma kelas serta memilih pengurus kelas, sehingga tercipta komitmen kelas
dalam mewujudkan proses belajar yang efektif.

Hari Senin, tgl 20 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


“KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM”
Oleh: Arfian Nevi, SKM, DEA

Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian PTM terintegrasi dan sinergis dengan


kebijakan Kemenkes, meliputi upaya promotive dan preventif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative, partisipasif dan pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan
jejaring kerja, penguatan peran pemerintah daerah, pendekatan berjenjang dan pendekatan
siklus kehidupan, serta dukungan ketersediaan infrastruktur kesehatan yang memadai dengan
kendali mutu.

“RUANG LINGKUP PELAYANAN PTM DI FKTP”


Oleh: Arfian Nevi, SKM, DEA

PANDU PTM di FKTP adalah upaya pencegahan, pengendalian dan tatalaksana


terintegrasi HT dan DM serta PTM lainnya yang dilaksanakan secara komprehensif dan
terintegrasi dengan pendekatan factor resiko menggunakan CARTA prediksi faktor resiko
WHO SEAR B melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP). Sasaran Pelayanan Terpadu PTM di FKTP meliputi individu dan/atau
kelompok masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas yang datang ke FKTP.
Ruang Lingkup PANDU PTM: Promosi Kesehatan (CERDIK), Deteksi Dini Faktor
Resiko PTM, Peningkatan peran serta masyarakat dengan membentuk dan mengembangkan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), Penemuan kasus PTM,
Penanganan kasus PTM, Pencatatan dan Pelaporan (kasus dan kematian) PTM, Surveilans
terpadu PTM.

“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”


“(PPOK DAN ASMA)”
Oleh: dr. Eko Hariawan

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke
orang, yang perkembangannya dalam jangka waktu yang panjang (kronik). Faktor Resiko
PTM yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan konsumsi alkohol jika
tidak dicegah dapat memicu timbulnya factor antara yaitu Hipertensi, Dislipidemia, kadar gula
darah tinggi dan kegemukan/obesitas. Jika faktor resiko dapat diketahui lebih dini, maka
intervensi yang tepat dapat dilakukan sehingga PTM dapat dicegah atau paling tidak
mengurangi komplikasi penyakit.
Dalam menentukan diagnosa dan selanjutnya untuk penanggulangan PTM adalah
berdasarkan faktor resiko utama ditambah dengan keterangan mengenai keluhan dan gejala
yang ada, sebagai pengendalian terpadu faktor resiko PTM. Pengendalian penderita PTM lebih
berfokus pada faktor resiko penyakit antara, namun fase akhir penyakit tetap menjadi
perhatian. Penanggulangan penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efisien, yang
didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/prasarana, sistem rujukan, jaminan pembiayaan
dan regulasi memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan faktor resiko terhadap
tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan kesehatan primer, sekunder maupun tersier.
Pengobatan yang tepat, cepat efektif dan rasional dilakukan untuk PTM beserta faktor
resikonya, yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus dan penyakit
metabolik, kanker, penyakit degeneratif lainnya, dan gangguan indera dan fungsional.
Penanggulangn PTM di puskesmas dilaksanakan secara terpadu (terintegrasi) mulai saat
ditemukan faktor resiko sampai pada penatalaksanaannya.

“ANTI KORUPSI”
Oleh: Prasojo, SKM, M. Kes

Korupsi adalah perbuatan yang busuk, jahat dan merusak, menyangkut sesuatu yang
bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatan.
Nilai-nilai dari Anti Korupsi terdiri dari “JUPE MANDI TANGKER SEBEDIL”, yaitu
kepanjangan dari Kejujuran, Kepedulian, Kemandirian, Kedisiplinan, Tanggung jawab, Kerja
Keras, Sederhana, Keberanian dan Keadilan. Prinsip Anti Korupsi meliputi Akuntabilitas,
Transparansi, Kewajaran, Kebijakan, dan Kontrol Kebijakan.
Hari Selasa, tgl 21 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah)
Oleh: dr. Andreas Arie Setiawan, Sp.PD, K-KV

Sumbatan pada pembuluh darah bias terjadi dimana saja. Jika sumbatan berada di otak
disebut stroke, jika di kaki disebut PAD, jika di ginjal disebut gagal ginjal, jika di jantung
disebut penyakit jantung coroner. Atherosclerosis bersifat silent, sehingga penting untuk di
cek secara rutin. Pada STEMI itu lumen tertutupi seluruhnya oleh atherosclerosis, NSTEMI
lumen belum tertutupi semuanya.
Gagal Jantung adalah jantung tidak bias memasok aliran darah untuk memenuhi
kebutuhannya. Gejala klinis nya adalah paroxysmal nocturnal dyspnoea, batuk. Gejala
serangan jantung meliputi nyeri dada, nyeri rahang, nyeri ulu hati, sesak, seperti ditindih, atau
lengannya sakit.
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Pria
b. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non coroner ( penyakit arteri perifer /
karotis)
c. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard, bedah pintas
coroner, atau IKP
d. Mempunyai factor resiko : umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus,
riwayat PJK dini dalam keluarga, yang diklasifikasikan atas resiko tinggi, resiko sedang,
resiko rendah menurut NCEP

Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit Diabetes


Mellitus dan Gangguan Metabolik)
Oleh: dr. Tania Tedjo, Sp.PD,K-EMD, FINASIM

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
a. Keluhan klasik DM: polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia > 40 tahun, ada riwayat keluarga
DM, riwayat pernah menderita diabetes gestasional, riwayat berat badan rendah kurang dari
2500 gram, riwayat penyakit terdahulu. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah
kegemukan, kurang aktivitas fisik, hipertensi, riwayat dislipidemia, memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, diet tidak sehat dengan tinggi gula dan rendah serat.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (dr. Andi Sulistyo
Nugroho, Sp.KFR)
Oleh: dr. Andi Sulistyo Nugroho, Sp.KFR

Pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi medic adalah


a. Terapi wicara
b. Terapi okupasi
c. Ortosis – protesis
d. Psikologis
e. Social medis
f. Layanan kedokteran fisik dan rehabilitative
g. Batasan dan ruang lingkup kedokteran fisik dan rehabilitative adalah
h. Hendaya
i. Disabilitas
j. Kecacatan

Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit kanker dan
kelainan darah)
Oleh: dr. Vitri Widyaningsih, MS.PhD

Kanker leher Rahim dan kanker payudara menjadi peringkat utama terbanyak dari
seluruh kanker. Faktor resiko kanker adalah lingkungan , perilaku yang tidak sehat, genetic.
Ca cervix penyebabnya karena virus HPV tipe 16 dan 18. Perjalanan alamiah penyakitnya
lama, yaitu 3 – 17 tahun, tapi dapat dideteksi dengan iva. Kelebihan iva adalah hasilnya
langsung, sensitivitas dan spesifitasnya tinggi, bisa dilakukan kapan saja. Sasaran usia 30 – 50
tahun dengan riwayat hubungan sexual. Pencegahan ca cervix adalah Primer (imunisasi HPV),
sekunder (deteksi dini), tersier (pengobatan, rehabilitasi).

Hari Rabu, tgl 22 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”
“(ASMA DAN PPOK)”
Oleh: dr. Prima Kartika Sari, Sp. P

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan gejala
episodic berulang berupa mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk, yang bersifat reversible
(dapat membaik) dengan atau tanpa pengobatan. Tujuan penatalaksanaan asma yaitu untuk
mencapai asma terkontrol sehingga pasien dapat beraktifitas normal serta untuk menurunkan
resiko eksaserbasi.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah keterbatasan aliran udara dalam saluran
nafas yang persisten dan progresif yang berhubungan dengan meningkatnya respon inflamasi
kronik pada saluran nafas dan parenkim paru karena paparan partikel/gas berbahaya.
Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan alat Spirometri yaitu alat untuk menilai
fungsi paru melalui pengukuran volume paru saat inspirasi dan ekspirasi maksimal dalam
fungsi waktu. Tujuannya untuk menunjang diagnosa, melihat laju perjalanan penyakit dan
untuk menentukan diagnosa.
“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”
“(GANGGUAN INDERA)”
Oleh: dr. Aprilia Tri Noorharsanti

Gangguan Penglihatan antara lain Kelainan Refraksi (Miopi, Hipermetropi,


Astigmatisme, Presbiopi), Katarak (kekeruhan lensa mata), Glaukoma (Tekanan Intra Okuler
yang tinggi menyebabkan lapang pandang menyempit) dan Retinopati Diabetikum (syaraf
mata yang mati karena gula darah tinggi yang tidak terkontrol dan menderita lebih dari 10
tahun), Kebutaan pada anak, dan Low Vision. Pemeriksaan visus mata menggunakan bisa
menggunakan Snellen chart, hitung jari, lambaian tangan dan cahaya.
Gangguan Pendengaran dan Ketulian antara lain Tuli Kongenital (sebelum atau saat
persalinan), Sumbatan Serumen (bisa dengan irigasi/spooling), OMSK (gendang telinga yang
berlubang jadi jangan sampai kena air sedikitpun), Presbikusis (faktor usia lanjut). Screening
tajam pendengaran bisa di tempat tertutup jarak 6meter dan pemeriksa sebutkan kata untuk
ditirukan oleh yang diperiksa, atau bisa dengan cara bisik, yaitu pemeriksa membisikan
pertanyaan dan dijawab oleh yang diperiksa.

“UPAYA PROMOTIF, PREVENTIF, DAN DETEKSI DINI FAKTOR”


Oleh: Arwinda Nugraheni, SKM, M. Kes Epid

Upaya promotif terdiri dari Advokasi dengan cara sosialisasi, Diseminasi informasi
(medsos, media cetak dan elektronik) dengan cara seminar / workshop, dan pemberdayaan
masyarakat. Upaya promotif yang harus dilakukan “CERDIK”, yaitu Cek Kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktifitas/olahraga, Diit yang sehat / seimbang,
Istirahat yang cukup, Kelola stress, Berhenti minum alkohol, Cegah gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran, Patuh terhadap pengobatan.
ISI PIRINGKU menurut pedoman gizi seimbang yaitu : 1/3 Buah, 1/3 Lauk, 1/3
Karbohidrat, 1/3 Sayuran untuk BMI normal, sedangkan untuk obesitas yaitu : ¼ Buah, ¼
Karbohidrat, ¼ Sayuran, ¼ Protein. Batas aman konsumsi “GGL = G4 G1 L5” yaitu Gula (4
sendok makan / 50g), Garam (1 sendok / 5g / 2000mg), Lemak (5 sendok makan minyak /
67g).
Upaya preventif terdiri dari upaya primer (promosi dan edukasi), upaya sekunder
(deteksi dini), dan upaya primordial (mencegah terjadinya faktor resiko
penyakit/mempertahankan keadaan sehat pada masyarakat). Faktor resiko dan tingkatan
pencegahan PTM yaitu faktor resiko perilaku (Pencegahan Primordial) antara lain merokok,
gaya hidup, aktivitas fisik dan diit tidak sehat, faktor resiko fisiologi (Pencegahan Primer)
antara lain obesitas, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, PTM (Pencegahan Sekunder)
antara lain PJPD, Kanker, PPOK/Asma, Gangguan Indera, DM, dll.

“PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN FAKTOR RESIKO PTM”


Oleh: Supriatin, S.Tr.KL
Tujuan Pembangunan Kesehatan di PTM antara lain perilaku sehat, menjangkau
pelayanan terpadu, lingkungan sehat, dan derajat kesehatan optimal. Prinsip penyelenggaraan
Puskesmas yaitu paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,
ketersediaan akses layanan, teknologi tepat guna, keterpaduan dan kesinambungan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) PTM antara lain Pelayanan Kesehatan usia produktif
(usia 15 – 59 tahun), usia lanjut (usia 60 tahun keatas), pasien Hipertensi, pasien Diabetes dan
pasien dengan ODGJ berat. Cara pemeriksaan faktor resiko PTM yaitu dengan menggunakan
“CARTA PREDIKSI RESIKO” yang tujuannya adalah untuk penilaian resiko pada 10 tahun
mendatang.

Hari Kamis, tgl 23 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


Penanggulangan Terpadu PTM di FKTP
Oleh: Elly Tri Wahyu Utami, SKM dan Endang Winarni, S.Kep, Ners

Ruang lingkup : promkes, deteksi dini factor resiko PTM, meningkatkan peran serta
masyarakat, penemuan kasus PTM, penanganan kasus PTM, pencatatan dan pelaporan,
surveilan terpadu, pemantauan dan penilaian kegiatan
Surveilan Terpadu PTM
Oleh: Arum Setiorini, AMK

Data dilaporkan Informasi

Intervensi/tindakan Pengambilan Keputusan

Surveilan merupakan kegiatan UKM dalam rangka pencegahan dan pengendalian PTM
harus dicatat dan dilaporkan oleh petugas penanggung jawab sesuai dengan system pelaporan
yang terintegrasi dalam system informasi kesehatan baik manual maupun teknologi informasi,
dan menjadi sumber data utama dalam penyelenggaraan surveilans PTM. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengumpulkan data hasil survey yang sudah ada (riskesdas, SDKI,
Posbindu PTM, dan survey rutin yang lain). Data tersebut merupukan data agregat / kelompok.

Penugasan surveilan terpadu PTM


Oleh: dr. Anita Virgiyanti, Sp.KJ

Kondisi prioritas untuk penapisan :


a. Depresi
Merasa murung, hilang minat, perasaan mudah lelah, gangguan asam lambung,sakit
kepala, gangguan tidur.
b. Menyakiti diri sendiri
Pikiran, rencana, tindakan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri yang dimiliki saat ini /
riwayat sebelumnya.
c. Ansietas
Merasa kuatir atau takut berlebihan, merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang,
keringat dingin, berdebar – debar, gemetar, pusing, mual
d. Psikosis
Mengalami ketakutan / mempunyai pikiran yang tidak masuk akal, melihat bayangan
atau suara tidak jelas sumbernya, gejala manik

Hari Jum’at, tgl 24 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


PKL Upaya Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Terpadu PTM di FKTP

A. Kesimpulan
Dari keempat pasien yang dilakukan pandu PTM, didapatkan dua pasien dengan
nilai carta 1%, (<10%), satu pasien dengan nilai carta 11 (<20%), dan satu pasien
dengan nilai prediksi carta 30% (>20%). Pasien dengan prediksi carta 30 diketahui telah
memiliki PTM dan menjalani program rujuk balik dari rumah sakit.
1. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 1% sesuai algoritma pandu dilakukan
penanganan sebagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM 12 bulan kemudian
2. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 11%, sesuai algoritma pandu dilakukan
saran seagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM tiap 3 bulan hingga target
tercapai, selanjutnya tiap 6 – 9 bulan
3. Pada pasien dengan prediksi carta 30% dilakukan tatalaksana sesuai algoritme
sebagai berikut:
a. Konsultasi diit, aktivitas fisik, berhenti merokok
b. Tekanan darah menetap lebih dari atau sama dengan 130/90mmHg diberikan
obat antihipertensi
c. Berikan statin
d. Cek teratur tiap 3 bulan.
B. Saran
1. Meningkatkan kapasitas SDM dengan sosialisasi agar pandu PTM dapat
dilaksanakan oleh semua tenaga Kesehatan di wilayah puskesmas setempat
2. Meningkatkan sarana dan prasarana agar pandu PTM dapat terlaksana dengan
optimal.

Hari Sabtu, tgl 25 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 11.45 wib.


“RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)”
PELATIHAN PELAYANAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Rencana Tindak Lanjut:


1. Melaporkan hasil pelatihan kepada Kepala Puskesmas
2. Pengadaan alat alat untuk pemeriksaan PANDU PTM
3. Sosialisasi kepada karyawan puskesmas
4. Membentuk Tim PANDU PTM dan disahkan dengan SK
5. Membuat SOP, ALUR dan KAK PANDU PTM
6. Melakukan PANDU PTM secara bertahap
7. Pencatatan dan Pelaporan Kasus PTM
8. Melakukan evaluasi setelah pelaksaan PANDU PTM

Somagede, 20 Juni 2021


Pelaksana perjalanan dinas

dr. Kusnendar Irmandono ……..……………..


NIP. 19910403 202203 1 011

Ach. Farizal, S.Kep.Ns ……..……………..


NIP. 19911201 201902 1 004
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SOMAGEDE
Jl. Raya Somagede, Kode Pos 53193
Telp. (0281) 6445903 Email : psomagede@yahoo.com

LAPORAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS


Kepada Yth.
Kepala Puskesmas Somagede
Di Somagede
Bersama ini dengan hormat kami sampaikan laporan pelaksanaan perjalanan dinas sebagai berikut :
A. Dasar Pelaksanaan
Surat tugas No.
B. Tujuan kunjungan/tempat :
C. Waktu Pelaksanaan :
D. Hasil Pelaksanaan :

Hari Minggu, tgl 19 Juni 2022 : Pukul : 19.00 – 21.45 wib.


“BUILDING LEARNING COMMITMENT”
Oleh: Erna Dwi Rahayu, SKM., M.Kes

BLC (Building Learning Commitment) adalah bahan ajar yang menguraikan cara-cara
mempersiapkan pserta latih untuk mengikuti proses belajar efektif, sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran BLC dimulai dengan pencairan kelas (unfreezing),
kemudian disusul dengan menggiring peserta saling mengenal dirinya, dan mengenal teman-
temannya, menyadari dan mengingat kembali hakekat nilai yang baik, untuk kemudian
menyepakati norma kelas serta memilih pengurus kelas, sehingga tercipta komitmen kelas
dalam mewujudkan proses belajar yang efektif.

Hari Senin, tgl 20 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


“KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM”
Oleh: Arfian Nevi, SKM, DEA

Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian PTM terintegrasi dan sinergis dengan


kebijakan Kemenkes, meliputi upaya promotive dan preventif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative, partisipasif dan pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan
jejaring kerja, penguatan peran pemerintah daerah, pendekatan berjenjang dan pendekatan
siklus kehidupan, serta dukungan ketersediaan infrastruktur kesehatan yang memadai dengan
kendali mutu.

“RUANG LINGKUP PELAYANAN PTM DI FKTP”


Oleh: Arfian Nevi, SKM, DEA

PANDU PTM di FKTP adalah upaya pencegahan, pengendalian dan tatalaksana


terintegrasi HT dan DM serta PTM lainnya yang dilaksanakan secara komprehensif dan
terintegrasi dengan pendekatan factor resiko menggunakan CARTA prediksi faktor resiko
WHO SEAR B melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP). Sasaran Pelayanan Terpadu PTM di FKTP meliputi individu dan/atau
kelompok masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas yang datang ke FKTP.
Ruang Lingkup PANDU PTM: Promosi Kesehatan (CERDIK), Deteksi Dini Faktor
Resiko PTM, Peningkatan peran serta masyarakat dengan membentuk dan mengembangkan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), Penemuan kasus PTM,
Penanganan kasus PTM, Pencatatan dan Pelaporan (kasus dan kematian) PTM, Surveilans
terpadu PTM.

“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”


“(PPOK DAN ASMA)”
Oleh: dr. Eko Hariawan

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke
orang, yang perkembangannya dalam jangka waktu yang panjang (kronik). Faktor Resiko
PTM yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan konsumsi alkohol jika
tidak dicegah dapat memicu timbulnya factor antara yaitu Hipertensi, Dislipidemia, kadar gula
darah tinggi dan kegemukan/obesitas. Jika faktor resiko dapat diketahui lebih dini, maka
intervensi yang tepat dapat dilakukan sehingga PTM dapat dicegah atau paling tidak
mengurangi komplikasi penyakit.
Dalam menentukan diagnosa dan selanjutnya untuk penanggulangan PTM adalah
berdasarkan faktor resiko utama ditambah dengan keterangan mengenai keluhan dan gejala
yang ada, sebagai pengendalian terpadu faktor resiko PTM. Pengendalian penderita PTM lebih
berfokus pada faktor resiko penyakit antara, namun fase akhir penyakit tetap menjadi
perhatian. Penanggulangan penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efisien, yang
didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/prasarana, sistem rujukan, jaminan pembiayaan
dan regulasi memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan faktor resiko terhadap
tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan kesehatan primer, sekunder maupun tersier.
Pengobatan yang tepat, cepat efektif dan rasional dilakukan untuk PTM beserta faktor
resikonya, yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus dan penyakit
metabolik, kanker, penyakit degeneratif lainnya, dan gangguan indera dan fungsional.
Penanggulangn PTM di puskesmas dilaksanakan secara terpadu (terintegrasi) mulai saat
ditemukan faktor resiko sampai pada penatalaksanaannya.

“ANTI KORUPSI”
Oleh: Prasojo, SKM, M. Kes

Korupsi adalah perbuatan yang busuk, jahat dan merusak, menyangkut sesuatu yang
bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatan.
Nilai-nilai dari Anti Korupsi terdiri dari “JUPE MANDI TANGKER SEBEDIL”, yaitu
kepanjangan dari Kejujuran, Kepedulian, Kemandirian, Kedisiplinan, Tanggung jawab, Kerja
Keras, Sederhana, Keberanian dan Keadilan. Prinsip Anti Korupsi meliputi Akuntabilitas,
Transparansi, Kewajaran, Kebijakan, dan Kontrol Kebijakan.

Hari Selasa, tgl 21 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah)
Oleh: dr. Andreas Arie Setiawan, Sp.PD, K-KV

Sumbatan pada pembuluh darah bias terjadi dimana saja. Jika sumbatan berada di otak
disebut stroke, jika di kaki disebut PAD, jika di ginjal disebut gagal ginjal, jika di jantung
disebut penyakit jantung coroner. Atherosclerosis bersifat silent, sehingga penting untuk di
cek secara rutin. Pada STEMI itu lumen tertutupi seluruhnya oleh atherosclerosis, NSTEMI
lumen belum tertutupi semuanya.
Gagal Jantung adalah jantung tidak bias memasok aliran darah untuk memenuhi
kebutuhannya. Gejala klinis nya adalah paroxysmal nocturnal dyspnoea, batuk. Gejala
serangan jantung meliputi nyeri dada, nyeri rahang, nyeri ulu hati, sesak, seperti ditindih, atau
lengannya sakit.
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien dengan
karakteristik sebagai berikut :
e. Pria
f. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non coroner ( penyakit arteri perifer /
karotis)
g. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard, bedah pintas
coroner, atau IKP
h. Mempunyai factor resiko : umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus,
riwayat PJK dini dalam keluarga, yang diklasifikasikan atas resiko tinggi, resiko sedang,
resiko rendah menurut NCEP

Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit Diabetes


Mellitus dan Gangguan Metabolik)
Oleh: dr. Tania Tedjo, Sp.PD,K-EMD, FINASIM

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
c. Keluhan klasik DM: polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
d. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia > 40 tahun, ada riwayat keluarga
DM, riwayat pernah menderita diabetes gestasional, riwayat berat badan rendah kurang dari
2500 gram, riwayat penyakit terdahulu. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah
kegemukan, kurang aktivitas fisik, hipertensi, riwayat dislipidemia, memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, diet tidak sehat dengan tinggi gula dan rendah serat.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (dr. Andi Sulistyo
Nugroho, Sp.KFR)
Oleh: dr. Andi Sulistyo Nugroho, Sp.KFR

Pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi medic adalah


k. Terapi wicara
l. Terapi okupasi
m. Ortosis – protesis
n. Psikologis
o. Social medis
p. Layanan kedokteran fisik dan rehabilitative
q. Batasan dan ruang lingkup kedokteran fisik dan rehabilitative adalah
r. Hendaya
s. Disabilitas
t. Kecacatan

Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit kanker dan
kelainan darah)
Oleh: dr. Vitri Widyaningsih, MS.PhD

Kanker leher Rahim dan kanker payudara menjadi peringkat utama terbanyak dari
seluruh kanker. Faktor resiko kanker adalah lingkungan , perilaku yang tidak sehat, genetic.
Ca cervix penyebabnya karena virus HPV tipe 16 dan 18. Perjalanan alamiah penyakitnya
lama, yaitu 3 – 17 tahun, tapi dapat dideteksi dengan iva. Kelebihan iva adalah hasilnya
langsung, sensitivitas dan spesifitasnya tinggi, bisa dilakukan kapan saja. Sasaran usia 30 – 50
tahun dengan riwayat hubungan sexual. Pencegahan ca cervix adalah Primer (imunisasi HPV),
sekunder (deteksi dini), tersier (pengobatan, rehabilitasi).

Hari Rabu, tgl 22 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”
“(ASMA DAN PPOK)”
Oleh: dr. Prima Kartika Sari, Sp. P

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan gejala
episodic berulang berupa mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk, yang bersifat reversible
(dapat membaik) dengan atau tanpa pengobatan. Tujuan penatalaksanaan asma yaitu untuk
mencapai asma terkontrol sehingga pasien dapat beraktifitas normal serta untuk menurunkan
resiko eksaserbasi.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah keterbatasan aliran udara dalam saluran
nafas yang persisten dan progresif yang berhubungan dengan meningkatnya respon inflamasi
kronik pada saluran nafas dan parenkim paru karena paparan partikel/gas berbahaya.
Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan alat Spirometri yaitu alat untuk menilai
fungsi paru melalui pengukuran volume paru saat inspirasi dan ekspirasi maksimal dalam
fungsi waktu. Tujuannya untuk menunjang diagnosa, melihat laju perjalanan penyakit dan
untuk menentukan diagnosa.
“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”
“(GANGGUAN INDERA)”
Oleh: dr. Aprilia Tri Noorharsanti

Gangguan Penglihatan antara lain Kelainan Refraksi (Miopi, Hipermetropi,


Astigmatisme, Presbiopi), Katarak (kekeruhan lensa mata), Glaukoma (Tekanan Intra Okuler
yang tinggi menyebabkan lapang pandang menyempit) dan Retinopati Diabetikum (syaraf
mata yang mati karena gula darah tinggi yang tidak terkontrol dan menderita lebih dari 10
tahun), Kebutaan pada anak, dan Low Vision. Pemeriksaan visus mata menggunakan bisa
menggunakan Snellen chart, hitung jari, lambaian tangan dan cahaya.
Gangguan Pendengaran dan Ketulian antara lain Tuli Kongenital (sebelum atau saat
persalinan), Sumbatan Serumen (bisa dengan irigasi/spooling), OMSK (gendang telinga yang
berlubang jadi jangan sampai kena air sedikitpun), Presbikusis (faktor usia lanjut). Screening
tajam pendengaran bisa di tempat tertutup jarak 6meter dan pemeriksa sebutkan kata untuk
ditirukan oleh yang diperiksa, atau bisa dengan cara bisik, yaitu pemeriksa membisikan
pertanyaan dan dijawab oleh yang diperiksa.

“UPAYA PROMOTIF, PREVENTIF, DAN DETEKSI DINI FAKTOR”


Oleh: Arwinda Nugraheni, SKM, M. Kes Epid

Upaya promotif terdiri dari Advokasi dengan cara sosialisasi, Diseminasi informasi
(medsos, media cetak dan elektronik) dengan cara seminar / workshop, dan pemberdayaan
masyarakat. Upaya promotif yang harus dilakukan “CERDIK”, yaitu Cek Kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktifitas/olahraga, Diit yang sehat / seimbang,
Istirahat yang cukup, Kelola stress, Berhenti minum alkohol, Cegah gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran, Patuh terhadap pengobatan.
ISI PIRINGKU menurut pedoman gizi seimbang yaitu : 1/3 Buah, 1/3 Lauk, 1/3
Karbohidrat, 1/3 Sayuran untuk BMI normal, sedangkan untuk obesitas yaitu : ¼ Buah, ¼
Karbohidrat, ¼ Sayuran, ¼ Protein. Batas aman konsumsi “GGL = G4 G1 L5” yaitu Gula (4
sendok makan / 50g), Garam (1 sendok / 5g / 2000mg), Lemak (5 sendok makan minyak /
67g).
Upaya preventif terdiri dari upaya primer (promosi dan edukasi), upaya sekunder
(deteksi dini), dan upaya primordial (mencegah terjadinya faktor resiko
penyakit/mempertahankan keadaan sehat pada masyarakat). Faktor resiko dan tingkatan
pencegahan PTM yaitu faktor resiko perilaku (Pencegahan Primordial) antara lain merokok,
gaya hidup, aktivitas fisik dan diit tidak sehat, faktor resiko fisiologi (Pencegahan Primer)
antara lain obesitas, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, PTM (Pencegahan Sekunder)
antara lain PJPD, Kanker, PPOK/Asma, Gangguan Indera, DM, dll.

“PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN FAKTOR RESIKO PTM”


Oleh: Supriatin, S.Tr.KL

Tujuan Pembangunan Kesehatan di PTM antara lain perilaku sehat, menjangkau


pelayanan terpadu, lingkungan sehat, dan derajat kesehatan optimal. Prinsip penyelenggaraan
Puskesmas yaitu paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,
ketersediaan akses layanan, teknologi tepat guna, keterpaduan dan kesinambungan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) PTM antara lain Pelayanan Kesehatan usia produktif
(usia 15 – 59 tahun), usia lanjut (usia 60 tahun keatas), pasien Hipertensi, pasien Diabetes dan
pasien dengan ODGJ berat. Cara pemeriksaan faktor resiko PTM yaitu dengan menggunakan
“CARTA PREDIKSI RESIKO” yang tujuannya adalah untuk penilaian resiko pada 10 tahun
mendatang.

Hari Kamis, tgl 23 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


Penanggulangan Terpadu PTM di FKTP
Oleh: Elly Tri Wahyu Utami, SKM dan Endang Winarni, S.Kep, Ners
Ruang lingkup : promkes, deteksi dini factor resiko PTM, meningkatkan peran serta
masyarakat, penemuan kasus PTM, penanganan kasus PTM, pencatatan dan pelaporan,
surveilan terpadu, pemantauan dan penilaian kegiatan

Surveilan Terpadu PTM


Oleh: Arum Setiorini, AMK

Data dilaporkan Informasi

Intervensi/tindakan Pengambilan Keputusan


Surveilan merupakan kegiatan UKM dalam rangka pencegahan dan pengendalian PTM
harus dicatat dan dilaporkan oleh petugas penanggung jawab sesuai dengan system pelaporan
yang terintegrasi dalam system informasi kesehatan baik manual maupun teknologi informasi,
dan menjadi sumber data utama dalam penyelenggaraan surveilans PTM. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengumpulkan data hasil survey yang sudah ada (riskesdas, SDKI,
Posbindu PTM, dan survey rutin yang lain). Data tersebut merupukan data agregat / kelompok.

Penugasan surveilan terpadu PTM


Oleh: dr. Anita Virgiyanti, Sp.KJ

Kondisi prioritas untuk penapisan :


e. Depresi
Merasa murung, hilang minat, perasaan mudah lelah, gangguan asam lambung,sakit
kepala, gangguan tidur.
f. Menyakiti diri sendiri
Pikiran, rencana, tindakan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri yang dimiliki saat ini /
riwayat sebelumnya.
g. Ansietas
Merasa kuatir atau takut berlebihan, merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang,
keringat dingin, berdebar – debar, gemetar, pusing, mual
h. Psikosis
Mengalami ketakutan / mempunyai pikiran yang tidak masuk akal, melihat bayangan
atau suara tidak jelas sumbernya, gejala manik

Hari Jum’at, tgl 24 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.


PKL Upaya Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Terpadu PTM di FKTP

A. Kesimpulan
Dari keempat pasien yang dilakukan pandu PTM, didapatkan dua pasien dengan
nilai carta 1%, (<10%), satu pasien dengan nilai carta 11 (<20%), dan satu pasien
dengan nilai prediksi carta 30% (>20%). Pasien dengan prediksi carta 30 diketahui telah
memiliki PTM dan menjalani program rujuk balik dari rumah sakit.
1. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 1% sesuai algoritma pandu dilakukan
penanganan sebagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM 12 bulan kemudian
2. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 11%, sesuai algoritma pandu dilakukan
saran seagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM tiap 3 bulan hingga target
tercapai, selanjutnya tiap 6 – 9 bulan
3. Pada pasien dengan prediksi carta 30% dilakukan tatalaksana sesuai algoritme
sebagai berikut:
a. Konsultasi diit, aktivitas fisik, berhenti merokok
b. Tekanan darah menetap lebih dari atau sama dengan 130/90mmHg diberikan
obat antihipertensi
c. Berikan statin
d. Cek teratur tiap 3 bulan.
B. Saran
4. Meningkatkan kapasitas SDM dengan sosialisasi agar pandu PTM dapat
dilaksanakan oleh semua tenaga Kesehatan di wilayah puskesmas setempat
5. Meningkatkan sarana dan prasarana agar pandu PTM dapat terlaksana dengan
optimal.

Hari Sabtu, tgl 25 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 11.45 wib.


“RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)”
PELATIHAN PELAYANAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Rencana Tindak Lanjut:


1. Melaporkan hasil pelatihan kepada Kepala Puskesmas
2. Pengadaan alat alat untuk pemeriksaan PANDU PTM
3. Sosialisasi kepada karyawan puskesmas
4. Membentuk Tim PANDU PTM dan disahkan dengan SK
5. Membuat SOP, ALUR dan KAK PANDU PTM
6. Melakukan PANDU PTM secara bertahap
7. Pencatatan dan Pelaporan Kasus PTM
8. Melakukan evaluasi setelah pelaksaan PANDU PTM

Somagede, 20 Juni 2021


Pelaksana perjalanan dinas

dr. Kusnendar Irmandono ……..……………..


NIP. 19910403 202203 1 011

Ach. Farizal, S.Kep.Ns ……..……………..


NIP. 19911201 201902 1 004

Anda mungkin juga menyukai