DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SOMAGEDE
Jl. Raya Somagede, Kode Pos 53193
Telp. (0281) 6445903 Email : psomagede@yahoo.com
RISALAH
A. Dasar Pelaksanaan
Surat tugas No.
B. Tujuan kunjungan/tempat :
C. Waktu Pelaksanaan :
D. Hasil Pelaksanaan :
BLC (Building Learning Commitment) adalah bahan ajar yang menguraikan cara-cara
mempersiapkan pserta latih untuk mengikuti proses belajar efektif, sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran BLC dimulai dengan pencairan kelas (unfreezing),
kemudian disusul dengan menggiring peserta saling mengenal dirinya, dan mengenal teman-
temannya, menyadari dan mengingat kembali hakekat nilai yang baik, untuk kemudian
menyepakati norma kelas serta memilih pengurus kelas, sehingga tercipta komitmen kelas
dalam mewujudkan proses belajar yang efektif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke
orang, yang perkembangannya dalam jangka waktu yang panjang (kronik). Faktor Resiko
PTM yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan konsumsi alkohol jika
tidak dicegah dapat memicu timbulnya factor antara yaitu Hipertensi, Dislipidemia, kadar gula
darah tinggi dan kegemukan/obesitas. Jika faktor resiko dapat diketahui lebih dini, maka
intervensi yang tepat dapat dilakukan sehingga PTM dapat dicegah atau paling tidak
mengurangi komplikasi penyakit.
Dalam menentukan diagnosa dan selanjutnya untuk penanggulangan PTM adalah
berdasarkan faktor resiko utama ditambah dengan keterangan mengenai keluhan dan gejala
yang ada, sebagai pengendalian terpadu faktor resiko PTM. Pengendalian penderita PTM lebih
berfokus pada faktor resiko penyakit antara, namun fase akhir penyakit tetap menjadi
perhatian. Penanggulangan penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efisien, yang
didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/prasarana, sistem rujukan, jaminan pembiayaan
dan regulasi memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan faktor resiko terhadap
tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan kesehatan primer, sekunder maupun tersier.
Pengobatan yang tepat, cepat efektif dan rasional dilakukan untuk PTM beserta faktor
resikonya, yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus dan penyakit
metabolik, kanker, penyakit degeneratif lainnya, dan gangguan indera dan fungsional.
Penanggulangn PTM di puskesmas dilaksanakan secara terpadu (terintegrasi) mulai saat
ditemukan faktor resiko sampai pada penatalaksanaannya.
“ANTI KORUPSI”
Oleh: Prasojo, SKM, M. Kes
Korupsi adalah perbuatan yang busuk, jahat dan merusak, menyangkut sesuatu yang
bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatan.
Nilai-nilai dari Anti Korupsi terdiri dari “JUPE MANDI TANGKER SEBEDIL”, yaitu
kepanjangan dari Kejujuran, Kepedulian, Kemandirian, Kedisiplinan, Tanggung jawab, Kerja
Keras, Sederhana, Keberanian dan Keadilan. Prinsip Anti Korupsi meliputi Akuntabilitas,
Transparansi, Kewajaran, Kebijakan, dan Kontrol Kebijakan.
Hari Selasa, tgl 21 Juni 2022 : Pukul : 07.30 – 17.45 wib.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah)
Oleh: dr. Andreas Arie Setiawan, Sp.PD, K-KV
Sumbatan pada pembuluh darah bias terjadi dimana saja. Jika sumbatan berada di otak
disebut stroke, jika di kaki disebut PAD, jika di ginjal disebut gagal ginjal, jika di jantung
disebut penyakit jantung coroner. Atherosclerosis bersifat silent, sehingga penting untuk di
cek secara rutin. Pada STEMI itu lumen tertutupi seluruhnya oleh atherosclerosis, NSTEMI
lumen belum tertutupi semuanya.
Gagal Jantung adalah jantung tidak bias memasok aliran darah untuk memenuhi
kebutuhannya. Gejala klinis nya adalah paroxysmal nocturnal dyspnoea, batuk. Gejala
serangan jantung meliputi nyeri dada, nyeri rahang, nyeri ulu hati, sesak, seperti ditindih, atau
lengannya sakit.
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Pria
b. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non coroner ( penyakit arteri perifer /
karotis)
c. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard, bedah pintas
coroner, atau IKP
d. Mempunyai factor resiko : umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus,
riwayat PJK dini dalam keluarga, yang diklasifikasikan atas resiko tinggi, resiko sedang,
resiko rendah menurut NCEP
Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit kanker dan
kelainan darah)
Oleh: dr. Vitri Widyaningsih, MS.PhD
Kanker leher Rahim dan kanker payudara menjadi peringkat utama terbanyak dari
seluruh kanker. Faktor resiko kanker adalah lingkungan , perilaku yang tidak sehat, genetic.
Ca cervix penyebabnya karena virus HPV tipe 16 dan 18. Perjalanan alamiah penyakitnya
lama, yaitu 3 – 17 tahun, tapi dapat dideteksi dengan iva. Kelebihan iva adalah hasilnya
langsung, sensitivitas dan spesifitasnya tinggi, bisa dilakukan kapan saja. Sasaran usia 30 – 50
tahun dengan riwayat hubungan sexual. Pencegahan ca cervix adalah Primer (imunisasi HPV),
sekunder (deteksi dini), tersier (pengobatan, rehabilitasi).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan gejala
episodic berulang berupa mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk, yang bersifat reversible
(dapat membaik) dengan atau tanpa pengobatan. Tujuan penatalaksanaan asma yaitu untuk
mencapai asma terkontrol sehingga pasien dapat beraktifitas normal serta untuk menurunkan
resiko eksaserbasi.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah keterbatasan aliran udara dalam saluran
nafas yang persisten dan progresif yang berhubungan dengan meningkatnya respon inflamasi
kronik pada saluran nafas dan parenkim paru karena paparan partikel/gas berbahaya.
Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan alat Spirometri yaitu alat untuk menilai
fungsi paru melalui pengukuran volume paru saat inspirasi dan ekspirasi maksimal dalam
fungsi waktu. Tujuannya untuk menunjang diagnosa, melihat laju perjalanan penyakit dan
untuk menentukan diagnosa.
“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”
“(GANGGUAN INDERA)”
Oleh: dr. Aprilia Tri Noorharsanti
Upaya promotif terdiri dari Advokasi dengan cara sosialisasi, Diseminasi informasi
(medsos, media cetak dan elektronik) dengan cara seminar / workshop, dan pemberdayaan
masyarakat. Upaya promotif yang harus dilakukan “CERDIK”, yaitu Cek Kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktifitas/olahraga, Diit yang sehat / seimbang,
Istirahat yang cukup, Kelola stress, Berhenti minum alkohol, Cegah gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran, Patuh terhadap pengobatan.
ISI PIRINGKU menurut pedoman gizi seimbang yaitu : 1/3 Buah, 1/3 Lauk, 1/3
Karbohidrat, 1/3 Sayuran untuk BMI normal, sedangkan untuk obesitas yaitu : ¼ Buah, ¼
Karbohidrat, ¼ Sayuran, ¼ Protein. Batas aman konsumsi “GGL = G4 G1 L5” yaitu Gula (4
sendok makan / 50g), Garam (1 sendok / 5g / 2000mg), Lemak (5 sendok makan minyak /
67g).
Upaya preventif terdiri dari upaya primer (promosi dan edukasi), upaya sekunder
(deteksi dini), dan upaya primordial (mencegah terjadinya faktor resiko
penyakit/mempertahankan keadaan sehat pada masyarakat). Faktor resiko dan tingkatan
pencegahan PTM yaitu faktor resiko perilaku (Pencegahan Primordial) antara lain merokok,
gaya hidup, aktivitas fisik dan diit tidak sehat, faktor resiko fisiologi (Pencegahan Primer)
antara lain obesitas, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, PTM (Pencegahan Sekunder)
antara lain PJPD, Kanker, PPOK/Asma, Gangguan Indera, DM, dll.
Ruang lingkup : promkes, deteksi dini factor resiko PTM, meningkatkan peran serta
masyarakat, penemuan kasus PTM, penanganan kasus PTM, pencatatan dan pelaporan,
surveilan terpadu, pemantauan dan penilaian kegiatan
Surveilan Terpadu PTM
Oleh: Arum Setiorini, AMK
Surveilan merupakan kegiatan UKM dalam rangka pencegahan dan pengendalian PTM
harus dicatat dan dilaporkan oleh petugas penanggung jawab sesuai dengan system pelaporan
yang terintegrasi dalam system informasi kesehatan baik manual maupun teknologi informasi,
dan menjadi sumber data utama dalam penyelenggaraan surveilans PTM. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengumpulkan data hasil survey yang sudah ada (riskesdas, SDKI,
Posbindu PTM, dan survey rutin yang lain). Data tersebut merupukan data agregat / kelompok.
A. Kesimpulan
Dari keempat pasien yang dilakukan pandu PTM, didapatkan dua pasien dengan
nilai carta 1%, (<10%), satu pasien dengan nilai carta 11 (<20%), dan satu pasien
dengan nilai prediksi carta 30% (>20%). Pasien dengan prediksi carta 30 diketahui telah
memiliki PTM dan menjalani program rujuk balik dari rumah sakit.
1. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 1% sesuai algoritma pandu dilakukan
penanganan sebagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM 12 bulan kemudian
2. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 11%, sesuai algoritma pandu dilakukan
saran seagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM tiap 3 bulan hingga target
tercapai, selanjutnya tiap 6 – 9 bulan
3. Pada pasien dengan prediksi carta 30% dilakukan tatalaksana sesuai algoritme
sebagai berikut:
a. Konsultasi diit, aktivitas fisik, berhenti merokok
b. Tekanan darah menetap lebih dari atau sama dengan 130/90mmHg diberikan
obat antihipertensi
c. Berikan statin
d. Cek teratur tiap 3 bulan.
B. Saran
1. Meningkatkan kapasitas SDM dengan sosialisasi agar pandu PTM dapat
dilaksanakan oleh semua tenaga Kesehatan di wilayah puskesmas setempat
2. Meningkatkan sarana dan prasarana agar pandu PTM dapat terlaksana dengan
optimal.
BLC (Building Learning Commitment) adalah bahan ajar yang menguraikan cara-cara
mempersiapkan pserta latih untuk mengikuti proses belajar efektif, sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran BLC dimulai dengan pencairan kelas (unfreezing),
kemudian disusul dengan menggiring peserta saling mengenal dirinya, dan mengenal teman-
temannya, menyadari dan mengingat kembali hakekat nilai yang baik, untuk kemudian
menyepakati norma kelas serta memilih pengurus kelas, sehingga tercipta komitmen kelas
dalam mewujudkan proses belajar yang efektif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke
orang, yang perkembangannya dalam jangka waktu yang panjang (kronik). Faktor Resiko
PTM yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan konsumsi alkohol jika
tidak dicegah dapat memicu timbulnya factor antara yaitu Hipertensi, Dislipidemia, kadar gula
darah tinggi dan kegemukan/obesitas. Jika faktor resiko dapat diketahui lebih dini, maka
intervensi yang tepat dapat dilakukan sehingga PTM dapat dicegah atau paling tidak
mengurangi komplikasi penyakit.
Dalam menentukan diagnosa dan selanjutnya untuk penanggulangan PTM adalah
berdasarkan faktor resiko utama ditambah dengan keterangan mengenai keluhan dan gejala
yang ada, sebagai pengendalian terpadu faktor resiko PTM. Pengendalian penderita PTM lebih
berfokus pada faktor resiko penyakit antara, namun fase akhir penyakit tetap menjadi
perhatian. Penanggulangan penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efisien, yang
didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/prasarana, sistem rujukan, jaminan pembiayaan
dan regulasi memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan faktor resiko terhadap
tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan kesehatan primer, sekunder maupun tersier.
Pengobatan yang tepat, cepat efektif dan rasional dilakukan untuk PTM beserta faktor
resikonya, yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus dan penyakit
metabolik, kanker, penyakit degeneratif lainnya, dan gangguan indera dan fungsional.
Penanggulangn PTM di puskesmas dilaksanakan secara terpadu (terintegrasi) mulai saat
ditemukan faktor resiko sampai pada penatalaksanaannya.
“ANTI KORUPSI”
Oleh: Prasojo, SKM, M. Kes
Korupsi adalah perbuatan yang busuk, jahat dan merusak, menyangkut sesuatu yang
bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatan.
Nilai-nilai dari Anti Korupsi terdiri dari “JUPE MANDI TANGKER SEBEDIL”, yaitu
kepanjangan dari Kejujuran, Kepedulian, Kemandirian, Kedisiplinan, Tanggung jawab, Kerja
Keras, Sederhana, Keberanian dan Keadilan. Prinsip Anti Korupsi meliputi Akuntabilitas,
Transparansi, Kewajaran, Kebijakan, dan Kontrol Kebijakan.
Sumbatan pada pembuluh darah bias terjadi dimana saja. Jika sumbatan berada di otak
disebut stroke, jika di kaki disebut PAD, jika di ginjal disebut gagal ginjal, jika di jantung
disebut penyakit jantung coroner. Atherosclerosis bersifat silent, sehingga penting untuk di
cek secara rutin. Pada STEMI itu lumen tertutupi seluruhnya oleh atherosclerosis, NSTEMI
lumen belum tertutupi semuanya.
Gagal Jantung adalah jantung tidak bias memasok aliran darah untuk memenuhi
kebutuhannya. Gejala klinis nya adalah paroxysmal nocturnal dyspnoea, batuk. Gejala
serangan jantung meliputi nyeri dada, nyeri rahang, nyeri ulu hati, sesak, seperti ditindih, atau
lengannya sakit.
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien dengan
karakteristik sebagai berikut :
e. Pria
f. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non coroner ( penyakit arteri perifer /
karotis)
g. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard, bedah pintas
coroner, atau IKP
h. Mempunyai factor resiko : umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus,
riwayat PJK dini dalam keluarga, yang diklasifikasikan atas resiko tinggi, resiko sedang,
resiko rendah menurut NCEP
Upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM terpadu di FKTP (Penyakit kanker dan
kelainan darah)
Oleh: dr. Vitri Widyaningsih, MS.PhD
Kanker leher Rahim dan kanker payudara menjadi peringkat utama terbanyak dari
seluruh kanker. Faktor resiko kanker adalah lingkungan , perilaku yang tidak sehat, genetic.
Ca cervix penyebabnya karena virus HPV tipe 16 dan 18. Perjalanan alamiah penyakitnya
lama, yaitu 3 – 17 tahun, tapi dapat dideteksi dengan iva. Kelebihan iva adalah hasilnya
langsung, sensitivitas dan spesifitasnya tinggi, bisa dilakukan kapan saja. Sasaran usia 30 – 50
tahun dengan riwayat hubungan sexual. Pencegahan ca cervix adalah Primer (imunisasi HPV),
sekunder (deteksi dini), tersier (pengobatan, rehabilitasi).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan gejala
episodic berulang berupa mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk, yang bersifat reversible
(dapat membaik) dengan atau tanpa pengobatan. Tujuan penatalaksanaan asma yaitu untuk
mencapai asma terkontrol sehingga pasien dapat beraktifitas normal serta untuk menurunkan
resiko eksaserbasi.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah keterbatasan aliran udara dalam saluran
nafas yang persisten dan progresif yang berhubungan dengan meningkatnya respon inflamasi
kronik pada saluran nafas dan parenkim paru karena paparan partikel/gas berbahaya.
Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan alat Spirometri yaitu alat untuk menilai
fungsi paru melalui pengukuran volume paru saat inspirasi dan ekspirasi maksimal dalam
fungsi waktu. Tujuannya untuk menunjang diagnosa, melihat laju perjalanan penyakit dan
untuk menentukan diagnosa.
“UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERPADU DI FKTP”
“(GANGGUAN INDERA)”
Oleh: dr. Aprilia Tri Noorharsanti
Upaya promotif terdiri dari Advokasi dengan cara sosialisasi, Diseminasi informasi
(medsos, media cetak dan elektronik) dengan cara seminar / workshop, dan pemberdayaan
masyarakat. Upaya promotif yang harus dilakukan “CERDIK”, yaitu Cek Kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktifitas/olahraga, Diit yang sehat / seimbang,
Istirahat yang cukup, Kelola stress, Berhenti minum alkohol, Cegah gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran, Patuh terhadap pengobatan.
ISI PIRINGKU menurut pedoman gizi seimbang yaitu : 1/3 Buah, 1/3 Lauk, 1/3
Karbohidrat, 1/3 Sayuran untuk BMI normal, sedangkan untuk obesitas yaitu : ¼ Buah, ¼
Karbohidrat, ¼ Sayuran, ¼ Protein. Batas aman konsumsi “GGL = G4 G1 L5” yaitu Gula (4
sendok makan / 50g), Garam (1 sendok / 5g / 2000mg), Lemak (5 sendok makan minyak /
67g).
Upaya preventif terdiri dari upaya primer (promosi dan edukasi), upaya sekunder
(deteksi dini), dan upaya primordial (mencegah terjadinya faktor resiko
penyakit/mempertahankan keadaan sehat pada masyarakat). Faktor resiko dan tingkatan
pencegahan PTM yaitu faktor resiko perilaku (Pencegahan Primordial) antara lain merokok,
gaya hidup, aktivitas fisik dan diit tidak sehat, faktor resiko fisiologi (Pencegahan Primer)
antara lain obesitas, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, PTM (Pencegahan Sekunder)
antara lain PJPD, Kanker, PPOK/Asma, Gangguan Indera, DM, dll.
A. Kesimpulan
Dari keempat pasien yang dilakukan pandu PTM, didapatkan dua pasien dengan
nilai carta 1%, (<10%), satu pasien dengan nilai carta 11 (<20%), dan satu pasien
dengan nilai prediksi carta 30% (>20%). Pasien dengan prediksi carta 30 diketahui telah
memiliki PTM dan menjalani program rujuk balik dari rumah sakit.
1. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 1% sesuai algoritma pandu dilakukan
penanganan sebagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM 12 bulan kemudian
2. Pada pasien dengan hasil prediksi carta 11%, sesuai algoritma pandu dilakukan
saran seagai berikut:
a. Penjadwalan ulang untuk konsutasi diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok
bila pasien memiliki kebiasaan merokok.
b. Edukasi untuk kunjungan ulang pandu PTM tiap 3 bulan hingga target
tercapai, selanjutnya tiap 6 – 9 bulan
3. Pada pasien dengan prediksi carta 30% dilakukan tatalaksana sesuai algoritme
sebagai berikut:
a. Konsultasi diit, aktivitas fisik, berhenti merokok
b. Tekanan darah menetap lebih dari atau sama dengan 130/90mmHg diberikan
obat antihipertensi
c. Berikan statin
d. Cek teratur tiap 3 bulan.
B. Saran
4. Meningkatkan kapasitas SDM dengan sosialisasi agar pandu PTM dapat
dilaksanakan oleh semua tenaga Kesehatan di wilayah puskesmas setempat
5. Meningkatkan sarana dan prasarana agar pandu PTM dapat terlaksana dengan
optimal.