Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan
- Menilai dengan indeks keluarga sehat, dengan menggunakan
kuisioner IKS dilanjutkan dengan penghitungan poin.
- Pada keluarga ini didapatkan poin 0,75 yaitu Rumah Pra
Sehat disebabkan masih ada anggota keluarga yang tidak
Gambaran Pelaksanaan menggunakan kontrasepsi, masih merokok aktif, memiliki
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol.
- Melakukan sosialisasi terhadap indikator keluarga sehat dan
prilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya keluarga tersebut
untuk meningkatkan indeks keluarga menjadi keluarga sehat.
- Menyusun planning evaluasi untuk kunjungan berikutnya.
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan
- Menilai dengan indeks keluarga sehat, dengan menggunakan
kuisioner IKS dilanjutkan dengan penghitungan poin.
- Pada keluarga ini di kunjungan ke dua didapatkan poin 0,83
yaitu Rumah Sehat. Anggota keluarga yang tidak
menggunakan kontrasepsi masih ada, masih merokok aktif,
Gambaran Pelaksanaan
namun anggota keluarga yang memiliki riwayat hipertensi
sudah terkontrol.
- Melakukan sosialisasi terhadap indikator keluarga sehat dan
prilaku hidup bersih dan sehat guna pembertahankan Indeks
Keluarga Sehat (IKS), serta diharapkan terjadi peningkatan.
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan
- Menilai dengan indeks keluarga sehat, dengan menggunakan
kuisioner IKS dilanjutkan dengan penghitungan poin.
- Pada keluarga ini didapatkan poin 0,75 yaitu Rumah Pra
Sehat disebabkan masih ada anggota keluarga masih ada
anggota keluarga yang merokok, hipertensi tidak terkontrol
Gambaran Pelaksanaan
dan tidak melakukan pengobatan TB secara teratur.
- Melakukan sosialisasi terhadap indikator keluarga sehat dan
prilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya keluarga tersebut
untuk meningkatkan indeks keluarga menjadi keluarga sehat.
- Menyusun planning untuk evaluasi untuk kunjungan
berikutnya.
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan
- Menilai dengan indeks keluarga sehat, dengan menggunakan
kuisioner IKS dilanjutkan dengan penghitungan poin.
- Pada keluarga ini di kunjungan ke dua didapatkan poin 0,83
yaitu Rumah Sehat. Anggota keluarga masih ada, yang
merokok aktif dan hipertensi belum terkontrol. Namun
Gambaran Pelaksanaan
anggota keluarha yang terdiagnosis TB Ekstra paru sudah
dilakukan pengobatan rutin.
- Melakukan sosialisasi terhadap indikator keluarga sehat dan
prilaku hidup bersih dan sehat guna pembertahankan Indeks
Keluarga Sehat (IKS), serta diharapkan terjadi peningkatan.
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan
- Menilai dengan indeks keluarga sehat, dengan menggunakan
kuisioner IKS dilanjutkan dengan penghitungan poin.
- Pada keluarga ini didapatkan poin 0,66 yaitu Rumah Pra
Sehat disebabkan masih masih ada anggota keluarga yang
Gambaran Pelaksanaan belum mendaftarkan JKN, merokok, hipertensi tidak
terkontrol, dan ketersediaan air bersih yang tidak mencukupi.
- Melakukan sosialisasi terhadap indikator keluarga sehat dan
prilaku hidup bersih dan sehat sebagai upaya keluarga tersebut
untuk meningkatkan indeks keluarga menjadi keluarga sehat.
- Menyusun planning evaluasi untuk kunjungan berikutnya.
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan
- Menilai dengan indeks keluarga sehat, dengan menggunakan
kuisioner IKS dilanjutkan dengan penghitungan poin.
- Pada keluarga ini di kunjungan ke dua didapatkan poin 0,83
yaitu Rumah Sehat. Anggota keluarga masih ada yang
merokok dan ketersediaan air bersih yang masih belum
Gambaran Pelaksanaan tercukupi. Namun semua anggota keluarga sudah
mendaftarkan JKN serta anggota keluarga yang memiliki
riwayat hipertensi sudah terkontrol.
- Melakukan sosialisasi terhadap indikator keluarga sehat dan
prilaku hidup bersih dan sehat guna pembertahankan Indeks
Keluarga Sehat (IKS), serta diharapkan terjadi peningkatan.
Kemitraan
Tanggal Kegiatan 20-08-2022
Nama UKS/Sekolah UKS SMP Negri 1 Lut Tawar
Judul Laporan Kegiatan Membina UKS
Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas
program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
seta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di
sekolah dan perguruan agama.menurut UU RI no. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan Bab V bagian ketiga belas pasal 45 ayat 1 : Kesehatan sekolah
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam menciptakan lingkungan sehat sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi
sumber daya yang lebih berkualitas.
Tujuan dari pelayanan kesehatan di sekolah adalah mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan anak didik, mengetahui
gangguan/kelainan kesehatan sedini mungkin, pencegahan penyakit
Latar Belakang
menular, pengobatan secepat-cepatnya dan rehabilitasi. Diharapkan
sarana dan prasarana yang lengkap serta penanganan dalam UKS yang
optimal dapat membantu anak dalam membentuk kebiasaan hidup yang
sehat baik untuk dirinya sendiri atau untuk lingkungan sekitar. Secara
epidemiologis penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak
usia sekolah di Indonesia masih tinggi. Populasi kelompok anak usia
sekolah (7-18 tahun) merupakan komponen yang cukup penting dalam
masyarakat, sepertiga dari total populasi Indonesia, diantaranya + 46 juta
jiwa merupakan anak usia sekolah. Oleh sebab itu, upaya pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan yang ditujukan kepada anak usia sekolah
merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di Ruangan UKS SMP Negri 1 Lut Tawar
berjumlah 8 siswa terdiri dari siswa kelas 7 dan 8. Kegiatan dimulai
pukul 09.00 - selesai. Kegiatan dilakukan dengan penyuluhan materi
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dilanjutkan dengan
stimulasi/mini work shop terkait P3K.
Penyuluhan Gizi
Tanggal Kegiatan 16 Agustus 2022
Tema Penyuluhan Penyuluhan Gizi
Judul Laporan Kegiatan Penyuluhan Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian Makanan Pendamping ASI terlalu dini dapat
mengakibatkan ganngguan sistem pencernaan dan masih sering terjadi di
masyarakat. Fakta yang masih sering di temui di masyarakat adalah masih
banyak praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi
yang berumur kurang dari enam bulan, pemberian MPASI ini secara
bertahap sehingga saluran pencernaan bayi akan beradaptasi dengan jenis
makanan yang semula cair, lunak, lumat, padat. Pemberian makanan
pendamping ASI sebelum anak berumur 6 bulan dapat mengakibatkan
resiko penyakit Diare.Berdasarkan pernyataan kejadian tersebut
pemberian MPASI terlalu dini dapat mengakibatkan gangguan sistem
pencernaan pada bayi.
Pemberian MPASI yang dini diawa 6 bulan juga masih terjadi di
beberapa provinsi di Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi
Latar Belakang
Nasional (SUSENAS) tahun 2011 bayi usia 0-6 bulan telah diberikan
MPASI sebesar 32,2%, sedangkan bayi yang berusia 0-5 bulan telah
diberikan MPASI sebesar 44,7%. Dari data tersebut bisa dibuktikan
bahwa Indonesia juga masih kurangnya pemberian MPASI pada waktu
yang tepat, sehingga masalah gizi masih perlu diperhatikan.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
menanggulangi permasalahan gizi khususnya pada anak yaitu 1000 HPK
merupakan masa penting yang jika terjadi kesalahan gizi hari ini akan
mempengaruhi permasalahan di usia berikutnya. Salah satu upaya
pemerintah yaitu program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan
jumlah dan mutu pemberian MPASI pada bayi dan anak usia 6-24 bulan
dari keluarga.Upaya- upaya tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
perbaikan dalam pemberian MPASI.
Gambaran Pelaksanaan Pelaksanaan penyuluhan Pemberian MPASI dilaksanakan di
Posyandu di Kampong Rawe pada pukul 09.00 - selesai di ruang Balai
Desa yang dihadiri oleh ibu / orang tua yang mempunyai balita berjumlah
12 peserta.
Pada penyuluhan ini menggunakan metode ceramah sebagai
metode informasi kepada peserta penyuluhan. Pada penyuluhan dijelaskan
mengenai praktik pemberian makan pada anak dimulai dari ASI eksklusif
dan MPASI. Peserta kemudian diberikan kesempatan untuk bertanya
setelah presentasi selesai untuk mengetahui pengetahuan peserta tentang
informasi yang telah diberikan.
Jawaban:
1. Pemberian MPASI yang disarankan ialah sejam setalah baju
selesai menyusui
2. MPASI dimulai dengan pemberian makanan mengandung zat
gula atau karbohidrat seperti kentang, labu kemudian
ditambahkan protein hewani seperti ayam ikan ataupun sapi
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Jawaban:
1. Jenis nyamuk yang membawa viris DBD salah satunya nyamus
Aedes aegypti yang biasanya aktiv pada pagi dan sore hari
2. Cara menghindari gigitan nyamuk selain menggunakan obat
nyamuk dan kelambu ialah dengan menggukan pakaian yang
tertutup pada derah yang terdapat banyak nyamuk.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Penyuluhan P2P
Tanggal Kegiatan 16 Agustus 2022
Tema Penyuluhan Penyuluhan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Judul Laporan Kegiatan Penyuluhan Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) merupakan penyakit yang
sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada
sebagian besar kasus ISPA, mereka yang terinfeksi adalah anak- anak
dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang mereka punya menurun atau
memang masih rendah dibandingkan orang dewasa, itulah yang
menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-
anak dan balita. Serangan di saluran pernapasan pada masa bayi dan anak
bisa menimbulkan kecacatan hingga dewasa.
Kematian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup
tinggi (20-30%), dan perlu dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan
Latar Belakang
masalah kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang tinggi dengan rasio 1 diantara 4 bayi. Jadi kita dapat
memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap
tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas
yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25%
terutama pada usia balita.
Penyakit ISPA yang tidak ditangani secara lanjut apalagi
dianggap sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya
menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan
ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih).
Gambaran Pelaksanaan Pelaksanaan penyuluhan Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan
Atas dilaksanakan di Posyandu di Kampong Rawe pada pukul 09.00 -
selesai di ruang Balai Desa yang dihadiri oleh Masyarakat Kampong
Rawe berjumlah 16 peserta.
Pada penyuluhan ini menggunakan metode ceramah sebagai
metode informasi kepada peserta penyuluhan. Pada penyuluhan dijelaskan
mengenai Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Atas. Peserta kemudian
diberikan kesempatan untuk bertanya setelah presentasi selesai untuk
mengetahui pengetahuan peserta tentang informasi yang telah diberikan.
Jawaban:
1. Jika ada anggota yang mengalami batu ataupun filek segera bawa
ke Fasilitas Kesehatan terdekat. Saat dirumah beri pakaian yang
hangat dan minuman yang hangat.
2. Penularan ISPA dapat dicegah dengan penggunaan masker bilang
ada orang terdekat yang sakit, menjaga kebersihan, serta menjaga
imun kekebalan tubuh tetap baik.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Penyuluhan TB
Tanggal Kegiatan 16-08-2022
Tema Penyuluhan Penyuluhan TB
Judul Laporan Kegiatan Penyuluhan Pemeriksaan Dahak untuk Deteksi TB Paru
Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit radang parenkim paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis),
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai
organ tubuh yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Di
Indonesia pada tahun 2015, jumlah kasus tuberkulosis mengalami
peningkatan dari 324.539 kasus menjadi 330.910 kasus sedangkan di DKI
Jakarta terdapat 254 kasus / 100.000 penduduk. Perkembangan TB paru
dari terpapar hingga menjadi penyakit dipengaruhi oleh karakteristik host
dan faktor lingkungan dan sosial. Adapun karakteristik host adalah durasi
terpapar dengan agen penyebab (M. tuberculosis), umur, jenis kelamin,
status imunitas, malnutrisi (status gizi) dan diabetes. Sedangkan, faktor
lingkungan dan sosial meliputi tingkat keramaian lingkungan, ventilasi
Latar Belakang
udara yang buruk, alkohol, merokok, dan pekerjaan.
Terdapat suatu kekhawatiran tentang bagaimana meningkatkan
deteksi kasus TB, terutama di kalangan lansia pada Negara miskin dan
berkembang. Pemeriksaan mikroskopis dahak tetap menjadi andalan
diagnosis. Namun, kesulitannya untuk mengumpulkan dahak yang
berkualitas dan atipikal atau kekurangan gejala TB klasik pada lansia
telah menyebabkan kasus TB tidak terdeteksi melalui sistem layanan
kesehatan. Hal ini tentu dapat menyebabkan inisiasi pengobatan tertunda
dan penularan TB ke masyarakat.
Oleh karena itu, penting sekali adanya penyuluhan tentang TB
bagi masyarakat untuk mengetahui informasi tentang penyakit TB
terutama TB paru.
Gambaran Pelaksanaan Pelaksanaan penyuluhan Pemeriksaan Dahak untuk Deteksi TB
Paru dilaksanakan di Posyandu di Kampong Toeren pada pukul 09.00 -
selesai di ruang Balai Desa yang dihadiri oleh Masyarakat Kampong
Toeren berjumlah 17 peserta.
Pada penyuluhan ini menggunakan metode ceramah sebagai
metode informasi kepada peserta penyuluhan. Pada penyuluhan dijelaskan
mengenai tujuan dan manfaat Pemeriksaan Dahak untuk Deteksi TB Paru.
Peserta kemudian diberikan kesempatan untuk bertanya setelah presentasi
selesai untuk mengetahui pengetahuan peserta tentang informasi yang
telah diberikan. Di lanjutkan pengambilan Spesimen Dahak bagi
masyarakat yang bersedia.
Jawaban:
1. Dilakukan dengan cara menarik nafas terlebh dahulu kemudian di
tahan sampai 5 detik, lalu buang nafas secara perlahan dan
keluarkan dahak yang terasa di tenggorokan
2. Kelompok masyaraka yang memiliki riwayat merukok aktif, ibu
hamil, riwayat DM, gangguan ginjal, pengidap kanker, HIV, dan
yang mengalami malnutrisi.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Jawaban:
1. Perasaan cemas ataupun stress saat akan melaksanakan ujian
merupakan reaksi tubuh yang normal untuk membantu diri
menjadi lebih waspada dan antisipasi untuk menghadapi ujian,
asalkan tidak berdampak buruk terhadap fisik dan emosional
siswa.
2. Cara mengatasi stress dengan sehat dapat dialkukan dengan
meminta bantuan orang terdekat, bernapas pelan dan panjang,
makan makanan sehat, tidur cukup dan luangkan waktu untuk
bersantai dan istirahat.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Jawaban:
1. Bayi memiliki naluri alami yang kuat untung mencari putting
dalam satu jam pertama setelah dilahirkan. Sebagian besar bayi
dapat menyusu langsung apabila diberikan kesempatan IMD yang
benar.
2. Ini merupakan waktu yang sangat penting karena ASI di awal
kelahiran mengandung banyak Kolostrum (cairan yang
mengandung banyak zat kekebalan dan zat penting lainnya yang
harus dimiliki bayi). Dan menyusu segera setelah persalinan akan
merangsang ASI lebih cepat keluar.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Jawaban:
1. Ibu menyusui maupun ibu yang baru melahirkan juga boleh
langsung menggunakan kontasepsi dengan pilihan menggunakan
kontraspsi non hormonal seperti IUD ataupun menggunakan pil
KB dengan kandungan Progestin saja dengan tujuan agar tidak
mengganggu produksi ASI
2. Penggunakan kontrasepsi non hormonal seperti IUD memiliki
risiko lebih rendah untuk terjadinya gangguan Haid atau
gangguan siklus mentruasi karena tanpa kandungan hormone.
Sehingga bagi ibu yang memiliki keluhan siklus Haid tidak
teratur saat penggunaan KB suntik atau pil disarankan untuk
menggunakan KB non hormonal (AKDR, Kondom) ini jika
memang memungkinkan untuk digunakan.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan bulan pertama
- Rumah keluarga binaan ini sudah memiliki air bersih, namun
terkadang kotor.
- Rumah keluarga ini sudah memiliki jamban keluarga yang
berfungssi dengan baik
- Dalam keluarga ini terdapat anggota yang merokok 2 bungkus
per hari (Kepala Keluarga)
Gambaran Pelaksanaan
- Pembuangan sampah sementara terdapat dihalaman depan
rumah dengan kondisi terbuka sebelum di angkut oleh mobil
sampah
- Melaksanakan konseling dan sosialisasi terhadap indikator
rumah sehat yang tertuang dalam Permenkes
- Menyusun dan menerapkan solusi terhadap permasalahan
rumah keluarga binaan
- Menysun planning evaluasi untuk kunjungan bulan ke dua
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan bulan ke dua
- Rumah keluarga binaan ini sudah memiliki air bersih, namun
terkadang kotor.
- Rumah keluarga ini sudah memiliki jamban keluarga yang
berfungssi dengan baik
- Dalam keluarga ini terdapat anggota yang merokok sudah
dikurangi menjadi 1 ungkus per hari (Kepala Keluarga)
Gambaran Pelaksanaan
- Pembuangan sampah sementara terdapat dihalaman depan
rumah dengan kondisi terbuka sebelum di angkut oleh mobil
sampah
- Melaksanakan konseling dan sosialisasi terhadap indikator
rumah sehat yang tertuang dalam Permenkes
- Menyusun dan menerapkan solusi terhadap permasalahan
rumah keluarga binaan
- Menysun planning evaluasi untuk kunjungan bulan ke tiga
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan bulan ke tiga
- Rumah keluarga binaan ini sudah memiliki air bersih, namun
terkadang kotor.
- Rumah keluarga ini sudah memiliki jamban keluarga yang
berfungssi dengan baik
- Dalam keluarga ini terdapat anggota yang merokok sudah
dikurangi 10 batang per hari (Kepala Keluarga)
Gambaran Pelaksanaan
- Pembuangan sampah sementara terdapat dihalaman depan
rumah dengan kondisi terbuka sebelum di angkut oleh mobil
sampah
- Melaksanakan konseling dan sosialisasi terhadap indikator
rumah sehat yang tertuang dalam Permenkes
- Menyusun dan menerapkan solusi terhadap permasalahan
rumah keluarga binaan
- Menysun planning evaluasi untuk kunjungan bulan ke empat
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan bulan ke empat
- Rumah keluarga binaan ini sudah memiliki air bersih, namun
terkadang kotor.
- Rumah keluarga ini sudah memiliki jamban keluarga yang
berfungssi dengan baik
- Dalam keluarga ini terdapat anggota yang merokok sesekali
(Kepala Keluarga)
Gambaran Pelaksanaan
- Pembuangan sampah sementara terdapat dihalaman depan
rumah dengan kondisi sudah memakai menutup sebelum di
angkut oleh mobil sampah
- Melaksanakan konseling dan sosialisasi terhadap indikator
rumah sehat yang tertuang dalam Permenkes
- Menyusun dan menerapkan solusi terhadap permasalahan
rumah keluarga binaan
- Menysun planning evaluasi untuk kunjungan bulan ke lima
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan bulan ke lima
- Rumah keluarga binaan ini sudah memiliki air bersih, dan
sudah menggunakan penyaring tambahan pada keran air.
- Rumah keluarga ini sudah memiliki jamban keluarga yang
berfungssi dengan baik
- Dalam keluarga ini terdapat anggota yang merokok sesekali
(Kepala Keluarga)
Gambaran Pelaksanaan
- Pembuangan sampah sementara terdapat dihalaman depan
rumah dengan kondisi terbuka sebelum di angkut oleh mobil
sampah
- Melaksanakan konseling dan sosialisasi terhadap indikator
rumah sehat yang tertuang dalam Permenkes
- Menyusun dan menerapkan solusi terhadap permasalahan
rumah keluarga binaan
- Menysun planning evaluasi untuk kunjungan bulan ke enam
Alur Pelaksanaan:
- Melakukan kunjungan rumah binaan bulan ke enam
- Rumah keluarga binaan ini sudah memiliki air bersih, dan
sudah menggunakan penyaring tambahan pada keran air.
- Rumah keluarga ini sudah memiliki jamban keluarga yang
berfungssi dengan baik
- Dalam keluarga ini terdapat anggota yang merokok sesekali
Gambaran Pelaksanaan (Kepala Keluarga)
- Pembuangan sampah sementara terdapat dihalaman depan
rumah dengan kondisi terbuka sebelum di angkut oleh mobil
sampah
- Melaksanakan konseling dan sosialisasi terhadap indikator
rumah sehat yang tertuang dalam Permenkes
- Memberikan motivasi untuk mempertahankan kondisi rumah
sehat pada keluarga binaan.
KB Suntik (Pasien 1)
Tanggal Kegiatan 13-09-2022
Judul Laporan Kegiatan Pelaksanaan KB Suntik
Identitas Pasien Ny.HS (28 tahun)
Latar Belakang Pelayanan kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi
pemberian Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE), konseling, penapusan
kelayakan medis, pemberian kontrasepsi, pemasangan atau pencabutan,
dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya mencegah
kehamilan. Pelayanan kontrasepsi meliputi kondom, pil, suntik, implan,
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), tubektomi dan vasektomi.
Pelayanan KB termasuk upaya promotif dan preventif dengan alat
kontrasepsi disediakan oleh BKKBN bagi seluruh pasangan usia subur
(PUS) peserta JKN (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun
2013 tentang JKN). UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa
pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas
dalam lingkungan yang sehat, dan Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal hamil, melahirkan,
melalui promosi dan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas. Tujuan dari KB adalah untuk menunda kehamilan,
menjarangakan kehamilan, dan menghentikan memiliki anak.
Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan esetimasi
jumlah penduduk terbanyak sebesar 249 juta jiwa menurut World
Population Data Sheet 2013. Data SKDI 2012 menujukkan tren
peningkatan pengunaan kontrasepsi sejak 1991-2017 (50% menjadi 64%)
dan sejalan untuk menurunkan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
(TFR) Indonesia sebesar 2,6, meskipun masih di atas rata-rata TFR negara
ASEAN yaitu 2,4. Data BKKBN menunjukkan KB aktif diantara PUS
tahun 2019 sebesar 62,5% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 63,27%, sementara target RPJMN tahun 2019 sebesar 66%.
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 belum mencapai target RPJMN
yaitu sebesar 64,8% dengan cakupan KB Kota Kediri pada tahun 2019
sebesar 73,3%.
Pola pemilihan jenis alat kontrasepsi secara nasional menujukkan
sebagaian besar peserta KB aktif memilih suntikan (63,7%) dan pil
(17,0%) yang merupakan jenis KB jangka pendek sehingga pengendalian
kehamilan lebih rendah. Sedangkan data KB Kota Kediri tahun 2019
sebagian besar memilih KB suntikan (50,5%) dan KB jenis implan, MoU,
dan AKDR memiliki persentase hampir setara.
Kurangnya capaian peserta KB baru yaitu akibat kondisi pandemi
sehingga berpengaruh pada berkurangnya kunjungan ke puskesmas, serta
adanya ketakutan akan efek samping KB yaitu menjadi gemuk atau
menstruasi tidak teratur. Sedangkan kesenjangan pada variabel KB pasca
salin diakibatkan sebagian ibu di masa nifas belum siap untuk dilakukan
KB.
Gambaran Pelaksanaan Penyelenggaraaan pelayanan KB dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Pendaftaran
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
3. Pemberian komunikasi-informasi-edukasi (KIE) dan konseling terkait
KB termasuk pemilihan jenis alat kontrasepsi dan efek samping
4. Intervensi dengan pemberian KB sesuai pilihan pasien setelah
dilakukan konseling
Pelaksanaan:
Metode intervensi : Pelayanan KB Suntik di Poli KIA
Puskesmas Lut Tawar
Waktu : 13-09-2022
Identitas : Ny.HS (28 tahun)
Cara Pemberian :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Persiapan alat dan bahan
3. Pasien diposisikan miring ke kiri di atas bed
4. Menentukan lokasi penyuntikan (Bokong Kanan)
5. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular
6. Observasi pasien, jika tidak ada keluhan pasien dapat dipulangkan
Monitoring
- Melakukan KIE dan konseling tentang KB meliputi pengertian,
manfaat dan tujuan, serta pemilihan alat kontrasepsi
- Melakukan pemberian dan pemantauan kontrasepsi sesuai pilihan
pasien
Evaluasi:
- Evaluasi status kesehatan pasien serta konseling untuk pemilihan alat
kontrasepsi dengan mempertimbangkan status kesehatan, jumlah
anak, dan usia
- Edukasi dan manajemen efek samping dari alat kontrasepsi
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
KB Suntik (Pasien 2)
Tanggal Kegiatan 26-09-2022
Judul Laporan Kegiatan Pelaksanaan KB Suntik
Identitas Pasien Ny.YR (30 tahun)
Latar Belakang Pelayanan kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi
pemberian Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE), konseling, penapusan
kelayakan medis, pemberian kontrasepsi, pemasangan atau pencabutan,
dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya mencegah
kehamilan. Pelayanan kontrasepsi meliputi kondom, pil, suntik, implan,
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), tubektomi dan vasektomi.
Pelayanan KB termasuk upaya promotif dan preventif dengan alat
kontrasepsi disediakan oleh BKKBN bagi seluruh pasangan usia subur
(PUS) peserta JKN (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun
2013 tentang JKN). UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa
pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas
dalam lingkungan yang sehat, dan Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal hamil, melahirkan,
melalui promosi dan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas. Tujuan dari KB adalah untuk menunda kehamilan,
menjarangakan kehamilan, dan menghentikan memiliki anak.
Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan esetimasi
jumlah penduduk terbanyak sebesar 249 juta jiwa menurut World
Population Data Sheet 2013. Data SKDI 2012 menujukkan tren
peningkatan pengunaan kontrasepsi sejak 1991-2017 (50% menjadi 64%)
dan sejalan untuk menurunkan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
(TFR) Indonesia sebesar 2,6, meskipun masih di atas rata-rata TFR negara
ASEAN yaitu 2,4. Data BKKBN menunjukkan KB aktif diantara PUS
tahun 2019 sebesar 62,5% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 63,27%, sementara target RPJMN tahun 2019 sebesar 66%.
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 belum mencapai target RPJMN
yaitu sebesar 64,8% dengan cakupan KB Kota Kediri pada tahun 2019
sebesar 73,3%.
Pola pemilihan jenis alat kontrasepsi secara nasional menujukkan
sebagaian besar peserta KB aktif memilih suntikan (63,7%) dan pil
(17,0%) yang merupakan jenis KB jangka pendek sehingga pengendalian
kehamilan lebih rendah. Sedangkan data KB Kota Kediri tahun 2019
sebagian besar memilih KB suntikan (50,5%) dan KB jenis implan, MoU,
dan AKDR memiliki persentase hampir setara.
Kurangnya capaian peserta KB baru yaitu akibat kondisi pandemi
sehingga berpengaruh pada berkurangnya kunjungan ke puskesmas, serta
adanya ketakutan akan efek samping KB yaitu menjadi gemuk atau
menstruasi tidak teratur. Sedangkan kesenjangan pada variabel KB pasca
salin diakibatkan sebagian ibu di masa nifas belum siap untuk dilakukan
KB.
Gambaran Pelaksanaan Penyelenggaraaan pelayanan KB dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Pendaftaran
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
3. Pemberian komunikasi-informasi-edukasi (KIE) dan konseling terkait
KB termasuk pemilihan jenis alat kontrasepsi dan efek samping
4. Intervensi dengan pemberian KB sesuai pilihan pasien setelah
dilakukan konseling
Pelaksanaan:
Metode intervensi : Pelayanan KB Suntik di Poli KIA
Puskesmas Lut Tawar
Waktu : 28-09-2022
Identitas : Ny.YR (30 tahun)
Cara Pemberian :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Persiapan alat dan bahan
3. Pasien diposisikan miring ke kiri di atas bed
4. Menentukan lokasi penyuntikan (Bokong Kanan)
5. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular
6. Observasi pasien, jika tidak ada keluhan pasien dapat dipulangkan
Monitoring
- Melakukan KIE dan konseling tentang KB meliputi pengertian,
manfaat dan tujuan, serta pemilihan alat kontrasepsi
- Melakukan pemberian dan pemantauan kontrasepsi sesuai pilihan
pasien
Evaluasi:
- Evaluasi status kesehatan pasien serta konseling untuk pemilihan alat
kontrasepsi dengan mempertimbangkan status kesehatan, jumlah
anak, dan usia
- Edukasi dan manajemen efek samping dari alat kontrasepsi
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pemasangan IUD
Tanggal Kegiatan
Judul Laporan Kegiatan
Identitas Pasien
Latar Belakang
Gambaran Pelaksanaan
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pemasangan Implant
Tanggal Kegiatan 16-06-22
Judul Laporan Kegiatan Pelaksanaan KB Implan
Identitas Pasien Ny. AZ (30 tahun)
Latar Belakang Pelayanan kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi
pemberian Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE), konseling, penapusan
kelayakan medis, pemberian kontrasepsi, pemasangan atau pencabutan,
dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya mencegah
kehamilan. Pelayanan kontrasepsi meliputi kondom, pil, suntik, implan,
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), tubektomi dan vasektomi.
Pelayanan KB termasuk upaya promotif dan preventif dengan alat
kontrasepsi disediakan oleh BKKBN bagi seluruh pasangan usia subur
(PUS) peserta JKN (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun
2013 tentang JKN). UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa
pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas
dalam lingkungan yang sehat, dan Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal hamil, melahirkan,
melalui promosi dan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas. Tujuan dari KB adalah untuk menunda kehamilan,
menjarangakan kehamilan, dan menghentikan memiliki anak.
Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan esetimasi
jumlah penduduk terbanyak sebesar 249 juta jiwa menurut World
Population Data Sheet 2013. Data SKDI 2012 menujukkan tren
peningkatan pengunaan kontrasepsi sejak 1991-2017 (50% menjadi 64%)
dan sejalan untuk menurunkan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
(TFR) Indonesia sebesar 2,6, meskipun masih di atas rata-rata TFR negara
ASEAN yaitu 2,4. Data BKKBN menunjukkan KB aktif diantara PUS
tahun 2019 sebesar 62,5% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 63,27%, sementara target RPJMN tahun 2019 sebesar 66%.
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 belum mencapai target RPJMN
yaitu sebesar 64,8% dengan cakupan KB Kota Kediri pada tahun 2019
sebesar 73,3%.
Pola pemilihan jenis alat kontrasepsi secara nasional menujukkan
sebagaian besar peserta KB aktif memilih suntikan (63,7%) dan pil
(17,0%) yang merupakan jenis KB jangka pendek sehingga pengendalian
kehamilan lebih rendah. Sedangkan data KB Kota Kediri tahun 2019
sebagian besar memilih KB suntikan (50,5%) dan KB jenis implan, MoU,
dan AKDR memiliki persentase hampir setara.
Kurangnya capaian peserta KB baru yaitu akibat kondisi pandemi
sehingga berpengaruh pada berkurangnya kunjungan ke puskesmas, serta
adanya ketakutan akan efek samping KB yaitu menjadi gemuk atau
menstruasi tidak teratur. Sedangkan kesenjangan pada variabel KB pasca
salin diakibatkan sebagian ibu di masa nifas belum siap untuk dilakukan
KB.
Gambaran Pelaksanaan Penyelenggaraaan pelayanan KB dengan memperhatikan hal-hal berikut:
5. Pendaftaran
6. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
7. Pemberian komunikasi-informasi-edukasi (KIE) dan konseling terkait
KB termasuk pemilihan jenis alat kontrasepsi dan efek samping
8. Intervensi dengan pemberian KB sesuai pilihan pasien setelah
dilakukan konseling
Pelaksanaan:
Metode intervensi : Pelayanan KB Impan di Poli KIA
Puskesmas Lut Tawar
Waktu : 16-06-2022
Identitas : Ny.AZ(30 tahun)
Cara Pemberian :
1. Menjelaskan tindakan medis yang dilakukan
2. Informed consent (penandatanganan persetujuan tindakan) oleh
pasien/ keluarga pasien
3. Menyiapkan alat dan bahan
4. Tentukan letak posisi penanaman kapsul implant (kapsul 2)
5. Mencuci tangan dan keringkan kemudian memakai sarung tangan
steril
6. Daerah insisi didesinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang
berlubang
7. Melakukan anastesi local, Kemudian lakukan insisi selebar lebih
kurang 5-7mm ditempat yang sudah ditentukan
8. Lakukan penanaman implant tepat dibawah kulit lengan atas pasien
9. Lakukan hingga ke dua kapsul tertanam pada tempatnya
10. Menutup luka insisi dengan kasa steril
11. Memberi arahan untuk pasien agar luka tidak basah dan selalu dalam
keadaan bersih selama lebih kurang 3 hari
12. Dokumentasi dan mengisi rekam medis
Monitoring
- Melakukan KIE dan konseling tentang KB meliputi pengertian,
manfaat dan tujuan, serta pemilihan alat kontrasepsi
- Melakukan pemberian dan pemantauan kontrasepsi sesuai pilihan
pasien
Evaluasi:
- Evaluasi status kesehatan pasien serta konseling untuk pemilihan alat
kontrasepsi dengan mempertimbangkan status kesehatan, jumlah
anak, dan usia
Edukasi dan manajemen efek samping dari alat kontrasepsi
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pemasangan Implant
Tanggal Kegiatan 16-06-22
Judul Laporan Kegiatan Pelaksanaan KB Implan
Identitas Pasien Ny. HL (33 tahun)
Latar Belakang Pelayanan kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi
pemberian Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE), konseling, penapusan
kelayakan medis, pemberian kontrasepsi, pemasangan atau pencabutan,
dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya mencegah
kehamilan. Pelayanan kontrasepsi meliputi kondom, pil, suntik, implan,
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), tubektomi dan vasektomi.
Pelayanan KB termasuk upaya promotif dan preventif dengan alat
kontrasepsi disediakan oleh BKKBN bagi seluruh pasangan usia subur
(PUS) peserta JKN (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun
2013 tentang JKN). UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa
pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas
dalam lingkungan yang sehat, dan Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal hamil, melahirkan,
melalui promosi dan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas. Tujuan dari KB adalah untuk menunda kehamilan,
menjarangakan kehamilan, dan menghentikan memiliki anak.
Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan esetimasi
jumlah penduduk terbanyak sebesar 249 juta jiwa menurut World
Population Data Sheet 2013. Data SKDI 2012 menujukkan tren
peningkatan pengunaan kontrasepsi sejak 1991-2017 (50% menjadi 64%)
dan sejalan untuk menurunkan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
(TFR) Indonesia sebesar 2,6, meskipun masih di atas rata-rata TFR negara
ASEAN yaitu 2,4. Data BKKBN menunjukkan KB aktif diantara PUS
tahun 2019 sebesar 62,5% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 63,27%, sementara target RPJMN tahun 2019 sebesar 66%.
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 belum mencapai target RPJMN
yaitu sebesar 64,8% dengan cakupan KB Kota Kediri pada tahun 2019
sebesar 73,3%.
Pola pemilihan jenis alat kontrasepsi secara nasional menujukkan
sebagaian besar peserta KB aktif memilih suntikan (63,7%) dan pil
(17,0%) yang merupakan jenis KB jangka pendek sehingga pengendalian
kehamilan lebih rendah. Sedangkan data KB Kota Kediri tahun 2019
sebagian besar memilih KB suntikan (50,5%) dan KB jenis implan, MoU,
dan AKDR memiliki persentase hampir setara.
Kurangnya capaian peserta KB baru yaitu akibat kondisi pandemi
sehingga berpengaruh pada berkurangnya kunjungan ke puskesmas, serta
adanya ketakutan akan efek samping KB yaitu menjadi gemuk atau
menstruasi tidak teratur. Sedangkan kesenjangan pada variabel KB pasca
salin diakibatkan sebagian ibu di masa nifas belum siap untuk dilakukan
KB.
Gambaran Pelaksanaan Penyelenggaraaan pelayanan KB dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pendaftaran
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
3. Pemberian komunikasi-informasi-edukasi (KIE) dan konseling
terkait KB termasuk pemilihan jenis alat kontrasepsi dan efek
samping
4. Intervensi dengan pemberian KB sesuai pilihan pasien setelah
dilakukan konseling
Pelaksanaan:
Metode intervensi : Pelayanan KB Impan di Poli KIA
Puskesmas Lut Tawar
Waktu : 08-08-2022
Identitas : Ny.HL (33 tahun)
Cara Pemberian :
1. Menjelaskan tindakan medis yang dilakukan
2. Informed consent (penandatanganan persetujuan tindakan) oleh
pasien/ keluarga pasien
3. Menyiapkan alat dan bahan
4. Tentukan letak posisi penanaman kapsul implant (kapsul 2)
5. Mencuci tangan dan keringkan kemudian memakai sarung tangan
steril
6. Daerah insisi didesinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang
berlubang
7. Melakukan anastesi local, Kemudian lakukan insisi selebar lebih
kurang 5-7mm ditempat yang sudah ditentukan
8. Lakukan penanaman implant tepat dibawah kulit lengan atas pasien
9. Lakukan hingga ke dua kapsul tertanam pada tempatnya
10. Menutup luka insisi dengan kasa steril
11. Memberi arahan untuk pasien agar luka tidak basah dan selalu dalam
keadaan bersih selama lebih kurang 3 hari
12. Dokumentasi dan mengisi rekam medis
Monitoring
- Melakukan KIE dan konseling tentang KB meliputi pengertian,
manfaat dan tujuan, serta pemilihan alat kontrasepsi
- Melakukan pemberian dan pemantauan kontrasepsi sesuai pilihan
pasien
Evaluasi:
- Evaluasi status kesehatan pasien serta konseling untuk pemilihan alat
kontrasepsi dengan mempertimbangkan status kesehatan, jumlah
anak, dan usia
- Edukasi dan manajemen efek samping dari alat kontrasepsi
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
KB Pil (Pasien 1)
Tanggal Kegiatan 20-06-2022
Judul Laporan Kegiatan Pelaksanaan KB Pil
Identitas Pasien Ny.I (24 Tahun)
Latar Belakang Pelayanan kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi
pemberian Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE), konseling, penapusan
kelayakan medis, pemberian kontrasepsi, pemasangan atau pencabutan,
dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya mencegah
kehamilan. Pelayanan kontrasepsi meliputi kondom, pil, suntik, implan,
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), tubektomi dan vasektomi.
Pelayanan KB termasuk upaya promotif dan preventif dengan alat
kontrasepsi disediakan oleh BKKBN bagi seluruh pasangan usia subur
(PUS) peserta JKN (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun
2013 tentang JKN). UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa
pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas
dalam lingkungan yang sehat, dan Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal hamil, melahirkan,
melalui promosi dan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas. Tujuan dari KB adalah untuk menunda kehamilan,
menjarangakan kehamilan, dan menghentikan memiliki anak.
Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan esetimasi
jumlah penduduk terbanyak sebesar 249 juta jiwa menurut World
Population Data Sheet 2013. Data SKDI 2012 menujukkan tren
peningkatan pengunaan kontrasepsi sejak 1991-2017 (50% menjadi 64%)
dan sejalan untuk menurunkan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
(TFR) Indonesia sebesar 2,6, meskipun masih di atas rata-rata TFR negara
ASEAN yaitu 2,4. Data BKKBN menunjukkan KB aktif diantara PUS
tahun 2019 sebesar 62,5% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 63,27%, sementara target RPJMN tahun 2019 sebesar 66%.
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 belum mencapai target RPJMN
yaitu sebesar 64,8% dengan cakupan KB Kota Kediri pada tahun 2019
sebesar 73,3%.
Pola pemilihan jenis alat kontrasepsi secara nasional menujukkan
sebagaian besar peserta KB aktif memilih suntikan (63,7%) dan pil
(17,0%) yang merupakan jenis KB jangka pendek sehingga pengendalian
kehamilan lebih rendah. Sedangkan data KB Kota Kediri tahun 2019
sebagian besar memilih KB suntikan (50,5%) dan KB jenis implan, MoU,
dan AKDR memiliki persentase hampir setara.
Kurangnya capaian peserta KB baru yaitu akibat kondisi pandemi
sehingga berpengaruh pada berkurangnya kunjungan ke puskesmas, serta
adanya ketakutan akan efek samping KB yaitu menjadi gemuk atau
menstruasi tidak teratur. Sedangkan kesenjangan pada variabel KB pasca
salin diakibatkan sebagian ibu di masa nifas belum siap untuk dilakukan
KB.
Gambaran Pelaksanaan Penyelenggaraaan pelayanan KB dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pendaftaran
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
3. Pemberian komunikasi-informasi-edukasi (KIE) dan konseling
terkait KB termasuk pemilihan jenis alat kontrasepsi dan efek
samping
4. Intervensi dengan pemberian KB sesuai pilihan pasien setelah
dilakukan konseling
Pelaksanaan:
Metode intervensi : Pelayanan KB Pil di Poli KIA Puskesmas Lut
Tawar
Waktu : 20-06-2022
Identitas : Ny.I (24 tahun)
Cara Pemberian : Pemberian Mini Pil dengan jenis 28 hari dapat dimulai
kapan saja atau segra setelah konsultasi dan dikonsumsi 1 kali sehari
selama sebulan penuh.
Monitoring
- Melakukan KIE dan konseling tentang KB meliputi pengertian,
manfaat dan tujuan, serta pemilihan alat kontrasepsi
- Melakukan pemberian dan pemantauan kontrasepsi sesuai pilihan
pasien
Evaluasi:
- Evaluasi status kesehatan pasien serta konseling untuk pemilihan alat
kontrasepsi dengan mempertimbangkan status kesehatan, jumlah
anak, dan usia
- Edukasi dan manajemen efek samping dari alat kontrasepsi
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pelaksanaan:
Metode intervensi pemberian komunikasi-informasi-edukasi
(KIE) dan konseling terkait IMD dan ASI Ekslusif di Poli KIA
Puskesmas Lut Tawar
Dilaksanakan pada tanggal 20-06-2022
Identitas
Nama : Ny. I
Usia : 24 Tahun
Jawaban:
1. Tidak boleh, karena yang dimaksud dengan ASI Ekslusif adalah
dengan pemberian ASI dari bagi lahir hingga 6 bulan tanpa
menambahkan minuman atau makanan lainnya, kecuali
pemberian obat-obatan ataupun vitamin yang diperlukan bayi.
Dan pemberian ASI dengan medote perah juga diperbolehkan.
2. Semua makanan yang bergizi dan pengolahan yang sehat dapat
meningkatkan produksi asi, terutama sayuran sepertu daun Katuk
yang sudah terbukti secara ilmiah juga konsumsi susu kedelai
juga dapat meningkatkan produksi asi.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pelaksanaan:
Metode intervensi Pemberian komunikasi-informasi-edukasi
(KIE) dan konseling terkait IMD dan ASI Ekslusif di Poli KIA
Puskesmas Lut Tawar
Dilaksanakan pada tanggal 09-09-2022
Identitas
Nama : Ny. MS
Usia : 26 Tahun
Jawaban:
1. Selain memperhatikan makanan yang sehat, peningkatan produksi
ASI dapat dilakukan dengan pijat oksitosin atau pemijatan pada
punggung ibu oleh suami, serta dengan mengkonsdisikan
perasaan suasana hati ibu tetap senang dan relaks.
2. Pemberian ASI sejak bayi dilahirkan sampai usai 6 bulan tanpa
pemberian makanan dan minuman lainnya kecuali obat yang
diperlukan sudah termasuk dalam ASI Ekslusif, namun dapat di
lanjutkan hingga usia anak 2 tahun.
Data Antropometri
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 80,1 cm
Usia : 21 bulan
Status Gizi
BB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
TB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
BB/TB : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
Status Gizi : Gizi baik
Data Antropometri
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 100 cm
Usia : 56 bulan
Status Gizi
BB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
TB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
BB/TB : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
Status Gizi : Gizi baik
Data Antropometri
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan : 88 cm
Usia : 32 bulan
Status Gizi
BB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
TB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
BB/TB : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
Status Gizi : Gizi baik
Data Antropometri
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 98 cm
Usia : 53 bulan
Status Gizi
BB/U : -2 SD s.d +2 SD (Nornal)
TB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
BB/TB : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
Status Gizi : Gizi baik
Pelayanan Gizi
Data Antropometri
Berat badan : 7,7 kg
Tinggi badan : 66 cm
Usia : 7 Bulan
Status Gizi
BB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
TB/U : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
BB/TB : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
Status Gizi : Gizi baik
Pelayanan Gizi
Data Antropometri
Berat badan : 9 kg
Tinggi badan : 80 cm
Usia : 31 bulan
Status Gizi
BB/U : -3 SD s.d <-2 SD (Underweight)
TB/U : < -3 SD (Severely Stunted)
BB/TB : -2 SD s.d +2 SD (Normal)
Status Gizi : Gizi kurang perawakan sangat pendek dan kurus
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pelayanan Gizi
Data Antropometri
Berat badan : 9,7 kg
Tinggi badan : 81 cm
Usia : 30 bulan
Status Gizi
BB/U : -3 SD s.d <-2 SD (Underweight)
TB/U : -3 SD s.d <-2 SD (Stunted)
BB/TB : -1 SD s.d +1 SD (Normal)
Status Gizi : Gizi kurang perawakan pendek
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pelayanan Gizi
Pelayanan Gizi
Pelaksanaan
Nama : An. FA
Gambaran Pelaksanaan
Usia : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Vaksin : MR
Pelaksanaan
Nama : An. ZA
Gambaran Pelaksanaan
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Jenis Vaksin : MR
Pelaksanaan
Nama : Tn. SA
Usia : 26 Tahun
Vaksin 1 dan 2 : Sinovac
Vasin dosis 3 : Moderna Full Dose 0,5 cc
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 derajat celcius
Skrinning Vaksin:
Vaksin 1 dan 2 tidak ada keluhan gatal ataupun sesak nafas.
Pasien tidak sedang mengidap penyakit autoimun seperti lupus dll
Pasien tidak sedang mendapatkan pengobatan untuk gangguan
pembekuan darah, kelainan darah, defisiensi imun dan menerima produk
darah atau transfuse dari orang lain
Pasien tidak sedang mendapatkan immunosuppressant seperti
kortikosteroid dan kemoterapi
Pasien tidak memiliki penyakit jantung berat dan asma dalam keadaan
sesak
Pasien tidak pernah terkonfirmasi menderita COVID-19
Hasil skrining : lanjut vaksin
Penyuntikan vaksin:
- Persiapan alat dan bahan
- Desinfektan daerah penyuntikan
- Penyuntikan dilakukan di lengan kiri secara IM sesuai dosis
- Penyuntikan selesai
Evaluasi:
Setelah pasien di suntik vaksin Moderna, pasien diobservasi selama 30
menit, pada pasien ini tidak di dapatkan adanya keluhan atau reaksi
apapun dan diperbolehkan pasien untuk pulang.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pelaksanaan
Nama : Ny. FA
Usia : 42 Tahun
Vaksin 1 dan 2 : Sinovac
Vasin dosis 3 : Moderna Full Dose 0,5 cc
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,8 derajat celcius
Skrinning Vaksin:
Vaksin 1 dan 2 tidak ada keluhan gatal ataupun sesak nafas.
Pasien tidak sedang mengidap penyakit autoimun seperti lupus dll
Pasien tidak sedang mendapatkan pengobatan untuk gangguan
pembekuan darah, kelainan darah, defisiensi imun dan menerima produk
darah atau transfuse dari orang lain
Pasien tidak sedang mendapatkan immunosuppressant seperti
kortikosteroid dan kemoterapi
Pasien tidak memiliki penyakit jantung berat dan asma dalam keadaan
sesak
Pasien tidak pernah terkonfirmasi menderita COVID-19
Hasil skrining : lanjut vaksin
Penyuntikan vaksin:
- Persiapan alat dan bahan
- Desinfektan daerah penyuntikan
- Penyuntikan dilakukan di lengan kiri secara IM sesuai dosis
- Penyuntikan selesai
Evaluasi:
Setelah pasien di suntik vaksin Moderna, pasien diobservasi selama 30
menit, pada pasien ini tidak di dapatkan adanya keluhan atau reaksi
apapun dan diperbolehkan pasien untuk pulang.
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Penampisan TB (Pasien 1)
Tanggal Kegiatan 10-09-2022
Judul Laporan Kegiatan Penapisan Pasien Tersangka TB
Identitas Tn. CG (54 Tahun)
World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Terdapat suatu kekhawatiran tentang bagaimana meningkatkan
deteksi kasus TB, terutama di kalangan lansia pada Negara miskin dan
berkembang. Pemeriksaan mikroskopis dahak tetap menjadi andalan
diagnosis. Namun, kesulitannya untuk mengumpulkan dahak yang
berkualitas dan atipikal atau kekurangan gejala TB klasik pada lansia
telah menyebabkan kasus TB tidak terdeteksi melalui sistem layanan
Latar Belakang kesehatan. Hal ini tentu dapat menyebabkan inisiasi pengobatan tertunda
dan penularan TB ke masyarakat.
Beberapa penelitian telah mengembangkan alat skrining tanda
dan gejala TB menggunakan tanda dan gejala TB seperti batuk,
hemoptisis, kehilangan berat badan, nyeri dada, demam, keringat malam,
dan sesak napas. Tes skrining ini berfungsi sebagai langkah pertama
penemuan kasus TB dengan skrining positif direkomendasikan untuk
menjalani rontgen dada dan pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA).
Menggunakan tanda dan gejala sebagai alat skrining independen tetap
menjadi tantangan global karena akurasinya yang relatif rendah. Namun,
hal tersebut masih memliki manfaat untuk digunakan pada populasi target
tertentu.
Gambaran Pelaksanaan Pada 10 September 2022 dilakukan skrining TB pada Poli Umum
Puskesmas Lut Tawar. Didapatkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Anamnesis berdasarkan Form Skrining TB 01 :
- Pasien mengalami batuk berdahak selama lebih dari 3 minggu
- Pasien pernah mengeluhkan batuk berdarah
- Demam hilang timbul selama lebih dari 1 bulan
- Terdapat keluhan berkeringat pada malam hari
- Mengalami penurunan BB dalam 1 bulan terakhir
- Tidak ada pembesaran KGB dengan ukuran > 2 cm
- Pasien dengan sesak napas dan nyeri dada
- Tidak pernah minum obat paru dalam waktu lama
- Tidak ada anggota keluarga/tetangga yang pernah sakit
paru/pengobatan lama
- Pasien dengan DM tipe II
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 38,9 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (+)
Paru : Ves(+/+), Rh(+/+), Wh(-/-)
Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 41 kg
TB : 160 cm
IMT : 16 (Underweight)
3. Pemeriksaan TCM :
Sewaktu : Negatif (10-09-2022)
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Penampisan TB (Pasien 2)
Tanggal Kegiatan 28-07-2022
Judul Laporan Kegiatan Penapisan Pasien Tersangka TB
Identitas Ny. BC (68 tahun)
World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5 juta orang
meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini merupakan
penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak menyebabkan
kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling
mematikan setelah COVID-19.
Terdapat suatu kekhawatiran tentang bagaimana meningkatkan
deteksi kasus TB, terutama di kalangan lansia pada Negara miskin dan
berkembang. Pemeriksaan mikroskopis dahak tetap menjadi andalan
diagnosis. Namun, kesulitannya untuk mengumpulkan dahak yang
berkualitas dan atipikal atau kekurangan gejala TB klasik pada lansia
telah menyebabkan kasus TB tidak terdeteksi melalui sistem layanan
Latar Belakang kesehatan. Hal ini tentu dapat menyebabkan inisiasi pengobatan tertunda
dan penularan TB ke masyarakat.
Beberapa penelitian telah mengembangkan alat skrining tanda
dan gejala TB menggunakan tanda dan gejala TB seperti batuk,
hemoptisis, kehilangan berat badan, nyeri dada, demam, keringat malam,
dan sesak napas. Tes skrining ini berfungsi sebagai langkah pertama
penemuan kasus TB dengan skrining positif direkomendasikan untuk
menjalani rontgen dada dan pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA).
Menggunakan tanda dan gejala sebagai alat skrining independen tetap
menjadi tantangan global karena akurasinya yang relatif rendah. Namun,
hal tersebut masih memliki manfaat untuk digunakan pada populasi target
tertentu.
Gambaran Pelaksanaan Pada 28 Juli 2022 dilakukan skrining TB pada Poli Umum
Puskesmas Lut Tawar. Didapatkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Anamnesis berdasarkan Form Skrining TB 01 :
- Pasien mengalami batuk berdahak selama lebih dari 3 minggu
- Pasien pernah mengeluhkan batuk berdarah
- Demam hilang timbul selama lebih dari 1 bulan
- Terdapat keluhan berkeringat pada malam hari
- Mengalami penurunan BB dalam 1 bulan terakhir
- Tidak ada pembesaran KGB dengan ukuran > 2 cm
- Pasien dengan sesak napas dan nyeri dada
- Tidak pernah minum obat paru dalam waktu lama
- Tidak ada anggota keluarga/tetangga yang pernah sakit
paru/pengobatan lama
- Pasien tidak memiliki riwayat DM tipe II
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 38,9 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (+)
Paru : Ves(+/+), Rh(+/+), Wh(-/-)
Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 38 kg
TB : 150 cm
IMT : 16,8 (Underweight)
3. Pemeriksaan CTM:
Sewaktu : Negatif (28-07-2022)
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Penampisan TB (Pasien 3)
Tanggal Kegiatan 12-08-2022
Judul Laporan Kegiatan Penapisan Pasien Tersangka TB
Identitas Tn. BU (5 Tahun) BB : 19,7 kg
World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Terdapat suatu kekhawatiran tentang bagaimana meningkatkan
deteksi kasus TB, terutama di kalangan lansia pada Negara miskin dan
berkembang. Pemeriksaan mikroskopis dahak tetap menjadi andalan
diagnosis. Namun, kesulitannya untuk mengumpulkan dahak yang
berkualitas dan atipikal atau kekurangan gejala TB klasik pada lansia
telah menyebabkan kasus TB tidak terdeteksi melalui sistem layanan
Latar Belakang kesehatan. Hal ini tentu dapat menyebabkan inisiasi pengobatan tertunda
dan penularan TB ke masyarakat.
Beberapa penelitian telah mengembangkan alat skrining tanda
dan gejala TB menggunakan tanda dan gejala TB seperti batuk,
hemoptisis, kehilangan berat badan, nyeri dada, demam, keringat malam,
dan sesak napas. Tes skrining ini berfungsi sebagai langkah pertama
penemuan kasus TB dengan skrining positif direkomendasikan untuk
menjalani rontgen dada dan pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA).
Menggunakan tanda dan gejala sebagai alat skrining independen tetap
menjadi tantangan global karena akurasinya yang relatif rendah. Namun,
hal tersebut masih memliki manfaat untuk digunakan pada populasi target
tertentu.
Gambaran Pelaksanaan Pada 12 Agustus 2022 dilakukan skrining TB pada Poli Umum
Puskesmas Lut Tawar. Didapatkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Anamnesis berdasarkan Form Skrining TB 01 :
- Pasien mengalami batuk berdahak selama lebih dari 3 minggu
- Pasien pernah mengeluhkan batuk berdarah
- Demam hilang timbul selama lebih dari 1 bulan
- Terdapat keluhan berkeringat pada malam hari
- Mengalami penurunan BB dalam 1 bulan terakhir
- Tidak ada pembesaran KGB dengan ukuran > 2 cm
- Pasien tidak mengalami sesak napas dan nyeri dada
- Tidak pernah minum obat paru dalam waktu lama
- Tidak ada anggota keluarga/tetangga yang pernah sakit
paru/pengobatan lama
- Pasien tidak memiliki riwayat Immunocompromised
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
Nadi : 110 kali/menit
Pernapasan : 28 kali/menit
Suhu : 36,6 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (-)
Paru : Ves(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
3. Pemeriksaan TCM:
Sewaktu : Negatif (12-08-2022)
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Penampisan TB (Pasien 4)
Tanggal Kegiatan 10-09-2022
Judul Laporan Kegiatan Penapisan Pasien Tersangka TB
Identitas Ny. RP (53 Tahun)
World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Terdapat suatu kekhawatiran tentang bagaimana meningkatkan
deteksi kasus TB, terutama di kalangan lansia pada Negara miskin dan
berkembang. Pemeriksaan mikroskopis dahak tetap menjadi andalan
diagnosis. Namun, kesulitannya untuk mengumpulkan dahak yang
berkualitas dan atipikal atau kekurangan gejala TB klasik pada lansia
telah menyebabkan kasus TB tidak terdeteksi melalui sistem layanan
Latar Belakang kesehatan. Hal ini tentu dapat menyebabkan inisiasi pengobatan tertunda
dan penularan TB ke masyarakat.
Beberapa penelitian telah mengembangkan alat skrining tanda
dan gejala TB menggunakan tanda dan gejala TB seperti batuk,
hemoptisis, kehilangan berat badan, nyeri dada, demam, keringat malam,
dan sesak napas. Tes skrining ini berfungsi sebagai langkah pertama
penemuan kasus TB dengan skrining positif direkomendasikan untuk
menjalani rontgen dada dan pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA).
Menggunakan tanda dan gejala sebagai alat skrining independen tetap
menjadi tantangan global karena akurasinya yang relatif rendah. Namun,
hal tersebut masih memliki manfaat untuk digunakan pada populasi target
tertentu.
Gambaran Pelaksanaan Pada 10 September 2022 dilakukan skrining TB pada Poli Umum
Puskesmas Lut Tawar. Didapatkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Anamnesis berdasarkan Form Skrining TB 01:
- Pasien mengalami batuk berdahak selama lebih dari 3 minggu
- Pasien pernah mengeluhkan batuk berdarah
- Demam hilang timbul selama lebih dari 1 bulan
- Terdapat keluhan berkeringat pada malam hari
- Mengalami penurunan BB dalam 1 bulan terakhir
- Tidak ada pembesaran KGB dengan ukuran > 2 cm
- Pasien dengan sesak napas dan nyeri dada
- Tidak pernah minum obat paru dalam waktu lama
- Tidak ada anggota keluarga/tetangga yang pernah sakit
paru/pengobatan lama
- Pasien dengan DM tipe II
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 38,9 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (+)
Paru : Ves(+/+), Rh(+/+), Wh(-/-)
Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 65 kg
TB : 160 cm
IMT : 25,3 (Obese tingkat I)
3. Pemeriksaan TCM :
Sewaktu : Negatif (10-09-2022)
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Penampisan TB (Pasien 5)
Tanggal Kegiatan 12-09-2022
Judul Laporan Kegiatan Penapisan Pasien Tersangka TB
Identitas Ny. SK (70 Tahun)
World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Terdapat suatu kekhawatiran tentang bagaimana meningkatkan
deteksi kasus TB, terutama di kalangan lansia pada Negara miskin dan
berkembang. Pemeriksaan mikroskopis dahak tetap menjadi andalan
diagnosis. Namun, kesulitannya untuk mengumpulkan dahak yang
berkualitas dan atipikal atau kekurangan gejala TB klasik pada lansia
telah menyebabkan kasus TB tidak terdeteksi melalui sistem layanan
Latar Belakang kesehatan. Hal ini tentu dapat menyebabkan inisiasi pengobatan tertunda
dan penularan TB ke masyarakat.
Beberapa penelitian telah mengembangkan alat skrining tanda
dan gejala TB menggunakan tanda dan gejala TB seperti batuk,
hemoptisis, kehilangan berat badan, nyeri dada, demam, keringat malam,
dan sesak napas. Tes skrining ini berfungsi sebagai langkah pertama
penemuan kasus TB dengan skrining positif direkomendasikan untuk
menjalani rontgen dada dan pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA).
Menggunakan tanda dan gejala sebagai alat skrining independen tetap
menjadi tantangan global karena akurasinya yang relatif rendah. Namun,
hal tersebut masih memliki manfaat untuk digunakan pada populasi target
tertentu.
Gambaran Pelaksanaan Pada 12 September 2022 dilakukan skrining TB pada Poli Umum
Puskesmas Lut Tawar. Didapatkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Anamnesis berdasarkan Form Skrining TB 01 :
- Pasien mengalami batuk berdahak selama lebih dari 3 minggu
- Pasien pernah mengeluhkan batuk berdarah
- Demam hilang timbul selama lebih dari 1 bulan
- Terdapat keluhan berkeringat pada malam hari
- Mengalami penurunan BB dalam 1 bulan terakhir
- Tidak ada pembesaran KGB dengan ukuran > 2 cm
- Pasien dengan sesak napas dan nyeri dada
- Tidak pernah minum obat paru dalam waktu lama
- Tidak ada anggota keluarga/tetangga yang pernah sakit
paru/pengobatan lama
- Pasien tidak memiliki riwayat DM tipe II
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 98 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 38,0 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (+)
Paru : Ves(+/+), Rh(+/+), Wh(-/-)
Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 68 kg
TB : 170 cm
IMT : 23 (Overweight)
3. Pemeriksaan TCM :
Sewaktu : Negatif (12-09-2022)
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pengobatan TB (Pasien 1)
Tanggal Kegiatan 03-08-2022
Judul Laporan Kegiatan Pengobatan Pasien TB Paru
Identitas Ny. CY (35 Tahun)
Latar Belakang World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan
dengan pemberian obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Kombinasi obat-obat ini
dikonsumsi secara teratur dan diberikan dalam jangka waktu yang tepat
meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (fase intensif),
obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni berupa kombinasi isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap lanjutan, obat
diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.
Pengobatan fase lanjutan juga dapat diberikan dalam waktu 7 bulan,
terutama untuk kelompok pasien dengan TB paru resisten obat, pasien
dengan kultur sputum yang tetap positif setelah pengobatan fase intensif 2
bulan, dan pasien dengan HIV yang tidak mendapatkan obat antiretroviral
(ARV). Vitamin B6 juga umum diberikan bersama dengan isoniazid
untuk mencegah kerusakan saraf (neuropati). Streptomisin merupakan
antibiotik bakterisidal yang memengaruhi sintesis polipeptida.
Streptomisin sering kali tidak termasuk dalam regimen obat TB paru lini
pertama dikarenakan tingkat resistensinya yang cukup tinggi.
Pasien dalam terapi TB paru perlu menjalani evaluasi berkala
untuk menilai respons terhadap terapi OAT. Pemeriksaan sputum basil
tahan asam (BTA) dilakukan pada akhir fase intensif. Sputum BTA yang
positif pada akhir fase intensif dapat mengindikasikan dosis OAT yang
kurang, kepatuhan minum obat yang buruk, adanya komorbiditas, atau
adanya resistensi terhadap obat lini pertama.
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan kembali pada akhir
pengobatan TB. Jika sputum menunjukkan hasil positif, pengobatan bisa
dikatakan gagal dan pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan. Pada
pasien dengan sputum BTA negatif di akhir fase pengobatan intensif dan
akhir fase lanjutan, pemantauan sputum lebih lanjut tidak diperlukan.
Pasien melakukan kunjungan pengobatan ke Pusesmas Lut Tawar
dengan diagnosis TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis. Pasien saat ini
menjalani pengobatan TB Fase intensif bulan ke-1 lini 1. Pasien BAK
warna agak kemerahan setelah konsumsi OAT.
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 37,0 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (-)
Paru : Ves(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Gambaran Pelaksanaan
Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 52 kg
TB : 160 cm
IMT : 20,3 (Normoweight)
Tatalaksana
- OAT FDC 2RHZE (4 Tab 4 FDC per Hari)
- KIE efek samping FDC dan konseling PMO
- Edukasi pada pasien dan keluarga menjaga nutrisi TKTP,
berjemur, menggunakan masker dan mengatur ventilasi rumah
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pengobatan TB (Pasien 2)
Tanggal Kegiatan 18-08-2022
Judul Laporan Kegiatan Pengobatan Pasien TB Paru
Identitas Ny. P (71 Tahun)
Latar Belakang World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan
dengan pemberian obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Kombinasi obat-obat ini
dikonsumsi secara teratur dan diberikan dalam jangka waktu yang tepat
meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (fase intensif),
obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni berupa kombinasi isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap lanjutan, obat
diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.
Pengobatan fase lanjutan juga dapat diberikan dalam waktu 7 bulan,
terutama untuk kelompok pasien dengan TB paru resisten obat, pasien
dengan kultur sputum yang tetap positif setelah pengobatan fase intensif 2
bulan, dan pasien dengan HIV yang tidak mendapatkan obat antiretroviral
(ARV). Vitamin B6 juga umum diberikan bersama dengan isoniazid
untuk mencegah kerusakan saraf (neuropati). Streptomisin merupakan
antibiotik bakterisidal yang memengaruhi sintesis polipeptida.
Streptomisin sering kali tidak termasuk dalam regimen obat TB paru lini
pertama dikarenakan tingkat resistensinya yang cukup tinggi.
Pasien dalam terapi TB paru perlu menjalani evaluasi berkala
untuk menilai respons terhadap terapi OAT. Pemeriksaan sputum basil
tahan asam (BTA) dilakukan pada akhir fase intensif. Sputum BTA yang
positif pada akhir fase intensif dapat mengindikasikan dosis OAT yang
kurang, kepatuhan minum obat yang buruk, adanya komorbiditas, atau
adanya resistensi terhadap obat lini pertama.
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan kembali pada akhir
pengobatan TB. Jika sputum menunjukkan hasil positif, pengobatan bisa
dikatakan gagal dan pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan. Pada
pasien dengan sputum BTA negatif di akhir fase pengobatan intensif dan
akhir fase lanjutan, pemantauan sputum lebih lanjut tidak diperlukan.
Pasien melakukan kunjungan pengobatan ke Pusesmas Lut Tawar
dengan diagnosis TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis. Pasien saat ini
menjalani pengobatan TB Fase intensif bulan ke-1 lini 1.
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 28 kali/menit
Suhu : 36,5 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (-)
Paru : Ves(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Gambaran Pelaksanaan Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 36 kg
TB : 150 cm
IMT : 16 (Underweight)
Tatalaksana
- OAT FDC 2RHZE (4 Tab 4 FDC per Hari)
- KIE efek samping FDC dan konseling PMO
- Edukasi pada pasien dan keluarga menjaga nutrisi TKTP,
berjemur, menggunakan masker dan mengatur ventilasi rumah
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pengobatan TB (Pasien 3)
Tanggal Kegiatan 25-08-2022
Judul Laporan Kegiatan Pengobatan Pasien TB Paru
Identitas Ny. SM (36 Tahun)
Latar Belakang World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan
dengan pemberian obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Kombinasi obat-obat ini
dikonsumsi secara teratur dan diberikan dalam jangka waktu yang tepat
meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (fase intensif),
obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni berupa kombinasi isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap lanjutan, obat
diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.
Pengobatan fase lanjutan juga dapat diberikan dalam waktu 7 bulan,
terutama untuk kelompok pasien dengan TB paru resisten obat, pasien
dengan kultur sputum yang tetap positif setelah pengobatan fase intensif 2
bulan, dan pasien dengan HIV yang tidak mendapatkan obat antiretroviral
(ARV). Vitamin B6 juga umum diberikan bersama dengan isoniazid
untuk mencegah kerusakan saraf (neuropati). Streptomisin merupakan
antibiotik bakterisidal yang memengaruhi sintesis polipeptida.
Streptomisin sering kali tidak termasuk dalam regimen obat TB paru lini
pertama dikarenakan tingkat resistensinya yang cukup tinggi.
Pasien dalam terapi TB paru perlu menjalani evaluasi berkala
untuk menilai respons terhadap terapi OAT. Pemeriksaan sputum basil
tahan asam (BTA) dilakukan pada akhir fase intensif. Sputum BTA yang
positif pada akhir fase intensif dapat mengindikasikan dosis OAT yang
kurang, kepatuhan minum obat yang buruk, adanya komorbiditas, atau
adanya resistensi terhadap obat lini pertama.
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan kembali pada akhir
pengobatan TB. Jika sputum menunjukkan hasil positif, pengobatan bisa
dikatakan gagal dan pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan. Pada
pasien dengan sputum BTA negatif di akhir fase pengobatan intensif dan
akhir fase lanjutan, pemantauan sputum lebih lanjut tidak diperlukan.
Pasien melakukan kunjungan pengobatan ke Pusesmas Lut Tawar
dengan diagnosis TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis. Pasien saat ini
menjalani pengobatan TB Fase intensif bulan ke-1 lini 1.
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 70 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (-)
Paru : Ves(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Gambaran Pelaksanaan Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 68 kg
TB : 158 cm
IMT : 27,2 (Obsese tingkat I)
Tatalaksana
- OAT FDC 2RHZE (4 Tab 4 FDC per Hari)
- KIE efek samping FDC dan konseling PMO
- Edukasi pada pasien dan keluarga menjaga nutrisi TKTP,
berjemur, menggunakan masker dan mengatur ventilasi rumah
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pengobatan TB (Pasien 4)
Tanggal Kegiatan 21-09-2022
Judul Laporan Kegiatan Pengobatan Pasien TB Paru
Identitas Tn. N (63 Tahun)
Latar Belakang World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan
dengan pemberian obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Kombinasi obat-obat ini
dikonsumsi secara teratur dan diberikan dalam jangka waktu yang tepat
meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (fase intensif),
obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni berupa kombinasi isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap lanjutan, obat
diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.
Pengobatan fase lanjutan juga dapat diberikan dalam waktu 7 bulan,
terutama untuk kelompok pasien dengan TB paru resisten obat, pasien
dengan kultur sputum yang tetap positif setelah pengobatan fase intensif 2
bulan, dan pasien dengan HIV yang tidak mendapatkan obat antiretroviral
(ARV). Vitamin B6 juga umum diberikan bersama dengan isoniazid
untuk mencegah kerusakan saraf (neuropati). Streptomisin merupakan
antibiotik bakterisidal yang memengaruhi sintesis polipeptida.
Streptomisin sering kali tidak termasuk dalam regimen obat TB paru lini
pertama dikarenakan tingkat resistensinya yang cukup tinggi.
Pasien dalam terapi TB paru perlu menjalani evaluasi berkala
untuk menilai respons terhadap terapi OAT. Pemeriksaan sputum basil
tahan asam (BTA) dilakukan pada akhir fase intensif. Sputum BTA yang
positif pada akhir fase intensif dapat mengindikasikan dosis OAT yang
kurang, kepatuhan minum obat yang buruk, adanya komorbiditas, atau
adanya resistensi terhadap obat lini pertama.
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan kembali pada akhir
pengobatan TB. Jika sputum menunjukkan hasil positif, pengobatan bisa
dikatakan gagal dan pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan. Pada
pasien dengan sputum BTA negatif di akhir fase pengobatan intensif dan
akhir fase lanjutan, pemantauan sputum lebih lanjut tidak diperlukan.
Pasien melakukan kunjungan pengobatan ke Pusesmas Lut Tawar
dengan diagnosis TB Extra Paru Terkonfirmasi Radiologis. Pasien saat ini
menjalani pengobatan TB Fase intensif bulan ke-1 lini 1.
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 36,5 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (-)
Paru : Ves(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Gambaran Pelaksanaan Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 57 kg
TB : 170 cm
IMT : 19,7 (Normoweight)
Tatalaksana
- OAT FDC 2RHZE (4 Tab 4 FDC per Hari)
- KIE efek samping FDC dan konseling PMO
- Edukasi pada pasien dan keluarga menjaga nutrisi TKTP,
berjemur, menggunakan masker dan mengatur ventilasi rumah
BORANG UKM PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP TAKENGON 2022/2023
Pengobatan TB (Pasien 5)
Tanggal Kegiatan 04-07-2022
Judul Laporan Kegiatan Pengobatan Pasien TB Paru
Identitas Tn. R (77 Tahun)
Latar Belakang World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 1,5
juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.
Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan
dengan pemberian obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Kombinasi obat-obat ini
dikonsumsi secara teratur dan diberikan dalam jangka waktu yang tepat
meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (fase intensif),
obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni berupa kombinasi isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap lanjutan, obat
diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.
Pengobatan fase lanjutan juga dapat diberikan dalam waktu 7 bulan,
terutama untuk kelompok pasien dengan TB paru resisten obat, pasien
dengan kultur sputum yang tetap positif setelah pengobatan fase intensif 2
bulan, dan pasien dengan HIV yang tidak mendapatkan obat antiretroviral
(ARV). Vitamin B6 juga umum diberikan bersama dengan isoniazid
untuk mencegah kerusakan saraf (neuropati). Streptomisin merupakan
antibiotik bakterisidal yang memengaruhi sintesis polipeptida.
Streptomisin sering kali tidak termasuk dalam regimen obat TB paru lini
pertama dikarenakan tingkat resistensinya yang cukup tinggi.
Pasien dalam terapi TB paru perlu menjalani evaluasi berkala
untuk menilai respons terhadap terapi OAT. Pemeriksaan sputum basil
tahan asam (BTA) dilakukan pada akhir fase intensif. Sputum BTA yang
positif pada akhir fase intensif dapat mengindikasikan dosis OAT yang
kurang, kepatuhan minum obat yang buruk, adanya komorbiditas, atau
adanya resistensi terhadap obat lini pertama.
Pemeriksaan sputum BTA dilakukan kembali pada akhir
pengobatan TB. Jika sputum menunjukkan hasil positif, pengobatan bisa
dikatakan gagal dan pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan. Pada
pasien dengan sputum BTA negatif di akhir fase pengobatan intensif dan
akhir fase lanjutan, pemantauan sputum lebih lanjut tidak diperlukan.
Pasien melakukan kunjungan pengobatan ke Pusesmas Lut Tawar
dengan diagnosis TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis. Pasien saat ini
menjalani pengobatan TB Fase intensif bulan ke-1 lini 1.
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 37,0 °C
Permeriksaan Fisik
Kepala/Leher : Mata Anemis (-/-), Faring Hiperemis (-)
Paru : Ves(+/+), Rh(-/-), Wh(-/-)
Gambaran Pelaksanaan Cor : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (Normal), hepar / lien tidak
teraba
Extremitas : CRT <2 detik, Akral Hangat, Edema -/-
BB : 56 kg
TB : 160 cm
IMT : 21,8 (Normoweight)
Tatalaksana
- OAT FDC 2RHZE (4 Tab 4 FDC per Hari)
- KIE efek samping FDC dan konseling PMO
- Edukasi pada pasien dan keluarga menjaga nutrisi TKTP,
berjemur, menggunakan masker dan mengatur ventilasi rumah