Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN DETEKSI DINI FAKTOR RESIKO PTM

DI POSYANDU PUSKESMAS NAGRAK TAHUN 2022

A. PENDAHULUAN
Kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan - lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan structural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi social dalam penyelenggaraannya.

B. LATAR BELAKANG

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian


utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di
seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang
sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa
mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian)
dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat
terutama pada negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau
pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang
terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa
69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum
terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi
komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995
-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1
per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes
Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik
Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%.
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman
beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM
merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang
belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi
normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor
risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan
untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan
kualitas hidup. Salah satu strategi peran serta masyarakat. Masyarakat
diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian
faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya.
Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM di
Posyandu.
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM
diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor
risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini
ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatantidak hanya pada saat sakit, melainkan
juga pada keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan
suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi
para pemangku kepentingan serta pelaksana di lapangan.

C. TUJUAN KEGIATAN

1. Tujuan Umum :

Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis


peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.
2. Tujuan khusus :

a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM.

b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM.

c. Terlaksananya tindak lanjut dini

D. KEGIATAN POKOK

1. Pemeriksaan Tekanan Darah

2. Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan dan Lingkar Perut.

3. Pemeriksaan Gula darah dan Cholesterol

E. RINCIAN KEGIATAN

1. Deteksi Hipertensi dengan memeriksa Tekanan Darah

2. Deteksi kemungkinan kekurangan Gizi dan Obesitas dengan memeriksa


Tinggi Badan dan Berat Badan.
3. Deteksi kemungkinan Diabetes Millitus dengan Cek Gula Darah

4. Deteksi dini kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim pada pengunjung
wanita

F. SASARAN
Sasaran kegiatan posyandu lansia antara lain :
1. Kelompok pra usia lanjut (45 - 59 tahun)
2. Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas)
3. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Desa Nagrak : 16 November 2022
Desa Limbangansari : 08 November 2022
Desa Mekarsari : 01 November 2022
Desa Sukamaju : 15 November 2022
H. PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Pencatatan dan pelaporan dibuat dalam bentuk laporan tertulis menggunakan format
laporan.

b. Pelaporan diserahkan setiap akhir bulan.

Mengetahui, Cianjur, Oktober 2022


Kepala Puskesmas Nagrak, Pelaksana Program

dr. Dikdik Wahyudi Fitri S Juniawati


NIP. 19770207 201001 1 011 NIP. 19870604201705 2 004

Anda mungkin juga menyukai