Anda di halaman 1dari 32

KUSTA MULTIBASILER

(MORBUS HANSEN MULTIBASILER)

Oleh:
Ery Prayudi
N 111 17 065 PEMBIMBING KLINIK
dr. Indah P.Kiai Demak,
M.Med, Ed
dr. Meity Salatan
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Program Nasional Pengendalian Kusta terus melakukan berbagai
upaya untuk kesinambungan kegiatan pengendalian kusta dalam
menurunkan beban penyakit kusta di Indonesia

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular, menahun


dan disebabkan oleh bakteri kusta (Mycobacterium leprae) yang
hingga saat ini masih dapat ditemukan di Indonesia. Penyakit kusta
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kecactan apabila
tidak ditemukan secara dini dan tidak ditangani secara cepat

Pengendalian penyakit kusta di Sulawesi Tengah telah banyak mengalami kemajuan


yaitu sejak tahun 2001 prevalensi kusta telah berkisar 1 – 2 / 10.000 penduduk, dan angka
kesakitan 3 tahun dari 2012 sampai dengan 2014 berangsur – angsur turun. Namun pada
proporsi kecacatan tkt.II proporsi kasus anak <14 tahun, kota Palu berada pada peringkat
ke tiga dengan 7,69%, dengan peringkat pertama pada Kabupaten Sigi, dan disusul oleh
Kabupaten Poso.
BAB II IDENTIFIKASI
MASALAH
Masalah kesehatan A B C NPD D (PEARL) NPT Prioritas

HIPERTENSI 6 11 4 68 1 68 I
Penyakit Pada Sistem
otot, sendi termasuk
8 7 2 30 1 30 III
rematik

ISPA 7 8 4 60 1 60 II
GASTRITIS 6 6 5 60 1 60 II
Penyakit Kulit Lain
4 10 2 28 1 28 IV

Kesimpulan dari rumus ini yaitu Hipertensi dan diikuti


dengan Gastritis, Penyakit Pada Sistem otot, sendi termasuk
rematik, ISPA, dan penyakit kulit lainnya merupakan
prioritas masalah yang menempati 4 urutan teratas prioritas
masalah yang ada di puskesmas Kamonji. Oleh karena itu
peneliti memilih Penyakit kulit lainnya terutama Penyakit
Kusta sebagai refleksi kasus.
Laporan Kasus
Identitas pasien
• Nama Pasien : Ny. S
• Umur : 42 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Jl. Asam III no. 1
• Tanggal Homevisit : 15 September 2018
• Keluhan utama:
Munculnya bercak-bercak berwarna putih pada daerah dada,
perut, dan tangan.
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan dialami sejak 8 bulan yang terakhir. Keluhan ini awalnya
muncul di ujung jari, berupa bercak berwarna putih sejak
Februari 2018. Dan menyebar ke seluruh bagian tubuh. Bercak
tidak gatal, namun dirasakan nyeri, pasien juga mengeluhkan
kram pada daerah yang mengalami bercak, permukaan bercak
halus mengkilap, serta batas kurang tegas. Pasien juga
mengalami luka pada daerah tangan, awal mulanya disertai
bercak tebal berwarna putih, kemudian terjadi luka dan tidak
sembuh. Bercak tidak disertai gatal. Riwayat Penyakit DM dan
Hipertensi tidak ada.
• Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien sudah pernah melakukan pengobatan di
Puskesmas dan di diagnosa menderita penyakit Kusta,
pasien mengkonsumsi obat yang dikonsumsi selama 2
bulan dari dokter, keluhan keram dan bercak sudah
mulai menghilang setelah mengalami pengobatan.
• Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada dari keluarga pasien maupun tetangga
yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
• Riwayat pengobatan:
Pasien teratur mengkonsumsi obat dari Puskesmas,
pasien juga memiliki PMO yaitu suaminya.
• Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien tinggal di dalam rumah terdapat 4 orang, satu
kepala keluarga yaitu suami pasien, beserta dua
orang anaknya.
Rumah tempat tinggal pasien terdiri atas 1 lantai
dengan halaman depan. Halaman depan rumah
(pekarangan dengan luas ±3 m2tampak cukup bersih.
Rumah tinggal memiliki tiga ruang utama, yakni ruang
depan (ruang tamu), ruang tengah dan ruang
belakang. Ruang depan terdiri dari 1 ruang tamu.
Pada ruang tengah terdapat 2 kamar dengan luas
masing-masing ± 3×3 m2, dan terdapat ruang
keluarga untuk bersantai
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit ringan
• Kesadaran : Compos mentis
• Frek. Nadi : 92 x/menit
• Frek. Napas : 20 x/menit
• Suhu : 36,8 °C
• Berat badan : 50 kg
• Tinggi badan : 155 cm
• Status gizi : Gizi baik (IMT 19,2)
Edukasi:
• Penyakit yang diderita adalah penyakit kusta yang menular dan
bisa menyerang siapa saja.
• Menjelaskan kepada pengasuh dan pasien tentang gejala-
gejala pada penyakit kusta dan cara penularannya
• Menjelaskan cara perawatan diri di rumah untuk mencegah
cacat
• Menjelaskan jenis obat, cara minum, dan menyimpan obat.
• Menjelaskan efek samping dari obat - obat yang diminum
• Menjelaskan kepada pasien agar tekun minum obat serta rutin
memeriksakan dirinya sampai dinyatakan sembuh untuk evaluasi
perkembangan penyakit kusta di Puskesmas meskipun pasien
sudah merasa sehat sebelum dinayatakan sembuh.
• Menjelaskan kepada pasien untuk memantau perubahan gejala,
jika bertambah berat harus segera diperiksa kembali.
• Jagalah kebersihan rumah dan pencahayaan di dalamnya,
buka jendela setiap hari pagi dan siang hari.
• Menganjurkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk tidak
saling bertukar memakai pakaian atau handuk di rumah.
• Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan
mengkonsumsi sayur-sayuran serta buah-buahan untuk
Pembahasan
• Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari
tanda-tanda utama atau tanda cardinal (Cardinal sign) yaitu:
• Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit/lesi dapat
berbentuk bercak putih (hipopigmentasi) atau kemerahan
(eritema) yang mati rasa (anestesi).
• Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi
saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari
peradangan saraf tepi (neuritis perifer) kronis. Gangguan
fungsi saraf bisa berupa:
• Gangguan fungsi sensoris: mati rasa
• Gangguan fungsi motoris: kelemahan (paresis) atau
kelumpuhan (paralisis) otot
• Gangguan fungsi otonom: kulit kering dan retak-retak
• Adanya basil tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan
kulit
• konsep faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan menurut H.L Bloom, maka
dapaat ditelaah sebagai berikut:
• Faktor Genetik
• Faktor perilaku
• Faktor Lingkungan
• Faktor Pelayanan Kesehatan
BAB III PENUTUP
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, pasien
didiagnosis dengan Morbus Hansen tipe Multibasiler
• Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Morbus
Hansen tipe Multibasiler pada pasien, yaitu: faktor perilaku, dan
faktor lingkungan
Saran
Promosi Kesehatan (health promotion)
• lebih sering melakukan promosi kesehatan tentang penyakit Kusta
serta dampak atau komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Kusta,
hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan posbindu ataupun di
Puskesmas.
• Promosi kesehatan yang dapat mengubah pola pikir masyarakat
tentang pentingnya menjaga higientias dan faktor risiko untuk
penyebaran Penyakit Kusta, Penyakit ini dapat menyerang pada
orang-orang dengan usia apapun, dan jenis kelamin apapun.
Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu(general and specific protection)
• Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap ancaman agen penyakit atau
pembawa penyakit tertentu.
• Memberikan informasi pada pasien tentang faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit Kusta,
bagaimana pola penyebaran kuman dan sebagainya.
• Memperhatikan Faktor Lingkungan dan Perilaku merupakan
hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya Prevalensi
Penyakit Kusta.
• Pihak Puskesmas melakukan Screening secara aktif untuk
mendapatkan Kasus baru tentang Penyakit Kusta karena
penyakit ini merupakan penyakit menular.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment)
• Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin
dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang
tepat. Hal yang dapat dilakukan adalah:
• Jika mengalami beberapa gejala penyakit Kusta seperti
kelainan kulit disertai kelainan saraf. Segera berkunjung ke
Puskesmas terdekat untuk mencegah terjadinya komplikasi
dari penyakit Kusta dan mendapatkan terapi yang sesuai
dengan penyakit Kusta tersebut.
• Menjelaskan tentang penyakit Kusta dan bagaimana
pengobatannya, berapa lama pengobatannya, pentingnya
berobat secara teratur, bagaimana mencegah terjadinya
penularan dari penyakit Kusta.
Membatasi kecacatan (disability limitation)
• Usaha ini dilakukan dengan pengobatan dan
perawatan yang sempurna agar penderita sembuh
kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi ).
Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar
kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan
fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin. Hal yang dapat dilakukan
adalah:
• Untuk penyakit Kusta penyebab kecacatan
terbesar adalah kelainan Deformitas, gangguan
saraf sensorik, motorik, dan autonom, dan
gangguan pada mata. Sebaiknya dilakukan
• Pemulihan (rehabilitation)
Pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita
tidak menjadi hambatan sehingga individu yang
menderita dapat berfungsi optimal secara fisik,
mental dan sosial. Hal yang dapat dilakukan adalah:
Untuk pasien yang sudah mengalami terjadinya
deformitas ataupun gangguan penglihatan,
diberikan edukasi tentang perawatan lukanya, dan
penanganan untuk gangguan mata.
Dimasyarakat, dapat dilakukan kegiatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat untuk mencegah terjadinya
peningkatan penyakit menular.
Dokumentasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai