Anda di halaman 1dari 25

Pemberantasan Penyakit Kusta dalam Keluarga

Kelompok E1

Kelompok E1
Novita (102010025) Anggi (102010112) Fransiska Febriana (102010184) Devita Natalia (102010217) Pieter Pical (102010235) Santa Lin Margaretta (102010241) Rabieah (102010320) Novi Ayu Putri (102011422)

Skenario 1
Bapak Ojo (45 tahun) membawa anak laki-laki bernama Oji ke puskesmas untuk berobat. Di punggung dan lengan anaknya terdapat bercak-bercak keputihan. Dokter mendiagnosis anak ini terkena kusta. Dokter melakukan kunjungan kerumah bapak Ojo untuk memeriksa seluruh anggota keluarga dan memeriksa kondisi rumahnya. Bapak Ojo tinggal di rumah ukuran 4x4 m di pemukiman padat penduduk. Lantai rumah sebagian masih tanah. Sinar matahari sulit masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah lembab. Dirumah itu tinggal 5 orang terdiri dari bapak dan ibu Ojo, anaknya Oji (13 tahun), Aji (9 tahun), Jihan (6 tahun). Mereka memakai handuk bergantian. Ibu Ojo pernah diobati kusta 3 tahun yang lalu tapi cuma 3 bulan minum obat karena merasa sudah sembuh.

Identifikasi Istilah
-

Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki terdapat bercak keputihan di punggung dan lengan

Mind Mapping
Epidemiologi Program pemberantasan kusta Cara penemuan Seorang anak berusia 13 tahun terdapat bercak keputihan pada lengan dan punggung

Penatalaksanaan Promosi kesehatan Pencegahan

Kusta/Lepra/Morbus Hansen
Penyakit menular menahun Disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya

Penularan dengan cara kontak langsung, erat dan dalam jangka lama, inhalasi menghirup tetesan ludah (droplet) penderita kusta yang mengandung M. Lepra Berkembang dalam periode yang relatif lambat. Penderita baru menyadari mengidap penyakit ini dalam hitungan beberapa bulan atau tahun setelah terinfeksi M.lepra

Bersifat sistemik dapat menyerang semua organ tubuh tersering: kulit, tulang serta saraf tepi
Gejala awal => adanya bercak-bercak berwarna kemerahan pada kulit, penebalan kulit yang diikuti rasa baal (hipastesi) serta rontoknya alis (madarosis) Pada tahap lanjut dapat ditemukan adanya perubahan bentuk anggota gerak tubuh (deformitas), pemendekan jari-jari tangan ataupun penebalan pada saraf-saraf tepi

Epidemiologi
Jumlah penderita kusta di Indonesia masih tinggi. Tahun 2011 ditemukan 23.169 kasus baru kusta Dari segi persebarannya, ada 14 provinsi yang mempunyai tingkat penemuan kasus lebih dari 10 per 100.000 penduduk, antara lain Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Indonesia menempati urutan ketiga jumlah pengidap kusta terbanyak di dunia setelah India (127.295) dan Brasil (33.955) Di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki tempat teratas. Myanmar berada di urutan kedua dengan 3.082 kasus, Filipina ketiga (2.936)

Faktor Agent bakteri Mycobacterium leprae bersifat tahan asam dan hanya dapat hidup di dalam sel inang (intraseluler obligat) berukuran 3-8 Um x 0,5 Um bakteri positif-Gram Faktor Host/Pejamu Manusia dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang tidak optimal ataupun karena higine individunya yang kurang, bisa juga karena terpapar dalam jangka waktu lama oleh penderita kusta yang lain

Faktor Lingkungan golongan masyarakat dengan sosio-ekonomi rendah. Rendahnya daya tahan tubuh secara umum, gizi yang kurang baik serta lingkungan dan higine yang kurang baik juga. Kondisi rumah yang buruk seperti kelembaban dan pertukaran udara yang kurang, pencahayaan sinar matahari yang minim dan terlalu padat penghuninya
Transmisi belum ada teori yang pasti. droplet mukosa hidung penderita kusta tipe lepromatosa yang belum diobati Kontak langsung dalam jangka waktu lama

Cara Penemuan
Secara Pasif (Sukarela) dilakukan terhadap orang yang belum pernah berobat kusta, datang sendiri atau ketempat pelayanan kesehatan Secara Aktif => Petugas kesehatan ataupun dokter terjun langsung kelapangan untuk menemukan kasus penyakit

Pemeriksaan kontak serumah (survai kontak) Mencari penderita baru yang mungkin sudah lama ada/belum lama ada dan belum berobat (index case) Sasaran: semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita Frekuensi pemeriksaan: dilaksanakan minimal 1 tahun sekali dimulai pada saat anggota keluarga dinyatakan sakit kusta pertama kali Melakukan pemeriksaan pada kelompok masyarakat yang dicurigai adanya penderita kusta, serta anak-anak sekolah didaerah yang pernah dijumpai kasus penyakit kusta

Pencegahan
Pencegahan primer a. Penyuluhan kesehatan b. Pemberian imunisasi

Pencegahan sekunder Pengobatan mencegah terjadinya cacat aau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan
Pencegahan Tertier => Untuk pencegahan cacat kusta dan rehabilitasi penderita

a.

b.

Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan secara teratur dan penangan reaksi untuk mencegah terjadinya kerusakan fungsi saraf Upaya pencegahan cacat sekunder meliputi perawatan diri sendiri untuk mencegah luka dan perawatan mata, tangan, atau kaki yang sudah mengalami gangguan fungsi saraf

Rehabilitasi kusta - Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur - Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan - Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi - Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada tangan. - Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita cacat

Promosi Kesehatan
Pengertian yang tepat dan benar mengenai penyakit kusta: - Penyakit kusta tidaklah sangat menular - Penyakit kusta dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur - Penderita kusta adalah amggota masyarakat yang kebetulan menderita sakit - Penyakit kusta adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman kusta dan bukan karena kutukan Tuhan dan bukan penyakit keturuna

Kepada penderita kusta diberikan penjelasan tentang penyakitnya, sehingga penderita mau berobat secara teratur, mencegah komplikasi-komplikasinya dan menghilangkan perasaan rendah diri Kepada keluarga penderita diberikan penjelasan tentang penyakit kusta penderita dapat diterima dengan baik didalam keluarganya dan membantu untuk pengawasan pengobatan, dan mampu untuk memelihara kesehatan dalam keluarga

Kepada masyarakat diberikan penjelasan tentang penyakit kusta membantu pengawasan pengobatan, melaporkan kasus yang dicurigai, menerima penderita kusta dilingkungannya dan membantu petugas puskesmas
Kepada petugas kesehatan diberikan pengetahuan tentang penyakit kusta sehingga dapat melaksanakan program pemberantasan penyakit kusta dengan baik

Penatalaksanaan

Program Pemberantasan Kusta


Tujuan dan sasaran : Perevalensi kurang dari 1 per 10000 penduduk Sasaran : semua penderita dan orang yang kontak dengan penderita Kebijakan dan strategi : Pengobatan (MDT/multi drug terapi) Kerjasama lintas program dan lintas sector Meningkatan keterampilan petugas

Kegiatan : Rencana penyediaan jumlah obat Pengobatan MDT Rujukan jika tidak sembuh selama 3 bulan ke rumah sakit pasien yang mengalami efek samping obat dirujuk ke rumah sakit survey Monitoring dan evaluasi : Puskesmas dengan penderita <5, laporan 1x perbulan Puskesmas dengan penderita 5-10, laporan 2x perbulan Pelaporan dan pencatatan : Setiap penderita harus memiliki kartu penderita Pencatatan dalam buku MDT Menyediakan formulir kasus baru Pencatatan kunjungan penderita

Kesimpulan
Kusta disebabkan oleh kuman Microbacterium leprae. Manifestasi klinik dari penderita kusta adalah adanya lesi kulit yang khas dan anesthesia. Penularan penyakit kusta yaitu: melalui sekret hidung dan kontak langsung dengan kulit penderita. Untuk pencegahan penyakit kusta terbagi dalam 3 tahapan yaitu : pencegahan secara primer, sekunder dan tersier. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kusta yang perlu dilakukan adalah melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik, menentukan diagnosa keperawatan, kemudian memberikan tindakan perawatan yang komprehensip.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai