Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

FRAMBUSIA
OLEH
IRMA
KONSEP MEDIK
PENGERTIAN
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh Treptonema pallidum
ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam
proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau
granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif
yang dini dan destruktif atau adanya infeksi
lanjut pada kulit, tulang dan perios.
Penyakit ini tumbuh subur terutama
didaerah beriklim tropis dengan
karakteristik cuaca panas, banyak
hujan, yang dikombinasikan
dengan banyaknya jumlah
penduduk miskin, sanitasi
lingkungan yang buruk, kurangnya
fasilitas air bersih, lingkungan yang
padat penduduk dan kurangnya
fasilitas kesehatan umum yang
memadai.

SEJARAH
Penyakit Frambusia (yaws) pertama
kali ditemukan oleh Castellani, pada
tahun 1905
Dalam bahasa Inggris disebut Yaws,
ada juga yang menyebut Frambesia
tropica dan dalam bahasa Jawa
disebut Pathek.
Di zaman dulu penyakit ini amat populer
karena penderitanya sangat mudah
ditemukan di kalangan penduduk. Di
Jawa saking populernya telah masuk
dalam khasanah bahasa Jawa dengan
istilah ora Patheken.

INSIDEN
Didunia, pada awal tahun 1950-an diperkirakan
banyak kasus frambusia terjadi di Afrika, Asia,
Amerika Selatan dan Tengah serta Kepulauan
Pasifik, sebanyak 25 150 juta penderita. Setelah
WHO memprakarsai kampanye pemberantasan
frambusia dalam kurun waktu tahun 1954 1963,
para peneliti menemukan terjadinya penurunan yang
drastic dari jumlah penderita penyakit ini.
Namun kemudian kasus frambusia
kembali muncul akibat kurangnya fasilitas
kesehatan public serta pengobatan yang
tidak adekuat. Dewasa ini, diperkirakan
sebanyak 100 juta anak-anak beresiko
terkena frambusia.
ETIOLOGI
Frambusia, yang disebabkan oleh Treponema
pertenue, adalah penyakit menular bukan seksual
pada manusia yang pada umumnya menyerang
anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Penyakit
ini terutama menyerang kulit dan tulang serta
banyak didapati pada masyarakat miskin,
pedesaan dan marjinal di beberapa bagian Afrika,
Asia dan Amerika Selatan, dimana kepadatan
penduduk, kekurangan persediaan air, dan
keadaan sanitasi serta kebersihan yang buruk
terdapat di mana-mana.
EPIDEMIOLOGI
Endemis epidemiologi penyakit ini
terdapat di daerah beriklim panas di
Asia Tenggara dan Selatan,
termaksud Indonesia dan suku-suku
terasing diAustralia bagian utara,
Afrika serta Amerika Latin.
Indonesia, Propinsi yang masih mempunyai
banyak kantong frambusia diprioritaskan
untuk dilakukan sero survei, yaitu NAD,
Jambi, Jawa Timur, Banten, Sulawesi
Tenggara dan NTT. Hal ini di pengaruhi oleh
3 faktor yang penting, yaitu faktor host
(manusia), agent (vector) dan environtment
(lingkungan) termasuk di dalam faktor host
yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku
perorangan. (Depkes, 2004).

MANIFESTASI KLINIK
Penyakit frambusia ditandai dengan
munculnya lesi primer pada kulit berupa
kutil (papiloma) pada muka dan anggota
gerak, terutama kaki
lesi ini tidak sakit dan bertahan sampai
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Lesi kemudian menyebar membentuk lesi
yang khas berbentuk buah frambus
(raspberry) dan terjadi ulkus (luka terbuka).
Stadium lanjut dari penyakit ini berakhir
dengan kerusakan kulit dan tulang di
daerah yang terkena dan dapat
menimbulkan kecacatan 10-20 persen
dari penderita yang tidak diobati akan
cacat.

CARA PENULARAN
Penularan secara langsung
(direct contact)
Penularan secara tidak
langsung (indirect contact) .
STADIUM FRAMBUSIA
Stadium Primer.
Stadium Sekunder
Stadium Tersier.

PENCEGAHAN
Skrining terhadap anak sekolah dan
masyarakat usia di bawah 15 tahun
untuk menemukan penderita.
Memberikan pengobatan yang akurat
kepada penderita di unit pelayanan
kesehatan (UPK) dan dilakukan
pencarian kontak.

Penyuluhan kepada masyarakat tentang
(PHBS).
Perbaikan kebersihan perorangan melalui
penyediaan sarana dan prasarana air
bersih serta penyediaan sabun untuk
mandi.
Pengawasan penderita, kontak dan
lingkungan sekitarnya

PENGOBATAN
Pengobatan frambusia dilakukan
dengan memberikan antibiotika.
Antibiotika golongan penicillin
merupakan obat pilihan pertama. Bila
penderita alergi terhadap penicillin,
dapat diberikan antibiotika tetrasiklin,
eritromisin atau doksisiklin.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Noordhoek, et al, (1990)
diagnosa dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan mikroskop lapangan
gelap atau pemeriksaan
mikroskopik langsung FA
(Flourescent Antibody) dari eksudat
yang berasal dari lesi primer atau
sekunder.
Penyakit frambusia adalah penyakit
yang merupakan indikator
keterbelakangan, terkait dengan gizi,
kebersihan perorangan dan
lingkungan yang jelek, tidak
tersedianya sarana dan prasarana air
bersih yang memadai.
Masih ada atau munculnya
kembali frambusia di suatu daerah
sebagai indikasi tidak
tersentuhnya wilayah tersebut
oleh pemerataan pembangunan
atau rusaknya infrastruktur yang
pernah dibangun.
Penyakit frambusia bisa
dieliminasi asalkan strategi
pemberantasan dilaksanakan
dengan tepat dan sepenuh hati
karena pengobatannya sangat
mudah.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
PENGKAJIAN
Anamnesis terdiri dari :
Identitas pasien,
Keluhan utama pasien,
Riwayat kesehatan
Riwayat psikologi
Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kerusakan Integritas Kulit
berhubungan dengan adanya Lesi
Gangguan Mobilisasi berhubungan
dengan Kecacatan
Gangguan Citra Tubuh
berhubungan dengan Perubahan
Postur Tubuh
Resiko Terjadi Infeksi berhubungan
dengan Kerusakan Pada Kulit,
Pertahanan Tubuh Menurun
Ansietas berhubungan dengan
Perubahan status Kesehatan
Kurang Pengetahuan berhubungan
dengan Kurang Informasi Terhadap
Perawatan Kulit

INTERVENSI DAN RASIONAL
DIAGNOSA I
Kaji kulit setiap hari. Catat warna,
turgor, sirkulasi, dan sensasi. Amati
perubahan lesi
R/ Menentukan garis dasar dimana
terjadi perubahan pada status


Pertahankan hygiene kulit. Misalnya dengan
membasuh dan mengeringkannya dengan
hati-hati dan melakukan masase dengan
menggunakan lotion atau krim
R/ Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan
menambah kenyamanan
Kolaborasi pemberian obat topical atau
sistemik
R/ Digunakan pada perawatan lesi kulit

DIAGNOSA II
Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang
diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan
catat persepsi klien terhadap immobilisasi.
R/ Dengan mengetahui derajat
ketidakmampuan bergerak klien dan
persepsi klien terhadap immobilisasi akan
dapat menemukan aktivitas mana saja
yang perlu dilakukan.


Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan
menggunakan tongkat dan kursi roda.
R/ Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal
dan menggunakan alat-alat yang perlu digunakan
oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien
Ganti posisi klien setiap 3 4 jam secara periodik
R/ Pergantian posisi setiap 3 4 jam dapat
mencegah terjadinya kontraktur.

DIAGNOSA III
Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien
(menghindari kontak mata, ucapan yang
merendahkan diri sendiri, ekspresi perasaan
muak pada kondisi kulit
R/ Gangguan citra diri akan menyertai setiap
penyakit atau keadaan nyata bagi pasien.
Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri
akan berpengaruh pada dirinya sendiri

Berikan kesempatan untuk pasien
mengungkapkan. Dengarkan dengan
cara yang terbuka dan tidak
menghakimi untuk mengekspresikan
berduka atau ansietas tentang
perubahan citra tubuh
R/ Pasien membutuhkan pengalaman
didengarkan dan dipahami.
Mendukung upaya pasien untuk
memperbaiki citra diri

Bersikap realistis selama
pengobatan, pada penyuluhan
kesehatan
R/ Meningkatkan kepercayaan dan
mengadakan hubungan antara
pasien dengan perawat

DIAGNOSA IV
Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu
R/ Memberikan informasi data dasar.
Peningkatan suhu secara berulang-
ulang dari demam yang terjadi untuk
menunjukkan pada tubuh bereaksi pada
proses infeksi yang baru.

Gunakan sapu tangan, masker dan tekhnik
aseptic selama perawatan dan berikan pakaian
yang steril atau baru
R/ Mencegah terpajan pada organism infeksius

Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan
yang baik untuk semua individu yang kontak
dengan pasien
R/ Mencegah kontaminasi silang, menurunkan
resiko infeksi

DIAGNOSA V
Berikan penjelasan yang sering dan
informasi tentang prosedur perawatan
R/ Pengetahuan diharapkan
menurunkan ketakutan dan ansietas,
dan memperjelas kesalahan konsep
dan meningkatkan kerja sama
Libatkan pasien atau orang yang terdekat
dalam proses pengambilan keputusan
R/Meningkatkan rasa control dan kerja sama,
menurunkan perasaan tak berdaya atau putus
asa

Kaji status mental terhadap penyakit
R/ Pada awalnya pasien dapat menggunakan
penyangkalan untuk meurunkan dan
menyaring informasi secara keseluruhan.

DIAGNOSA VI
Tentukan apakah pasien mengetahui
tentang kondisi dirinya
R/ Memberikan data dasar untuk
mengembangkan rencana penyuluhan
Pantau agar pasien mendapatkan informasi
yang benar, memperbaiki kesalahan persepsi
informasi
R/ Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada
sesuatu yang dapat di perbuat
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk
tulisan
R/ Informasi tertulis dapat membantu
mengingatkan pasien

Anda mungkin juga menyukai