Anda di halaman 1dari 2

1.

Penyebab penyakit: Treponema pallidum, subspesies pertenue dari spirochaeta


2. Distribusi penyakit
Terutama menyerang anak-anak yang tinggal didaerah tropis di pedesaan yang panas,
lembab, lebih sering ditemukan pada laki-laki. Prevalensi frambusia secara global
menurun drastis setelah dilakukan kampanye pengobatan dengan penisilin secara masal
pada tahun 1950-an dan 1960-an, namun penyakit frambusia muncul lagi di sebagian
besar daerah katulistiwa dan afrika barat dengan penyebaran fokus-fokus infeksi tetap di
daerah Amerika latin, kepulauan Karibia, India, Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik
Selatan.
3. Reservoir: Manusia dan mungkin primata kelas tinggi
4. Cara penularan: Prinsipnya berdasarkan kontak langsung dengan eksudat pada lesi awal
dari kulit orang yang terkena infeksi. Penularan tidak langsung melalui kontaminasi akibat
menggaruk, barang-barang yang kontak dengan kulit dan mungkin juga melalui lalat yang
hinggap pada luka terbuka, namun hal ini belum pasti. Suhu juga mempengaruhi
morfologi, distribusi dan tingkat infeksi dari lesi awal.
5. Masa inkubasi: Dari 2 hingga 3 minggu
6. Masa penularan: Masa penularan bervariasi dan dapat memanjang yang muncul secara
intermiten selama beberapa tahun barupa lesi basah. Bakteri penyebab infeksi biasanya
sudah tidak ditemukan pada lesi destruktif stadium akhir.
7. Kerentanan dan kekebalan: Tidak ada bukti adanya kekebalan alamiah atau adanya
kekebalan pada ras tertentu. Infeksi menyebabkan timbulnya kekebalan terhadap reinfeksi
dan dapat melindungi orang tersebut terhadap infeksi dari kuman golongan treponema lain
yang patogen.

A. Upaya pencegahan:
Walaupun penyebab infeksi sulit dibedakan dengan teknik yang ada pada saat ini. Begitu
pula perbedaan gejala-gejala klinis dari penyakit tersebut sulit ditemukan. Dengan
demikian membedakan penyakit treponematosisi satu sama lainnya hanya didasarkan
pada gambaran epidemiologis dan faktor linkungan saja. Hal-hal yang diuraikan pada
butir-butir berikut ini dapat dipergunakan untuk manangani penyakit frambusia dan
penyakit golongan treponematosis non venereal lainnya.
1) Lakukanlah upaya promosi kesehatan umum, berikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat tentang treponematosis, jelaskan kepada masyarakat untuk
memahami pentingnya menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi-sanitasi
yang baik, termasuk penggunaan air dan sabun yang cukup dan pentingnya untuk
meningkatkan kondisi sosial ekonomi dalam jangka waktu panjang untuk
mengurangi angka kejadian.
2) Mengorganisir masyarakat dengan cara yang tepat untuk ikut serta dalam upaya
pemberantasan dengan memperhatikan hal-hal yang spesifik diwilayah tersebut;
periksalah seluruh anggota masyarakat dan obati penderita dengan gejala aktif
atau laten. Pengobatan kontak yang asimtomatis perlu dilakukan dan pengobatan
terhadap seluruh populasi perlu dilakukan jika prevalensi penderita dengan gejala
aktif lebih dari 10%. Survei klinis secara rutin dan surveilans yang
berkesinambungan merupakan kunci sukses upaya pemberantasan.
3) Survey serologis untuk penderita laten perlu dilakukan terutama pada anak-anak
untuk mencegah terjadinya relaps dan timbulnya lesi infektif yang menyebabkan
penularan penyakit pada komunitas tetap berlangsung.
4) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mamadai untuk dapat
melakukan diagnosa dini dan pengobatan dini sebagai bagian dari rencana
kampanye pemberantasan di masyarakat Hendaknya fasilitas diagnosa dan
pengobatan dini terhadap frambusia ini merupakan bagian yang terintegrasi pada
fasilitas pelayanan kesehatan setempat yang permanen.
5) Lakukan penanganan terhadap penderita cacat dan penderita dengan gejala
lanjut.

Anda mungkin juga menyukai