Anda di halaman 1dari 49

CRS MOLUSKUM OLEH :

Rashif Hizbullah Arsya 2040312007

KONTAGIOSUM Muhammad Arif Shah Bin Jamaludin


2140312154

Preseptor :
dr. Ennesta Asri, Sp.KK(K), FINSDV
dr. Rina Gustia, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

• Moluskum kontagiosum merupakan • Penularannya melalaui kontak langsung


suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh dengan lesi aktif, dan tidak langsung
Molluscum Contagiosum Virus (MCV), melalui barang-barang pribadi seperti
kelompok Pox Virus dari genus Mollusci- handuk.
pox virus

• Penyakit ini terutama menyerang anak-


anak dan dewasa dengan aktivitas seksual
aktif dan imunodefisiensi.
LATAR BELAKANG
Moluskum kontagiosum bersifat endemik pada komunitas padat
penduduk, sanitasi buruk, dan daerah dengan tingkat ekonomi
yang rendah

Prevalensi tertinggi terdapat di Afrika Timur, yaitu sebesar 52%. Di


Indonesia, prevalensi moluskum kontagiosum sebesar 40,4%

Moluskum kontagiosum pada individu yang sehat dapat sembuh


spontan setelah beberapa bulan. Namun, kadang menetap sampai 2
bulan atau lebih.
LATAR BELAKANG

Terapi dengan intervensi dapat memutus rantai penularan

Penyakit ini tidak atau jarang residif jika hasil terapi menghilangkan
semua lesi yang ada
PENDAHULUAN

Batasan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan


• Case Report Session ini akan • Tujuan penulisan CRS ini • Metode penulisan CRS ini merupakan
membahas definisi, etiologi, adalah untuk menambah studi kepustakaan yang merujuk ke
epidemiologi, gambaran wawasan sebagai dokter berbagai literatur.
klinis, diagnosis, diagnosis muda mengenai
banding, pemeriksaan moluskum kontagiosum.
penunjang, terapi, dan
prognosis pada moluskum
kontagiosum.
BAB 2
T I N J A U A N P U S TA K A
DEFINISI

• Moluskum kontagiosum adalah penyakit • Masa inkubasi moluskum kontagiosum 2-


yang disebabkan oleh virus pox. 8 minggu.

• Klinisnya berupa papul berbentuk kubah, • Dapat sembuh spontan atau swasirna
berkilat, dan pada permukaannya terdapat setelah beberapa bulan, namun bisa
lekukan (delle/umbilikasi), berisi massa menetap sampai 2 bulan atau lebih
yang mengandung badan moluskum
EPIDEMIOLOGI

• Endemis pada komunitas padat penduduk, higiene buruk dan daerah miskin

• Terutama menyerang anak-anak, usia dewasa dengan aktivitas seksual aktif / imunodefisiensi

• Penularan melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau autoinokulasi dan secara tidak langsung

• Prevalensi di AS sebesar 33%, di Mali 3,6%, di Australia tingkat seropositif keseluruhan dilaporkan
23%, di Afrika timur sebanyak 52% pada anak- anak yang berusia 2 tahun.

• Di Indonesia, prevalensi moluskum kontagiosum sebesar 40,4% dibandingkan penyakit kulit lain
ETIOLOGI

• Disebabkan oleh • Terdapat 4 subtipe, yaitu • MCV I adalah subtype yang


Molluscum Contagiosum MCV I, MCV II, MCV III, dan paling banyak ditemukan
Virus(MCV), kelompok Pox MCV IV yang dapat pada pasien, sedangkan
Virus dari genus menimbulkan gejala klinis MCV III yang jarang
Molluscipox virus yang serupa, yaitu berupa ditemukan
lesi papul milier yang
terbatas pada kulit dan
membrane mukosa.
MANIFESTASI
KLINIS

Gejala klinis dari penyakit ini


dapat tersebar di beberapa
lokasi, penyakit ini dapat timbul
di daerah wajah, leher, ketiak,
badan, dan ekstremitas
• Kelainan kulit berupa papul
bulat mirip kubah, berbentuk
miliar sampai lentikular dan
berwarna putih dan berkilat
seperti lilin

• Jika dipijat akan tampak


keluar masa yang berwarna
putih mirip butiran nasi.
Pada pasien imunokompremaise,
misalnya HIV/AIDS, lesi moluskum
menjadi cepat tumbuh, berjumlah
ratusan, besar-besar, dan tersebar
melibatkan daerah genital serta
ekstragenital.
DIAGNOSA

• Diagnosa biasanya ditentukan berdasarkan temuan klinis pada penderita tanpa adanya
keluhan subjektif.

• Kelainan kulit berupa papul bulat mirip kubah, berbentuk miliar sampai lentikular dan
berwarna putih dan berkilat seperti lilin, permukaan dapat disertai delle. Biasanya tanpa
disertai inflamasi.

• Jika dipijat akan tampak keluar massa berwarna putih seperti nasi yang merupakan badan
moluskum. Kadang berukuran lentikular.
DIAGNOSA
BANDING

Secara klinis bisa dibedakan dengan


lesi awal varisela, Impetigo bullosa
dan Milium
DIAGNOSA
BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan


penunjang

• Pada dermoskopi tampak gambaran orifisium dengan gambaran


pembuluh darah crown, punctiform, radial, dan flower pattern.
• Pemeriksaan Giemsa terhadap bahan massa putih dari bagian tengah
papul menunjukkan badan inklusi moluskum di dalam sitoplasma.
• Pemeriksaan histopatologik dilakukan apabila gambaran lesi tidak
khas MK dimana akan tampak gambaran epidermis hipertrofi dan
hiperplasia. Di atas lapisan sel basal didapatkan badan moluskum
atau Henderson-Paterson bodies
TATALAKSANA

NON MEDIKAMENTOSA MEDIKAMENTOSA


• Menjaga higiene kulit dengan • Tindakan:
mandi 2 kali sehari menggunakan – Bedah kuretase/enukleasi (Setelah
sabun. tindakan diberikan antibiotik topikal)
– Tindakan bedah beku/nitrogen cair.
TATALAKSANA
Terapi topikal:
– Kantaridin (0,7% atau 0,9%) dioleskan pada lesi dan dibiarkan selama 3-4 jam, setelah itu dicuci. Dapat
dilakukan sebulan sekali hinggga tidak ada lesi lagi.
– Podofilin (10%-25% dalam bentuk resin) atau (0,3% atau 0,5% dalam bentuk krim). Dioleskan pada tiap
lesi 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, jika lesi masih persisten hingga hari ke-7, terapi yang sama
dilanjutkan selama 3 minggu
– Pasta perak nitrat 40%
– Kalium hidroksida 10% 2 kali/hari selama 30 hari atau sampai terjadi inflamasi dan ulserasi di
permukaan papul
– Gel asam salisilat 12%
– Krim adapalen 1% selama 1 bulan
– Benzoil peroksida 10% dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu
– Solusio povidon iodine 10% dan plester asam salisilat 50%
TATALAKSANA

EDUKASI
• Terapi sistemik: • Menghindari kontak langsung.
– Terapi sistemik hanya diberikan • Pengobatan memakan waktu lama,
untuk pasien imunokompromais diperlukan ketekunan dan kesabaran.
yaitu interferon-α sub kutan.
PROGNOSIS

• Pada pasien imunokompeten • Quo ad vitam : bonam


dapat swasirna dalam 6-9 bulan • Quo ad functionam : bonam
tanpa meninggalkan parut,
• Quo ad sanactionam: bonam
kecuali jika mengalami infeksi
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama :A
• Umur : 6 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Siswa
• No. RM : 01.12.51.46
• Alamat : Padang
• Status Perkawinan : Belum
• Negeri Asal : Indonesia
• Agama :Islam
• Suku : Minangkabau
• Tanggal Pemeriksaan : 4 Januari 2022
ANAMNESIS

• Seorang pasien laki-laki berusia 6 tahun dan orang tuanya datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 4 Januari 2022 dengan:

Keluhan Utama
• Bintik-bintik sewarna kulit dan bewarna kemerahan pada perut, tangan, wajah dan punggung
yang bertambah banyak sejak beberapa hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:

• Awalnya hanya ada 1 bintik ± 1 bulan yang lalu pada perut yang sewarna dengan kulit dan kemerahan, kemudian 1
minggu yang lalu bertambah banyak.
• Pasien tidak mengeluhkan gatal, nyeri kepala dan demam sebelumnya.
• Keluhan bintik-bintik sewarna kulit seperti ini dari lahir tidak ada.
• Riwayat penurunan nafsu makan tidak ada
• Riwayat berkontak dengan penderita dengan keluhan yang sama tidak ada.
• Riwayat digigit serangga disangkal.
• Pasien memiliki hobi bermain dengan tetangga.
• Pasien mandi 2 kali sehari.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat timbul bintik-bintik sewarna kulit tidak ada.
• Riwayat batuk pilek ada, sebulan sekali
• Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
• Riwayat Pengobatan Sebelumnya
• Pasien tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya dan tidak ada menggunakan obat alami
seperti obat obatan herbal.
• Pasien belum pernah berobat penyakit ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat anggota keluarga dengan keluhan bintik-bintik sewarna kulit disangkal.
Riwayat Atopi/ Riwayat Alergi
• Riwayat bersin-bersin ≥ 5X di pagi tidak ada
• Riwayat asma tidak ada.
• Riwayat mata merah dan gatal tidak ada
• Riwayat alergi makanan tidak ada
• Riwayat alergi obat tidak ada
• Riwayat kaligata tidak ada
• Riwayat alergi serbuk sari tidak ada

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan


• Mandi 1-2x sehari, menggunakan sabun
• Mengganti baju 2x sehari
• Tetangga/teman sepermainan pasien yang terkena penyakit ini tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Komposmentis kooperatif
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 78 x/menit
• Nafas : 20x/menit
• Suhu : 37°C
• Status gizi : BB: 21 kg
TB: 100 cm
IMT 21 (normoweight)
STATUS GENERALIS

• Kepala : Normocephal
Tidak ada kelainan
• Mata : Konjungtiva hiperemis (-), sekret (-)
Sklera tidak ikterik
• Leher : JVP 5-0 cmH2O
• KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks
• Inspeksi : dada simetris kanan = kiri (statis) pergerakan dinding
dada simetris kanan dan kiri (dinamis)
• Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
• Perkusi : sonor kanan dan kiri
• Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
• Perkusi : Batas atas : RIC II
Batas kanan : linea parasternalis dekstra
Batas kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
• Auskultasi : irama reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ektremitas : Tidak ada kelainan
STATUS DERMATOLOGIS
Inspeksi
• Lokasi : Pada dada kiri bawah
• Distribusi : Terlokalisir
• Bentuk : Bulat
• Susunan : diskret
• Batas : Tegas
• Ukuran : Lentikuler
• Efloresensi : Papul-papul seawarna kulit
• Status Venerelogikus : Tidak dilakukan pemeriksaan.
• Kelainan selaput : Tidak ditemukan kelainan.
• Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan.
• Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan.
• Kelainan kelenjar limfe : Tidak ada tanda-tanda pembesaran kelenjar limfe.
DIAGNOSIS KERJA

• Moluskum Kontangiosum
DIAGNOSIS BANDING

• Varisella
• Impetigo bullosa
• Millium
PENATALAKSANAAN
Umum
• Menjelaskan tentang penyakit bahwa penyakitnya bisa menular melalui
kontak fisik baik dengan teman maupun dengan mainan teman
• Mandi minimal 2 kali sehari dan menggunakan sabun
• Handuk dicuci sekali seminggu, setelah pemakaian handuk dijemur
• Pemakaian sabun mandi dipisahkan dengan keluarga atau menggunakan
sabun cair
• Seluruh badan harus dikeringkan setelah mandi, dan selama sakit
dilarang untuk berenang
• Minum obat dan pakai krim teratur sesuai dengan aturan pakai obat
Khusus
Ekstraksi Lesi
• Memberitahukan kepada pasien perlu dilakukan tindakan ekstraksi semua
lesi moluskum untuk memutus rantai penyebaran dan tindakan ini membuat
pasien kurang nyaman. Sebelum tindakan diberikan krim anastesi lokal
EMLA (Lidokain Prilokain 5%) untuk mengurangi rasa sakit yang timbul
saat tindakan
Topikal
• KOH 10 % : dibiarkan selama 4 jam lalu dicuci (pada lesi setelah mandi) diberikan 2 kali
sehari
• Asam fusidat : post ektraksi untuk mencegah infeksi sekunder
PROGNOSIS
• Quo Ad Vitam : Bonam
• Quo Ad Sanationam : Bonam
• Quo Ad Cosmeticum : Bonam
• Quo Ad Functionam : Bonam
BAB 4
DISKUSI
• Bintik-bintik sewarna kulit dan bewarna kemerahan pada perut, tangan, wajah dan punggung
yang bertambah banyak sejak beberapa hari yang lalu Awalnya hanya ada 1 bintik ± 1 bulan
yang lalu pada perut yang sewarna dengan kulit dan kemerahan, kemudian 1 minggu yang lalu
bertambah banyak.
• Pasien tidak mengeluhkan gatal, nyeri kepala dan demam sebelumnya
• Dari pemeriksaaan dermatologikus ditemukan lesi moluskum di daerah dada kiri bawah dengan
distribusi terlokalisir, bentuk bulat, susunan diskret, batas tegas, ukuran lentikuler dengan
efloresensi papul-papul seawarna kulit.
Molluscum • Kontak langsung
Contagiosum Virus • Seksual proliferasi pada sel epitel keratinosit
(MCV) • Autoinokulasi folikel, tepatnya di
• Benda yang sitoplasma
terkontaminasi (busa
mandi/handuk)

Umbilikasi lesi (delle) lobus yang tersusun dari • pembengkakan sel


merupakan tempat beberapa lobulus yang • membentuk badan
berkumpulnya partikel virus tumbuh mengarah ke lapisan inklusi
dan debris, yang juga dermis dan dipisahkan satu intrasitoplasmik
merupakan material nekrotik sama lain oleh membran (badan moluskum)
hasil proses sitosidal oleh basalis
sistem pertahanan tubuh

Kontak dengan isi  transmisi


moluskum kontagiosum
• Diagnosis moluskum kontagiosum pada sebagian besar kasus dapat ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan gejala klinis yang tampak
• Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi dapat membantu pada beberapa kasus dengan gejala
yang tidak khas. Pada pasien ini sudah terdapat tanda-tanda yang khas, sehingga tidak
dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan penunjang seperti histopatologi hanya
digunakan bila diragukan penyebabnya, dan bukan merupakan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan
dilakukan dengan membuat preparat dari lesi yang diambil secara biopsi, kemudian dilakukan
pewarnaan Gram dan diteliti di bawah mikroskop. Hal ini dilakukan untuk konfirmasi
penyebab diagnosis penyakit ini.
• Diagnosis banding pada kasus ini adalah Varisella, Impetigo bullosa, Millium
• Pada varisella biasanya akan ditemukan gejala prodromal yang menyertai timbulnya lesi
• Pada impetigo bullosa lesi yang timbul akan berbentuk bula hipopion dan adanya collarette
• Millium biasanya ditemukan di wajah dapat dibedakan dengan metode ekskoriasi.
PENATALAKSANAAN
Umum
• Menjelaskan tentang penyakit bahwa penyakitnya bisa menular melalui
kontak fisik baik dengan teman maupun dengan mainan teman
• Mandi 2 kali sehari
• Handuk dicuci sekali seminggu, setelah pemakaian handuk dijemur
• Pemakaian sabun mandi dipisahkan dengan keluarga atau menggunakan
sabun cair
• Seluruh badan harus dikeringkan setelah mandi, dan selama sakit
dilarang untuk berenang
• Minum obat dan pakai krim teratur sesuai dengan aturan pakai obat
Khusus
• Ekstraksi Lesi
• Memberitahukan kepada pasien perlu dilakukan tindakan ekstraksi semua
lesi moluskum untuk memutus rantai penyebaran dan tindakan ini membuat
pasien kurang nyaman. Sebelum tindakan diberikan krim anastesi lokal
EMLA (Lidokain Prilokain 5%) untuk mengurangi rasa sakit yang timbul
saat tindakan
• Topikal
• KOH 10 % : dibiarkan selama 4 jam lalu dicuci (pada lesi setelah mandi)
diberikan 2 kali sehari
• Asam fusidat : post ektraksi lesi untuk mencegah infeksi sekunder
• Prognosis pada moluskum kontagiosum adalah baik, dikarenakan dengan menghilangkan
semua lesi yang ada, maka jarang atau tidak akan residif. Secara klinis, kondisi pasien tidak
terdapat resiko yang dapat mengancam jiwa sehingga prognosis quo ad vitam adalah bonam.
Lalu secara keadaan fisik pasien tidak ada yang menyebabkan kecacatan sehingga prognosis
quo ad functionam adalah bonam. Penyakit ini adalah penyakit infeksi menular, pasien dapat
menularkannya dengan orang sekitarnya melalui kontak langsung, namun apabila sudah
dihilangkan seluruh lesi yang ada maka penyakit ini tidak akan berulang. Sehingga prognosis
quo ad sanationam adalah bonam.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai