Oleh:
Astri Dwi Andini 2040312069
Preseptor:
dr. M. Luthfi Suhaimi, SpA
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah case report session yang berjudul Demam
Berdarah Dengue. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. M. Luthfi Suhaimi, SpA sebagai
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
Diperkirakan kasus infeksi dengue, termasuk DBD, akan terus meningkat dan
cakupan sebarannya semakin luas. Vektor utama dalam penularan penyakit ini,
nyamuk Aedes aegypti, tersebar luas di mana saja, termasuk permukiman penduduk.5
Penyebaran virus dengue tergantung pada faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik
meliputi virus, vektor, dan host (inang), sedangkan faktor abiotik mencakup suhu dan
kelembaban. Terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan DD maupun
DBD, di antaranya distribusi air yang kurang memadai, perubahan demografi dan
sosial, dan kurangnya infrastruktur untuk mengendalikan vektor pembawa virus
dengue.2
Sampai sekarang, belum ada obat atau vaksin yang secara spesifik untuk infeksi
virus dengue. Akan tetapi, bila seseorang yang telah terinfeksi ditangani dengan cepat
dan tepat, biasanya masih dapat diselamatkan. Upaya pengendalian penyakit ini adalah
dengan cara mengendalikan nyamuk pembawa virus tersebut dan mengurangi
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit ini ditandai dengan demam 2-7 hari diikuti dengan gejala perdarahan,
penurunan trombosit, dan adanya hemokonsentrasi.1,2,5 Virus ini memiliki empat jenis
serotipe, yaitu DENV-1, 2, 3, dan 4. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue
bisa terinfeksi lebih dari satu kali semasa hidupnya, baik oleh serotipe yang sama
maupun yang berbeda. Yang perlu diperhatikan, infeksi dengan salah satu serotipe
virus memicu terbentuknya antibodi terhadap serotipe tersebut, namun tidak pada
serotipe lainnya.3 Infeksi sekunder virus dengue oleh serotipe lain atau infeksi berulang
dengan serotipe yang berbeda dapat memicu manifestasi klinis yang lebih serius, yakni
demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue (DSS).2
Infeksi virus dengue dapat menimbulkan tampilan klinis yang bervariasi, mulai
dari demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), hingga sindrom syok
dengue (DSS).6
2.2 Epidemiologi
Sejak 50 tahun terakhir, infeksi virus dengue sudah meningkat lebih dari 30 kali
lipat.7 Epidemi dari infeksi dengue pertama kali dijumpai di Asia, Afrika, dan Amerika
Utara pada 1980, namun etiologinya baru diketahui pada tahun 1940-an. Setelah
Perang Dunia II, virus dengue menyebar secara global hingga sekarang. Lebih dari 2,5
miliar penduduk di seluruh dunia berisiko terinfeksi dengue, dengan 50 juta kasus
infeksi dengue terjadi setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 500.000 pasien DBD
memerlukan rawat inap di rumah sakit setiap tahun, dimana sekitar 90% kasus terjadi
pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dan 2,5% di antaranya meninggal dunia.2
Gambar 2.4 Peta persebaran angka kesakitan (IR) infeksi dengue di Indonesia
per 100.000 penduduk pada tahun 2016. Keterangan: Merah: ≥49, Kuning: 25-
49, Hijau: <25.3
2.4 Klasifikasi
Tanda dan gejala infeksi dengue tidak khas, sehingga menyulitkan penegakkan
diagnosis.Pendapat para pakar mengatakan bahwa dengue merupakan suatu entitas
penyakit dengan presentasi klinis beragam dan perubahan klinis serta outcome yang
tidak dapat diprediksi. WHO dalam panduannya telah melakukan klasifikasi terhadap
infeksi dengue mulai dari WHO 1997, kemudian WHO 2009 dan yang terakhir yaitu
WHO 2011. Klasifikasi diagnosis dengue WHO 2011 dibagi menjadi undifferentiated
fever, DD, DBD, dan expanded dengue syndrome terdiri dari isolated organopathy dan
unusual manifestation (Gambar 2.8). 2
Tabel 2.1 Klasifikasi infeksi virus dengue menurut WHO dan tingkat keparahan
DHF2
DF/DHF Grade Tanda dan gejala Labor
DF Demam dengan dua tanda - Leukopenia
berikut : (leukosit
- Sakit kepala ≤5000 sel/mm3)
- Nyeri retro-orbital - Trombositopeni
a (trombosit
- Myalgia
<150.000
- Arthalgia/nyeri tulang sel/mm3)
- Ruam - Peningkatan
hematokrit (5-
- Manifestasi perdarahan
10%)
- Tidak ada bukti - Tidak ada
kebocoran plasma bukti
kehilangan
plasma
2.6 Diagnosis
2.6.1 Kriteria diagnosis klinis5
• Demam Dengue (DD)
Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih
gejala/tanda penyerta:
- Nyeri kepala
2.7 Tatalaksana5
Pada dasarnya pengobatan infeksi dengue bersifat simtomatis dan suportif, yaitu
mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD
dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi
diperlukan perawatan intensif.
1. Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga
tidak mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi
sehingga mempercepat terjadinya syok
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat (10-20%) pada pemeriksaan
berkala. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi
dan kehilangan elektrolit; dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan
NaCI 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46%,
1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.
3. Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid sesuai cairan dehidrasi
sedang (6-7 ml/kgBB/jam). onitor tanda vital, diuresis setiap jam dan
hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak nampak
tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar
c. Fase Penyembuhan
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen/ sekunder akan muncul pada daerah
esktremitas. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat
terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam intravaskuler. Apabila pada
saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema palpebra, edema paru dan
distres pernafasan.
2.8 Prognosis
Anak dengan sindrom syok dengue yang mengalami syok
berkepanjangan mempunyai prognosis meninggal 16 kali lebih besar atau 88%
lebih tinggi dibanding anak dengan sindrom syok dengue yang tidak mengalami
prolonged shock. Kondisi syok pada DBD berhubungan dengan angka kematian
yang tinggi (9%) dan meningkat menjadi 47% jika syok tidak tertangani dengan
baik dan menjadi profound shock. Syok berkepanjangan diikuti dengan asidosis
metabolik, hipoksemia dan dapat menimbulkan DIC sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan berat yang berakhir dengan kematian.9
Identitas
Nama : MFH
Umur : 2th 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Minang
Seorang pasien anak laki-laki berumur 2 tahun 5 bulan dirujuk ke RSUD
Adnaan WD Payakumbuh, dengan :
Keluhan utama : Kejang seluruh tubuh sebanyak 3 kali sejak 6 jam sebelum masuk
rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
• 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, anak demam dengan suhu 40C, terus
menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat. 12 jam setelah demam anak kejang
seluruh tubuh dengan durasi ±2menit, frekuensi 1 kali, setelah kejang anak
sadar. Ini merupakan kali pertama pasien mengalami kejang. Anak dibawa ke
RS Sukma Bunda dan dirawat selama 3 hari.
• Batuk berdahak ada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk berwarna
putih, terus menerus, tidak disertai pilek.
• Anak demam tinggi lagi dengan suhu 40C sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, demam terus menerus, tidak menggigil dan tidak berkeringat.
• 6 jam sebelum masuk rumah sakit, anak kejang lagi setelah demam, Kejang
seluruh tubuh, mata mendelik keatas frekuensi 2 kali dirumah dan 1 kali dr RS
Sukma Bunda, durasi masing masing ± 1 menit, anak sadar setelah kejang.
Kejang berhenti setelah pemberian obat anti kejang via dubur di RS Sukma
Bunda. Di RS Sukma Bunda, anak mendapat terapi luminal 2x60mg dan
dirujuk ke RSUD Adnan WD
• Mual muntah tidak ada. Riwayat muntah pada hari ketiga rawatan. Muntah
dengan frekuensi 2x, jumlah ¼ gelas, muntah berisikan sisa makanan yang
Riwayat keluarga :
• Saudara kandung pasien dirawat di RS Sukma Bunda sejak 1 minggu yang lalu
dengan diagnosis DBD
• Riwayat kejang demam simpleks pada saudara kandung.
Riwayat kehamilan :
• Pemeriksaan kehamilan ke bidan, teratur. Lama hamil 37 minggu, persalinan
dibantu oleh dokter Sp.OG, lahir dengan section secarea dengan indikasi bekas
sectio secarea, langsung menangis kuat, berat badan lahir 3400 gr, Panjang
badan 49cm
Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar/Umur Booster/Umur
BCG 0 bulan
DPT : 1 2 bulan 18 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
Polio : 0 0 bulan 18 bulan
1 2 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
Hepatitis B : 1 1 bulan 18 bulan
2 2 bulan
3 3 bulan
4 4 bulan
Haemofilus influenza B :
1. 2 bulan 18 bulan
2. 3 bulan
3. 4 bulan
Campak 9 bulan
Riwayat keluarga :
Ayah Ibu
Nama : Masperi Suci Ariny Heqi
Umur : 46 tahun 37 tahun
Pendidikan : S1 S2
Pekerjaan : Wirausaha PNS
Penghasilan : Rp. 10.000.000 Rp. 10.000.000
Perkawinan : Pertama Pertama
Penyakit yang pernah diderita : Tidak Ada Tidak Ada
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 91/50 mmHg
Nadi : 110 x/ menit
Nafas : 22 x/ menit
Suhu : 38.4oC
Tinggi Badan : 89 cm Berat Badan : 13 kg
BB/U : 13/13.5 = 96%
TB/ U : 89/90 = 98%
BB/TB : 13/13.5 = 96%
Gizi : Baik
Kulit : pucat (-), sianosis (-), ptekie (+)
Kepala : normocephal, simetris
Rambut : hitam, tidak mudah di cabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-) , sklera tidak ikterik (-/-)
Tatalaksana :
• Makanan lunak 1100 kkal
• IVFD Ringer Laktat 15tpm makro
• Ceftriakson inj 2x500mg
• Paracetamol 3x150mg
• Sibital 2x30mg
• Stesolid supp 10mg
Edukasi :
• Tirah baring
• Minum air putih cukup, boleh ditambah dengan minuman lain seperti jus buah,
susu dll.
• Melakukan 3M+ (Menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air,
mengubur sampah, memakai kelambu/obat nyamuk).
Rencana Pemeriksaan
• Cek Hb, Ht